Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MANDIRI

PERBANYAKAN TANANAMAN DENGAN STEK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pertumbuhan dan


Perkembangan Tanaman

Disusun Oleh:

Rejo Wagiman (532018002)

MAGISTER ILMU PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbanyakan secara vegetatif ini sangatlah menguntungkan karena kita dapat
memperoleh sifat yang spesifik dengan induknya. Perkembangbiakan atau perbanyakan
tanaman secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanaman dengan memanfaatkan
bagian tanaman, seperti batang, cabang, pucuk daun, umbi, dan akar. Tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru dengan spesifikasi tanaman yang persis sama dengan induknya.
Perbanyakan secara vegetatif yang disengaja oleh manusia dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Di antaranya, stek tanaman. Perbanyakan tanaman dengan cara stek tidak memerlukan
teknik yang rumit. Hanya dengan memotong dan menancapkan bagian yang di potong. Stek
tanaman mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya dapat menghasilkan tanaman baru
dalam jumlah banyak. Ini sangat menguntungkan. Apalagi, bahan tanaman induk yang unggul
dan ingin diperbanyak tersedia amat terbatas.

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk


menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman
secara luas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara vegetatif. Dengan penerapan teknik
pembiakan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki struktur genetik yang sama dengan
induknya (Nugroho 1992). Sehingga penggunaan materi genetik yang unggul sebagai bahan
untuk perbanyakan merupakan kunci untuk menghasilkan anakan yang berkualitas.
Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok, setek, rundukan, dan kultur
jaringan (Nugroho 1992)

Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang
sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara
vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah
membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya.
Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbayakan yang
digunakan cangkokan atau rundukan (Nugroho 1992). Pada praktikum ini kami akan mencoba
melakukan percobaan teknik stek pada tanaman lidah mertua dan sirih belanda.
1.2. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah ruas dan panjang stek terhadap keberhasilan
pembentukan system perakaran pada stek
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbanyakan dengan Stek
Pembibitan secara vegetatif merupakan pembibitan yang menggunakan bagian vegetatif
tanaman (daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat menjadi alternatif bagi industri
bibit karena tidak tergantung pada musim buah. Keberhasilan pembibitan sangat dipengaruhi
oleh kecocokan metode, kondisi lingkungan, dan jenis tanaman (Anonim 1984)

Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting artinya untuk pengembangan klon
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemuliaan pohon karena,
karanannya yang sangat besar dalam meningkatkan perolehan genetik bandingkan dengan
benih hasil, penyerbukan alam (Anonim 1984).

Keberhasilan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada
bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name atau true to type. Regenerasi
akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari tanaman itu sendiri dan ekstern yaitu
dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan
pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang
paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor
genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai regenerasi yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya
memiliki sifat-sifat unggul serta tidak terkena hama dan penyakit. Selain itu, manipulasi
terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar
tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi
tanaman sumber diantaranya:

a.Status air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam keadaan turgid.

b.Temperatur. Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
c.Cahaya. Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada
jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang
tepat.

d.Kandungan karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang


masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi
karbohidrat (Nugroho 1992).

Faktor lingkungkan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya
regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya kondusif
untuk regerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, sistem drainase dan aerasi
baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh, dan bebas dari hama
atau penyakit.

2.2. Teknik Perbanyakan Stek


Ada beberapa Teknik dalam metode stek, yaitu:
1. Stek batang
Stek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon induk.
Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya kedondong, jambu
air, jeruk, bougenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.
Kadang-kadang stek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu diberi
perlakuan khusus . Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merangsang
pertumbuhan akar;
a. Mengerat Batang
Pengeratan dilakukan agar cabang yang distek memiliki kandungan karbohidrat dan
auksin yang cukup untuk membentuk akar. Pengeratan dilakukan 1-2 bulan sebelum cabang
dipotong.
b. Mengetiolasi Batang
Etiolasi dilakukan dengan cara membungkus bagian cabang stek dengan kertas, plastik
atau kain. Warna pembungkus sebaiknya hitam agar cahaya matahari tidak dapat menembus
kulit cabang yang dibungkus sehingga zat klorofil hilang dan zat auksin berkumpul.
c. Menggunakan Hormon Tumbuh
Secara alami tanaman menghasilkan hormon tumbuh sendiri, yaitu auxin. Hormon
auxin yang dapat digunakan berupa IBA, IAA, atau NAA.
2. Stek pucuk (leafy cuttings)
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara makro dengan menumbuhkan
terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai berakar sebelum
dipindahkan ke lapangan
Dalam perkembangannya teknik ini dilakukan dengan menggunakan matei yang
berukuran kecil sehingga dikenal mini cuttings dan micro cuttings seperti telah dikembangkan
secara komersial untuk jenis Eucalyptus spp di brazil.
3. Stek akar
Umunya bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka dan telah
menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang dilakukan adalah dengan
menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila bahan stek yang diambil berasal dari
bagian akar yang telah menumbuhkan tunas yaitu dengan cara menggali tanah sekitar
tegakan,setelah terubusan akar terlihat baru dilakukan pemotongan bagian akar dengan
menyisakan sebagian akar dan sebagian akar, sehingga berbentuk stump yang siap ditanam
dalam polybag.
4. Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan untuk stek daun berupa lembaran daun.
Bahan awal stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang
mengandung kimera peiklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang dihasilkan
bersifattype to type (Wudianto dan Rini 1991).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem skunder. Masalah pada stek daun umumnya adalah pembentukan tunas-tunas
adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah dibanding
pembentukan tunas-tunas adventif. Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong
daun dengan panjan 7,5-10 cm atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada
media (Nugroho 1992)
5. Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan yang digunakan adalah umbi batang, umbi akar, umbi sisik dan
lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong
dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas. Untuk menghindari busuk pasa
setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap bakterisida dan
fungisida (Jumin dan Hasan 1994)
2.3. Sirih Belanda
. Tanaman Sirih Belanda yang mempunyai nama latin Scindapsus aureus. Tanaman
dengan ciri khas daun berbentuk hati dan tumbuh merambat, Termasuk dalam family Araceae
dan Genus Scindapsus dalam divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga. Tanaman Sirih
Belanda termasuk jenis tanaman yang kuat di segala kondisi cuaca. Hal tersebut dikarenakan
karena tanaman yang masuk dalam kelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil) ini mampu
bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang kurang optimal semisal musim kemarau. Jika
di letakkan di dalam rumah sekalipun tanaman ini mampu hidup asal jangan lupa diberikan
air.

Tanaman yang tergolongdalam subkingdom Tracheobionta didalam Kingdom Plantae


(tumbuhan) ini dapat dengan efektif menyerap formaldehida dan benzena. Dalam sehari, sirih
belanda dapat menyerap 54% dari total benzena 0.156 ppm. Untuk formaldehida, dari 18 ppm
dapat dihilangkan sebesar 67%. Selain itu, karbonmonoksida sebesar 113 ppm dapat
dihilangkan hingga 75%. (ppm = parts per million). Formaldelhida adalah senyawa kimia
yang terbentuk akibata pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam
asap pada kebakaran hutan, knalpot kendaraan bermotor, dan asap tembakau. Sedangkan
Benzena adalah merupakan senyawa kimia dimana merupakan salah satu komponen dalam
minyak bumi dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang
penting dalam dunia industry.

2.4. Lidah Mertua (Sansivera)


Sansevieria merupakan tanaman hias yang mempunyai keanekaragaman warna dan
bentuk daun, serta mudah tumbuh di halaman rumah tanpa banyak perawatan. Tanaman ini
dibudidayakan karena keindahan struktur dan warna daunnya. Dengan bentuk, warna, ukuran,
dan corak daun yang bervariasi menyebabkan tanaman ini bernilai ekonomi tinggi.
Sansevieria merupakan tumbuhan herba dengan akar rimpang horizontal berwarna
merah kuning dan mempunyai tinggi 0,4-1,8 m. Daun dari tanaman lidah mertua berjumlah 2-
6 helai per tanaman, berbentuk garis yang menyempit pada pangkal dengan ujung runcing.
Tanaman ini dapat ditemui dari dataran rendah hingga ketinggian 1-1.000 meter di atas
permukaan laut.
Sanseviera telah lama dikenal oleh banyak orang sejak beberapa abad yang lalu dan
mulai dibudidayakan sebagai tanaman hias mulai abad 19. Pada tahun 2000 dan 2004. Hingga
tahun 2008 minat masyarakat terhadap Sansevieria masih tetap tinggi. Tanaman sansevieria
merupakan tanaman hias berkelas karena bentuknya yang unik dan perawatannya sangat
mudah. Sansevieria banyak menghiasi taman rumah hingga hotel-hotel berbintang. Tanaman
Sansevieria merupakan tanaman import yang berasal dari Afrika, tetapi sudah lama
dikembangkan di Indonesia.
Manfaat sansevieria adalah sebagai bahan pembuat benang, kertas dan senar pancing
yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional di Afrika. Hal ini dikarenakan adanya
kandungan serat yang sangat kuat pada bagian daunnya. Selain itu sansevieria juga banyak
digunakan sebagai bahan obat untuk mengobati kanker, bisul, borok, gigitan ular berbisa dan
antiseptik (Anonim, 2009).
Jenis Sansevieria penghasil serat adalah sansevieria angolensis, sansevieria trifasciata,
sansevieria cylindrica, sansevieria intermedia, sansevieria enherbergii dan sansevieria
hyacinthoides. Jenis sansevieria yang banyak digunakan atau ditanam adalah sansevieria
trifasciata yang dikenal sebagai sumber serat komersial karena memiliki serat yang lembut,
liat dan sangat elastis (Anonim, 2008).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu Acara praktikum

Praktikum dilakukan pada hari Senin tanggal 18 Februari 2019 sampai dengan 22 April
bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya
Wacana dan dusun Sawur, desa Terban, kecamatan Pabelan, Semarang.

3.2 Bahan dan alat


Bahan: 1. Tanaman sirih belandan dan lidah mertua 2. Media pasir, kompos, arang sekam
3. kompos 4. Arang Sekam 3
Alat: 1. Cutter 2. Timba 3. Botol Semprot

3.3. Cara Kerja


1) Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2) Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut
a) Mencampur pasir, kompos , arang sekam perbandingan
b) Mencampur pasir, kompos , arang sekam perbandingan
c) Mencampur pasir, kompos , arang sekam perbandingan
3) Memilih bahan setek dengan memotong bagian batang melati yang agak muda miring 45
o ukuran +- 10 cm
4) Menanam bahan stek tersebut kedalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media
tanam hingga 1/3 bagian.
5) Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan stek
Parameter pengamatan
Jumlah Tinggi
Stek Tanaman Perlakuan Jumlah Panjang
Daun/tunas Tanaman
akar akar (cm)
(helai) (cm)
1 Ruas 3 2 4 5,1
Sirih Belanda
3 Ruas 5 4 8 12,5
10 cm 16 2 0 10
Lidah Mertua
15 cm 11 1,5 0 15

3.1. Hasil Pembahasan


Dari data hasil diatas perlakuan yang paling baik yaitu perlakuan sirih belanda dengan 3
ruas dan pada lidah mertua dengan panjang 10 cm. Stek merupakan cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun
tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif
buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan
metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar
berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop
tanaman yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 1990).
Penyiapan bibit stek tanaman meliputi langkah-langkah pemilihan pohon induk dan
pengambilan akar tanaman. Secara terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif, diperlukan bibit tanaman yang
baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang baik. dapun syarat-
syarat tanaman yang dapat digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut: a. Umur
tanaman sudah mencapai 6-10 tahun b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama
dan penyakit c. Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki mutu buah yang baik d.
Berasal dari varietas yang dibutuhkan e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur f.
Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar permukaan g. Pohon
sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah (Aliadi, 1990).
Pertumbuhan akar yang terjadi pada stek lidah mertua yang diberi kompos
kemungkinan penyerapan nutrisi dan penyebarannya sangat merata. Dan juga panjang akar
yang menggunakan kompos dengan menggunakan plastik hitam juga sangat panjang. Panjang
akar pada media ini sangat pendek - pendek kemungkinan terjadi persaingan dalam perolehan
nutrisi dari tiap - tiap akar tanaman. Untuk yang menggunakan dengan media kompos akar
yang tumbuh sangat banyak dan juga panjang yang dihasilkan oleh tanaman sangat beraneka
ragam. Jumlah akar yang didapat sangat banyak tergantung dari besar kecilnya tanaman dan
juga perlakuan oleh praktikan dalam merawat tanaman tersebut. Kecepatan tumbuh tanaman
dipengaruhi oleh konsentrasi auksin. Auksin ini berfungsi untuk mengembangkan sel-sel
tanaman. Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya
akar. Pada konsentrasi auksin tinggi sel-sel menjadi panjang dan banyak mengandung air. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya etiolasi pada tanaman. Konsentrasi auksin dipengaruhi
oleh sinar dimana pada daerah kurang sinar konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah yang cukup sinar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek :
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal
yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari
dalam tanaman.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media
perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek
selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara
pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat
memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen
yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir,
campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran
stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari.
Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan
perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.
2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis
tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat
pengatur tumbuh.
a. Umur Bahan Stek
Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal
dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi
peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang
berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek
bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar
dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang
kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara
menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas
dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin.
Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong
pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d. Persediaan Bahan Makanan
Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan
karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk
pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar
lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
e. Zat pengatur Tumbuh
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman
menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut
fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia. Hormon tanaman (fitohormon)
adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur
proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat
dihasilkannya ke tempat keaktifannya. Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Dalam hubungan antara
pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin
merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada
kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira
1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang. Zat pengatur tumbuh Rootone-F
termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan
memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak
dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan
secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya. Cara
pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara pemberian dengan
perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode perendaman, konsentrasi zat pengatur
tumbuh bervariasi antara 20 ppm sampai 200 ppm tergantung kemampuan jenis tersebut
berakar. Dalam mengaplikasikan hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau
dosis terlampau tinggi bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi malah menghambat
pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman.

BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Pada praktikum Dasar Agronomi acara Pembiakan dengan Stek dapat disimpulkan :
a. Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan
beberapa bagian tanaman seperti :akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar
bagian-bagian tersebut membentuk akar.
b. Manfaat penyetekan yaitu untuk memperoleh tanaman yang sama atau lebih unggul dari
induknya dan waktu yang dibutuhkan untuk perbanyakan relatif singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008. http://journalvertise.blogspot.com/2008/06/pupuk-daun.html. Diakses pada


hariRabu tanggal 05 April 2019 pada pukul 22:15 WIB.

Deaman, M. 1986. Mencangkon, Menyetek, dan Mengokulasi Tanaman. Jakarta : Bhratara


Karya Aksara.

Effendi, S 1985. Stek dan cara perawatannya. Yasaguna. Jakarta.

Frasiskus, harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman


Buah. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

Gadjev I, Stone J M, Gechev T S. 2008. Programmed Cuttage. International Review of Cell


and Molecular Biology.270 : 88-129.

Hariyanto, bambang. 1992. Jenis, Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor: PT Penebar
Swadayana.

Hasanah, F. N 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
setelah direndam Iba (Indol Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi
dan Fisiologi Vol 15 (2) : 1-5.
Kristanto, Daniel 2008. Buah Naga Pembudidayaan Di Pot Dan Kebun. Depok : Penebar
swadaya.

Nugroho H. 1992. Perbanyakan, dan Perawatan Tanaman. Bogor : PT Gramedia.

Prastowo, Nugroho H,dkk 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

Sumiasri, Nurul,Dkk 2005.Tanggap Stek Cabang Bambu Betung (Dendrocalamus Asper)


Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon Iaa Dan Iba. Jurnal Natur Indonesia Iii
(2): 121 – 128.Cibinong : Puslitbang Bioteknologi.

Widarto,L 1995.Perbanyakan Tanaman dengan biji. Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan
kultur jaringan. Jakarta:kanisius.

Wudianto, Rini. 1988. Membuat Cangkok, Stek, dan Okolasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Wudiyanto, Nanda. 1988. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar
Swadayana.
LAMPIRAN

Gambar 1. Sirih 1 ruas Gambar 2. Akar sirih 3 ruas

Gambar 3. Lidah mertua 10 cm Gambar 4. Lidah mertua 15 cm

Anda mungkin juga menyukai