Oleh
Elias Bagubau
201828013
PROGRAM STUDI
DIPLOMA III BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2018-28-013
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Mengetahui:
i
KATA PENGANTAR
Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat, Hikmat dan Kasih Karuniannya sehingga
Penulis laporan ini adalah hasil Praktek kerja Lapangan (PKL) yang
penaneman.
terhadap:
(PKL).
2. Ketua Program Studi Diploma III Budidaya Tanaman Perkebunan yang selalu
ii
3. Dr.Yohanis A. Mustamu, SP., M. Si. yang telah meluangkan waktu dan pikiran
4. Bapak Rudolf K. Tukayo, SP., M.Si., yang telah mendampingi dan memberikan
berlangsung.
6. Semua pihak yang tak sempat dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang
laporan Praktek Kerja Lapamgan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa penulis laporan ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya sangat membangun penulis harapkan.
Semoga penulis laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermamfaat bagi
pembacanya.
Manokwari,....Juli 2020
Tim penulis
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4. Manfaat ...................................................................................................... 2
V. PENUTUP ..................................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 21
5.2. Saran ........................................................................................................ 21
5.3. Rekomendasi............................................................................................ 21
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
2006-2010. ....................................................................................................... 8
v
DARTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
2. Jurnal Harian................................................................................................ 25
vii
I. PENDAHULUAN
daerah aliran hulu sungai Amazone dan Orinoco di kaki pengunungan Andes. Pada
mulanya biji kakao oleh suku Indian hanya dipergunakan sebagai minuman
persembahan para dewa langit saat upacara keagamaan oleh karena itu kakao
dinamakan sebagai minuman dewa atau dalam bahasa latin disebut Theobroma.
salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sehingga mempunyai
arti penting bagi sumber pendapatan pertani. Papua mempunyai potensi dalam
merupakan salah satu sentra produksi kakao yang tersebar di 5 (lima) distrik Terdiri
distrik Nabire 699,50 ha, Distrik Uwapa 104,50 ha, distrik Wanggar 266,15 ha,
lahan perkebunan yang memadai sebagai salah satu modal utama pengembangan
komoditi perkebunan.
dengan komoditi yang sesuai antara lain : kelapa, kelapa sawit, kakao, kopi dan
lada. Pemanfaatan lahan perkebuan hingga tahun 2010 (data tahun 2011 belum
1
diperoleh), mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 3.645.00 Ha
Kabupaten Nabire adalah salah satu kabupaten yang sangat strategis dalam
pertanian kakao karena berada di ketinggian dataran rendah kurang dari 600 mdpl.
Dengan sering terpapar sinar matahari yang cukup dan hidup di iklim basah Nabire,
membuat tekstur buah Kakao asal Nabire menjadi salah satu yang terbaik di
Indonesia. Komoditi kakao dari Nabire rutin dikirim ke Surabaya untuk kemudian
Tujuan
Manfaat
2
II. PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
pada kebun Sampah Topo yang berlokasi di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat
Parang,gunting stek, cangkul, sekup, meter, pisau okulasi, mesin babat, pisau cater,
gergaji dahang dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan selama melakukan
3
III. SEJARAH PENGEMBANGAN TANAMAN
luas di dunia dan termasuk Negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-
Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn. Dalam kurun
secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini mencapai
1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.
Tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya
tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena adanya
serangan hama. Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di
Ambon pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan
11,6 ton tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa
karena tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat
daun (Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru
satu negara pembudidaya tanaman kakao paling luas di dunia dan termasuk Negara
penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai
4
perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90%
pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor
kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah
Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di Ambon
pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan 11,6 ton
tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa mulai
tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat daun
(Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru didatangkan
dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon. Biji-biji dari tanaman
tersebut ditanam kembali dan menghasilkan tanaman yang sehat dengan buah dan
biji yang besar. Tanaman tersebutlah yang menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan
khususnya yang dihasilkan oleh rakyat, di pasar Internasional masih dihargai paling
rendah karena citranya yang kurang baik yakni didominasi oleh bijibiji tanpa
meningkatkan diskonnya dari tahun ke tahun. Citra buruh inilah yang menyebabkan
ekspor kakao ke China atau negara lain harus melalui Malaysia atau Singapura
5
peningkatan konsumsi seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit
saja kenaikan tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao
di Asia. Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti
Papua New Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik
dalam hal luas areal maupun total produksi, oleh karena itu dibanding Negara lain,
lain ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja relatif murah, potensi
pasar domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik. Masalah klasik
yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang secara umum
teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan
teknologi budidaya secara baik, pengendalian hama dan penyakit dan sistem
pengolahan yang baik. Usaha perbaikan produktivitas dan mutu menjadi bagian dari
usaha berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia. Oleh sebab itu dalam buku ini
akan disajikan teknologi yang telah dihasilkan yang dijabarkan ke dalam sistem
6
3.2. Produksi Tanaman Kakao
selain itu beberapa tanaman perkebunan juga dihasilkan di kabupaten ini, seperti
kelapa dalam, kelapa hibrida, cengkeh, kapuk rindu, kayu manis, jambu mete, lada,
panili, pinang dan tebu. Dari beberapa jenis tanaman perkebunan tersebut, kakao
memiliki luas tanaman menghasilkan mencapai 1,398 ha. Produksi tanaman kakao
pada tahun 2009 mencapai 1,340 kg dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan
menjadi 1,616.00 kg atau kurang lebih 1,6 ton, dengan produktivitas mencapai
Tabel 1. Data Produksi tanaman kakao dan beberapa tanaman perkebunan lainnya.
Tanaman
menghasilkan Produksi
™ (kg) Produktivitas
No Komoditi
(ha) (kg)
2009 2010
1 Kakao 1,398.00 1,340.00 1,616.00 1,155.00
2 Kelapa Dalam 571.30 130.25 448.00 784.00
3 Kelapa Hibrida 74.00 9.00 61.00 824.00
4 Cengkeh - 2.00 4.00 0.00
5 Kapuk Rindu 95.00 1.50 3.00 567.00
6 Kayu Manis 11.25 0.75 2.00 258.00
7 Jambu Mete 11.25 1.75 3.00 575.00
8 Lada 4.00 1.25 3.00 425.00
9 Panili 1.00 0.25 0.00 58.00
10 Pinang 16.00 14.30 18.00 2,917.00
11 Tebu 3.00 0.50 1.00 183.00
Sumber : Dinas perkebunan dan pertanian Kabupaten Nabire, 2010.
7
hanya mencapai 16 ha, namun produktivitas tanaman ini mencapai 2.917 kg atau
1,9 ton.
usaha dengan petani sebagai penghasil. Komoditi perkebunan yang masih menjadi
andalan untuk diantarpulaukan adalah kakao dan kopi yaitu ke Surabaya dan
Makassar. Realisasi volume dan nilai perdagangan antar pulau kedua komoditi ini
tetap, bahkan untuk kakao terjadinya penurunan harga dari tahun yang lalu. Data
ini dapat dilihat dari lima tahun terakhir hingga tahun 2010 sebagai berikut :
8
IV. KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Distrik Nabire Barat terletak diantara 135024’ - 136032’ Bujur Timur dan 3021’
tempuhnya yaitu delapan km dari Kantor Distrik Nabire Barat di Kampung Bumi
Raya. Secara administratif pada tahun 2018 Distrik Nabire Barat terbagi menjadi
lima kampung. Luas wilayah Distrik Nabire Barat pada tahun 2018 tercatat sebesar
143,09 km2 Kampung GerbangSadu dengan luas 49,11 km2 merupakan kampung
terluas dengan dominasi 34,31 persen dari luas seluruh Distrik Nabire Barat,
sedangkan wilayah terkecil yaitu Kampung Wadio yaitu hanya 5,24 persen atau
7,5 km2
9
Penduduk Distrik Nabire Barat pada tahun 2018 berjumlah 12.106 jiwa.
Jumlah Penduduk laki-laki 6 446 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5 660
perkilometer dengan rasio jenis kelamin 114. Hal ini berarti diantara 100 pasangan
laki-laki dan perempuan terdapat 14 (empat belas) orang laki-laki yang tidak
Wilayah kampung paling luas di distrik Nabire barat adalah Gerbang Sadu
yaitu 49,11 km2, sedangkan luas wilayah kampung paling sempit adalah Waroki
15,8 km2. Sementara luas wilayah Kampung Wadio yang merupakan tempat lokasi
dari lahan sawah seluas 561 hektar dan lahan bukan sawah 2 967 hektar. Lahan
sawah dibagi lagi menjadi lahan sawah berpengairan diusahakan seluas 600
hektar, tidak berpengairan 510 hektar, dan sementara tidak diusahakan seluas
10
422 hektar (BPS, 2019).
Kampung Wadio merupakan salah satu kampung di distrik Nabire Barat yang
memiliki luas lahan kebun Kakao. Produksi buah kakao adaah salah satu sumber
pemilik kebun bahwa tanaman kakao telah ditanam sejak tahun 2004, dan saat ini
telah mencapai umur 17 tahun. Salah satu factor untuk mendukung pertumbuhan
Untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buah kako maka lahan kakao
harus bersih dari jenis tanaman lain. Pembersihan areal lahan kakao biasanya
pekerjaan pada tahap ini adalah dengan membersihkan semak belukar dan kayu-
kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, lama pekerjaan
ini adalah 2-3 bulan baru kemudian dilanjutkan dengan tahap tebang .
Tahap berikut ini dilaksanakan selama 3-4 bulan, dan merupakan tahap yang
paling lama dari semua tahap pembersihan areal. Bila semua pohon telah tumbang,
tumbangan itu dibiarkan selama 1- 1,5 bulan agar daun kayu mengering. Areal yang
11
telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila baru
berproduksi. Pada tahapan ini, pembersihan masih harus dilakukan untuk menjaga
kondisi kebun tetap bersih dan terhindar hama dan penyakit. Kebun yang kotor dan
ditumbuhi alang-alang dan jenis tanaman lain adalah rumah bagi hama dan
penyakit. Kebun yang kotor dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit
terhadap pohon kakao dan berpengaruh pada rusaknya buah dan menurunkan
produksi.
perkebunan rakyat di Nabire pada kampung Kimi dan Gerbang Sadu memiliki
terendah 12 % (kimi), 11,73 % (Gerbang Sadu) dan tertinggi 47 % (kimi) dan 39,5
masing kebun contoh, berkisar antara 0,007 – 0,085 (Kimi) dan 0,010 -0,064
dengan kondisi kebun yang kering dan curah hujan yang rendah.
terjadi di kampung Gerbang Sadu dan Kimi namun juga menyebar hingga ke
Kampung Wadio. Hal ini berarti tindakan pencegahan untuk menekan tingkat
12
kebun kakao milik petani tampak tidak terawatt dan kotor. Selain tanaman kakao,
terdapat juga tumbuhan liar lainnya seperti alang-alang, tumbuhan pakis dan jenis
kakao.
bagian berupa cabang, ranting dan daun yang tidak diinginkan atau diperlukan lagi
lingkungan yang baik. Dengan lingkungan yang baik maka produksi dapat
membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang simetris
terhadap batang utama, kukuh, sehat dan membentuk sudut 45ᵒ. Panjang Cabang
sekitar 30-40 cm. Cabang utama yang mendatar perlu dibantu agar membentuk
sudut 45ᵒ dengan cara diikat tali. Lamanya Pengikatan sekitar 3-4 minggu.
13
Ketinggian jorket yang ideal adalah 120-150 cm,apabila tumbuhnya kurang dari
120cm, maka batang utama dapat dipotong setinggi 80cm agar tumbuh tunas air
(chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi. Pemangkasan juga
perlu dilakukan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm.
primer. Chupon harus dipangkas dalam selang waktu dua minggu sekali. karena
bila dibiarkan tumbuh akan menyerap hara dan menjadi inang beberapa hama.
sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang
14
Gambar 1. Kondisi kebun Kakao sebelum pembersihan
15
4.3. Pemangkasan cabang dan pembersihan tanaman terserang hama
merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi,
Tanaman kakao yang belum menghasilkan (tbm), pada usia 8atau 9 bulan
sekali tunas-tunas air dibuang dengan cara memotong tepat dipangkal batang utama
atau cabang primer yang tumbuh. sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehingga hanya
tinggal 3-4 cabang saja. cabang yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris
terhadap batang utama, kokoh, dan sehat. tanaman yang cabang-cabang primernya
16
terbuka, sehingga jorket langsung terkena sinar matahari, sebaiknya diikat
4.4. Panen
setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan
pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.
setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan
pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun.
Produktivitas tersebut akan terus menurun hingga tanaman tua dan mati. Buah
17
kakao dihasilkan dari proses penyerbukan bunga jantan dan bunga betina yang
tumbuh menempel pada semua bagian batang tanaman. Bunga-bunga yang tumbuh
pada batang pokok umumnya akan menghasilkan buah yang besar dan berkualitas
baik.
Proses penyerbukan hingga buah matang dan siap petik dibutuhkan waktu
sekitar 5 – 6 bulan. Kakao matang yang siap petik harus memenuhi kriteria panen.
Buah kakao yang memenuhi kriteria panen adalah buah yang sudah menunjukan
1. Kulit buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika mentah
berwarna hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang ketika mentah
Buah kakao yang telah memenuhi kriteria siap panen harus segera dipetik
agar mutu bijinya tidak turun. Jika panen ditunda, biji bisa berkecambah saat masih
di dalam buah dan hal ini akan membuat kadar lemak biji turun secara drastis. Biji-
biji yang demikian umumnya memiliki harga jual yang sangat rendah. Teknik
pemanenan buah yang benar merujuk pada beberapa hal yaitu rotasi panen, teknik
hari sekali. Panen yang sering bermanfaat untuk memutus siklus hidup hama
penggerek buah kakao dan mencegah penularan penyakit busuk buah kakao.
Pemetikan buah kakao adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan
18
panen. Cara pemetikan yang salah dapat menyebabkan penurunan produktivitas
bantuan alat berupa gunting pangkas, golok, atau sabit. Pemotongan tangkai
panjang sekitar 1-1,5 cm. Tangkai buah ini adalah investasi karena bunga-bunga
sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak tangkai dan melukai tanaman.
Tangkai buah yang rusak tidak lagi dapat ditumbuhi bunga kakao sehingga buah
tidak mungkin tumbuh lagi disana, sedangkan kulit tanaman yang terlukai akan
Untuk buah yang terletak pada bagian yang sulit dijangkau, pemetikan buah
galah saja beresiko merusak tangkai buah dan kulit tanaman. Buah-buah yang sudah
19
Gambar 4. Proses panen buah kakao
dilakukan dalam kegiatan panen adalah pengupasan buah dan pengambilan biji.
benda tumpul seperti tongkat kayu atau bambu. Pengupasan menggunakan bantuan
benda tajam seperti golok atau sabit sebaiknya dihindari karena dapat melukai biji
yang ada di dalam buah. Biji-biji yang terluka dan pecah umumnya dibeli dengan
harga rendah. Biji kakao yang terdapat dalam buah yang sudah pecah kemudian
diambil dan ditampung dalam wadah ember plastik atau tempat penampungan yang
bersih untuk kemudian diolah menjadi biji kakao kering siap jual.
20
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kampung Wadio, distrik Nabire Barat adalah salah satu sentra produksi
2. Lahan kebun kakao di Kampung Wadio kurang terawat, oleh karena itu
5.2. Saran
5.3. Rekomendasi
Dari hasil kegiatan praktek kerja lapangan pada kebun Sampah Topo yang
sebagai berikut :
21
3. Produksi dan kualitas biji kakao Kampung Wadio, distrik Nabire Barat
22
DAFTAR PUSTAKA
Ryan, I. 2017. Laju perkembangan busuk buah kakao oleh cendawan Phythoptora
palmivora Butt. pada perkebunan rakyat Kabupaten Nabire Jurnal
Fapertanak. Vol. II (2).
https://papua.bps.go.id/indicator/54/212/1/produksi-tanaman-perkebunan.html
23
Lampiran 1. Peta Kabupaten Nabire
24
Lampiran 2. Jurnal Harian
Tanggal Jenis Kegiatan Waktu (WIT)
Berangkat dari Manokwari
24.00
14 Juni 2020 menggunakan KM. Nngapulu
15 Juni 2020 Tiba di Nabire 06.00
17-24 Juni 2020 Pembersihan lahan 08.00-11.00
Pembersihan lahan 14.00-16.00
Pemangkasan /pembersihan caban
08.00-11.00
25-27 Juni 2020 pohon kakao
Istirahat 11.00-13.00
Lanjut Pemangkasan
13.00-15.00
/pembersihan caban pohon kakao
25
Lampiran 3. Data Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Nabire dan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua
Produksi Tanaman Perkebunan (Ton)
Kelapa Kapuk Jambu
Karet Kelapa Sawit Kopi Lada Kakao Jarak Pagar Randu Cengkeh Sagu Pinang Mete
Kabupaten 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Merauke - 4 346,00 - - - - - - - - 12,00 -
Jayawijaya - - - 475,00 - - - - - - - -
Jayapura - 1 583,00 - - - 5 354,00 - - - 3 254,00 95,00 -
Nabire - 412,00 - - - 706,00 - - - 195,00 14,00 -
Kepulauan Yapen - 395,00 - - - 328,00 - - - 35,00 - -
Biak Numfor - 3 695,00 - - - 48,00 - - - 60,00 43,00 -
Paniai - - - 152,00 - - - - - - - -
Puncak Jaya - - - 151,00 - 5,00 - - - - - -
Mimika - 192,00 - 20,00 - 35,00 - - - 2 350,00 - -
Boven Digoel - 275,00 - - - 6,00 - - - - - -
Mappi - 775,00 - - - 4,00 - - - - 29,00 -
Asmat - 115,00 - - - - - - - 17 445,00 - -
Yahukimo - 65,00 - 625,00 - - - - - 150,00 2,00 -
Pegunungan Bintang - 95,00 - 134,00 - - - - - - - -
Tolikara - 1,00 - 67,00 - - - - - 42,00 - -
Sarmi - 2 085,00 - - - 875,00 - - - 1 500,00 85,00 -
Keerom - 66,00 - - - 1 950,00 - - - 2 597,00 251,00 -
Waropen - 435,00 - - - 328,00 - - - 570,00 61,00 -
Supiori - 700,00 - - - - - - - - 4,00 -
Mamberamo Raya - - - - - - - - - - - -
Nduga - 8,00 - 17,00 - - - - - 92,00 - -
Lanny Jaya - - - 375,00 - - - - - - - -
Mamberamo Tengah - - - - - - - - - - - -
Yalimo - - - - - - - - - - - -
Puncak - - - 16,00 - - - - - - - -
Dogiyai - - - - - - - - - - - -
Intan Jaya - - - - - - - - - - - -
Deiyai - - - 10,00 - - - - - - - -
Kota Jayapura - 750,00 - - - 528,00 - - - 50,00 10,00 -
Provinsi Papua - 15 993,00 - 2 042,00 - 10 167,00 - - - 28 340,00 606,00 -
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Papua
Source Url: https://papua.bps.go.id/indicator/54/212/1/produksi-tanaman-perkebunan.html
26