Anda di halaman 1dari 16

KULIAH V-VIII

PEMBIAKAN TANAMAN SECARA SAMBUNG DAN OKULASI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pertanian memiliki hubungan erat dengan tanaman meskipun secara luas
arti dari pertanian adalah seluruh kegiatan budidaya termasuk perikanan,
kehutanan, kelautan, dan perkebunan. Secara sempit pertanian hanya mencakup
kegiatan budidaya tanaman termasuk di dalamnya perkebunan, persawahan, dan
sebagainya. Tanaman adalah organisme yang mampu membuat cadangan
makanannya sebagi energi untuk tubuhnya sendiri. Tanaman menjadi sumber dari
keseluruhan rantai makanan, apabila frekuensi tanaman di dunia ini berkurang
akan berdampak bagi makhluk hidup lainnya serta merusak ekologi. Rantai
makanan yang terputus akan berdampak buruk bagi semua konsumen, semakin
sedikit jumlah tanaman maka semua makhluk hidup akan memiliki persaingan
yang ketat, oleh sebab itu tanaman harus dapat di budidayakan.
Indonesia memiliki jenis tanaman yang beragam baik itu tanaman hias
mauun tanaman konsumsi. Nilai jual dari tanaman itu juga tinggi. Sekarang
banyak terjadi penebangan hutan liar, pembakaran huta, dan kegiatan lain yang
merusak tanaman dan eksistem, oleh karena itu terwujudlah kegiatan reboisasi dan
sebagainya. para petani disini muncul sebagai penyedia bibit tanaman. Dalam
jumla besar dengan waktu yang relatif tidak cukup lama salah satu cara yang
digunakan adalah pembiayakan tanaman secara vegetatif. Pengembangbiakan
ecara vegetatif berarti membuat bibit tidak dari biji atau hasil dari fase generatif
melainkan berasal dari bagian tubuh tanaman itu sendiri seperti batang, daun,
akar, dll.
Salah satu cara membiakan tanaman secara vegetatif adalah
penyambungan (grafting) dan okulasi (budding). Penyambungan yaitu suatu
kegiatan membiakan tanaman dengan cara menyambung bagian dari satu tanaman
ke bagian tanaman lain hngga tercapai persenyawaan dan kombinasi dan terus
tumbuh menjadi tanaman baru. Sedangkan Okulasi adala suatu cara menempelkan
mata tunas dari tanaman batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat
unggul.
Pembiakan dengan cara penyambungan dan okulasi ini tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cara pengaplikasiannya sendiri
tidak sembarrangan, ada batang bawah dan batang atas yang diseleksi terlebih
dahulu kemudian dilakukan penyambungan dan okulasi dan mengamati hasilnya.
Jadi, apabila telah melakukan kegiatan ini dapat diketahui apa saja tentang
penyambungan dan okulasi serta bentuk aplikasinya pada masyarakat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara


perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal
dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Batang ataslah yang
akan memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah
hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil makanan dari dalam
tanah. Oleh sebab itu kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda.
Pengadaan batang bawah dan batang atas Batang bawah disiapkan sesuai dengan
kriteria batang bawah. Batang bawah diperoleh dari semai. Pengadaan semai
untuk batang bawah dapat dilihat pada bab perbanyakan tanaman dengan biji.
Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria batang atas. Kriteria batang atas: cukup
tua, sudah berbuah minimal 3 kali, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah
besar, dan sehat. Kriteria batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap
hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air, sesuai dengan kondisi
setempat.
Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan
antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya
penyambungan antar varietas pada tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga
dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi
masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica) disambung denga
tanaman kweni (Mangifera odorata). Manfaat sambungan pada
tanaman:memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan
tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya,
juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah)
serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan
induknya,·mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik,
tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya
tanaman melinjo, peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak
memerlukan bibit baru, danmenghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total
berlaku sebaliknya (Prastowo dkk, 2006).
Tambing dkk, (2009) menambahkan dari hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa umur bibit batang bawah berpengaruh nyata terhadap
persentase keberhasilan pertautan sambungan, sedangkan konsentrasi pupuk
pelengkap benih dan interaksi antara kedua perlakuan tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata. Rata-rata persentase keberhasilan pertautan sambungan bibit
setiap minggu setelah penyambungan hingga 8 MSP disajikan. Keberhasilan
pertautan ambungan pada metode grafting selain ditentukan oleh faktor umur bibit
batang bawah, faktor lingkungan tumbuh dan pelaksanaan grafting, kesesuaian
diameter batang bawah dan entris, juga faktor fisiologis. Faktor lingkungan
tumbuh, misalnya iklim dan tanah harus pada kondisi yang menguntungkan agar
pertumbujan tanaman berlangsung optimal. Disamping itu, faktor pelaksanaan
grafting juga menentukan, yaitu keterampilan orang yang melakukan
penyambungan, ketajaman dan kebersihan alat yang igunakan. Faktor fisiologis
yaitu kuatnya aya rekat getah bibit batang bawah sangat memungkinkan
terhambatnya pertautan sambungan.
Semakin banyak jumlah daun yang disisakan pada tunas makin banyak
memacu pertumbuhan dn jumlah tunas sambungan atau entres. Hal ini diduga
berkenaan dengan peran daun sebagai tempat fotosintesis yang menghasilkan
energi. ketersediaan energi yang cukup dan pengatur tumbuh yang terdapat dalam
bagian tanaman (daun) akan mendorong pembentukan kalus yang cukup banyak
sehingga kualitas pertautan antara batang bawah dengan batang atas akan lebih
baik. Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi dan kualitas sambungan yang
baik diperlukan produksi kalus yang cukup banyak, baik dari batang bawah
maupun dari batang atas. Ketersediaan karbohidrat yang cukup akan mendorong
produksi kalus yang cukup banyak. Penggabungan antara kalus yang ihasilkan
oleh batang atas dan batang bawah memungkinkn terjadinya restorasi jaringn
pengangkutan melalui induksi hormon-hormon tumbuhan. Proses penyaturan
jaringan engangkut tersebut berpengaruh terhadap kualitas sambungan, sehingga
proses aliran hara dan air dari batang bawah berlangsung dengan baik (Suryadi,
2009).
Penyambungan juga menyediakan alat yang berguna untuk meningkatkan
ketahanan stres garam pada tanaman. Penyambungan pertama dimulai di Jepang
dan Korea pada akhir tahun 1920 dengan semangka. Dalam metode perbanyakan
ini, jaringan dua tanaman menyatu bersama-sama. Buah-memproduksi tunas
(keturunan) dari kultivar yang diinginkan, dimasukkan ke batang bawah tahan
penyakit dari dari cultivar lain. Tomat grafting diperkenalkan di Yordania untuk
mengakomodasi metil bromida pentahapan proyek-proyek tahun 2002 A batang
bawah tahan digunakan dalam pencangkokan tomat yang disediakan kontrol yang
sangat baik dari banyak tomat patogen tanah-ditanggung, khususnya Fusarium
spp., Verticillium spp., dan Melodogyne spp. Grafting ditemukan memiliki
pengaruh positif dan negatif pada hasil berbagai kultivar tomat sesuai dengan
kombinasi metode dan batang bawah-keturunan digunakan (Ghosheh et al, 2010).
Pada umumnya mata tunas daun lebih sering digunakan sebagai mata
okula-si karena pertumbuhannya cepat. Keber-hasilan okulasi lebih tinggi bila
mengguna-kan mata tunas sisik (ada bersama daun rudimenter) daripada
menggunakan mata tunas daun (mata tunas pada ketiak daun). kecepatan tinggi
tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik misalnya fitohormon yang berkorelasi
de-ngan lingkungan. Waktu tumbuh tunas mempengaruhi tinggi tunas, mata tunas
prima memiliki waktu tumbuh tunas yang lebih cepat dibandingkan mata tunas
sisik, hal ini mengakibatkan tinggi tunas pada bibit yang menggunakan mata tunas
prima lebih tinggi daripada mata tunas sisik. Pada umumnya mata tunas daun atau
prima lebih sering digunakan sebagai mata okulasi karena pertumbuhannya cepat
mata tunas prima terletak pada ketiak daun sedangkan mata tunas sisik terdapat
pada daun rudimenter (Kurniawati dkk, 2014).
Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), pengadaan batang bawah dan batang
atas batang bawah disiapkan sesuai dengan kriteria batang bawah. Batang bawah
diperoleh dari semai. Pengadaan semai untuk batang bawah dapat dilihat pada bab
perbanyakan tanaman dengan biji. Batang atas dipilih sesuai dengan kriteria
batang atas. Kriteria batang atas: cukup tua, sudah berbuah minimal 3 kali, bukan
berasal dari tunas air, berbuah lebat, buah manis, buah enak, buah besar, dan
sehat. Kriteria batang bawah: sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan
penyakit, tahan terhadap kekurangan air, susuai dengan kondisi setempat.
Menurut Manalu dkk, (2014), batang atas sebagai tempat berlangsungnya
pembentukan tunas pada okulasi, diawali dengan proses hormonal tanaman yaitu
sitokinin yang berperan dalam pembelahan sel dalam kalus yang kemudian terjadi
translokasi suplay makanan sampai pada titik tumbuh. Bangun dan tumbuhnya
tunas diawali oleh proses hormonal diikuti suplai nutrisi ke titik tumbuh. Dalam
okulasi unsur hara dan air menyebabkan cekaman kekeringan pada batang atas.
Gangguan ini disebabkan terjadinya pertautan jaringan ikat pembuluh kayu
maupun ikatan pembuluh kulit kayu yang kurang harmonis menyebabkan
timbulnya lapisan sel-sel kulit batu, anatomi kulit batang daerah pertautan pada
kombinasi okulasi tanaman karet yang inkompatibel sehingga terjadi
penyambungan batang yang tidak mulus dan pada daerah floem terjadi
pembentukan sel batu yang lebih banyak.
Adinugraha dkk, (2012), menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium
masing-masing sel tanaman membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim,
sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas saling kontak, menyatu dan
membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk
kambium baru sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang
bawah yang lama, dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh
sehingga proses translokasi nutrisi dari batang bawah ke batang atas dan
sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas ke batang bawah dapat berlangsung.
Salah satu upaya untuk memperoleh bibit yang bermutu adalah dengan
melakukan penyambungan. Penyambungan dilakukan baik dengan grafting
maupun budding. Dalam penyambungan terjadi penggabungan antara dua jenis
tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas
diharapkan akan berkembang pertumbuan cabang, tunas, dan produksi buah yang
tinggi dengan kualitas yang baik. Dilain pihak batang bawah diharapkan
berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada kondisi tanah
yang kurang subur dan tahan penyakit. Tanaman hasil penyambungan tersebut
diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan
batang bawah. Penempelan tanaman karena pemotongan batang, sel-sel
parenchyma membentuk jaringan kalus yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan sambungan karena jaringan kalus yang terbentuk akan menutup luka
potongan yang berarti pula melindungi lapisan kambium pada permukaan
potongan. Kemampuan antara batang atas dan batang bawah dalam melebur
jaringan kalus serta memperbaiki sel-sel yang rusak tidaklah sama, maka
umumnya hasil sambungan berbagai gabungan tanaman bervariasi pula tingkat
keberhasilanya, kecepatan, perumbuhan dan perkembangannya (Sutami dkk,
2009).
Nilai untuk tanaman dicangkokkan ke kedua kultivar batang bawah.
Artinya, efek penyambungan positif ketika Yeni Talya, Swanson dan Beril
digunakan sebagai keturunan dan Beaufort, Arnold sebagai batang bawah.
Perbandingan respon tanaman dicangkokkan ketika Yeni Talya dan Swanson
yang dicangkokkan ke Beaufort dan Arnold menunjukkan bahwa batang bawah
yang berbeda tidak berpengaruh pada karakteristik buah. Secara umum, tidak ada
perbedaan signifikan yang ditemukan antara indeks buah, jumlah buah/gulungan,
atau bobot kombinasi penyambungan (Yeni Talya/Beaufort dan Yeni
Talya/Arnold, Swanson/Beaufort dan Swanson/Arnold). Namun, jumlah
buah/truss tanaman Beril/Beaufort secara signifikan lebih tinggi dari nilai yang
sesuai untuk Beril/Arnold dicangkokkan tanaman (Turhan et al, 2011).
Sebuah model 'tag sitokinesis' sebelumnya telah diusulkan untuk
menjelaskan aksial pemula pola dalam jenis sel. Dalam model ini, tag yang tersisa
dari sitokinesis diduga mengarahkan perakitan komponen untuk pembentukan
tunas pada korteks dalam siklus sel berikutnya. Model ini telah didukung oleh
sejumlah pengamatan termasuk pola lokalisasi protein spesifik axialbudding ke
leher ibu-bud (dan situs divisi berikutnya) dan interaksi mereka dengan genetik
septins. Temuan kami dalam penelitian ini lebih mendukung model tag sitokinesis
dan mengidentifikasi Bud4 sebagai pemain kunci bagi warisan setia isyarat spasial
aksial dari septins tag sitokinesis. Bud4 dapat berfungsi sebagai platform untuk
menghubungkan septins ke tengara aksial melalui beberapa domain. Septins
merekrut Bud4 ke leher ibu bud dengan berinteraksi dengan domain pusat Bud4
ini). Bud4 kemudian menengahi perakitan tengara aksial melalui DUF1709 dan
domain PH (Kang et al, 2012).
Pomper et al, (2009) memberi penjelasan dalam penelitiannya yaitu
mempertahankan 6-8 daun pepaya pada batang bawah di chip yang pemula dapat
meningkatkan chip yang pemula sukses. Namun, mempertahankan daun harus
dihapus dengan memotong kembali batang bawah sekitar 30 cm di atas chip bud
sekitar 6 minggu setelah tunas untuk memaksimalkan bud istirahat. The K8-2
bibit batang bawah (80%) memiliki tinggi bud mengambil daripada bibit batang
bawah Sunflower (62%). Meskipun mengurangi batang bawah dan menghapus
daun bersaing pada saat chip pemula akan lebih mudah dan membutuhkan lebih
sedikit tenaga kerja untuk pembibitan, praktik ini tidak dianjurkan karena
berkurangnya kesuksesan pemula. Salah satu alasan untuk persentase yang lebih
rendah dari tanaman berhasil diperbanyak di kemudian hari penyambungan adalah
penyimpanan jangka panjang dari batang atas di ruang refrigating, yang
mengalami penurunan vitalitas mereka. Sebuah bukti itu adalah fakta bahwa di
kencan kedua dari okulasi sekitar 15% dari batang atas yang jelas tidak layak
untuk okulasi (Gandev dan Arnaudov, 2013).
Eltayb et al, (2013), menjelaskan bahwa metode okulasi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, bud graft, cabang dan batang cangkok
korupsi, tanaman umbi akar cocok untuk mencangkok jauh sebagai batang bawah
seperti jahe, lily, ubi jalar, kentang dan ubi. Penyambungan digunakan sebagai
sarana untuk meningkatkan kualitas. Telah dilaporkan bahwa pencangkokan dapat
mempengaruhi ph, gula, warna, tekstur, dan rasa konten cartenoid.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A., Mahfudzi, E. W. Muchtiari, dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan


dan Perkembangan Tunas pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan
dengan Teknik Sambungan.Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(2):91-102.

Eltayb, M. T. A., T. D. A. Magid, R. M. Ahmed, and A. A. Ibrahim. 2013.


Morphological Changes on Sions due to Grafting Eggplant Lycoperison
Lycopericium (L) and Papper Capsicum Annuum (Sola nuxm Melongena
L) as (Rootstock). Forest Product and Industries, 2(5): 30-35.

Ghosheh, H., M. Al-Kawamleh, I. Makhadmeh. 2010. Weed Competitiveness and


Herbicidal Sensitivity of Grafted Tomatoes (Solanum Lycopersicon
Mill.). Plant Protection Research, 50(3).

Gandev, S., and V. Arnaudov. 2011. Propagation Method of Epicotyl Grafting in


Walnut (Juglans Regia L.) Under Production Condition. Agricultural
Science, 17(2): 173-176.

Kang, P. J., J. K. H. deGrenier, and H.O. Park. 2012. Coupling of Septins to the
Axial Lanmark by Bud4 in Budding Yeast. Cell Science, 126: 1218-
1226.

Kurniawati, D., M. Santoso, Dan E. Widaryanto. 2014. Pertumbuhan Jenis Mata


Tunas pada Okulasi Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis
Muell. Arg). Produksi Tanaman, 1(6): 532-540.

Manalu, M., Charoq, dan A. Barus. 2014. Uji Batang Bawah Karet (Hevea
brassiliensi, Muell-Arg.) Berasal dari Benih yang Telah Mendapat
Perlakuan PEG (Seed Coating) dengan Beberapa Klon Entres terhadap
Keberhasilan Okulasi. Agroteknologi, 2(3): 962-967.

Pomper, K. W., S. B. Crabtree, and J. D. Lowe. 2009. Enhancing Pawpaw Chip


Budding Success. American Pomogical Society, 63(4): 145-149.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F.


Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock
Internasional.

Purnomosidhi, Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman.2002. Perbanyakan


dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian,
Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Saw:Pedoman Lapang. Bogor:
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock
Internasional.

Suryadi, R. 2009. Pengaruh Jumlah Tunas dan Jumlah Daun Terhadap


Keberhasilan Penyambungan Jambu Mete (Anacardium Occidentale) Di
Lapangan. Littro, 20(1): 41-49.

Sutami, A. Mursyid, dan G. M. S. Noor. 2009. Pengaruh Umur Batang Bawah


dan Panjang Entris Terhadap Keberhasilan Sambungan Bibit Jeruk Siam
Banjar Label Biru. Agroscientiae, 16(2): 121-127.\

Tambing, Y., dan S. Launde. 2009. Kajian Umur Bibit Batang Bawah Nangka dan
Takaran Pupuk Pelengkap Benih Nutrifarm-SD terhadap Keberhasilan
Pertautan Sambung Pucuk. Agroland, 16(1): 33-39.

Turhani, A., N. Ozmeni, M. S. Subeci, And V. Seniz. 2011. Effects Of Grafting


On Different Rootstocks On Tomato Fruit Yield And Quality. Hort Sci,
38(4): 142-149.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Grafting
Ulangan/ Keberhasilan Perubahan
Perlakuan
Kelompok Penyambungan Batang Atas Batang Bawah
Daun 1  ** *
2 - **
hilang
3  *
(dikupir)
Daun sisa 4 - *** *
5  **
>2 6 - *** *

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Pembiakan Vegetatif dengan Cara Budding


Ulangan/ Perubahan
Keberhasilan
Perlakuan Kelompo
Penyambungan Batang Atas Batang Bawah
k
Daun 1 - ** **
2 - ** **
hilang
3 - ** **
(dikupir)
Daun sisa 4 - ** **
5 - ** **
>2 6 - ** **
Keterangan:
 : Hasil penyambungan hidup
- : Hasil penyambungan mati
* : Pembengkakan pada sambungan
** : Tumbuhnya batang atas abnormal
***: Daun-daun menguning

4.2 Pembahasan
Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara
perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal
dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Pada praktikum
pembiakan vegetatif dengan cara grafting dilakukan dua perlakuan yaitu daun
dikupir (tidak ada daun) dan daun yang disisakan 2 helai. Kegiatan ini dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali pada masing-masing perlakuan. Pada daun yang
dikupir ulangan 1 dan 3 berhasil menyambung dengan kondisi batang atas
abnormal dan pembengkakan pada sambungan. Pada daun yang disisakan 2 hanya
ulangan ke-2 yang berhasil tersambung dengan kondisi batang atasnya abnormal
dan pada ulangan 1 dan 3 tidak berhasil menyambung dengan keadaan daun
menguning dan terjadi pembengkakan pada sambungan. Hasil pengamatan
budding juga diberi perlakuan yang sama yaitu dikupir dan daun disisakan dua.
Pada masing masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Berdasarkan
praktikum ini tidak ada tanaman yang berhasil tersambung dan semua memiliki
ciri-ciri tumbuhnya batang atas abnormal.
Perlakuan yang paling baik dalam kegiatan
pembiakan dengan cara grafting dan budding ini adalah
perlakuan daun dikupir atau dihilangkan daunnya. Pada
Tabel 4.1.1 ada 2 ulangan yang berhasil menyambung pada
tanaman dengan daun dikupir sedangkan pada tanaman
dengan daun disisakan 2 hanya ada satu ulangan. Hal ini
disebabkan oleh laju
transpirasi yang dimiliki daun
yang tidak dikupir lebih cepat
dibandingkan dengan daun dikupir sedangkan
pertumbuhan batang atas belum menempel pada
batang bawah sehingga tidak ada pengangkutan air
dari akar yang terjadi sehingga batang tidak
menempel sempurna. Daun yang tidak dikupir
tesebut lama kelamaan mati karena tidak
mendapatkan unsur H2O dari dalam tanah dan juga cahaya matahari tidak
maksimal masuk ke daun karena terhalang uleh plastik, namun hal ini tidak begitu
berpengaruh karena fungsi plastik tersebut untuk mengurangi transpirasi.
Penyambungan baik grafting dan budding memiliki faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilannya. Keberhasilan grafting dipengaruhi oleh
kecepatan terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan
tersebut berkaitan dengan proses pembelahan sel dan bergabungnya kambium
pada bagian yang akan bertautan. Suhu berpengaruh terhadap perkembangan sel
pada kambium sehingga kedua batang bisa menyatu dan menjadi individu yang
juga dipengaruhi oleh kuatnya ikatan batang. Oleh sebab itu dalam mengikat
sambungan batang sebaiknya dilakukan dari bawah yang kemudian memutar
keatas dan membuat ikatan batang tersebut menjadi benar-benar kuat, akan tetapi
harus tetap hati-hati agar tidak merusak batang. Suhu lingkungan agar tidak terlalu
memengaruhi sambungan dan suhu sambungan tetap terjaga maka sambungan
diberi penutup yaitu dengan diberi sangkup plastik. Suhu sangat berpengaruh
dalam mencegah pembusukan sambungan. Selain itu sangkup juga berfungsi
untuk melindungi sambungan dari penguapan akibat sinar matahari dan juga
melindungi sambungan dari tetesan air hujan yang dapat merusak sambungan,
juga melindungi sambungan dari gangguan OPT. Hal tersebut juga berlaku bagi
okulasi/budding namun untuk budding tidak perlu disungkup daunnya. Batang
yang bersinggungan dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis
yang tepat.
Adinugraha dkk, (2012), menjelaskan ciri-ciri batang yang baik: kambium
masing-masing sel tanaman membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim,
sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas saling kontak, menyatu dan
membaur, sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk
kambium baru sebagai lanjutan dari lapisan kambium batang atas dan batang
bawah yang lama, dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh
sehingga proses translokasi nutrisi dari batang bawah ke batang atas dan
sebaliknya hasil fotosintesis dari batang atas ke batang bawah dapat berlangsung.
Perlakuan yang diberikan pada praktikum kali ini pada pembiakan
grafting dan budding yaitu dengan mengupir daun dan tidak mengupir daun.
Faktor lain yang ikut menentukan pertumbuhan sambungan adalah jumlah daun
batang bawah karena daun berperan dalam proses fotosintesis tanaman, namun
jika daun yang terlalu banyak akan meningkatkan transpirasi sehingga tanaman
mudah layu. sehingga perlakuan penghilangan setengah bagian daun atau dikupir
akan mengurangi penguapan pada tanaman bagain atas sehingga cukup memiliki
kandungan air. Pengkupiran daun berpengaruh terhadap penguapan atau
transpirasi tanaman lewat daun. Fungsi mengkupir daun pada tanaman
penyambungan ini untuk mengurangi transpirasi karena penguapan pada daun
lebih besar dibandingkan dengan penguapan dari batang. Jika laju transpirasi
tinggi meyebabkan tanaman akan banyak mengeluarkan air , sedangkan transport
air tanaman bagian atas yang disambung belum sempurna akibatnaya pada
tanaman bagian atas akan cepat kering dan proses penyambungan tidak akan
berhasil.

Anda mungkin juga menyukai