Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN PADA KULTUR IN VITRO

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pertumbuhan dan


Perkembangan Tanaman

Disusun Oleh:

Rejo Wagiman (532018002)

MAGISTER ILMU PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
BAB I
PENELITIAN – PENELITIAN KULTUR JARINGAN
1.1. Judul dan Tujuan Penelitian
No Judul penelitian Tujuan penelitian
1. Pengaruh macam ekstrak bahan organik dan Mengetahui konsentrasi
zpt terhadap Pertumbuhan planlet anggrek pengguNAAn media dan zat
hasil persilangan Pada media kultur pengatur tumbuh yang tepat
diharapkan pertumbuhan in Vitro
anggrek menjadi lebih baik.
2. Kultur jaringan jeruk kasturi (citrus Mengetahui pengaruh kinetin dan
microcarpa) dengan menggunakan hormon NAA terhadap pertumbuhan
kinetin dan naftalen acetyl acid (NAA) eksplan biji jeruk kasturi (citrus
microcarpa).
3 Respon pertumbuhan eksplan kentang Mengetahui interaksi antara
(solanum tuberosum l.) Varietas AP-4 konsentrasi manitol dan
terhadap manitol sebagai media konservasi pengguNAAn jenis bagian eksplan
Secara in vitro Yang menghambat pertumbuhan
planlet kentang sehingga dapat
disimpan dalam waktu Lama
4 Penggunaan NAA dan bahan organic Mengetahui pengaruh jenis media
terhadap pertumbuhan anggrek hitam organik dan NAA terhadap
(coelogyne pandurata lindl.) Dalam kultur in pertumbuhan eksplan semai
vitro anggrek hitam (coelogyne
pandurata lindl.) hasil kultur in
vitro.
5 Respon temulawak (curcuma xanthorrhiza Mengetahui respon atau tanggap
roxb.) Hasil rimpang kultur jaringan generasi tanaman temulawak dari rimpang
kedua terhadap pemupukan hasil in Vitro generasi kedua
terhadap beberapa taraf pemupukan
Dengan pupuk kandang kambing
dan buatan
6 Teknik perbanyakan mawar dengan kultur Mengetahui komposisi
jaringan Media yang sesuai untuk
perbanyakan mawar dengan
Eksplan dari beberapa bagian
nodus/buku
7 Pengujian berbagai eksplan kentang Mendapatkan konsentrasi 6-
(solanum tuberosum l.) dengan pengguaan benzylaminopurine (BAP) dan
konsentrasi BAP dan NAA yang berbeda naphthalene acetic acid (NAA)
terbaik pada berbagai eksplan untuk
pertumbuhan tunas meriklon
kentang (solanum tuberosum l.)
8 Pengaruh umur eksplan terhadap Untuk mengkaji sumber eksplan
keberhasilan pembentukan kalus dari tingkat umur panen rimpang
embriogenik pada kultur meristem jahe yang berbeda terhadap kapasitas
(zingiber officinale rosc) pembentukan kalus embriogenik
pada kultur meristem jahe putih
besar
9 Studi awal kultur biji sowang Untuk mengantisipasi anakan
(xanthostemon novaguineense valet.) kehilangan sumber nutrisi karena
Secara in-vitro endosperm yang kecil sementara
akar belum berfungsi optimal.

10 Respons pertumbuhan in vitro padi terhadap Penelitian untuk mengetahui


Berbagai konsentrasi benzil adenine respons pertumbuhan in vitro padi
terhadap berbagai konsentrasi ba
(0,5 mg/l, 1,0 mg/l, 1,5 mg/l, 2,0
mg/l, 2,5 mg/l) di dalam media MS

1.2. Pembahasan Variabel, parameter dan analisis data pengamatan


a. Artikel Jurnal 1
Sedangkan untuk variable pengamatan meliputi saat kemunculan akar pertama plantlet,
panjang daun, panjang akar, jumlah daun, dan jumlah akar. Data yang diperoleh selanjutnya
dianalisis ragam dengan uji F pada taraf 5 %. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.
Pengamatan pertumbuhan pada penelitian ini dilakukan dengan parameter yang
menggambarkan pertumbuhan seperti panjang daun, panjang akar, jumlah daun dan jumlah
akar. Sedangkan untuk melihat kecepatan respon pengamatan dari efek ZPT dan penambahan
bahan organic seperti ekstrak kedelai, jagung, dan minyak ikan).
Metode analisis digunakan uji ANOVA untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap
hasil dari pertumbuhan planlet sedangkan uji DMRT untuk melihat perbedaan nyata masing
masing perlakuan.
b. Artikel Jurnal 2
Penelitian pada jurnal kedua juga hampir mirip dengan jurnal pertama baik dari analisis
maupun parameter pengamatan yaitu variable pengamatan meliputi saat persentase eksplan
yang hidup, tinggi tunas, jumlah akar, jumlah tunas, waktu muncul tunas, dan waktu muncul
akar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial 4 x 4. Faktor pertama (K) adalah Kinetin yang terdiri dari4 taraf yaitu :0 ppm, 1
ppm, 3 ppm, dan 5 ppm. Faktor kedua (A) adalah NAA yang terdiri dari 4 taraf yaitu: 0 ppm, 0,5 ppm,
1 ppm, dan 2 ppm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan 16 kombinasi perlakuan
sehingga didapat 48 unit percobaan . Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan
uji F pada taraf 5 %. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.
c. Artikel Jurnal 3
Peubah yang diamati dalam penelitian keiga ini ialah: (a) tinggi tanaman yang diukur
dari permukaan media sampai ke titik tumbuh eksplan, (b) jumlah daun baru, (c) panjang
akar. Data dianalisis dengan uji F. jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
hasil pengamatan maka dilakukan analisis uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf nyata 1% atau 5%.Untuk hasil analisis ragam, jumlah daun dan panjang akar data
ditransformasi dengan (x+0.5)1/2 untuk memperkecil koefisien keragaman sehingga data
lebih normal.
d. Artikel Jurnal 4
Parameter pengamatan yang dilakukan meliputi Jumlah akar, jum;ah daun, jumlah
tunas, tinggi planlet, dan panjang akar. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Pengamatan dilakukan setelah 2 minggu penanaman.
Parameter yang diamati adalah panjang akar, jumlah akar, tinggi eksplan, jumlah daun dan
jumlah tunas baru. Semua kultur diinkubasi dalam ruang kultur yang bersuhu 250C,
kelembaban 70% dan penyinaran selama 16 jam per hari menggunakan lampu neon 40 watt.
Untuk mengetahui pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap pertumbuhan semai,
maka dilakukan uji F. Apabila sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata selanjutnya
dilakukan uji Duncan untuk mengetahui beda antar perlakuan. Pengolahan data menggunakan
Statistical Analysis System (SAS).
e. Artikel Jurnal 5
Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh tanaman, jumlah anakan, tinggi
tanaman, jumlah, panjang dan lebar daun serta lingkar batang pada umur empat bulan. Selain
itu juga diamati komponen produksi pada umur sembilan bulan yang meliputi bobot rimpang
segar per rumpun, panjang dan lebar rimpang serta jumlah rimpang induk yang dihasilkan.
Untuk analisis mutu diamati kandungan minyak atsiri, kadar air dan kurkumin pada umur
sembilan bulan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan uji F pada taraf 5
%. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s
(DMRT) pada taraf 5 %.
Penelitian ini lebih difokuskan pada hasil dari kultur jaringan yaitu pada tahapan
aklimatisasi. Sehingga dalam penelitian ini di lakukan brangkasan sebagai bentuk dari respon
pemupukan.
f. Artikel Jurnal 6
Percobaan pada penelitian keenam menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua
factor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media dan faktor kedua adalah
eksplan bagian nodus/buku. Parameter pada penelitian ini ada dua yaitu tinggi planlet dan
jumlah tunas. Untuk menunjukan hasil terbaik di tampilkan tabel dan nilai dari masing
parameter tertinggi di anggap yang memiliki respons dan hasil terbaik.

g. Artikel Jurnal 7
PelaksaNAAn penelitian ini parameter pengamatan yang dilakukan yaitu jumlah tunas,
jumlah cabang, tinggi tunas (cm), jumlah daun, jumlah buku, dan jumlah akar. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan uji F pada taraf 5 %. Jika perlakuan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf
5 %.

h. Artikel jurnal 8
Peubah yang diamati meliputi: (1) histologi sumber eksplan, (2) jumlah kalus yang
terbentuk (%), (3) bobot segar kalus, (4) diameter kalus, dan (5) morfologi kalus. Penelitian
disusun dalam rancangan acak lengkap dengan satu faktor perlakuan umur panen sumber
eksplan. Perlakuan umur panen rimpang sebagai sumber eksplan terdiri atas 2 taraf yaitu ;
panen muda (umur 4 bln) dan panen tua (umur 8 bln). Pada tahap awal inisiasi kalus disiapkan
75 botol untuk setiap sumber eksplan. Sedangkan pada tahap perbanyakan kalus embriogenik
jumlah ulangan 2 botol/perlakuan. Analisis data dilakukan degan menampilkan histogram dan
grafik yang disertai dengan dokumentasi.
i. Artikel jurnal 9
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tunas. Parameter pengukuran adalah :
a. Hari muncul tunas (hari) : Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung hari saat
muncul tunas pertama kali yang dinyatakan dalam hst (hari setelah tanam). hari pertama salah
satu atau lebih biji berkecambah dalam satu unit percobaan.
b. Persen perkecambahan (%) : Pengamatan dilakukan dengan menghitung biji yang
berkecambah pada hari terakhir percobaan.
c. Penampilan tunas (skor) : Pengamatan tunas dilakukan pada akhir percobaan secara visual.
Pengamatan dilakukan dengan cara pemberian nilai dimana penampakan
Data hasil penelitian dianalisis dengan independent sample t test menggunakan SPSS
versi 20.
j. Artikel jurnal 10
Pengamatan dilakukan terhadap: saat munculnya tunas dihitung pada saat tunas mulai
terbentuk setelah inisiasi (hari setelah inisiasi/hsi), jumlah tunas, dihitung pada umur 28 hsi.,
diameter tunas (mm) diukur pada umur 28 hsi., tinggi tunas (mm) diukur pada umur 28 hsi.,
saat tumbuhnya akar (hsi) dihitung pada saat mulai tumbuh akar., jumlah akar dihitung pada
umur 28 hsi., panjang akar dihitung pada umur 28 hsi., dan jumlah daun dihitung pada umur
28 hsi. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam. Hasil analisis data yang
berbeda nyata diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Selain dilakukan uji analisis statistic juga dilakukan tampilan data berupa histogram untuk
menunjukan perbedaan hasil berdasarkan pengamatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kultur Jaringan
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan bibit
semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relative cepat. Dengan demikian, teknologi
kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat
menjanjikan untuk pe-menuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi secara luas.
Namun demikian, ada 6enzyl terten-tu yang harus diantisipasi, yaitu pe-nyimpangan 6enzyl6
yang dapat ter-jadi karena metode in vitro. Untuk itu, perlu dimengerti mekanisme fisiologi
apa yang terjadi, 6enzyl apa saja yang menyebabkannya sehing-ga 6enzyl dapat dihindarkan.
Berdasarkan pengalaman pada spesies tanaman tertentu, yaitu suatu for-mulasi media sangat
baik untuk memacu pertunasan pada tahap awal sampai subkultur keenam, namun pada
subkultur berikutnya menjadi tidak baik (semua biakan menghitam, layu, dan mati). Hal
tersebut terjadi karena terdapat komponen organic tertentu yang tidak baik digunakan pada
jaringan yang sudah mengalami periode kultur in vitro lama.
Formulasi media baru yang lebih sederhana kom-ponen organiknya dicoba dan biak-an
mengalami penyembuhan serta tumbuh normal kembali. Dari contoh tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk memecahkan 6enzyl regenerasi tanaman tidak mudah. Banyak hal
yang harus dipelajari dan dikuasai seperti mekanisme fisiologi, daya aktivitas, laju
transportasi, sifat persistensi, daya aktivitas dari berbagai komponen Peneliti-an perbaikan
tanaman melalui kul-tur in vitro sering dipertanyakan dan ditanggapi, sebagai penelitian yang
mudah dan tidak berbobot, bahkan mulai ditinggalkan. Tetapi penelitian ini tetap dilakukan
terutama pada spesies tanaman yang selalu diperbanyak secara 6enzyl6te6 serta pada tanaman
yang tidak berbunga. Apabila setiap regeneran baru tetap diteliti terus menerus (berkelanjut-
an) sampai di lapang, maka pada akhirnya akan diperoleh nomor-nomor harapan dengan sifat
yang diharapkan. Seleksi in vitro merupakan salah satu metode dari keragaman somaklonal
tetapi lebih efektif dan efisien karena perubahan genetic lebih diarahkan pada sifat yang
diinginkan.
2.2. Penelitian Kultur Jaringan
Dalam penelitian kultur jaringan ada beberapa tahap pelaksanaan mualai dari induksi
kalus (enzyl6tesis) atau tunas/shoot (organogenesis), proliferasi menghasilkan embrio
6enzyl6, regenerasi menghasilkan planlet dan aklimatisasi menghasilkan bibit. Adapun dari
beberapa kajian yang dilakukan dapat dikelompokan sebagai berikut (Tabel 2.)
Judul penelitian Tahap Penelitian yang
dilakukan
Pengaruh macam ekstrak bahan 7enzyl7 dan zpt Regenerasi
terhadap Pertumbuhan planlet anggrek hasil
persilangan Pada media kultur
Kultur jaringan jeruk kasturi (citrus microcarpa) Poliferasi menghasilkan
dengan menggunakan 7enzyl7 kinetin dan naftalen embirosomatik
acetyl acid (NAA)
Respon pertumbuhan eksplan kentang (solanum Regenerasi menghasilkan planlet
tuberosum l.) Varietas AP-4 terhadap 7enzyl7t
sebagai media konservasi
Secara in vitro
Pengaruh bahan organik dan NAA pertumbuhan Regenerasi dan aklimatisasi
anggrek hitam (coelogyne 7enzyl7te lindl.) Dalam
kultur in vitro
Respon temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb.) Regenerasi dan aklimatisasi
Hasil rimpang kultur jaringan generasi kedua
terhadap pemupukan
Teknik perbanyakan mawar dengan kultur jaringan Organogenesis dan poliferasi
Pengujian berbagai eksplan kentang (solanum pertumbuhan tunas meriklon
tuberosum l.) dengan Penggunaan konsentrasi BAP kentang (solanum tuberosum l.)
dan NAA yang berbeda
Pengaruh umur eksplan terhadap keberhasilan Poliferasi- kalus embriogenik
pembentukan kalus embriogenik pada kultur pada kultur meristem jahe putih
meristem jahe (zingiber officinale rosc) besar
Studi awal kultur biji 7enzyl (xanthostemon Poliferasi embriosomatik
novaguineense valet.) Secara in-vitro
Respons pertumbuhan in vitro padi terhadap Poliferasi dan regenerasi
berbagai konsentrasi 7enzyl adenine
Dari berbagai hasil penelitian Metode kultur jaringan yang menjadi Salah satu 7enzyl
pembatas dalam keber-hasilan kultur jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi pada
setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat berasal dari: (1) Eksplan, baik eksternal
maupun internal; (2) Mikroor-ganisme yang masuk ke dalam media; (3) Botol tanam atau
alat-alat tanam yang kurang steril; (4) Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor; dan (5)
Kecerobohan dalam pelaksanaan.

BAB III KESIMPULAN


a. Kultur jaringan dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk perbanyakan tetapi juga untuk
perbaikan tanaman dan penyimpanan plasma nutfah.
b. Untuk dapat merakit varietas ba-ru, penelitian tidak hanya dilaku-kan di laboratorium
tetapi harus dilanjutkan sampai lapang dan sangat diperlukan kerja sama de-ngan para
pemulia konvensional.

Anda mungkin juga menyukai