Anda di halaman 1dari 14

Perbanyakan Tanaman Jahe, Kemiri dan Alpokat

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan Makalah...................................................... 2

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif................................... 3
2.2. Perbanyakan dan syarat tumbuh tanaman jahe....................... 5
2.3. Syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman alpukat................. 7
2.4. Perbanyakan Kemiri............................................................... 10

BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemahaman tentang konsep dan aspek pada Mata Diklat Dasar-Dasar

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif merupakan salah satu bagian yang penting

dalam kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Pengetahuan tentang

konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk diketahui agar

dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif dan

membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan

tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan

tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik.

Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu

didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam

perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu pemahaman tentang

pengatahuan aspek-aspek pentingnya meliputi aspek anatomi, fisiologi, dan

genetik. Aspek anatomi perbanyakan tanaman secara vegetatif berkaitan dengan

pengetahuan struktur internal dari akar, batang, dan daun untuk memahami proses

terbentuknya akar adventif pada stek dan cangkok dan terbentuknya penyatuan

sambungan pada penyusuan, okulasi, dan sambungan. Aspek fisiologi

perbanyakan tanaman secara vegetatif yang perlu diketahui adalah peranan secara

fisiologis berbagai hormon tanaman dalam mempengaruhi proses pertumbuhan

1
2

hasil perbanyakan tanaman. Aspek genetik perbanyakan tanaman secara vegetatif

berkaitan dengan keseragaman dan keragaman secara genetik tanaman yang

diperbanyak secara vegetatif. Ketiga aspek tersebut apabila dipahami dengan

benar diharapkan akan menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan perbanyakan

tanaman secara vegetatif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah

yaitu bagaimanakah cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan

tanaman alpukat, jahe dan kemiri.

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mempelajari cara perbanyakan

tanam alpokat, jahe dan kemiri.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif

Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan

bagian bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Bahan tanaman

yang berasal dari bagian vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan secara vegetatif

( benih ) maupun perbanyakan secara vegetatif ( bibit ), kedua duanya

digunakan petani karena masing masing mempunyai kelebihan.

Selain itu setiap jenis tanaman mempunyai sifat spesifik dalam kaitanyan

dengan bahan tanaman ini. Tanaman tanaman seperti : padi, jagung, kedelai,

kacang tanah, gamdum, kelapa sulit diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan

menggunakan teknik kultur jaringan. Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi,

kakao,tebu, ubikayu, ubijalar, dan lainya lebih baik diperbanyak secara vegetatif.

Pada perbanyakan secara aseksual atau vegetatif genotip dari tanaman

induk diwarisi secara sempurna. Bagian bagian tanaman pada fase siklus seksual

maupun dapat digunakan sebagai bahan tanaman awal. Bahan yang dipilih untuk

perbanyakan karena sifat vegetatifnya dan diambil sebelum mencapai fase dewasa

akan tetapi menunjukan sifat juvenilnya. Bahan tanaman yang dipilih karena sifat

bunga dan buahnya tidak lagi menunjukan sifat juvenilnya ataupun transisinya

dan tetap secara biologis dewasa.

Dengan demikian perlu dikatahui fase vegetatif dan fase pembungaan.

Fase vegetatif adalah fase pertumbuhan tanaman dengan perpanjangan akar dan

batang, peningkatan volume tanaman dan perluasan daun. Pada fase pembungaan

3
4

perpanjangan batang berakhir dan beberapa titik tumbuh berubah menjadi kuncup

dan akhirnya membentuk buah dan biji.

Perbanyakan secara vegetatif mencakup beberapa cara antaralain : stek

( batang, akar dan daun ) okulasi dan penyambungan tidak seperti perbanyakan

secara generatif yang dapat di tanam langsung dilapangan, kecuali untuk benih

yang berukuran kecil, untuk perbanyakan secara vegetatif biasanya perlu

disemaikan dulu sebelum ditanam dilapangan.Persemaian, diperlukan dengan

maksud untuk :

a. Memudahkan pemeliharaan tanaman, misalnya penyiraman yang harus

dilakukan pagi dan sore


b. Menyediakan media tanam yang sangat bagus, misalnya permukaan tanah

halus dan bila perlu dicampur pasir


c. Mengurangi biaya dan tenaga kerja, misalnya bila harus menggunakan

naungan daripada membuat naungan tersebar diseluruh lahan lebih murah

membuat naungan dibedengan persemaian


d. Memeberi kesempatan menyeleksi tanaman yang baik untuk dipindah

dilapangan sehingga akan mengurangi persentase sulaman, dan


e. Pada jenis jenis tanaman tertentu dengan transplanting ( pindah tanam )

memungkinkan diperoleh pertumbuhan tanaman dan diperoleh pertumbuhan

tanaman dan hasil panen yang lebih tinggi.

2.2. Perbanyakan dan syarat tumbuh tanaman jahe


1. Syarat tumbuh
5

Tanaman jahe mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga

dapat ditanam pada musim apapun. Namun paling cocok di tanam pada awal

musim hujan.

Untuk mengurangi resiko kegaglan akibat serangan hama dan penyakit

hendaknya petani menanam jahe hanya satu kali pada areal yang sama, boleh saja

berturut-turut dengan sayarat selama budidaya pertama tidak ada terinfeksi

penyakit. Penanaman kembali pada bekas lahan jahe beresiko terserang penyakit

dan juga zat yang dikeluarkanjahe (alelopati) yang ditanam sebelumnya dapat

menghambat perteumbuhan tanaman jahe.

Tanaman jahe cocok dan sangat baik tumbuh pada tanah yang gembur dan

subur (kandungan bahan organiknya banyak) dan tidak menyukai tanah pada

lahan yang drainasenya buruk (air tergenang).

Kurang menguntungkan ditanam pada areal yang kandungan liatnya tinggi

dan kandungan pasir yang kasar. Keasaman tanah normal ( pH 6 7). Pada

umumnya jahe tumbuh pada ketinggian antara 350 m 600 m dpl dengan curah

hujan antara 2000 4000 mm/tahun, temperatur udara antara 25C 35C,

kelembaban sekitar 80 %, kemiringan lahan antara 30 - 45 dengan sistim irigasi

yang memadai.

Petani juga sering menanam jahe pada lahan sawah yang telah

digemburkan dengan memberikan pupuk dasar kompos. Tindakan yang dilakukan

petani terhadap lahan yang terinfeksi jamur, bakteri atau penyakit adalah

melakukan pergiliran tanaman dengan palawija, padi atau jagung. Dari

pengalaman petani menanam jahe, tanaman jahe kurang cocok pada lahan bekas
6

penanaman tomat, jenis tanaman kacang, karena lahan tersebut meninggalkan

sumber penyakit yang merusak tanaman jahe, faktor seperti inilah yang

menyebabkan petani menanam jahe dengan sistim lahan berpindah-pindah dan

biasanya tanaman jahe sangat cocok ditanam pada lahan bukaan atau lahan baru.

2. Teknik perbanyakan dan Penyemaian Bibit

Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan

langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit

dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.

a. Penyemaian pada peti kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering),

kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan

dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.

Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman

jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1

menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan

cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu

diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam

padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam

padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.

b. Penyemaian pada bedengan


7

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit

1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut

dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit

disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang

lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis

rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat

dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan

fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas

dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-

patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan

beratnya 40-60 gram.

2.3. Syarat tumbuh dan perbanyakan tanaman alpukat


1. Syarat tumbuh alpukat

Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses

penyerbukan. Namun demikian angin dgn kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat

dapat mematahkan ranting & percabangan tanaman alpukat yg tergolong lunak,

rapuh & mudah patah.Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000

mm/tahun. Ras Hindia Barat & persilangannya tumbuh dgn subur pada dataran

rendah beriklim tropis dgn curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dgn curah

hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih

dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %.

Untuk ras Meksiko & Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin & iklim

kering, bila dibandingkan dgn ras Hindia Barat.Suhu optimal untuk pertumbuhan
8

alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat

tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir

suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman

alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya

toleransi sampai 7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, & Hindia Barat

sampai 2 derajat C.

Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak

mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yg baik), subur & banyak

mengandung bahan organik.Jenis tanah yg baik untuk pertumbuhan alpukat

adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) &

lempung endapan (aluvial loam).Keasaman tanah yg baik untuk pertumbuhan

alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah

5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, & Fe larut dlm

jumlah yg cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur

fungsional seperti Fe, Mg, & Zn akan berkurang.

2. perbanyakan tanaman alpokat

a) Penyambungan pucuk (enten)

Pohon pokok yg digunakan untuk enten adalah tanaman yg sudah berumur

6-7 bulan/dapat juga yg sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yg

berasal dari buah yg telah tua & masak, tinggi 30 cm/kurang, & yg penting

jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya

digunakan ujung dahan yg masih muda & berdiameter lebih kurang 0,7 cm.

Dahan tersebut dipotong miring sesuai dgn celah yg ada pada pohon pokok
9

sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dlm belahan di samping

pohon pokok yg diikat/dibalut. Bahan yg baik untuk mengikat adalah pita karet,

plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan

serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten

yg telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, & lembab. Setiap

hari tanaman disiram, & untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman

disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang,

untuk itu sebaiknya dicegah dgn semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah dapat

dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, & pemindahannya dilakukan

pada saat permulaan musim hujan

b) Penyambungan mata (okulasi)

Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-

10 bulan. Sebagai mata yg akan diokulasikan diambil dari dahan yg sehat, dgn

umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yg paling baik untuk menempel

yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya

adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm & lebarnya 8 mm. Kulit

tersebut dilepaskan dari kayunya & ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm.

Selanjutnya disayat sebuah mata dgn sedikit kayu dari cabang mata (enthout),

kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yg bermata dimasukkan di

antara kulit & kayu yg telah disayat pada pohon pokok & ditutup lagi, dgn catatan

mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dgn pita plastik. Bila dlm

3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari

setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang
10

sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu

dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yg

keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yg

dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi & lukanya diratakan, kemudian

ditutup dgn parafin yg telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke

kebun setelah berumur 8-12 bulan & pemindahan yg paling baik adalah pada saat

permulaan musim hujan. dlm perbanyakan vegetatif yg perlu diperhatikan adalah

menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) & suhu udara di tempat

penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25C). Selain itu juga jangan

dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari

langsung. Bibit yg berupa sambungan perlu disiram secara rutin & dipupuk 2

minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dgn penyiraman, yaitu dgn melarutkan

1-1,5 gram urea/NPK ke dlm 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dgn dosis

sesuai anjuran dlm kemasan. Sedangkan pengendalian hama & penyakit dilakukan

bila perlu saja.

2.4. Perbanyakan Kemiri

Jika memungkinkan, sebaiknya dipilih bibit hasil cangkok, okulasi atau

sambungan. Apabila berupa benih, dianjurkan disemaikan dulu sebelum ditanam.

Benih yang langsun ditanam di kebun memerlukan waktu berkecambah cukup

lama, yaitu 4-6 bulan, Jumlah yang berhasil berkecambah paling banyak 50

persen, dan yang akan tumbuh menjadi tanaman dewasa separonya lagi.
11

Benih yang disemaikan terlebih dulu, hanya membutuhkan waktu

berkecambah 1-2 bulan. Persentase tumbuhnya pun lebih besar, yakni 80 persen

waktu perkecambahan 78 persen berhasil tumbuh menjadi tanaman produktif.

Ada 3 cara penyiapan benih. Pertama, benih disemaikan lalu dipindahkan

ke polybag setelah keeping bijinya terangkat. Cara berikutnya benih di semai,

setelah berkecambah dipindahkan lagi ke pesemaian kedua. Cara terahir benih

langsung disemaikan di polybag. Bibit siap di tanam di kebun jika umurnya telah

mencapai 7-10 bulan atau tingginya sekitar 25-40 cm.


BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis

tanaman memiliki teknik perbanyakan tanaman yang berbeda namun juga

memiliki kesamaan yakni dengan tujuan memperbanyak tanaman tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Baga kali, Moehd. 1997. ALPUKAT Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta:


Kanisius

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta

Sugeng.2010.Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan


Pohon [online] .http://biotifor.or.id/modules/publikasi/files/ PENERAPAN
%20PERBANYAKAN%20TANAMAN%20SECARA
%20VEGETATIF.pdf.diakses tanggal 1 Mei 2015.)

Suharjono, 1989 Budidaya Jahe, Rempah Yang Makin Diminati, Sura Karya.

Sunanto, Hatta. 1994. Budidaya Kemiri. Yogyakarta : Kanisius

13

Anda mungkin juga menyukai