Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)


BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)
DI KAMPUNG WADIO, KABUPATEN NABIRE

Oleh
Elias Bagubau
201828013

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)


BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma
cacao L.) DI KAMPUNG WADIO, KABUPATEN
NABIRE

Nama : ELIAS BAGUBAU

NIM : 2018-28-013

Progam Studi : DIPLOMA III BUDIDAYA TANAMAN


PERKEBUNAN

Menyetujui:
Dosen Pembimbing

Dr. Yohanis A. Mustamu SP., M.Si


NIP : 197701132003121001

Mengetahui:

Ketua Program Studi D III Budidaya Ketua Jurusan Budidaya Pertanian


Tanaman Perkebunan

Inna Martha Rumainum, Ph.D Dr. Ir. Eko. A. Martanto,MP


NIP: 1987092420108032001 NIP: 196802291992031002

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur ke Hadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat, Hikmat dan Kasih Karuniannya sehingga

kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dengan judul “BUDIDAYA TANAMAN

KAKAO (Thebroma cacao L.) DI KEBUN SAMPAH TOPO NABIRE” dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis laporan ini adalah hasil Praktek kerja Lapangan (PKL) yang

dilaksanakan oleh mahasiswa D-3 Budidaya Tanaman Perkebunan Fakultas

Pertanian Universitas Papua di wadiu, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Penyusunanan laporan ini berdasarkan pelaksananan teknis dilapangan yang

meliputi:pemberantas gulma, okulasi,pemangkasan dan pemberian pupuk,

penaneman.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih

terhadap:

1. Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Papua yang memberikan

kesempatan kepada penullis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL).

2. Ketua Program Studi Diploma III Budidaya Tanaman Perkebunan yang selalu

membina dalam kegiatan belajar mengajar kepada penulis selama mengikuti

proses belajar mengajar di Universitas Papua.

ii
3. Dr.Yohanis A. Mustamu, SP., M. Si. yang telah meluangkan waktu dan pikiran

dalam membimbing penulis sehingga penulis Laporan Praktek Kerja Lapangan

ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Rudolf K. Tukayo, SP., M.Si., yang telah mendampingi dan memberikan

arahan serta masukan-masukan kepada penulis selama Praktek Kerja Lapangan

berlangsung.

5. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Perkebunan Angkatan 2018 yang tak

dapat penulis menyebutkan nama-namanya satu persatu,terimakasih atas

kebersamaan dalam memberikan semangat, dukungan serta motivasinya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja

Lapanagan ini dengan baik.

6. Semua pihak yang tak sempat dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu penulis sehingga

laporan Praktek Kerja Lapamgan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwa penulis laporan ini jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya sangat membangun penulis harapkan.

Semoga penulis laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermamfaat bagi

pembacanya.

Manokwari,....Juli 2020

Tim penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DARTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4. Manfaat ...................................................................................................... 2

II. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .................................... 3


2.1. Waktu dan tempat ...................................................................................... 3
2.2. Alat dan Bahan........................................................................................... 3
2.3. Tahapan Kegiatan ...................................................................................... 3

III. SEJARAH PENGEMBANGAN TANAMAN ................................................ 4


3.1. Sejarah Budidaya Kakao ............................................................................ 4
3.2. Produksi Tanaman Kakao .......................................................................... 7

IV. KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .............................................. 9


4.1. Keadaan Umum wilayah ............................................................................ 9
4.2. Pembersihan lahan ................................................................................... 11
4.3. Pemangkasan cabang dan pembersihan tanaman terserang hama ........... 16
4.4. Panen........................................................................................................ 17

V. PENUTUP ..................................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 21
5.2. Saran ........................................................................................................ 21
5.3. Rekomendasi............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Data Produksi tanaman kakao dan beberapa tanaman perkebunan lainnya..... 7

2. Volume dan nilai perdagangan komoditi kakao di Kabupaten Nabire tahun

2006-2010. ....................................................................................................... 8

3. Jumlah kampung dan luas wilayah .................................................................. 9

4. Jumlah penduduk dan kepadatan distrik Nabire Barat................................... 10

v
DARTAR GAMBAR

Halaman

1. Kondisi kebun Kakao sebelum pembersihan .................................................... 15

2. Proses pembersihan kebun kakao...................................................................... 15

3. Pemangkasan pemeliharaan .............................................................................. 17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Kabupaten Nabire ................................................................................ 24

2. Jurnal Harian................................................................................................ 25

4. Data Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Nabire dan Kabupaten


lainnya di Provinsi Papua ............................................................................ 26

vii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kakao Termasuk dalam genus Theobroma, diduga berasal dari

daerah aliran hulu sungai Amazone dan Orinoco di kaki pengunungan Andes. Pada

mulanya biji kakao oleh suku Indian hanya dipergunakan sebagai minuman

persembahan para dewa langit saat upacara keagamaan oleh karena itu kakao

dinamakan sebagai minuman dewa atau dalam bahasa latin disebut Theobroma.

Dalam perkembangannya tanaman kakao (Theobroma cacao.L) merupakan

salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sehingga mempunyai

arti penting bagi sumber pendapatan pertani. Papua mempunyai potensi dalam

pengembangan tanaman kakao termasuk didalamnya Kabupaten Nabire. Nabire

merupakan salah satu sentra produksi kakao yang tersebar di 5 (lima) distrik Terdiri

distrik Nabire 699,50 ha, Distrik Uwapa 104,50 ha, distrik Wanggar 266,15 ha,

Distrik Napan 62 ha, dan Distrik Yaur 5 ha (Ryan, 2017).

Sektor perkebunan di Kabupaten Nabire merupakan potensi yang sangat

besar peluangnya dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Tersedianya

lahan perkebunan yang memadai sebagai salah satu modal utama pengembangan

komoditi perkebunan.

Hasil survey Bakosurtanal dan Badan Pertahanan Provinsi Papua bahwa

lahan potensial untuk perkebunan di Kabupaten Nabire seluas 2.231.049 Ha,

dengan komoditi yang sesuai antara lain : kelapa, kelapa sawit, kakao, kopi dan

lada. Pemanfaatan lahan perkebuan hingga tahun 2010 (data tahun 2011 belum

1
diperoleh), mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 3.645.00 Ha

menjadi 3.821,65 Ha (Sumber : https://nabirekab.go.id/portal/perkebunan/).

Kabupaten Nabire adalah salah satu kabupaten yang sangat strategis dalam

pertanian kakao karena berada di ketinggian dataran rendah kurang dari 600 mdpl.

Dengan sering terpapar sinar matahari yang cukup dan hidup di iklim basah Nabire,

membuat tekstur buah Kakao asal Nabire menjadi salah satu yang terbaik di

Indonesia. Komoditi kakao dari Nabire rutin dikirim ke Surabaya untuk kemudian

diekspor ke berbagai negara.

1.2.Tujuan dan Manfaat

Tujuan

1. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada suatu pada

perkebunan kakao rakyat yang ada kaitannya dengan bidang perkebunan.

2. Dapat memahami konsep-konsep non-akademis dan teknis di dunia kerja dalam

kaitannya dengan perkebunan kakao.

Manfaat

1. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat membandingkan kajian

teoritis dengan praktek-praktek nyata di lapangan serta belajar mengambil sikap

(menempatkan diri) di dalam bekerja sehubungan dengan keterkaitan berbagai

aspek dalam bidang perkebunan.

2. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja.

2
II. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1. Waktu dan tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama satu bulan,

pada kebun Sampah Topo yang berlokasi di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat

Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) dimulai tanggal 15 juni s.d 15 juli 2020.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama melakukan praktek kerja lapangan meliputi:

Parang,gunting stek, cangkul, sekup, meter, pisau okulasi, mesin babat, pisau cater,

gergaji dahang dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan selama melakukan

praktek kerja lapangan yaitu: Tanaman Kakao.

2.3. Tahapan Kegiatan

Tahapan kegiatan PKL di kebun Kakao masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Kordinasi awal dengan pemilik kebun

2. Pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan

3. Pelaksanaan kegiatan pemangkasan

4. Pelaksanaan kegiatan panen

3
III. SEJARAH PENGEMBANGAN TANAMAN

3.1. Sejarah Budidaya Kakao

Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling

luas di dunia dan termasuk Negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-

Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn. Dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat

secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini mencapai

1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.

Tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya

di Sulawesi, Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila

tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena adanya

serangan hama. Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di

Ambon pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan

11,6 ton tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa

mulai dilakukan tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi milik Belanda,

karena tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat

daun (Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru

didatangkan dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon.

Biji-biji dari tanaman tersebut ditanam kembali Indonesia merupakan salah

satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas di dunia dan termasuk Negara

penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai

produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,

4
perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90%

dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat. Tanaman kakao diperkenalkan

pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor

kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah

92 ton, setelah itu menurun karena adanya serangan hama.

Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di Ambon

pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan 11,6 ton

tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa mulai

dilakukan tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi milik Belanda, karena

tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat daun

(Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru didatangkan

dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon. Biji-biji dari tanaman

tersebut ditanam kembali dan menghasilkan tanaman yang sehat dengan buah dan

biji yang besar. Tanaman tersebutlah yang menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan

di Indonesia dan akhirnya di Jawa Timur dan Sumatera. Kakao Indonesia,

khususnya yang dihasilkan oleh rakyat, di pasar Internasional masih dihargai paling

rendah karena citranya yang kurang baik yakni didominasi oleh bijibiji tanpa

fermentasi, biji-biji dengan kadar kotoran tinggi serta terkontaminasi serangga,

jamur dan mitotoksin. Sebagai contoh, pemerintah Amerika serikat terus

meningkatkan diskonnya dari tahun ke tahun. Citra buruh inilah yang menyebabkan

ekspor kakao ke China atau negara lain harus melalui Malaysia atau Singapura

terlebih dahulu. Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami

5
peningkatan konsumsi seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit

saja kenaikan tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao

di Asia. Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti

Papua New Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik

dalam hal luas areal maupun total produksi, oleh karena itu dibanding Negara lain,

Indonesia memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengembangan kakao, antara

lain ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja relatif murah, potensi

pasar domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik. Masalah klasik

yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang secara umum

rata-ratanya 900 kg/ha.

Faktor penyebabnya adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik,

teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan

hama penyakit. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas

kakao Indonesia adalah melalui penggunaan bahan tanaman unggul, aplikasi

teknologi budidaya secara baik, pengendalian hama dan penyakit dan sistem

pengolahan yang baik. Usaha perbaikan produktivitas dan mutu menjadi bagian dari

usaha berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia. Oleh sebab itu dalam buku ini

akan disajikan teknologi yang telah dihasilkan yang dijabarkan ke dalam sistem

operasional prosedur (SOP) mulai dari hulu sampai hilir.

6
3.2. Produksi Tanaman Kakao

Kabupaten Nabire merupakan salah satu sentra produksi tanaman kakao,

selain itu beberapa tanaman perkebunan juga dihasilkan di kabupaten ini, seperti

kelapa dalam, kelapa hibrida, cengkeh, kapuk rindu, kayu manis, jambu mete, lada,

panili, pinang dan tebu. Dari beberapa jenis tanaman perkebunan tersebut, kakao

memiliki luas tanaman menghasilkan mencapai 1,398 ha. Produksi tanaman kakao

pada tahun 2009 mencapai 1,340 kg dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan

menjadi 1,616.00 kg atau kurang lebih 1,6 ton, dengan produktivitas mencapai

1,155 kg atau 1,2 ton (sumber : https://nabirekab.go.id/portal/perkebunan/).

Tabel 1. Data Produksi tanaman kakao dan beberapa tanaman perkebunan lainnya.
Tanaman
menghasilkan Produksi
™ (kg) Produktivitas
No Komoditi
(ha) (kg)
2009 2010
1 Kakao 1,398.00 1,340.00 1,616.00 1,155.00
2 Kelapa Dalam 571.30 130.25 448.00 784.00
3 Kelapa Hibrida 74.00 9.00 61.00 824.00
4 Cengkeh - 2.00 4.00 0.00
5 Kapuk Rindu 95.00 1.50 3.00 567.00
6 Kayu Manis 11.25 0.75 2.00 258.00
7 Jambu Mete 11.25 1.75 3.00 575.00
8 Lada 4.00 1.25 3.00 425.00
9 Panili 1.00 0.25 0.00 58.00
10 Pinang 16.00 14.30 18.00 2,917.00
11 Tebu 3.00 0.50 1.00 183.00
Sumber : Dinas perkebunan dan pertanian Kabupaten Nabire, 2010.

Selain tanaman kakao, beberapa tanaman perkebunan yang memiliki

produktivitas tinggi adalah pinang. Walaupun luas lahan tanaman menghasilkan

7
hanya mencapai 16 ha, namun produktivitas tanaman ini mencapai 2.917 kg atau

1,9 ton.

Pemasaran hasil komoditi perkebunan sampai saat ini tidak mengalami

hambatan, bahkan beberapa pelaku pasar (pedagang penampung) melakukan mitra

usaha dengan petani sebagai penghasil. Komoditi perkebunan yang masih menjadi

andalan untuk diantarpulaukan adalah kakao dan kopi yaitu ke Surabaya dan

Makassar. Realisasi volume dan nilai perdagangan antar pulau kedua komoditi ini

tersebut cenderung mengalami peningkatan, sebaliknya harga satuannya relatif

tetap, bahkan untuk kakao terjadinya penurunan harga dari tahun yang lalu. Data

ini dapat dilihat dari lima tahun terakhir hingga tahun 2010 sebagai berikut :

Tabel 2. Volume dan nilai perdagangan komoditi kakao di Kabupaten Nabire


tahun 2006-2010.
Volume Harga Nilai
No Tahun
(ton) (Rp/kg) (Rp Juta)
1 2006 1,200.00 9,500 11,400
2 2007 1,150.00 14,500 16,675
3 2008 1,158.00 16,000 18,528
4 2009 1,340.00 18,000 24,120
5 2010 1,161.00 18,000 29,088

8
IV. KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1. Keadaan Umum wilayah

Distrik Nabire Barat terletak diantara 135024’ - 136032’ Bujur Timur dan 3021’

- 3028’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- sebelah utara dibatasi oleh TelukCendrawasih (Teluk Sarera),

- sebelah selatan dibatasi oleh Distrik Uwapa,

- sebelah timur dibatasi oleh Distrik Nabire dan

- sebelah barat dibatasi oleh Distrik Wanggar.

Kampung Gerbang Sadu dan Waroki merupakan daerah terjauh jarak

tempuhnya yaitu delapan km dari Kantor Distrik Nabire Barat di Kampung Bumi

Raya. Secara administratif pada tahun 2018 Distrik Nabire Barat terbagi menjadi

lima kampung. Luas wilayah Distrik Nabire Barat pada tahun 2018 tercatat sebesar

143,09 km2 Kampung GerbangSadu dengan luas 49,11 km2 merupakan kampung

terluas dengan dominasi 34,31 persen dari luas seluruh Distrik Nabire Barat,

sedangkan wilayah terkecil yaitu Kampung Wadio yaitu hanya 5,24 persen atau

7,5 km2

Tabel 3. Jumlah kampung dan luas wilayah


No Nama Kampung Luas (km2) Persentase (%)
1 Bumi Raya 31,79 22,22
2 Wadio 7,50 5,24
3 Gerbang Sadu 49,11 34,31
4 Kali Semen 38,90 27,19
5 Waroki 15,80 11,04
Distrik Nabire Barat 143,09 100,00

9
Penduduk Distrik Nabire Barat pada tahun 2018 berjumlah 12.106 jiwa.

Jumlah Penduduk laki-laki 6 446 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5 660

jiwa. Kepadatan penduduk di Distrik Nabire Barat yaitu 84,60 penduduk

perkilometer dengan rasio jenis kelamin 114. Hal ini berarti diantara 100 pasangan

laki-laki dan perempuan terdapat 14 (empat belas) orang laki-laki yang tidak

memiliki pasangan perempuan.

Wilayah kampung paling luas di distrik Nabire barat adalah Gerbang Sadu

yaitu 49,11 km2, sedangkan luas wilayah kampung paling sempit adalah Waroki

15,8 km2. Sementara luas wilayah Kampung Wadio yang merupakan tempat lokasi

PKl adalah 7,5 km2.

Tabel 4. Jumlah penduduk dan kepadatan distrik Nabire Barat


No Nama Luas wilayah Jumah penduduk Kepadatan
Kampung 2
(km ) (jiwa) (jiwa/km2)
1 Bumi Raya 31,79 3 544 111,48
2 Wadio 7,5 1 847 246,26
3 Gerbang Sadu 49,11 1 117 22,74
4 Kali Semen 38,9 4 328 111,25
5 Waroki 15,8 1 270 80,37
Jumlah/Total 143,09 12 106 84,60

Sebagian besar masyarakat di Distrik Nabire Barat adalah bagiaan dari

program transmigrasi sehingga turut berpengaruh terhadap sumber mata

pencaharian penduduk setempat yaitu sebagai petani. Lahan pertanian terdiri

dari lahan sawah seluas 561 hektar dan lahan bukan sawah 2 967 hektar. Lahan

sawah dibagi lagi menjadi lahan sawah berpengairan diusahakan seluas 600

hektar, tidak berpengairan 510 hektar, dan sementara tidak diusahakan seluas

10
422 hektar (BPS, 2019).

Selain menanam padi, petani setempat juga mengusahakan tanaman kakao.

Kampung Wadio merupakan salah satu kampung di distrik Nabire Barat yang

memiliki luas lahan kebun Kakao. Produksi buah kakao adaah salah satu sumber

pendapatan bagi petani di Kampung Wadio.

4.2. Pembersihan lahan

Tanaman kakao milik petani di Kampung Wadio menurut informasi dari

pemilik kebun bahwa tanaman kakao telah ditanam sejak tahun 2004, dan saat ini

telah mencapai umur 17 tahun. Salah satu factor untuk mendukung pertumbuhan

dan produksi kakao adalah kondisi kebun yang bersih.

Untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buah kako maka lahan kakao

harus bersih dari jenis tanaman lain. Pembersihan areal lahan kakao biasanya

dilaksanakan mulai dari tahap survai/ pengukuran sampai tahap pengendalian

ilalang. Pelaksanaan survai/pengukuran biasanya berlangsung selama satu bulan.

Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan topografi, penyebaran

jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami.

Tahap selanjutnya dari pembersihan areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan

pekerjaan pada tahap ini adalah dengan membersihkan semak belukar dan kayu-

kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, lama pekerjaan

ini adalah 2-3 bulan baru kemudian dilanjutkan dengan tahap tebang .

Tahap berikut ini dilaksanakan selama 3-4 bulan, dan merupakan tahap yang

paling lama dari semua tahap pembersihan areal. Bila semua pohon telah tumbang,

tumbangan itu dibiarkan selama 1- 1,5 bulan agar daun kayu mengering. Areal yang

11
telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila baru

dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang.

Setelah dilakukan penanaman, tanaman kakao akan bertumbuh dan

berproduksi. Pada tahapan ini, pembersihan masih harus dilakukan untuk menjaga

kondisi kebun tetap bersih dan terhindar hama dan penyakit. Kebun yang kotor dan

ditumbuhi alang-alang dan jenis tanaman lain adalah rumah bagi hama dan

penyakit. Kebun yang kotor dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit

terhadap pohon kakao dan berpengaruh pada rusaknya buah dan menurunkan

produksi.

Ryan (2017) melaporkan bahwa areal tanaman kakao merupakan lahan

perkebunan rakyat di Nabire pada kampung Kimi dan Gerbang Sadu memiliki

Intensitas serangan penyakit akibat cendawan Phythoptora palmivora .Butt.

terendah 12 % (kimi), 11,73 % (Gerbang Sadu) dan tertinggi 47 % (kimi) dan 39,5

% (gerbang sadu) dengan laju perkembangan penyakit berfluktuasi pada masing-

masing kebun contoh, berkisar antara 0,007 – 0,085 (Kimi) dan 0,010 -0,064

(Gerbang Sadu) bahkan cenderung menurun. Factor yang mendukung

kecenderungan menurunnya laju perkembangan antara lain suhu, kelembaban

dengan kondisi kebun yang kering dan curah hujan yang rendah.

Tingkat penyebaran cendawan Phythoptora palmivora .Butt tidak hanya

terjadi di kampung Gerbang Sadu dan Kimi namun juga menyebar hingga ke

Kampung Wadio. Hal ini berarti tindakan pencegahan untuk menekan tingkat

serangan penyakit akibat cendawan perlu diakukan dengan mengontrol kondisi

kebersihan kebun. Hasil pengamatan saat di lapangan menunjukkan bahwa kondisi

12
kebun kakao milik petani tampak tidak terawatt dan kotor. Selain tanaman kakao,

terdapat juga tumbuhan liar lainnya seperti alang-alang, tumbuhan pakis dan jenis

gulma kacang-kacangan, yang biasanya tumbuh merayap dan menutupi tanaman

kakao.

tanaman kakao memerlukan tindakan pemangkasan berarti usaha

meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman.

Pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan pemotongan atau pembuangan

bagian berupa cabang, ranting dan daun yang tidak diinginkan atau diperlukan lagi

bagi pertumbuhan tanaman dan terbentuknya buah. Pemangkasan kakao memiliki

peranan penting dalam peningkatan produksi. Pemangkasan tanaman kakao

membutuhkan penanganan secara periodic dalam rangka membentuk kondisi

lingkungan yang baik. Dengan lingkungan yang baik maka produksi dapat

meningkat dan umur ekonomis tanaman lebih lama.

Pemangkasan tanaman kakao mempunyai berberapa jenis meliputi :

pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi.

1). Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan kerangka tanaman yg

sehat,kuat dan penyebaran merata. Pemangkasan bentuk sebaiknya dilakukan pada

tanaman yang belum menghasilkan. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan

membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang simetris

terhadap batang utama, kukuh, sehat dan membentuk sudut 45ᵒ. Panjang Cabang

sekitar 30-40 cm. Cabang utama yang mendatar perlu dibantu agar membentuk

sudut 45ᵒ dengan cara diikat tali. Lamanya Pengikatan sekitar 3-4 minggu.

13
Ketinggian jorket yang ideal adalah 120-150 cm,apabila tumbuhnya kurang dari

120cm, maka batang utama dapat dipotong setinggi 80cm agar tumbuh tunas air

(chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi. Pemangkasan juga

perlu dilakukan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm.

2). Pemangkasan Produksi

Pemangkasan ini dilakukan pada cabang-cabang yang tidak produktif,

tumbuh kearah dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembapan,

dan dapat mengurangi intensitas matahari bagi daun.

3). Pemangkasan Pemeliharaan

pemangkasan pemeliharaan lebih mengutamakan keseimbangan cabang

primer. Chupon harus dipangkas dalam selang waktu dua minggu sekali. karena

bila dibiarkan tumbuh akan menyerap hara dan menjadi inang beberapa hama.

pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang

sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang

perimer ataupun sekunder. Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan

membesar sehingga semakin menyulitkan ketetapan pemangkasan.

14
Gambar 1. Kondisi kebun Kakao sebelum pembersihan

Gambar 2. Proses pembersihan kebun kakao

15
4.3. Pemangkasan cabang dan pembersihan tanaman terserang hama

Pemangkasan merupakan salah satu teknik yang sangat dianjurkan oleh

pemerintah yang merupakan bagian dari metode pspsp (panen sering,

pemangkasan, sanitasi, dan pemupukan). pemangkasan pada tanaman kakao juga

merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi,

meminimalkan serangan patogen dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. 3

jenis pemangkasan, pada tanaman kakao yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan

produksi dan pemangkasan pemeliharaan. fungsi dan tujuan pemangkasan pada

kakao adalah sebagai berikut ;

 supaya pertumbuhan tajuk tanaman kokoh dan seimbang

 mengurangi kelembaban untuk dapat meminimalkan serangan opt

 memudahkan pemeliharaan dan pemanenan

 meningkatkan produksi kakao

Terdapat 3 bentuk pemangkasan dengan tujuan dan fungsi yang berbeda,

yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi, dan pemangkasan

pemeliharaan. Teknik pemangkasannya adalah sebagai berikut :

1). Pemangkasan Bentuk

Tanaman kakao yang belum menghasilkan (tbm), pada usia 8atau 9 bulan

perlu mulai dilakukan pemangkasan (pemangkasan bentuk). dalam dua minggu

sekali tunas-tunas air dibuang dengan cara memotong tepat dipangkal batang utama

atau cabang primer yang tumbuh. sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehingga hanya

tinggal 3-4 cabang saja. cabang yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris

terhadap batang utama, kokoh, dan sehat. tanaman yang cabang-cabang primernya

16
terbuka, sehingga jorket langsung terkena sinar matahari, sebaiknya diikat

melingkar agar pertumbuhannya membentuk sudut lebih kecil terhadap batang

utama atauagar tajuk menjadi lebih ramping. pemangkasan bentuk dilaksanakan

dalam selang waktu dua bulan sekali selama masa tbm.

Gambar 3. Pemangkasan pemeliharaan

4.4. Panen

Tanaman kakao mulai memproduksi buah pada berumur 2,5 – 3 tahun

setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan

terus meningkat seiring pertambahan umur. Produktivitas optimal dicapai pada

pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.

Tanaman kakao mulai memproduksi buah pada berumur 2,5 – 3 tahun

setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan

terus meningkat seiring pertambahan umur. Produktivitas optimal dicapai pada

pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.

Produktivitas tersebut akan terus menurun hingga tanaman tua dan mati. Buah

17
kakao dihasilkan dari proses penyerbukan bunga jantan dan bunga betina yang

tumbuh menempel pada semua bagian batang tanaman. Bunga-bunga yang tumbuh

pada batang pokok umumnya akan menghasilkan buah yang besar dan berkualitas

baik.

Proses penyerbukan hingga buah matang dan siap petik dibutuhkan waktu

sekitar 5 – 6 bulan. Kakao matang yang siap petik harus memenuhi kriteria panen.

Buah kakao yang memenuhi kriteria panen adalah buah yang sudah menunjukan

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Kulit buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika mentah

berwarna hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang ketika mentah

berwarna merah menjadi jingga tua.

2. Tangkai buah mulai mengering.

3. Buah kakao mengeluarkan bunyi jika digoncangkan atau dikocok.

Buah kakao yang telah memenuhi kriteria siap panen harus segera dipetik

agar mutu bijinya tidak turun. Jika panen ditunda, biji bisa berkecambah saat masih

di dalam buah dan hal ini akan membuat kadar lemak biji turun secara drastis. Biji-

biji yang demikian umumnya memiliki harga jual yang sangat rendah. Teknik

pemanenan buah yang benar merujuk pada beberapa hal yaitu rotasi panen, teknik

pemetikan, pengupasan buah, serta persiapan olah pasca panen.

Panen buah kakao sebaiknya dilakukan sesering mungkin, minimal 7 – 10

hari sekali. Panen yang sering bermanfaat untuk memutus siklus hidup hama

penggerek buah kakao dan mencegah penularan penyakit busuk buah kakao.

Pemetikan buah kakao adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan

18
panen. Cara pemetikan yang salah dapat menyebabkan penurunan produktivitas

tanaman kakao pada bulan-bulan berikutnya.

Pemetikan buah dilakukan dengan memotong tangkai buah menggunakan

bantuan alat berupa gunting pangkas, golok, atau sabit. Pemotongan tangkai

dilakukan sedekat mungkin dengan buahnya yaitu menyisakan tangkai dengan

panjang sekitar 1-1,5 cm. Tangkai buah ini adalah investasi karena bunga-bunga

kakao baru nantinya akan tumbuh di bekas tangkai buah ini.

Pemanenan dengan cara memelintir buah, menendang, atau menarik buah

sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak tangkai dan melukai tanaman.

Tangkai buah yang rusak tidak lagi dapat ditumbuhi bunga kakao sehingga buah

tidak mungkin tumbuh lagi disana, sedangkan kulit tanaman yang terlukai akan

mudah terinveksi jamur-jamur patogen.

Untuk buah yang terletak pada bagian yang sulit dijangkau, pemetikan buah

dilakukan dengan bantuan gunting pangkas bergalah. Pemanenan menggunakan

galah saja beresiko merusak tangkai buah dan kulit tanaman. Buah-buah yang sudah

dipetik kemudian dibawa dan dikumpulkan ke tempat penampungan hasil untuk

dipecah dan diambil bijinya.

19
Gambar 4. Proses panen buah kakao

Setelah buah kakao hasil panen terkumpul, tahapan selanjutnya yang

dilakukan dalam kegiatan panen adalah pengupasan buah dan pengambilan biji.

Pengupasan buah dilakukan dengan memecah kulit buah menggunakan bantuan

benda tumpul seperti tongkat kayu atau bambu. Pengupasan menggunakan bantuan

benda tajam seperti golok atau sabit sebaiknya dihindari karena dapat melukai biji

yang ada di dalam buah. Biji-biji yang terluka dan pecah umumnya dibeli dengan

harga rendah. Biji kakao yang terdapat dalam buah yang sudah pecah kemudian

diambil dan ditampung dalam wadah ember plastik atau tempat penampungan yang

bersih untuk kemudian diolah menjadi biji kakao kering siap jual.

20
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan dapat disimpulkan :

1. Kampung Wadio, distrik Nabire Barat adalah salah satu sentra produksi

kakao di Kabupaten Nabire

2. Lahan kebun kakao di Kampung Wadio kurang terawat, oleh karena itu

perlu dilakukan perawatan secara rutin seperti pembersihan dan

pemangkasan untuk meningkatkan produksi dan produtivitas

5.2. Saran

1. Perlu dukungan pemerintah untuk pengembangan program budidaya kakao

di Kampung Wadio distrik Nabire Barat

5.3. Rekomendasi

Dari hasil kegiatan praktek kerja lapangan pada kebun Sampah Topo yang

berlokasi di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, dapat direkomendasikan

sebagai berikut :

1. Pemilik kebun harus melakukan kegiatan pembersihan kebun secara teratur

agar dapat meningkatkan partumbuhan dan produksi dan

2. Pohon kakao harus dilakukan pemangkasan secara teratur baik itu

pemangkasan untuk bentuk, produksi, ataupun pemangkasan untuk

pemeliharaan. Pemangkasan yang baik akan meningkatkan produksi dan

kualitas hasil buah kakao

21
3. Produksi dan kualitas biji kakao Kampung Wadio, distrik Nabire Barat

cukup menjanjikan, namun pemasaran perlu

22
DAFTAR PUSTAKA

Ryan, I. 2017. Laju perkembangan busuk buah kakao oleh cendawan Phythoptora
palmivora Butt. pada perkebunan rakyat Kabupaten Nabire Jurnal
Fapertanak. Vol. II (2).

BPS, 2019. Distrik Nabire Barat Dalam Angka 2019.

https://papua.bps.go.id/indicator/54/212/1/produksi-tanaman-perkebunan.html

23
Lampiran 1. Peta Kabupaten Nabire

24
Lampiran 2. Jurnal Harian
Tanggal Jenis Kegiatan Waktu (WIT)
Berangkat dari Manokwari
24.00
14 Juni 2020 menggunakan KM. Nngapulu
15 Juni 2020 Tiba di Nabire 06.00
17-24 Juni 2020 Pembersihan lahan 08.00-11.00
Pembersihan lahan 14.00-16.00
Pemangkasan /pembersihan caban
08.00-11.00
25-27 Juni 2020 pohon kakao
Istirahat 11.00-13.00
Lanjut Pemangkasan
13.00-15.00
/pembersihan caban pohon kakao

28 Juni-15 Juli 2020 Panen 08.00-11.00


Istirahat 11.00-13.00
Lanjut Panen 13.00-15.00
Berangkat dari Nabire ke
17 Juli 12.00
Manokwari melalui jalan darat
Tiba Manokwari 23.00

25
Lampiran 3. Data Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Nabire dan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua
Produksi Tanaman Perkebunan (Ton)
Kelapa Kapuk Jambu
Karet Kelapa Sawit Kopi Lada Kakao Jarak Pagar Randu Cengkeh Sagu Pinang Mete
Kabupaten 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Merauke - 4 346,00 - - - - - - - - 12,00 -
Jayawijaya - - - 475,00 - - - - - - - -
Jayapura - 1 583,00 - - - 5 354,00 - - - 3 254,00 95,00 -
Nabire - 412,00 - - - 706,00 - - - 195,00 14,00 -
Kepulauan Yapen - 395,00 - - - 328,00 - - - 35,00 - -
Biak Numfor - 3 695,00 - - - 48,00 - - - 60,00 43,00 -
Paniai - - - 152,00 - - - - - - - -
Puncak Jaya - - - 151,00 - 5,00 - - - - - -
Mimika - 192,00 - 20,00 - 35,00 - - - 2 350,00 - -
Boven Digoel - 275,00 - - - 6,00 - - - - - -
Mappi - 775,00 - - - 4,00 - - - - 29,00 -
Asmat - 115,00 - - - - - - - 17 445,00 - -
Yahukimo - 65,00 - 625,00 - - - - - 150,00 2,00 -
Pegunungan Bintang - 95,00 - 134,00 - - - - - - - -
Tolikara - 1,00 - 67,00 - - - - - 42,00 - -
Sarmi - 2 085,00 - - - 875,00 - - - 1 500,00 85,00 -
Keerom - 66,00 - - - 1 950,00 - - - 2 597,00 251,00 -
Waropen - 435,00 - - - 328,00 - - - 570,00 61,00 -
Supiori - 700,00 - - - - - - - - 4,00 -
Mamberamo Raya - - - - - - - - - - - -
Nduga - 8,00 - 17,00 - - - - - 92,00 - -
Lanny Jaya - - - 375,00 - - - - - - - -
Mamberamo Tengah - - - - - - - - - - - -
Yalimo - - - - - - - - - - - -
Puncak - - - 16,00 - - - - - - - -
Dogiyai - - - - - - - - - - - -
Intan Jaya - - - - - - - - - - - -
Deiyai - - - 10,00 - - - - - - - -
Kota Jayapura - 750,00 - - - 528,00 - - - 50,00 10,00 -
Provinsi Papua - 15 993,00 - 2 042,00 - 10 167,00 - - - 28 340,00 606,00 -
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Papua
Source Url: https://papua.bps.go.id/indicator/54/212/1/produksi-tanaman-perkebunan.html

26

Anda mungkin juga menyukai