Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA PENGELOLAAN DAN PASCA PANEN TANAMAN

OBAT KELUARGA

WAHYU SUHENDRA
2020206203471P
Assalamualiakum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya.Karena atas
segala limpahan Rahmat,Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami bisa membuat rangkuman
ini.Sholawat serta salam semoga tetep tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai
panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.

Rangkuman ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Therapy Komplementer
dengan judul “Budidaya Pengelolaan dan Pasca Panen Tanaman Obat Keluarga “

Dalam menulis rangkuman ini masih terdapat banyak sekali kekurangan,kami berharap
para pembaca agar dapat memakluminya,karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan
kekurangan milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi apara pembaca dan para pemerhati
dimohonkan untuk memberikan krikit dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan grangkuman
ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2

C. Tujuan Penulis..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Toga .......................................................................................................3

B.Tata Cara Budidaya Toga..........................................................................................4

C. Pengelolaan Pasca Panen..........................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................8

Kesimpulan ..................................................................................................................8
BAB I
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki kasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam pemyembuh maupun pencegahan penyakit.Pengertian berkhasiat adalah mengandung zat
aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
mengandung efek resultan/sinegi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati.

Tanaman obat bukan berarti namanya yang ditananm sebagai tanaman obat. Tanaman obat
yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur,tanaman pagar,tanaman buah, tanaman sayur,
atau bahkan tanaman liar juga dapat digunakan sebagai tanaman yang di maanfaatkan untuk
mengobati berbagai penyakit.

Tanaman obat pada umumnya memiliki bagian- bagian tertentuyang digunakan sebagai
obat

1. Akar (radix) contohnya pacar air dan cempaka

2.Rimpang (rhizome) contohnya kunyit,jahe dan temulawak

3.Umbi (tuber) contohnya bawang merah,bawang putih,teki

4.Bunga (flos) contohnya Jagung,cengkeh

5.Nuah (fruktus) contohnya delima,mahkota dewa

Tanaman obat sudah banyak sekali digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu. Bahkan
dipercaya mempunyai khasiat yang lebih ampuh daripada obat-obat dokter. Namun, karena
perkembangan jaman dan semakin meningkatnya pengetahuan manusia tentang farmakologi dan
ilmu kedokteran, banyak masyarakat yang beralih ke obat-obatan dokter karena lebih mempercayai
obat-obatan kimia yang telah teruji khasiatnya secara laboratorium, dibandingkan dengan obat
tradisional yang banyak belum bisa dibuktikan secara laboratorium.

Seiring berjalannya waktu, kehidupan berubah. Dengan adanya krisis moneter, masyarakat
terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh dikatakan bebas dari komponen
impor, terutama bebas dari bahan-bahan kimia yang kemungkinan dapat berakibat fatal bagi
kesehatan tubuh.

Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat tradisional
yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin aman untuk dikonsumsi dan
bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek samping.

Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah bagian
buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-tanaman obat tersebut
maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga dapat berdaya guna bagi kita.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Cara Budidaya Toga?

2. Bagaimana Pengelolaan Toga Pasca Panen?

C. Tujuan Penulis

1. Pembaca mengerti budidaya Toga

2. Pembaca mengerti cara pengelolaan Toga pasca panen


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Toga

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang


berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di
halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun
tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat
memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara
individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan
memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.

B.Tata Cara Budidaya Toga

Setiap jenis tanaman memiliki cara pembibitan yang berbeda-beda, oleh sebab itulah sebelum
melakukan budidaya tanaman tertentu perlu diketahui terlebih dulu cara perbanyakan yang tepat
untuk setiap jenis tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena nantinya cara perbanyakan juga
menentukan cara pembibitan yang akan dilakukan.
Dalam hal tanaman obat, teknik budidaya yang digunakan secara prinsip tidaklah jauh berbeda
dengan teknik yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman sayuran. Akan tetapi walaupun
demikian terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui diantaranya yaitu
cara perbanyakan, umur panen tanaman, dan tujuan pemanfaatannya.
Jahe, bila digunakan sebagai bumbu dapur dapat dipanen pada umur 4 bulan. Sedangkan jahe
untuk disimpan dalam waktu lama baru dapat dipanen pada umur delapan bulan. Jenis media
tanam pun perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut.
Beberapa tanaman ada yang membutuhkan tanah yang selalu lembap, akan tetapi tidak tahan
terhadap genangan air. Dalam hal ini sebagai contoh misalnya adalah nilam.
Kegiatan budidaya tanaman obat dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Dimana apabila
semuanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tekun maka besar kemungkinan akan
mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini merupakan beberapa hal atau
tahapan yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman obat agar memperoleh hasil yang
maksimal.
Pembibitan; Cara perbanyakan bibit merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan budidaya tanaman obat. Perbanyakan bibit sendiri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif.

1.      Perbanyakan generatif 

Perbanyakan generatif  merupakan perbanyakan yang dilakukan dengan biji. Dengan


cara ini maka biji yang akan disemai sebaiknya diperoleh dari tanaman induk yang sehat
dan memiliki hasil baik. Terkait dengan penyemaian, biji dapat disemai pada polybag atau
bak persemaian dan bedengan semai sebaiknya ditutup untuk melindungi bibit dari
pengaruh lingkungan yang kurang baik bagi pertumbuhan.
Bedengan persemaian pun harus memiliki drainase yang baik. Hal ini dimaksudkan
agar tidak tergenang air dan memiliki permukaan yang gembur sehingga dapat
menampung air sisa resapan dari media pembibitan. Selanjutnya sebelum dipindahkan ke
lahan, maka penutup dapat dibuka secara bertahap agar bibit dapat beradaptasi dengan
lingkungan.

Sebagai contoh dari tanaman obat yang dapat diperbanyak dengan biji misalnya
adalah kayu manis, belimbing wuluh, dan cengkeh. 

2.      Perbanyakan vegetatif 
Perbanyakan vegetatif  dapat dilakukan secara alami ataupun buatan. Perbanyakan
vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, umbi batang, dan umbi lapis.
Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan dilakukan dengan cara stek, runduk, okulasi,
menyambung, dan cangkok.
Keuntungan memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti ini ialah dapat
memperoleh hasil yang sama dengan tanaman induk dan membutuhkan waktu produksi
yang lebih sedikit. Disamping itu tanaman hasil perbanyakan vegetatif pun memiliki
perakaran yang kurang kuat. 
Sebagai contoh dari tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara vegetatif misalnya
adalah sirih, brotowali, lada, mahkota dewa, melati, kenanga, kayu manis, pala, dan
belimbing wuluh.
Pengolahan tanah; Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu
agar dapat tumbuh dan berkembang optimal. Hal ini disebabkan karena hondisi tanah yang
gembur penting untuk pertumbuhan tanaman obat, khususnya untuk perkembangan
rimpang pada tanaman temu-temuan. Jenis tanaman obat semusim atau tanaman berbentuk
perdu membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya, tetapi tanaman obat tahunan
tidak membutuhkan bedengan.
Penanaman; Lubang dan alur tanam dibuat pada bedengan. Jarak lubang tanam
disesuaikan dengan kondisi tanah dan jenis tanaman dan saat penggalian lubang tanam
sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan pupuk kandang atau kompos.
Pemeliharaan; Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan antara lain
adalah:
1.    Penyiraman
Frekuensinya dapat diatur sesuai dengan kondisi kelembapan tanah. Penyiraman
sebaiknya dilakukan setiap hari, saat pagi dan sore hari. Sistem pembuangan air pun juga
perlu diperhatikan karena beberapa jenis tanaman obat tidak tahan terhadap genangan air.
2.    Penyulaman
Yaitu penanaman kembali tanaman yang rusak, mati atau tumbuh tidak normal.
3.    Pemupukan
Dalam hal ini sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, karena pupuk
anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh kurang baik bagi
senyawa/kandungan berkhasiat obat pada tanaman obat.
4.    Penyiangan
Dilakukan agar tidak ada kompetisi antara tanaman budidaya dan gulma dalam
mendapatkan hara dan cahaya matahari.
5.    Pembumbunan
Dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di
dalam tanah seperti rimpang, umbi atau akar, serta memperbaiki aerasi tanah.
6.    Pengendalian OPT
Dalam hal ini dapat dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian mekanis
dilakukan dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang
penyakit. Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan
menggunakan pestisida alami.
Panen dan Pascapanen; Cara penanganan setiap jenis tanaman obat berbeda-beda. Ada
tanaman yang dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya ada pula yang dipanen hanya bagian
tertentu saja. Oleh sebab itu penanganan panen dan pascapanennya pun perlu diperhatikan dengan
baik, agar tidak merusak kandungan zat berkhasiat pada obat tersebut. Hati-hati saat memanen
tanaman obat daun karena mudah rusak. Umur panen dan bagian yang akan dipanen juga
memengaruhi cara panen dan pengelolaan pascapanen.

1.    Daun
Pemanenan daun tanaman obat harus dilakukan dengan hati-hati karena daun bertekstur lunak
dan mudah rusak. Umur petik daun tiap tanaman juga berbeda, ada yang dipanen saat daun masih
muda, seperti: kumis kucing dan teh. Ada pula tanaman yang dipanen saat daun sudah tua,
contohnya: sirih dan mint. Daun yang dipanen untuk diambil minyak atsirinya juga harus
dilakukan dengan hati-hati dan harus langsung diolah saat masih segar, agar tidak menghilangkan
kandungan minyaknya.
2.    Rimpang
Umumnya dapat dipanen pada umur 8-12 bulan. Ketika daun tanaman sudah mulai menguning
dan mengering, rimpang tanaman siap dipanen. Setelah dipanen, rimpang dibersihkan dari kotoran,
benda asing, serta rimpang busuk. Selanjutnya, rimpang disortir berdasarkan umur dan ukuran
rimpang. Setelah disortir, rimpang dicuci dengan air. Sebelum dikeringkan, rimpang harus
dipotong-potong terlebih dulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar
matahari, oven, atau blower. Selama pengeringan, seringkali ada kerusakan kimia.
3.    Biji
Banyak mengandung tepung, protein, dan minyak. Kadar air biji saat dipanen berbeda-beda
bergantung pada umur panen tanaman obat tersebut. Makin tua umur biji, makin rendah kadar
airnya. Sebaiknya hindari tempat lembap untuk penyimpanan.
4.    Akar
Untuk akar yang mengandung banyak air pengeringannya dilakukan secara perlahan-lahan guna
menghindari pembusukan dan fermentasi.

C.     Pengolahan tanaman obat


Terknik pengolahan sangat berpengaruh terhadap khasiat dari tanaman yang diperoleh. Jika
penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang
berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dokosumsi.
Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortiran, pencucian, penjemuran/penirisan,
pengirisan/peranjangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk.
Tanaman obat dapat diolah menjadi simplisia, serbuk, minya atsiri, ekstrak kental/kering, kapsul,
tablet dan miniman (sirup, instant, permen) dll.
1.         Penyortiran
Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, terutama untuk komoditas
temu-temuan, seperti : kunyit, temulawak, jahe, dan kencur. rimpang yang baik dengan yang busuk
harus segera dipisahkan juga tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera dibersihkan.
Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya maupun herba (sambiloto, pegagan),
setelah dipanen langsung disortir, daun yang busuk, kering maupun gulma lainnya harus segera
dipisahkan.
2.         Pencucian
Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih jangan dibiarkan tanah berlama-lama
menempel pada rimpang karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus menggunakan
air bersih, seperti : air dari mata air, sumur atau PAM. Cara pencucian dapat dilakukan dengan
merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama
karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan
menurun. Penyikantan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya
terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa
daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-
lama.

3.         Penirisan dan pengeringan
Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering. Hal ini dilakukan
sampai bahan tidak menetes air lagi. Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang
dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja. Setelah kering rimpang disortir
kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut.
Khusus untuk rimpang jahe, standar perdagangan dikategorikan sbb: mutu I : bobot 250
g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak benjamur, Mutu II :
bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak
berjamur dan mutu III : bobot lebih kecil, kelit terkelupas maksimum 10%,banda asing
maksimum 3% dan kapang maksimum 10%.
4.   Penyimpanan
Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala plastic, kertas maupum
karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak beracun/tidak beraksi dengan bahan yang
disimpan. Pada kemasan jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang
dugunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat bersih. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik,
tidak bocor, suhu gudang maksimak 30 oC, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan gudang
bebas dari hewan, serangga maupun tikus, dll.

5.    Pengolahan
Dalam pengolahan tanaman obat perlu teknik pengolahan yang baik karena menyangkut
standar mutu. Hal ini ada hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki kasiat obadan digunakan sebagai obat dalam
penyembuh maupun pencegahan penyakit.      Pengertian berkasiat obat adalah mengandung zat
aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktis tertentu tapi
mengandung efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati.
Setiap jenis tanaman memiliki cara pembibitan yang berbeda-beda, oleh sebab itulah sebelum
melakukan budidaya tanaman tertentu perlu diketahui terlebih dulu cara perbanyakan yang tepat
untuk setiap jenis tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena nantinya cara perbanyakan juga
menentukan cara pembibitan yang akan dilakukan.
Dalam hal tanaman obat, teknik budidaya yang digunakan secara prinsip tidaklah jauh berbeda
dengan teknik yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman sayuran. Akan tetapi walaupun
demikian terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui diantaranya yaitu
cara perbanyakan, umur panen tanaman, dan tujuan pemanfaatannya.
Terknik pengolahan sangat berpengaruh terhadap khasiat dari tanaman yang diperoleh. Jika
penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang
berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila dokosumsi.
Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortiran, pencucian, penjemuran/penirisan,
pengirisan/peranjangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk.
Tanaman obat dapat diolah menjadi simplisia, serbuk, minya atsiri, ekstrak kental/kering, kapsul,
tablet dan miniman (sirup, instant, permen) dll.

Anda mungkin juga menyukai