Anda di halaman 1dari 7

Tugas Teknologi Budidaya Tanaman

SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Oleh :

Fitri Tri Wahyuningsih ( 20200210031 )

Zulfa Kayla Zahra (20200210032)

Dani Ardiansyah (20200210033)

Muhammad Aldi Alfarezi (20200210034)

Gigih Recha Pambudi ( 20200210035 )

Fabre Lamphara Langend ( 20200210036 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
A. PENDAHULUAN
Sistem pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman
dan tanah tetap sehat dengan melalui cara pengolahan tanah dan tanaman yang
disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input, dan
menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisda kecuali untuk bahan – bahan yang
diperbolehkan. Dengan teknik budidaya pertanian organik yang berorientasi pada
pemanfaatan bahan – bahan alami lokal tanpa dengan menggunakan bahan – bahan kimia
sintesis seperti pupuk, pestisida. Sistem pertanian organik memiliki tujuan untuk
menyediakan produk -produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumen dan juga tidak membuat lingkungan rusak. Seperti
dengan menggunakan pupuk organik karena penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus dapat menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif lagi.
Kurang efektifnya peranan pupuk dikarenakan tanah yang sudah jenuh oleh residu sisa
bahan kimia. Menurut (Napsiah & Ningsih, 2013) pupuk kimia sebagai sumber hara
berpotensi menurunkan produktivitas lahan. Dengan itu diperlukannya penggunaan
pupuk organik. Menurut (SUPARTHA et al., 2012) Penggunaan pupuk organik padat dan
cair pada sistem pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa pemakaian pupuk organik juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman
yang baik.
Dengan Budidaya tanaman pada berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya
pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat – sifat,
kondisi dan kelestarian lingkungan hidup, dengan dimikian sumber daya alam dalam
lingkungan hidup dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan
kemunduran lingkungan dapat dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya
alam dan lingkungan hidup .
Perkembangan pertanian organik telah memunculkan tiga sistem pertanian organik
khusus. Satu sistem khusus diterapkan untuk sistem persawahan berupa SRI ( System of
rice intenssification ), satu sistem diterapkan dalam usahatani yang dikenal dengan istilah
pertanian Biodinamik, dan satu sistem yang diterapkan untuk pertanian perkotaan (Urban
agricultur)
B. PEMBAHASAN
a. Sistem Pertanian Organik Umum

b. Sistem Pertanian Organik Khusus ( System of Rice Intensification (SRI)


System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan dalam
praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah,
tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis
pada kegiatan ramah lingkungan. Gagasan SRI pada mulanya dikembangkan di
Madagaskar awal tahun 1980. Pengembangan SRI juga dilakukan melalui uji coba di
berbagai negara Asia, termasuk Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Di Indonesia
gagasan SRI juga telah diuji coba dan diterapkan di beberapa Kabupaten di Jawa,
Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi serta Papua. Penerapan
gagasan SRI berdasarkan pada enam komponen penting :
1) Transplantasi bibit muda
2) Bibit ditanam satu batang
3) Jarak tanam lebar
4) Kondisi tanah lembab (irigasi berselang)
5) Melakukan pendangiran (penyiangan)
6) Hanya menggunakan bahan organik (kompos).

Sebagian petani telah menerapkan pola SRI selama 3-4 tahun dan secara umum
memang terjadi peningkatan produktivitas sekitar 250-1000 kg per hektar. Namun
demikian, indikator peningkatan produksi yang dilaporkan petani masih perlu dikaji
lebih lanjut, terutama pada beberapa pengukuran satuan luas, seperti satuan luasan
baku lahan usahatani yang diusahakan untuk pola SRI, juga satuan sampel ubinan
yang dilakukan dalam pengukuran produktivitas. Pemakaian tenaga kerja dalam
model SRI lebih banyak dibandingkan dengan cara konvensional baik di Garut
maupun di Ciamis. Perbedaan penggunaan tenaga kerja di Garut dan Ciamis masing-
masing mencapai 20 dan 35 HOK. Perbedaan penggunaan tenaga kerja tersebut
disebabkan oleh kegiatan yang lebih intensif dalam pengendalian gulma, pengaturan
air dan pengendalian hama.

Pendapatan kotor petani responden dengan menggunakan model SRI meningkat


berkisar atara Rp 700 ribu (di Ciamis) hingga Rp 2 juta (di Garut) per ha. Peningkatan
pendapatan ini umumnya disebabkan oleh efisiensi penggunaan input seperti bibit,
tenaga kerja tanam dan persemaian. Namun demikian secara umum budidaya padi
model SRI memerlukan tenaga kerja lebih banyak terutama dalam kegiatan
pengendalian gulma dan hama serta pengairan. Secara ekonomi, efisiensi produksi
dari usahatani padi model SRI yang diukur dengan R/C ratio menunjukkan bahwa
budidaya model SRI lebih rendah dibanding model konvensional. R/C ratio model
SRI di Garut dan Ciamis masingmasing sebesar 2,16 dan 1,21 sedangkan untuk
model konvensional sebesar 2,25 dan 1,72. Namun secara finansial efisiensi usahatani
padi model SRI lebih tinggi daripada model konvensional, seperti ditunjukkan R/C
ratio sebesar 3,99 dan 2,73 masing-masing untuk Garut dan Ciamis.

c. Sistem pertanian Biodinamik


Sistem pertanian Biodinamik merupakan sistem pertanian yang sepenuhnya
memanfaatkan unsur – unsur biologis atau kehidupan sebagai pendorongnya. Yang
merupakan salah satu bentuk sistem pertanian organik. Secara Etimologi istilah
Biodinamik berasal dari dua suku kata yaitu Bio dan Dynamic, yang kedua suku kata
tersebut diambil dari bahasa yunani. Bio atau Bios yang berarti hidup dan Dynamic
atau Dinamis yang berarti energi atau kekuatan pendorong. Tidak hanya tanpa
menggunakan bahan kimia seperti yang diterapkan pada pertanian organik, sistem ini
juga menerapkan organisme hidup sebagai bagian produksi tani. Sistem pertanian
Biodinamik disebut juga sebagai pertanian organik plus.
Maksud dari biodinamik adalah menanam tanaman dengan memanfaatkan seluruh
potensi kehidupan. Perbedaannya dengan sistem pertanian konvensional adalah fokus
perhatiannya terhadap lingkungan dan musim untuk bertanam. Yang mana pertanian
biodinamik merupakan pertanian dengan aneka tanaman, cocok diterapkan pada lahan
perkarangan. Pertanian biodinamik memiliki orientasi yaitu membangun kesehatan
lingkungan serta menghidupkan tanaman dengan tujuan menghasilkan bahan pangan
yang menyehatkan dan berkelanjutan.
Cakupan pertanian biodinamik yaitu sebagai berikut :
 Berkerja bersama alam, meningkatkan kesuburan, dan menjaga keberlanjutan
usaha tani dengan menerapkan model alami.
 Menghargai sumber energi untuk meningkatkan keindahan dan memelihara
keharmonisan alam.
 Berorientasi pada kelestarian lingkungan, meningkatkan nilai ekonomi lahan,
dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
 Diversifikasi tanaman dan keseimbangan usaha tani.
 Memenuhi kebutuhan pangan mandiri dan menyehatkan lahan serta
lingkungan.
Pada pertanian atau perkebunan biodinamik, benih tanaman, kompos/ pupuk
organik dan bak kompos sebagian besar diperoduksi sendiri dengan lebih
mementingkan unsur-unsur alamiah. Adapun prinsip-prinsip pertanian biodinamik
yaitu:-Melibatkan organisme hidup dalam produksi tanaman dan ternak. Dalam suatu
lahan pertanian selalu diusahakan tanaman dan ternak dalam suatu siklus yang saling
menguntungkan. Tanaman mendapat hara dari kotoran ternak, ternak mendapat
makananan dari tanaman.Selalu berusaha mengurangi hal-hal yang bisa menjadi
penyebab masalah ketimbang dan mengobati masalah yang terjadi. ada hubungan
interaksi antara tanaman, hara, air, energi dan organisme yang terlibat lainnya dimana
hubungan ini mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Sistem pertanian
biodinamik juga melibatkan organisme dalam tanah seperti mikroba yang
menguntungkan sebagai penguraian bahan organik untuk ketersediaan unsur hara
bagi tanaman. Selain itu dengan adanya mikroorganisme dalam tanah tekstur tanah
menjadi gembur karena adanya organisme seperti cacing tanah yang embuat lubang –
lubang dalam tana, maka ketersediaan oksigen dalam tanah tersedia dan drainase juga
bagus sehingga pengerasan tanah dan pengurangan unsur – unsur hara akibat bahan –
bahan kimia dapat berkurang atau dicegah. Menurut (Widyati, 2013) Organisme
tanah berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, distribusi dan pencampuran
bahan organik serta menjadi musuh bagi patogen yang menyerang tanaman. Oleh
karena itu keberadaan organisme tanah sangat penting dalam membantu pertumbuhan
dan produktivitas tanaman.

C. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

A. (2020a, February 10). Biodinamik, Sistem Pertanian Organik Plus. BALIPOST.com.


https://www.balipost.com/news/2020/02/09/103503/Biodinamik,Sistem-Pertanian-
Organik-Plus.html

DISPERTAN.BANTENPROV.GO.ID | Konsep Pertanian Organik. (n.d.). An. Retrieved April 20,


2021, from https://dispertan.bantenprov.go.id/lama/read/artikel/759/Konsep-Pertanian-
Organik.html

Napsiah, K., & Ningsih, R. D. (2013). Penggunaan Pupuk Organik Untuk Mengurangi Pupuk
Anorganik Dan Peningkatan Poduktivitas Padi Di Lahan Pasang Surut. Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian, 297–304.
SUPARTHA, I., WIJANA, G., & ADNYANA, G. (2012). Aplikasi Jenis Pupuk Organik Pada
Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of
Tropical Agroecotechnology), 1(2), 98–106.
Widyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), 29–37.
XWidyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), 29–37.

Anda mungkin juga menyukai