Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA

TANAMAN
ACARA 4. PENANAMAN DI LAHAN KERING

Disusun Oleh :

Dwi Septi Nur Amaliah 20200210192

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hal utama yang harus dipahami tentang “Penanaman” adalah cara kita menanam.


Cara menanam ini dipengaruhi oleh bahan tanam yang kita gunakan. Misal, jika kita
memakai bahan tanam benih (biji), maka teknik yang kita gunakan bisa “tanam
langsung”, sementara jika bahan tanam yang digunakan adalah bibit, atau tanaman
yang sudah cukup besar, maka cara yang digunakan biasa disebut “pindah tanam”.

Saat menanam benih secara langsung, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
bagaimana ketahanan benih tersebut. Umumnya, benih yang ditanam langsung adalah
benih yang daya hidupnya tinggi, dan ukurannya sedang hingga besar. Daya hidup
tinggi yang dimaksud adalah tanaman yang mudah dan cepat tumbuh. Umumnya,
tanaman-tanaman yang dapat tumbuh 2-7 hari setelah semai/tanam. Ukuran benih
yang besar juga memudahkan kita untuk mendeteksi benih ketika gagal tumbuh. Jika
ukuranya kecil atau halus, kita akan kesulitan mendeteksi karena ada kemungkinan
benih terbawa air. Contoh benih yang bisa ditanam langsung berdasarkan daya
tumbuhnya adalah kangkung dan bayam. Dua jenis sayuran ini memiliki daya tumbuh
yang cukup tinggi, sekitar 1-2 hari setelah tanam. Sementara contoh benih yang bisa
ditanam langsung berdasarkan ukuranya antara lain terong, cabai, tomat, kacang,
timun, pare, labu, okra, telang, jagung, bunga kenop, suri, atau binahong.

B. Tujuan

Mengetahui Teknik tanam dan mengamati pertumbuhan tanaman kangkung


BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme penanaman dilahan kering


Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di wilayah yang
pasokan airnya rendah dan terbatas, bahkan ekstrim sekalipun. Lahan kering pada
pertanian jenis ini biasanya cenderung lebih gersang dan terkadang tidak memiliki
sumber air, seperti saluran irigasi, sungai, atau danau.

Budidaya tanaman pertanian di lahan kering perlu memperhatikan aspek


ketersediaan air bagi tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dan memberikan hasil
yang baik. Oleh karena penyediaan air bagi tanaman di lahan berkaitan berkaitan
langsung dengan turunnya hujan maka penanaman perlu menyesuaikan dengan waktu
datangnya hujan. Untuk itu penanaman pada lahan kering umumnya dilakukan pada
awal, pertengahan maupun akhir musim hujan. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
selain menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan, budidaya tanaman di lahan
kering dapat pula dilakukan dengan mengatur/menyusun pertanaman agar dapat
memanfaatkan air maupun faktor tumbuh lainnya dengan baik. Ada tanaman yang
membutuhkan intensitas cahaya tinggi untuk dapat tumbuh dan memberikan hasil
yang baik, tetapi ada pula jenis tanaman lain membutuhkan intensitas yang yang lebih
rendah. Jenis tanaman tertentu dapat menjadi penyuplai unsur hara tertentu bagi
tanaman lain sedangkan jenis tanaman lain rakus unsur hara.

Benih merupakan salah satu faktor untuk menentukan keberhasilan suatu


budidaya suatu tanaman. Lahan dibersihkan dari gulma kemudian dicangkul dengan
kedalaman 10 cm dan dibentuk bedengan. Benih kangkung darat ditanam di
bedengan yang telah dipersiapkan. Pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam dan
tiap lubang ditanam benih kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara garitan
atau baris. Mengapa demikian,karena tanaman kangkung darat tidak menghendaki
tanah yang tergenang air, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung
air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea
reptans) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki
kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto,
2009). Kemudian pada perlakuan penyiraman dilakukan 1 hari sekali terutama pada
fase awal pertumbuhan atau disesuaikan dengan kondisi tanah. Penyiraman dilakukan
disiram dengan menggunakan gembor. Waktu penyiraman dilakukan pada saat pagi
dan sore hari. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) menghendaki tanah yang subur,
gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Arah baris tanam dan kerapatan populasi tanaman mempengaruhi besarnya energi
matahari yang diterima. Menurut Sugito, peningkatan efesiensi energi radiasi dapat
dilakukan dengan cara mengoptimalkan tingkat populasi tanaman, pengaturan sistem
bertanam dan pemilihan tipe daun tegak. Arah baris tanam yang searah dengan
datangnya sinar matahari dengan jarak tanam lebar, akan terdapat ruang kosong yang
mengakibatkan adanya energi radiasi yang tidak digunakan tanaman. Sehingga, perlu
adanya pengaturan jarak tanam dan arah baris yang tepat agar penerimaan energi
radiasi oleh tanaman lebih efisien.

B. Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman Kangkung

Berikut merupakan tinggi dan jumlah daun kangkung pada umur 35 HST

Kelompo Tinggi Jumlah


k Ulangan Tanaman Daun
1 24,6 42
2 2 20,6 30
3 25,2 20

Rata-rata tinggi tanaman kangkung pada umur 35 HST adalah 23,47 dan jumlah daun
tanaman kangkung pada umur 35 HST adalah 30.

Pada praktikum penanaman lahan kering, dilakukan uji pengamatan parameter tinggi
tanaman dan jumlah daun pada tanaman kangkung pada umur 35 HST. Berdasarkan
hasil pengamatan didapatkan rata-rata tinggi tanaman kangkung yaitu 23,47 cm dan
rata-rata jumlah helai daun yaitu 30 helai. Bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah
daun sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Menurut Lakitan (1996), tinggi
tanaman merupakan parameter yang sering diamati baik sebagai indikator
pertumbuhan atau untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan. Tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh perlakuan penambahan pupuk
pada tanaman.
BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan dapat diketahui bahwa teknik menanam tanaman kangkung, Parameter


yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun pada
tanaman kangkung pada umur 35 HST. Hasil yang didapat pada 35 hari setelah tanam
yaitu rata-rata tinggi tanaman kangkung yaitu 23,47 cm dan rata-rata jumlah helai
daun yaitu 30 helai. Adapun hasil dari pengamatan tersebut dipengaruhi oleh
perlakuan penambahan pupuk pada tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

cakra yusuf, andi, Soelistyono, R., & Sudiarso, S. (2017). Kajian Kerapatan Tanam
dengan Berbagai Arah Baris pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum
Manis (Sorghum Bicolor (l.) Moench). Biotropika - Journal of Tropical Biology,
5(3), 86–89. https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2017.005.03.5

Dyah, P. (2018). Lahan Kering Dan Pola Tanam Untuk Mempertahankan Kelestarian
Alam. Jurnal Teknologi Terapan, 2(1).

Penanaman – SAYURANKITA. (n.d.). Retrieved July 10, 2021, from


https://sayurankita.com/2018/10/29/penanaman/

Sugito, Y. 2012. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya


Malang.
EDI, S., & BOBIHOE, J. (2010). Budidaya Tanaman Sayuran. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://dergipark.gov.tr/cumusosbil/issue/4345/59412

Anda mungkin juga menyukai