Disusun Oleh:
g. Artikel Jurnal 7
PelaksaNAAn penelitian ini parameter pengamatan yang dilakukan yaitu jumlah tunas,
jumlah cabang, tinggi tunas (cm), jumlah daun, jumlah buku, dan jumlah akar. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan uji F pada taraf 5 %. Jika perlakuan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf
5 %.
h. Artikel jurnal 8
Peubah yang diamati meliputi: (1) histologi sumber eksplan, (2) jumlah kalus yang
terbentuk (%), (3) bobot segar kalus, (4) diameter kalus, dan (5) morfologi kalus. Penelitian
disusun dalam rancangan acak lengkap dengan satu faktor perlakuan umur panen sumber
eksplan. Perlakuan umur panen rimpang sebagai sumber eksplan terdiri atas 2 taraf yaitu ;
panen muda (umur 4 bln) dan panen tua (umur 8 bln). Pada tahap awal inisiasi kalus disiapkan
75 botol untuk setiap sumber eksplan. Sedangkan pada tahap perbanyakan kalus embriogenik
jumlah ulangan 2 botol/perlakuan. Analisis data dilakukan degan menampilkan histogram dan
grafik yang disertai dengan dokumentasi.
i. Artikel jurnal 9
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tunas. Parameter pengukuran adalah :
a. Hari muncul tunas (hari) : Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung hari saat
muncul tunas pertama kali yang dinyatakan dalam hst (hari setelah tanam). hari pertama salah
satu atau lebih biji berkecambah dalam satu unit percobaan.
b. Persen perkecambahan (%) : Pengamatan dilakukan dengan menghitung biji yang
berkecambah pada hari terakhir percobaan.
c. Penampilan tunas (skor) : Pengamatan tunas dilakukan pada akhir percobaan secara visual.
Pengamatan dilakukan dengan cara pemberian nilai dimana penampakan
Data hasil penelitian dianalisis dengan independent sample t test menggunakan SPSS
versi 20.
j. Artikel jurnal 10
Pengamatan dilakukan terhadap: saat munculnya tunas dihitung pada saat tunas mulai
terbentuk setelah inisiasi (hari setelah inisiasi/hsi), jumlah tunas, dihitung pada umur 28 hsi.,
diameter tunas (mm) diukur pada umur 28 hsi., tinggi tunas (mm) diukur pada umur 28 hsi.,
saat tumbuhnya akar (hsi) dihitung pada saat mulai tumbuh akar., jumlah akar dihitung pada
umur 28 hsi., panjang akar dihitung pada umur 28 hsi., dan jumlah daun dihitung pada umur
28 hsi. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam. Hasil analisis data yang
berbeda nyata diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Selain dilakukan uji analisis statistic juga dilakukan tampilan data berupa histogram untuk
menunjukan perbedaan hasil berdasarkan pengamatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kultur Jaringan
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan bibit
semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk memenuhi
kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relative cepat. Dengan demikian, teknologi
kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat
menjanjikan untuk pe-menuhan kebutuhan bibit tanaman yang akan dieksploitasi secara luas.
Namun demikian, ada 6enzyl terten-tu yang harus diantisipasi, yaitu pe-nyimpangan 6enzyl6
yang dapat ter-jadi karena metode in vitro. Untuk itu, perlu dimengerti mekanisme fisiologi
apa yang terjadi, 6enzyl apa saja yang menyebabkannya sehing-ga 6enzyl dapat dihindarkan.
Berdasarkan pengalaman pada spesies tanaman tertentu, yaitu suatu for-mulasi media sangat
baik untuk memacu pertunasan pada tahap awal sampai subkultur keenam, namun pada
subkultur berikutnya menjadi tidak baik (semua biakan menghitam, layu, dan mati). Hal
tersebut terjadi karena terdapat komponen organic tertentu yang tidak baik digunakan pada
jaringan yang sudah mengalami periode kultur in vitro lama.
Formulasi media baru yang lebih sederhana kom-ponen organiknya dicoba dan biak-an
mengalami penyembuhan serta tumbuh normal kembali. Dari contoh tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk memecahkan 6enzyl regenerasi tanaman tidak mudah. Banyak hal
yang harus dipelajari dan dikuasai seperti mekanisme fisiologi, daya aktivitas, laju
transportasi, sifat persistensi, daya aktivitas dari berbagai komponen Peneliti-an perbaikan
tanaman melalui kul-tur in vitro sering dipertanyakan dan ditanggapi, sebagai penelitian yang
mudah dan tidak berbobot, bahkan mulai ditinggalkan. Tetapi penelitian ini tetap dilakukan
terutama pada spesies tanaman yang selalu diperbanyak secara 6enzyl6te6 serta pada tanaman
yang tidak berbunga. Apabila setiap regeneran baru tetap diteliti terus menerus (berkelanjut-
an) sampai di lapang, maka pada akhirnya akan diperoleh nomor-nomor harapan dengan sifat
yang diharapkan. Seleksi in vitro merupakan salah satu metode dari keragaman somaklonal
tetapi lebih efektif dan efisien karena perubahan genetic lebih diarahkan pada sifat yang
diinginkan.
2.2. Penelitian Kultur Jaringan
Dalam penelitian kultur jaringan ada beberapa tahap pelaksanaan mualai dari induksi
kalus (enzyl6tesis) atau tunas/shoot (organogenesis), proliferasi menghasilkan embrio
6enzyl6, regenerasi menghasilkan planlet dan aklimatisasi menghasilkan bibit. Adapun dari
beberapa kajian yang dilakukan dapat dikelompokan sebagai berikut (Tabel 2.)
Judul penelitian Tahap Penelitian yang
dilakukan
Pengaruh macam ekstrak bahan 7enzyl7 dan zpt Regenerasi
terhadap Pertumbuhan planlet anggrek hasil
persilangan Pada media kultur
Kultur jaringan jeruk kasturi (citrus microcarpa) Poliferasi menghasilkan
dengan menggunakan 7enzyl7 kinetin dan naftalen embirosomatik
acetyl acid (NAA)
Respon pertumbuhan eksplan kentang (solanum Regenerasi menghasilkan planlet
tuberosum l.) Varietas AP-4 terhadap 7enzyl7t
sebagai media konservasi
Secara in vitro
Pengaruh bahan organik dan NAA pertumbuhan Regenerasi dan aklimatisasi
anggrek hitam (coelogyne 7enzyl7te lindl.) Dalam
kultur in vitro
Respon temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb.) Regenerasi dan aklimatisasi
Hasil rimpang kultur jaringan generasi kedua
terhadap pemupukan
Teknik perbanyakan mawar dengan kultur jaringan Organogenesis dan poliferasi
Pengujian berbagai eksplan kentang (solanum pertumbuhan tunas meriklon
tuberosum l.) dengan Penggunaan konsentrasi BAP kentang (solanum tuberosum l.)
dan NAA yang berbeda
Pengaruh umur eksplan terhadap keberhasilan Poliferasi- kalus embriogenik
pembentukan kalus embriogenik pada kultur pada kultur meristem jahe putih
meristem jahe (zingiber officinale rosc) besar
Studi awal kultur biji 7enzyl (xanthostemon Poliferasi embriosomatik
novaguineense valet.) Secara in-vitro
Respons pertumbuhan in vitro padi terhadap Poliferasi dan regenerasi
berbagai konsentrasi 7enzyl adenine
Dari berbagai hasil penelitian Metode kultur jaringan yang menjadi Salah satu 7enzyl
pembatas dalam keber-hasilan kultur jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi pada
setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat berasal dari: (1) Eksplan, baik eksternal
maupun internal; (2) Mikroor-ganisme yang masuk ke dalam media; (3) Botol tanam atau
alat-alat tanam yang kurang steril; (4) Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor; dan (5)
Kecerobohan dalam pelaksanaan.