Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA

TANAMAN
ACARA 4. PENANAMAN DI LAHAN KERING

Disusun Oleh :

Bintang Dwi Putra 20200210021


Firmansyah Abdussyukur 20200210026
Akhmadi Reynaldi 20200210027
Zulfa Kayla Zahra 20200210032
Dani Ardiansyah 20200210033
Muhammad Aldi Alfarezi 20200210034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang
waktu (Dariah et al, 2004). Kebanyakan lahan kering terletak pada dataran rendah,
yaitu lahan kering yang letaknya < 700 mdpl dan lahan kering dataran tinggi yang
terletak antara 700 dan 2500 mdpl (Santoso, 2003). Selanjutnya Notohadinegoro
(2000) dalam Nurdin (2011), menjelaskan bahwa lahan kering adalah lahan yang
berada di suatu wilayah yang berkedudukan lebih tinggi yang diusahakan tanpa
penggenangan air.

Upaya pemanfaatan lahan kering secara optimal merupakan peluang yang


masih cukup besar, karena lahan kering mempunyai luasan relatif lebih besar
dibandingkan dengan lahan basah (Abdurachman et al., 1999 dalam Brata, 2004).
Namun pengembangan pertanian lahan kering dihadapkan pada masalah ketersediaan
air yang tergantung pada curah hujan, serta pada rendahnya kesuburan tanah dan
topografi yang relatif miring (Brata, 2004). Dalam budidaya pertanian di lahan
kering, juga perlu diperhatikan beberapa hal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan juga hasil panennya, terutama pada aspek penanamannya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penanaman antara lain :

1. Jenis tanaman
Setiap jenis tanaman memiliki cara penanaman yang berbeda-beda. Ada
jenis tanaman yang bijinya dapat ditanam langsung. Ada tanaman yang perlu
disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam di lapang. Jenis tanaman juga
berpengaruh pada pengolahan tanah. Ada yang menghendaki pengolahan
tanah yang sempurna dan ada yang hanya memerlukan pengolahan tanah
sebagian.

2. Bahan tanam yang digunakan


Bahan tanam menentukan cara menanam dan pertumbuhan tanaman,
misalnya tebu dengan stek pucuk dapat ditanam dengan direbahkan, tetapi
bibit yang berupa rayungan harus ditanam tegak. Untuk bibit yang berbentuk
tanaman muda ada yang setelah ditanam memerlukan perlindungan terlebih
dahulu sebelum tanaman cukup kuat untuk menerima cahaya matahari secara
langsung. Bahan tanam berupa benih juga perlu diperhatikan, karena setiap
varietas benih memiliki keunggulannya masing-masing. Penentuan benih
yang tepat akan menghasilkan tanaman yang tumbuh secara optimal dan hasil
panennya juga akan maksimal.

3. Media tanam atau lahan


Untuk penanaman di lahan sempit, maka perlu diperhatikan penggunaan
media tanamnya. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuhnya
tanaman. Komposisi media tanam perlu disesuaikan dengan jenis tanaman
yang dibudidayakan. Media tanam umumnya berupa tanah. Aneka media
tanam antara lain arang, batang pakis, kompos, moss, pupuk kandang, sabut
kelapa, sekam padi, dan humus. Sedangkan untuk budidaya di lahan yang
luas, tanah perlu diolah terlebih dahulu hingga siap tanam. Tanah
digemburkan dan diberi perlakuan agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman.
Penggemburan tanah dilakukan dengan mencungkil tanah menggunakan
cangkul atau garpu. Tujuan pengolahan tanah ini yaitu untuk mermperbaiki
suhu, peredaran air dan udara dalam tanah, meningkatkan sifat fisik tanah, dan
mempermudah penggunaan obat-obatan dan pupuk dalam tanah.

4. Musim dan waktu tanam


Tanaman harus ditanam di musim yang tepat. Tanaman yang tidak
ditanam pada musim yang tepat pertumbuhannya akan lambat, atau mudah
terserang serangan hama/ penyakit sehingga produksinya akan berkurang.
Tiap tanaman memiliki waktu tanam yang berbeda, ada tanaman yang baik
ditanam pada musim hujan, kemarau dan akhir musim hujan, atau akhir
musim kemarau. 

5. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan penyemaian atau tanpa penyemaian.
Jarak tanam tiap benih atau bibit perlu diperhatikan agar tanaman memperoleh
ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Bibit dapat ditanam dalam
larikan atau dalam bedengan.

B. Tujuan

Mengetahui teknik tanam dan mengamati pertumbuhan tanaman kangkong.


BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme penanaman di lahan kering


Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usaha tani
bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu daerah aliran
sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di wilayah
kering (kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air
(Manuwoto, 1991., Satari et.al, 1977). Untuk memudahkan pengutaraan dalam
penyajian ini, yang dimaksud lahan kering adalah lahan atasan, karena
kebanyakan lahan kering berada di lahan atasan. Belakangan ini pengertian yang
tersirat dalam istilah lahan kering yang digunakan masyarakat umum banyak
mengarah kepada lahan kering dengan kebutuhan air tanaman tergantung
sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap
(Notohadiprawiro, 1989).

Benih kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan.


Pembuatan lubang tanam dengan jaraktanam (15 x 15) cm, tiap lubang ditanam
(2-3) benih kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara garitan atau baris
(Edi, 2013). Menurut penggunaannya, BPS (2006) mengelompokkan lahan kering
ke dalam 9 jenis penggunaan, meliputi usaha tani lahan kering (tegalan/kebun,
padang rumput, tanah tidak diusahakan, tanah hutan rakyat dan perkebunan) dan
usaha tani lainnya (pekarangan/ bangunan, tanah rawa, tambak dan
kolam/empang). Dari sembilan jenis penggunaan, ternyata rawa (yang tidak
ditanami padi), tambak dan kolam juga digolongkan sebagai lahan kering.
Keadaan seperti ini tentu saja akan membuat sulit untuk meng¬gambarkan
keadaan lapangan dari usaha tani lahan kering.

Penggunaan metode baris di lahan kering sangat efektif di karenakan pada


saat tanaman mendapatkan air dari hujan ataupun dari sprayer maka tanman
tersebut akan mendapatkan masing-masing dengan merata, sedangkan jika di
lahan kering tidak menggunakan metode baris maka tanaman tersebut akan saling
berebut unsur hara dan jika salah satu tanaman mengalami kekurangan unsur hara
maka akan menyebabkan kematian. Pada lahan kering di butuhkan penyiraman
selama 3 hari sekali agar menjaga tanah tersebut tetap subur. Teknologi
konservasi air pada pertanian lahan kering pada prinsipnya adalah penggunaan air
yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran yang tepat,
sehingga tidak terjadi banjir yang merusak pada musim hujan dan terdapat cukup
air pada musim kemarau.
B. Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman Kangkung

Berikut merupakan tinggi dan jumlah daun kangkung pada umur 35 HST

Kelompo Ulanga Tinggi Tanam Jumlah Dau


k n an n
1 33 39
3 2 33,4 26
3 19,1 30

Pada kegiatan praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Acara 4 penanaman


di lahan kering, tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah kangkung darat
dengan menggunakan teknik garis. Tanaman kangkung darat yang ditanam diamati
tinggi tanaman dan jumlah daun dengan tiga kali ulangan pada umur tanamn 35 HST.
Pada data tabel hasil pengamatan diatas tentang tinggi tanaman dan jumlah daun
tanaman kangkung umur 35 HST milik kelompok 3. Didapatkan, pada ulangan 1
tinggi tanaman padi 33 cm dengan jumlah daun sebanyak 39 helai. pada ulangan 2
tinggi tanaman 33,4 cm dengan jumlah daun sebanyak 26 helai. dan pada ulangan 3
didapat data tinggi tanaman 19,1 cm dengan jumlah daun sebanyak 30 helai.

Kangkung darat merupakan tanaman yang sangat memerlukan air untuk


membantu pertumbuhannya. Jika tanaman kangkung kekurangan air maka
pertumbuhannya akan lambat dan batangnya akan keras. Jadi untuk mendapatkan
hasil produksi yang baik perlunya perawatan tanaman seperti penyiraman sehingga
ketersediaan air untuk tanaman kangkung cukup dan pertumbuhannya akan lebih
bagus.
BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan dari perhitungan dan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan


hasil yaitu penggunaan metode baris di lahan kering sangat efektif di karenakan pada
saat tanaman mendapatkan air dari hujan ataupun dari sprayer maka tanaman tersebut
akan mendapatkan masing-masing dengan merata, sedangkan jika di lahan kering
tidak menggunakan metode baris maka tanaman tersebut akan saling berebut unsur
hara lalu di butuhkan penyiraman selama 3 hari sekali agar menjaga tanah tersebut
tetap subur.

Jika dilihat dari hasil pengamatan, tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman
kangkung umur 35 HST milik kelompok 3. Didapatkan, pada ulangan 1 tinggi
tanaman padi 33 cm dengan jumlah daun sebanyak 39 helai. pada ulangan 2 tinggi
tanaman 33,4 cm dengan jumlah daun sebanyak 26 helai. dan pada ulangan 3 didapat
data tinggi tanaman 19,1 cm dengan jumlah daun sebanyak 30 helai. Kangkung darat
merupakan tanaman yang sangat memerlukan air untuk membantu pertumbuhannya.
Oleh karna itu, diperlukan perawatan yang baik seperti penyiraman secara rutin agar
menghasilkan produksi yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA

Edi, S. (2013). Budidaya Tanaman Sayuran. http://jambi.litbang.deptan.go.id

Minardi. (2016). OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN KERING UNTUK


PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN. Universitas
Sebelas Maret. Surabaya

Anonim. (1998). Statistik Sumberdaya Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan


Agroklimat. Bogor.

Hidayat & Mulyani. (2002). Lahan Kering untuk pertanian dalam Teknologi
Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan
Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media


Komputindo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai