Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER BPPA

PENYIAPAN BAHAN TANAM (BENIH), PENANAMAN, DAN SISTEM


TANAM

Oleh :
1. Said M Salahuddin rabbani ( 20230210044)
2. Dipta Anindita (20230210014)
3. Adhie Purnama (20230210015)
4. Sholihul Annas (20230210030)
5. Ririn Nur Indriyarti (20230210002)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempersiapkan bahan tanam merupakan langkah awal dalam melakukan
penanaman. Bahan tanam adalah biji atau benih. Bibit adalah tanaman yang muncul
melalui perbanyakan dan perbanyakan serta siap ditanam. Diperoleh melalui
perbanyakan generatif (biji/bibit) atau perbanyakan vegetatif (sambungan, stek).
Benih adalah benih tanaman yang telah diolah untuk digunakan sebagai alat
perbanyakan. Bahan tanam merupakan faktor produksi tanaman yang mempunyai
pengaruh besar terhadap hasil tanaman. Pemilihan bahan tanam yang tidak tepat
mengakibatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tidak optimal. Oleh karena itu, untuk
memaksimalkan efektivitas penanaman, pemilihan bahan tanam harus dilakukan
secara intensif.
Benih dihasilkan melalui reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
melibatkan penyatuan gamet jantan dan betina, dimulai dengan penyerbukan dan
diakhiri dengan pembuahan. Keturunan yang dihasilkan sering kali mirip dengan
induknya dalam hal penyerbukan sendiri dan genetika homozigot, tetapi mungkin
juga dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan individu yang menggabungkan
ciri-ciri kedua induknya.
Perawatan tanaman berbeda-beda tergantung karakteristik masing-masing
tanaman. Pada prinsipnya pola tanam dapat dipahami sebagai penataan tanaman pada
sebidang tanah tertentu selama masa tanam untuk mendatangkan hasil yang optimal
dan meningkatkan pendapatan petani dalam sistem pertanian. Rencana budidaya
mencerminkan upaya memaksimalkan penggunaan sebidang tanah untuk kegiatan
budidaya selama periode/periode tertentu. Untuk memahami rencana penanaman, ada
tiga faktor yang menjadi kata kunci penting keberhasilan pelaksanaan rencana
penanaman dan harus diperhatikan, yaitu: jenis tanaman, tanah dan waktu tertentu.

B. Tujuan
Mengetahui varietas benih yang unggul dan berkualiatas serta mengetahui
jenis pola tanam.
II. PEMBAHASAN

A. Penyiapan Bahan Tanam


Benih merupakan bagian penting dalam penanaman dan salah satu dari faktor
penentu keberhasilan budidaya. Ketika mendengar kata “benih”, kebanyakan orang,
baik masyarakat awam maupun petani, mengira itu adalah benih yang berkualitas.
Artinya benih khusus memerlukan kondisi khusus sebelum dan sesudah disemai.
Oleh karena itu, benih yang ditanam sebagai sumber benih harus diolah secukupnya
sehingga menghasilkan benih dengan mutu yang layak untuk dijadikan benih utama.
Pemulia tanaman bertanggung jawab mengembangkan varietas baru dan
menghasilkan benih. (Wahuni dkk., 2021).
Penyiapan benih tanaman melibatkan dua metode utama, yaitu generatif dan
vegetatif. Metode generatif melibatkan pembiakan tanaman menggunakan biji atau
spora yang dihasilkan oleh organ reproduksi tanaman, seperti bunga. Sementara itu,
metode vegetatif memanfaatkan bagian-bagian tanaman seperti stek, rimpang, atau
tunas untuk memperbanyak tanaman tanpa melibatkan biji. Kedua metode ini
memberikan fleksibilitas dalam memilih cara yang sesuai untuk perbanyakan tanaman
sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan budidaya yang diinginkan.
Proses penyiapan benih tanaman generatif melibatkan beberapa langkah yang
esensial dalam pembiakan menggunakan biji atau spora yang dihasilkan oleh organ
reproduksi tanaman, khususnya bunga. Tahapan pertama adalah pemilihan tanaman
induk, di mana tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan
terhadap penyakit, produktivitas tinggi, atau ciri-ciri estetika, dipilih untuk menjadi
induk biji. Langkah selanjutnya adalah penyerbukan, yang dapat terjadi secara alami
melalui angin atau bantuan hewan penyerbuk, atau bahkan dengan intervensi manusia
yang menyuntikkan serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya. Setelah terjadi
penyerbukan, proses pembuahan terjadi, membentuk embrio dalam biji melalui fusi
antara sel telur dan sperma. Biji yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dari tanaman
induk setelah matang dan disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk menjaga
viabilitasnya. Sebelum penanaman, biji dapat dipilih dan diuji untuk memastikan
kualitasnya, dengan beberapa biji mungkin memerlukan perlakuan khusus, seperti
perendaman atau perlakuan panas, untuk meningkatkan kemungkinan
perkecambahan. Sebagai contoh konkret, penyiapan benih generatif pada tanaman
tomat (Solanum lycopersicum) melibatkan proses serupa, di mana pemilihan tanaman
tomat yang memiliki buah yang besar, enak rasanya, dan tahan penyakit menjadi
kunci dalam menciptakan biji yang berkualitas untuk penanaman berikutnya.
Adapun Penyiapan tanaman pertanian secara vegetatif merupakan proses yang
melibatkan pemanfaatan bagian-bagian tanaman selain biji, seperti stek, rimpang,
rizom, atau tunas. Metode ini memungkinkan perbanyakan tanaman dengan
memanfaatkan organ vegetatif yang sudah ada, mempertahankan sifat-sifat unggul
dari tanaman induk. Langkah-langkah umum dalam penyiapan tanaman vegetatif
melibatkan pemilihan tanaman induk yang sehat dan bebas dari penyakit, pemotongan
atau pemisahan bagian vegetatif seperti stek atau rimpang, perlakuan hormon akar
opsional untuk merangsang pertumbuhan akar, penanaman bagian vegetatif ke dalam
media tanam atau lapangan, dan memberikan perawatan yang diperlukan seperti
penyiraman, perlindungan terhadap hama, dan pemupukan. Sebagai contoh,
penyiapan kentang (Solanum tuberosum) secara vegetatif melibatkan pemilihan
kentang yang sehat sebagai tanaman induk, dengan pemisahan rimpang (akar umbi)
sebagai bibit. Setiap rimpang harus memiliki tunas dan mata tunas yang baik untuk
pertumbuhan yang optimal. Begitu pula, penyiapan ubi jalar (Ipomoea batatas)
melibatkan pemotongan tunas dari tanaman ubi jalar yang sehat, yang kemudian
ditanam di media tanam untuk tumbuh menjadi tanaman baru. Proses serupa juga
dapat diterapkan pada pohon jeruk (Citrus spp.), di mana stek dari cabang tanaman
jeruk yang produktif digunakan untuk menumbuhkan pohon jeruk baru. Penyiapan
tanaman pertanian secara vegetatif memberikan alternatif yang efektif untuk
perbanyakan tanaman dengan hasil yang lebih cepat dan pemeliharaan sifat-sifat
unggul.
Benih merupakan elemen kunci dalam proses penanaman dan keberhasilan
budidaya, yang dapat disiapkan melalui metode generatif dan vegetatif. Proses
generatif melibatkan pembiakan dengan biji, yang memerlukan langkah-langkah
seperti pemilihan tanaman induk, penyerbukan, dan pengumpulan biji. Sementara itu,
metode vegetatif memanfaatkan bagian-bagian tanaman tanpa melibatkan biji, seperti
stek, rimpang, atau tunas. Keduanya memberikan fleksibilitas dalam pemilihan cara
perbanyakan sesuai dengan jenis tanaman dan tujuan budidaya. Keseluruhan,
penyiapan benih menjadi proses kritis dalam pengembangan varietas baru dan
pertumbuhan tanaman pertanian secara efektif..

B. Penanaman Benih
Pemilihan benih merupakan langkah kritis dalam budidaya pertanian, di mana
kualitas benih sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Sebagai contoh, dalam budidaya padi, pemilihan benih padi varietas unggul dengan
ketahanan terhadap hama penyakit tertentu menjadi kunci kesuksesan. Proses
penanaman benih juga memerlukan kewaspadaan yang tinggi dan perhatian pada jenis
tanaman yang dibudidayakan. Sebagai ilustrasi, tanaman sayuran seperti wortel
memerlukan penanaman benih yang dangkal, sementara tanaman padi membutuhkan
penanaman benih yang lebih dalam.
Penyemaian, yang merujuk pada penyebaran benih pada media tanam, menjadi
langkah awal dalam pertumbuhan tanaman. Proses ini melibatkan penyebaran benih
dengan jarak tertentu, baik di dalam persemaian maupun langsung di lapangan.
Sebagai contoh, pada budidaya sayuran, penyemaian dapat dilakukan dengan
menaburkan benih pada media tanam di dalam rumah semai.
Waktu tanam memiliki peran penting dalam keberhasilan budidaya, karena setiap
tanaman memiliki periode waktu optimal untuk ditanam. Sebagai contoh, tanaman
padi umumnya ditanam pada awal musim hujan di daerah tropis. Selain itu Jarak
tanam memegang peranan penting pada konsep penanaman benih ini. hal ini
merupakan jarak antara satu tanaman dengan tanaman lainnya yang memegang
peranan krusial dalam memastikan tanaman mendapatkan nutrisi dan cahaya matahari
yang cukup. Misalnya, pada budidaya jagung, jarak tanam umumnya adalah sekitar
75-90 cm antar baris dan 20-25 cm antar tanaman.
Dalam budidaya spesifik seperti tomat, pemilihan benih tomat varietas unggul,
penanaman pada kedalaman tertentu antara 0,5-2 cm, penyemaian di dalam pot atau
persemaian, waktu tanam yang sesuai dengan musim, dan jarak tanam yang tepat
dapat meningkatkan hasil panen. Begitu pula dalam budidaya cabai, pemilihan benih
cabai yang sesuai, penanaman pada kedalaman yang optimal, penyemaian di bak
persemaian, penanaman pada waktu yang tepat, dan penentuan jarak tanam yang
sesuai akan berkontribusi pada produktivitas tanaman. Jarak tanam sekitar 30-40 cm
antar baris dan 40-70 cm antar tanaman untuk cabai dan tomat disesuaikan jenis,
varietas yang akan ditanam juga musim, untuk tanaman berdaun lebar maka jarak
tanam lebih luas sedangkan tanaman berdaun kecil jarak tanam pendek misalnya pada
tanaman bawang merah kisaran 18-20 cm. Dengan memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip ini, petani dapat meningkatkan efisiensi produksi dalam budidaya
pertanian.

C. Sistem Tanam

Dalam budidaya tanaman, berbagai sistem tanam digunakan, dan hasil panen
dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk jenis tanaman, teknik
manajemen dan kondisi lingkungan. Seperti sistem Monocropping, yang melibatkan
penanaman satu jenis tanaman seperti jagung, padi, kedelai, atau gandum pada satu
lahan, memiliki hasil panen yang dapat berkisar antara 100 hingga 200 bushel per
acre, tergantung pada berbagai faktor seperti pemilihan varietas dan praktek
manajemen yang diterapkan. Di sisi lain, Polycropping, di mana beberapa jenis
tanaman seperti jagung dan kacang polong ditanam bersama-sama, dapat memberikan
hasil yang lebih tinggi secara keseluruhan, dipengaruhi oleh interaksi positif antar
tanaman.
Sistem Agroforestry, yang melibatkan tanaman pertanian seperti kopi di
bawah naungan pohon-pohon hutan atau tanaman buah di antara pohon kayu,
memberikan hasil panen yang bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang
dikombinasikan dengan unsur hutan. Keuntungan ekonomi dan ekologi seperti hasil
panen kayu, buah, dan perlindungan tanah dapat terwujud melalui praktik ini. Crop
Rotation, dengan bergantian tanaman seperti tomat, kentang, dan kubis pada lahan
yang sama, dapat menghasilkan hasil panen yang lebih baik dari waktu ke waktu
dengan mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan kesuburan tanah.
Sementara itu, Intercropping, di mana tanaman seperti cabai, bawang, dan
kacang ditanam berselang-seling, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber
daya dan menghasilkan hasil panen yang lebih tinggi daripada penanaman tunggal.
Penting untuk diingat bahwa hasil panen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi
dan praktik budidaya pertanian yang digunakan, dan angka-angka yang diberikan di
atas bersifat perkiraan kasar. Pemahaman terhadap sistem tanam dan penyesuaian
dengan kondisi spesifik lokasi menjadi kunci untuk mencapai hasil panen optimal.
KESIMPULAN

Keberhasilan budidaya tanaman dipengaruhi oleh sinergi antara penyiapan bahan


tanam yang baik, penanaman yang tepat, dan sistem penanaman yang optimal. Selain itu,
perhatian detail terhadap proses budidaya meningkatkan kemungkinan panen yang melimpah
dan berkualitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Nuno, L., Raka, I. G. N., & Yuswanti, H. E. S. T. I. N. (2017). Pengaruh penundaan waktu
prosesing terhadap mutu benih padi (Oryza sativa L.) varietas Membramo. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 6(3), 259-268.

Mufti, G. (2021). Kajian Perkecambah Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)
Berdasarkan Posisi Buah pada Tandan (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Pradana, A. P., Putri, D., & Munif, A. (2017). Analisis populasi nematoda parasit pada lahan
tanaman tomat dengan sistem tanam monokultur dan polikultur.

Warman, G. R., & Kristiana, R. (2018). Mengkaji sistem tanam tumpangsari tanaman
semusim. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental,
and Learning (Vol. 15, No. 1, pp. 791-794).

Anda mungkin juga menyukai