Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2021
A. PENDAHULUAN
Sistem pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman
dan tanah tetap sehat dengan melalui cara pengolahan tanah dan tanaman yang
disyaratkan dengan pemanfaatan bahan-bahan organik atau alamiah sebagai input, dan
menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestisda kecuali untuk bahan – bahan yang
diperbolehkan. Dengan teknik budidaya pertanian organik yang berorientasi pada
pemanfaatan bahan – bahan alami lokal tanpa dengan menggunakan bahan – bahan kimia
sintesis seperti pupuk, pestisida. Sistem pertanian organik memiliki tujuan untuk
menyediakan produk -produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumen dan juga tidak membuat lingkungan rusak. Seperti
dengan menggunakan pupuk organik karena penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus dapat menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif lagi.
Kurang efektifnya peranan pupuk dikarenakan tanah yang sudah jenuh oleh residu sisa
bahan kimia. Menurut (Napsiah & Ningsih, 2013) pupuk kimia sebagai sumber hara
berpotensi menurunkan produktivitas lahan. Dengan itu diperlukannya penggunaan
pupuk organik. Menurut (SUPARTHA et al., 2012) Penggunaan pupuk organik padat dan
cair pada sistem pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa pemakaian pupuk organik juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman
yang baik.
Dengan Budidaya tanaman pada berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya
pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat – sifat,
kondisi dan kelestarian lingkungan hidup, dengan dimikian sumber daya alam dalam
lingkungan hidup dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan
kemunduran lingkungan dapat dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya
alam dan lingkungan hidup .
Perkembangan pertanian organik telah memunculkan tiga sistem pertanian organik
khusus. Satu sistem khusus diterapkan untuk sistem persawahan berupa SRI ( System of
rice intenssification ), satu sistem diterapkan dalam usahatani yang dikenal dengan istilah
pertanian Biodinamik, dan satu sistem yang diterapkan untuk pertanian perkotaan (Urban
agricultur)
B. PEMBAHASAN
a. Sistem Pertanian Organik Umum
Sebagian petani telah menerapkan pola SRI selama 3-4 tahun dan secara umum
memang terjadi peningkatan produktivitas sekitar 250-1000 kg per hektar. Namun
demikian, indikator peningkatan produksi yang dilaporkan petani masih perlu dikaji
lebih lanjut, terutama pada beberapa pengukuran satuan luas, seperti satuan luasan
baku lahan usahatani yang diusahakan untuk pola SRI, juga satuan sampel ubinan
yang dilakukan dalam pengukuran produktivitas. Pemakaian tenaga kerja dalam
model SRI lebih banyak dibandingkan dengan cara konvensional baik di Garut
maupun di Ciamis. Perbedaan penggunaan tenaga kerja di Garut dan Ciamis masing-
masing mencapai 20 dan 35 HOK. Perbedaan penggunaan tenaga kerja tersebut
disebabkan oleh kegiatan yang lebih intensif dalam pengendalian gulma, pengaturan
air dan pengendalian hama.
C. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Napsiah, K., & Ningsih, R. D. (2013). Penggunaan Pupuk Organik Untuk Mengurangi Pupuk
Anorganik Dan Peningkatan Poduktivitas Padi Di Lahan Pasang Surut. Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian, 297–304.
SUPARTHA, I., WIJANA, G., & ADNYANA, G. (2012). Aplikasi Jenis Pupuk Organik Pada
Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of
Tropical Agroecotechnology), 1(2), 98–106.
Widyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), 29–37.
XWidyati, E. (2013). Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman, 6(1), 29–37.