Anda di halaman 1dari 10

PENYIAPAN BAHAN TANAMAN

&
PENGGUNAAN JARAK TANAM1
Pengasuh Mata Kuliah :
Herman W Tubur, SP. M.Si
(team teaching)

I. PENYIAPAN BAHAN TANAMAN


Sub topic :

1. Terminologi dan pandangan biji dan benih


2. Pengertian, manfaat dan criteria benih bermutu
3. Pengujian benih
4. Perlakuan benih sebelum penanaman

1. Terminologi dan pandangan tentang biji dan benih


Untuk mengawali sub pokok bahasan ini, pertanyaaan
pendahuluan yang perlu dijawab adalah Apa itu bahan
tanaman…? dan mengapa perlu dilakukan penyiapan
bahan tanaman ….?

Bahan tanaman dalam konsep pertanian berarti bagian


tanaman baik itu organ generatif ataupun vegetatif yang
terdiri dari buah, bunga, biji, batang, daun, akar dan lain‐
lain. Bahan tanaman memiliki pemahaman yang identik
dengan cara perbanyakan tanaman.

Terdapat 2 cara dalam Memperbanyak tanaman yaitu secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif umumnya menggunakan organ biji sedangkan
perbanyakan tanaman vegetatif umumnya menggunakan organ batang, akar ataupun daun.

Perbanyakan tanaman secara generatif ataupun vegetatif memiliki kelebihan dan


kelemahannya masing‐masing. Perbanyakan tanaman secara generatif memiliki beberapa
kelebihan diantaranya adalah : a. tanaman yang dihasilkan memiliki sistem perakaran lebih
kuat; b. relative lebih mudah; c. Jangka waktu berbuah lebih panjang, sedangkan
kelemahannya adalah : a. waktu untuk mulai berbuah lebih lama; b. sifat turunan tidak sama
dengan induk; c. ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau benihnya sulit
untuk berkecambah. Sementara itu kelebihan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif
antara lain : a. lebih cepat berbuah; b. Sifat turunan sesuai dengan induk; c. sifat‐sifat yang
diinginkan dapat digabung, sedangkan kelemahannya : a. Perakaran kurang baik; b. Lebih
1
Materi disampaikan pada perkuliahaan Dasar‐dasar agronomi, semester Genap 2011/2012

1
sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu dan c. jangka waktu berbuah lebih
pendek.

Dalam konteks penyiapan bahan tanaman untuk perbanyakan tanaman secara generatif,
istilah biji dan benih sering diartikulasikan beragam, ada yang beranggapan biji dan benih
adalah sama sedangkan anggapan lain menyebutkan bahwa biji dan benih memiliki arti dan
pemahaman yang berbeda. Bagi seorang pengusaha benih, benih adalah biji yang telah
mengalami perkecambahan yaitu pada saat radikula muncul dari kulit biji dalam suatu
standar uji perkecambahan. Dan bagi pakar fisiologi, perkecambahan adalah proses yang
menyebabkan suatu biji yang tidak aktif mengalami perkembangan sedemikian rupa
sehingga memunculkan suatu semai. Proses ini mencakup penyerapan air (imbibisi),
mobilisasi persediaan candangan makanan di dalam biji dan berlangsungnya kembali
pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk membentuk struktur tunas dan akar semai
(Fisher, et al., 1996).2

Sutopo (2010) menyebutkan benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman. Ashari (2006) menyebutkan biji mempunyai makna yang lebih luas dari pada
benih. Biji dapat digunakan untuk bahan pangan, pakan hewan (ternak), atau bahan untuk
ditanam, sedangkan benih adalah biji terpilih yang hanya digunakan untuk penanaman
selanjutnya dalam rangka untuk mengembangbiakan tanaman atau memproduksi biji baru.

PP Republik Indonesia No. 44 tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, menyebutkan


bahwa benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti
penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha
meningkatkan produksi dan mutu hasil.

Menurut Sutopo (20103), benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
penanaman. Biji juga merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam
keadaan perkembangan yang terkekang. Sadjad, (19774) menjelaskan bahwa dalam konteks
agronomi, benih dapat dipandang dari empat macam prespektif yaitu :

1. Batasan structural, penekanannya pada segi anatomi dari biji. Proses pembentukan
biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama, baik disebabkan oleh factor genetic
maupun factor lingkungan. Ketidaksempurnaan dalam proses pembuahan bakal biji
akan mengakibatkan pembentukan biji yang tidak sempurna.
2. Batasan fungsional, penekanannya pada segi fungsi benih dan biji. Benih adalah biji
yang digunakan oleh manusia untuk tujuan penanaman atau budidaya. Sebagai
contoh : gabah dan benih padi mempunyai bentuk fisik yang sama tapi berbeda
fungsinya. Gabah untuk diberaskan sedangkan benih padi untuk disemaikan.
3. Batasan agronomi, berkaitan dengan kekuatan tumbuh dan daya kecambah yang
tinggi sehingga mampu mencapai produksi secara maksimum.

2
N. M. Fisher. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman : Fase vegetative dalam N M Fisher dan Peter R
Goldworthy. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Hal. 157‐171.
3
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Fakultas Pertanian UNBRAW
4
Sadjad, S. 1977. Dasar pemikiran dalam teknologi benih. Vol. 1. Penataran Latihan Pola Bertanam. LP3‐IRRI
Bogor, hal. 1‐4. Dalam Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Fakultas Pertanian UNBRAW.

2
4. Batasan teknologi, berkaitan dengan perlakuan teknologi untuk mempertahankan
kualitas benih dengan memperhatikan sifat dan karakteristik biji.

Dari uraian diatas, tampak jelas bahwa biji dan benih memiliki arti dan pemahaman yang
berbeda. Pemahaman sederhana yang dapat diterima adalah : “tidak semua biji adalah
benih, namun semua benih pasti berbentuk biji”. Biji memiliki arti yang lebih luas
dibandingkan benih. Benih adalah biji terpilih (seleksi) yang selanjutnya digunakan untuk
penanaman selanjutnya / penyiapan bahan tanaman selanjutnya untuk mengembangbiakan
tanaman atau memproduksi biji baru.

2. Pengertian, manfaat dan kriteria benih bermutu


Benih adalah symbol dari suatu permulaan, inti dari kehidupan di alam semesta dan yang
paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih
juga merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan
benih bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha meningkatkan produksi
dan mutu hasil.
Benih bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman
bagus dan hasil panen tinggi. Saat ini, benih bermutu dicerminkan oleh keseragaman biji,
daya tumbuh, dan tingkat kemurnian yang tinggi. Untuk mendapatkan benih bermutu
diperlukan penemuan varietas unggul yang dilakukan melalui usaha pemuliaan tanaman
yang diselenggarakan antara lain melalui pencarian, pengumpulan, dan pemanfaatan
plasma nutfah baik di dalam maupun di luar habitatnya dan atau melalui usaha introduksi
dari luar negeri. Benih dari varietas unggul, untuk dapat menjadi benih bina, terlebih dahulu
varietasnya harus dilepas. Produksi benih bina harus melalui proses sertifikasi dan apabila
akan diedarkan harus diberi label. Mutu benih mencakup pengertian sebagai berikut 5:

1. Mutu genetic, penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang
menunjukkan identitas genetic dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis,
benih dasar, benih pokok sampai dengan benih sebar
2. Mutu fisiologik, menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang
mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Bermula dari kemampuan
daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan tercermin pula pada daya
simpan selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit
benih.
3. Mutu fisik, merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara
lain ukuran yang homogen, bernas, berih dari campuran benih lain, biji gulma dan
dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik.

Benih bermutu harus memiliki enam kriteria6:


1. Murni dan diketahui nama varietasnya.
2. Daya tumbuh tinggi (minimal 80%) dan vigornya baik.
3. Biji sehat dan dipanen dari tanaman tua.
4. Dipanen dari tanaman sehat.
5. Tidak terinfeksi oleh hama dan penyakit.
6. Bersih, tidak tercampur varietas lain, biji rerumputan, dan kotoran lainnya.
5
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Fakultas Pertanian UNBRAW
6
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09034.pdf

3
Ditinjau dari tahapan dalam proses sertifikasi benih maka jenis‐jensi benih dibagi dalam
beberapa kelas yaitu : benih penjenis, benih dasar, benih pokok dan benih sebar7.
a. Benih Penjenis (Breeders Seed), adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah
pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan harus
merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
b. Benih Dasar (Basic Seed = Foundation Seed), adalah keturunan pertama (F1) dari
benih penjenis yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan
yang ketat sehingga kemurnian varitas yang tinggi dapat dipelihara. Benih dasar
diproduksi oleh instansi/badan yang ditetapkan oleh Sub Dirtektorat Pembinaan
Mutu Banih.
c. Benih Pokok (Stock Seed), Adalah keturunan dari benih penjenis atau benih dasar
yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat
kemurnian varitas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi
sebagai benih pokok oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih.
d. Benih Sebar (Extension Seed), Adalah keturunan dari benih penjenis, benih dan atau
benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian sehingga identitas dan
tingkat kemurnian varitas dapat dipelihara, dan memenuhi standar mutu benih yang
ditetapkan oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih.

Dalam rangka pembinaan perbenihan tanaman perlu dilakukan upaya yang menyangkut
semua aspek mulai dari pengadaan sampai peredarannya yang diarahkan untuk memeuhi
kriteria tepat jenis/varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat lokasi dan tepat
harga. Kesalahan dalam pembinaan perbenihan tanaman akan menimbulkan kegagalan
dalam kegiatan budidaya tanaman, baik ditinjau dari kepentingan individual
petani/pengguna benih maupun dari segi kepentingan nasional.

Dalam rangka memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen perlu diedarkan
pengawasan dalam pengadaan maupun eredaran benih bina. Supaya kegiatan perbenihan
tanaman dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan sasaran yang diinginkan,
Pemerintah memberikan kesempatan secara luas kepada masyarakat, baik berupa badan
hukum seperti koperasi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, perusahaan
swasta yang berbentuk perseroan terbatas, maupun perorangan termasuk firma dan C.V
untuk berperanserta dalam kegiatan perbenihan, baik kegiatan pemuliaan, produksi,
maupun peredaran benih.

7
http://pertanian.untag‐smd.ac.id/wp‐content/uploads/2012/01/Sertifikasi_Benih_Bab_V.pdf

4
3. Pengujian Benih
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis atau
kelompok benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik dan pengujian mutu
fisiologik.

Pengujian Mutu Fisik


Pengujian mutu fisik mencakup :
a. Pengambilan Contoh Benih, mencakup jumlah biji yang diambil untuk diuji tingkat
kemurniannya. Tiap jenis benih memiliki strandar jumlah biji dan berat minimal untuk
pengambilan contoh.
Tabel 1. Jumlah Benih per gram dan berat minimal contoh benih (Anon, 1964; ISTA,
1966 dalam Sutopo, 2000).

5
b. Pengujian Kemurnian Benih, merupakan persentase berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan dari uji ini adalah : 1. menentukan
komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain
komposisi dari kelompok benih, 2. Menentukan identitas dari berbagai spesies benih
dan partikel‐partikel terdapat dalam contoh. Contoh benih yang akan diuji
dipisahkan menjadi 4 komponen : 1. Benih murni, 2. benih spesies lain, 3. Benih
gulma, 4. Bahan lain‐lain.
c. kadar air benih, penentuan kadar air benih sangat penting karena berkaitan dengan
laju kemunduran suatu benih. Semakin tinggi kadar air dalam benih semakin tinggi
tingkat kemunduran benih, hal ini dilihat dari rendahnya daya kecambah. Kisaran
kadar air ideal bagi sebagian besar benih adalah 6%‐8%.
d. Berat 1000 butir benih, ada 2 cara :
1. Prosedur 1 x 1000 butir, yaitu dengan menghitung 1000 liter benih kemudian
ditimbang beratnya
2. Prosedur 1 x 100 butir, yaitu dengan mengambil 100 butir benih dengan 8 kali
ulangan secara acak dari contoh kerja kemudian ditimbang. Hasil timbangan
kemudian dihitung koefisien keragamannya dengan rumus :

∑ ∑
S=
Koefisien keragaman = (s/x) 100

X = berat benih pada masing‐masing ulangan


X = rata‐rata berat seluruh ulangan
n= jumlah ulangan
∑ = jumlah total

Pengujian Mutu Fisiologik


Syarat mutu benih secara fisiologik adalah menampilkan kemampuan daya hidup (viabilitas
benih‐seed viability) yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih serta
tercermin pula pada daya simpan selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi
hama dan penyakit benih. Untuk memenuhi syarat mutu fisiologik maka perlu dilakukan
pengujian yang terdiri atas:

1. Uji parameter daya hidup (viabilitas) benih


Parameter daya hidup yang digunakan antara lain : laju perkecambahan, persen
perkecambahan, bobot kecambah/kotiledon (g); bobot epikotil (g) atau plumula.

6
a. Persentase perkecambahan (germination percentage)

% 100%

b. Laju perkecambahan

1 1 2 2

c. Nilai perkecambahan

Nilai perkecambahan = nilai puncak x nilai rata‐rata perkecambahan harian

%
rata rata perkecambahan harian

T = titik dimana laju perkecambahan mulai menurun


G = titik dimana persen perkecambahan berakhir

Menghitung kebutuhan benih

2
2

2. Uji daya kecambah benih, kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam kondisi biofisik lapangan serba optimum. Metode : UDK

7
(uji diatas kertas), UDKm (uji diatas kertas dimiringkan); UAK (uji antar kertas);
UAKm (uji antar kertas dimiringkan); UKD (uji diatas kertas digulung); UKDp (uji
diatas kertas digulung dalam plastic).

3. Uji kekuatan tumbuh (vigour), dicerminkan oleh 2 hal : kekuatan tumbuh dan saya
simpan. Vigor benih yang tinggi memiliki cirri : tahan simpan lama, tahan terhadap
serangan hama dan penyakit; cepat dan merata tumbuhnya; mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang suboptimal. Vigor benih dapat menurun karena : genetis, fisiologis-
immaturity/kurang matang, morfologis-ukuran benih besar/kecil, sitologis-aberasi
kromosom, mekanis-kerusakan pada benih, mikrobia.

4. Uji tetrazolium, tetrazolium=zat yang dapat menghasilkan pewarnaan secara jelas dan
biasanya digunakan untuk benih tanaman pohon-pohonan dan lambat
perkecambahannya.

8
Lampiran.

Struktur biji

Tipe perkecambahan biji Hipogeal (ex. jagung dan ercis) dan epigeal (ex. buncis).

9
Beberapa Istilah dalam perbenihan :

Daya Berkecambah Benih adalah informasi kemampuan benih tumbuh normal menjadi
tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.

Deteriorasi adalah proses kemunduran benih dalam hal penurunan viabilitas benihnya akibat
pengaruh lingkungan simpan yang kurang mendukung daya simpan benihnya.

Desicant adalah bahan kimia yang berfungsi untuk menyerap uap air dari udara pada ruang
penyimpanan benih.

Higroskopis adalah sifat fisik bahan pengemas benih yang mudah menyerap air ataupun uap
air dari lingkungannya.

Insulasi adalah kemampuan ruang simpan benih dalam menahan aliran panas udara dari luar
ruang simpan benih.

Refrigerasi adalah kemampuan ruang simpan benih dalam memberikan pendinginan


terhadap benih yang disimpan menggunakan alat refrigerator.

Sealing adalah kegiatan penutupan atau perekatan bahan pengemas benih menggunakan
sealer.

Viabilitas Benih adalah parameter daya hidup benih yang diukur dengan pengujian daya
kecambah benih dan kekuatan tumbuh benih.

Vigor Benih adalah informasi kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampaui
suatu periode simpan yang lama.

10

Anda mungkin juga menyukai