Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN PAKAN

PRAKTIKUM III
PERKEMBANGBIAKAN TANAMAN

OLEH

NAMA : IRMAYANI VEBRIANTI IBRAHIM


NIM : I011201001
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : FITRIANI
WAKTU : JUMAT, 22 OKTOBER 2021

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN DAN PASTURA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangbiakan vegetatif merupakan teknik yang tepat untuk

memperbanyak klon-klon kemenyan unggul, karena kemampuannya untuk

mengulang secara konsisten dan berkelanjutan kinerja genotif dari suatu tanaman.

Salah satu Teknik pembibitan vegetatif adalah stek. Perolehan tanaman unggul

memerlukan teknik perbanyakan vegetatif agar diperoleh bibit yang memiliki

karakteristik sama dengan induknya, misalnya pertumbuhan yang bagus,

atau memiliki sifat toleran terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini

mengingat anakan hasil vegetatif dipastikan akan memperoleh sifat unggulyang

sama dengan induknya (Nuroniah dkk., 2015).

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. mott) merupakan salah

satu alternatif dalam penyediaan hijauan pakan, karena rumput ini merupakan

jenis rumput unggul. Produksi yang tinggi disertai rasio daun batang yang tinggi

membuat rumput ini cocok diolah menjadi silase utamanya di saat produksi

hijauan melimpah sehingga dapat memperpanjang masa simpannya. Pemberian

rumput gajah mini dalam keadaan segar untuk ruminansia cukup praktis karena

dengan ukurannya yang mini dapat langsung diberikan kepada ternak tanpa

dicacah terlebih dahulu. Rumput gajah mini memiliki palatabilitas dan nilai nutrisi

yang baik sehingga sangat menjanjikan sebagai sumber hijauan pakan yang

berkesinambungan untuk ruminansia. Rumput gajah mini tetap disukai ternak saat

diberikan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk kering berupa hay

(Sirait, 2017).
Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan secara vegetatif yang

tergolong mudah, sederhana, ekonomis serta dapat memproduksi bibit dalam

jumlah banyak. Stek memungkinkan dilakukan sebagai salah satu metode

perbanyakan vegetatif dari jenis- jenis yang sulit diperbanyak secara generatif dan

mempunyai keunggulan dimana seluruh karakter yang dimiliki pohon induk akan

diwariskan kepada keturunannya. Keberhasilan stek dipengaruhi oleh interaksi

faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi kandungan

cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon

induk) dan hormon endogen dalam jaringan stek. Faktor lingkungan juga

memengaruhi, antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, interaksi cahaya,

dan teknik penyetekan (Darwo, 2018).

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Perkembangbiakan Tanaman yaitu untuk mengetahui Teknik cara

pengembangbiakan tanaman, serta kelebihan dan kekurangan dari system

perkembangbiakan tanaman.

Kegunaan dilakukannya praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Perkembangbiakan Tanaman yaitu agar praktikan dapat mengetahui teknik cara

pengembangbiakan tanaman, setra kelebihan dan kekurangan dari system

perkambangbiakan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Rumput Gajah Mini

Rumput gajah mini merupakan jenis rumput unggul karena produktivitas

dan kandungan zat gizi cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi

ternak ruminansia. Rumput ini dapat hidup di berbagai tempat, toleran naungan,

respon terhadap pemupukan dan menghendaki tingkat kesuburan tanah yang

tinggi. Rumput gajah mini tumbuh membentuk rumpun dengan perakaran serabut

yang kompak dan terus menghasilkan anakan apabila dipanen secara teratur. Dari

segi pola pertumbuhannya, rumput gajah mini memiliki karakter unik dimana

pertumbuhan daunnya lebih mengarah ke samping. Tinggi tanaman rumput gajah

mini lebih rendah dari satu meter. Rata-rata tinggi tanaman adalah 96,3 cm pada

umur panen dua bulan, sedangkan rumput gajah ketinggiannya dapat mencapai

400-700 cm (Lasmadi dkk., 2013).

Perbanyakan rumput gajah mini dilakukan secara vegetatif menggunakan

sobekan rumpun/pols ataupun dengan stolon. Pada prinsipnya apabila ditanam

pada kondisi optimal, rumput gajah mini dapat menghasilkan biji tetapi sedikit.

Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.000 m dpl dengan suhu 25-

40°C dan curah hujan 1.500 mm/tahun. Rumput ini toleran terhadap kekeringan

dan lebih cocok tumbuh pada lahan dengan drainase yang baik dan pada tanah

yang subur serta memiliki adaptasi yang luas terhadap tingkat kemasaman (pH)

tanah (4,5-8,2). Rumput gajah mini merupakan rumput yang tumbuh baik pada

kondisi cahaya penuh, meskipun masih dapat berproduksi bila yang ternaungi

hanya sebagian tanaman dan akan tumbuh sangat baik bila ditanam di tanah yang

gembur dan subur. Rumput gajah mini juga dapat tumbuh baik pada areal
naungan di bawah tegakan pohon. Adanya pengaruh interaksi antara taraf pupuk

nitrogen dengan naungan 70% menghasilkan panjang daun, jumlah daun dan

tinggi tanaman terbaik. Rumput gajah mini juga mempunyai tingkat pertumbuhan

yang cukup tinggi di lahan terbuka (Mulyadi dkk., 2018).

Rumput gajah mini memiliki palatabilitas dan nilai nutrisi yang baik

sehingga sangat menjanjikan sebagai sumber hijauan pakan yang

berkesinambungan untuk ruminansia. Rumput gajah mini tetap disukai ternak saat

diberikan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk kering berupa hay. Dilihat

dari aspek produksi dan kandungan protein kasar, rumput gajah mini lebih unggul

dibandingkan dengan rumput Brachiaria decumbens, Brachiaria ruziziensis dan

Paspalum notatum. Dari sisi palatabilitas dan kecernaan rumput gajah mini

sebanding dengan rumput B. ruziziensis dan tetap lebih unggul dibandingkan

dengan rumput B. decumbens dan P. notatum (Sirait dkk., 2017).

Tinjauan Umum Pertumbuhan Tanaman

Jumlah Anakan

Anakan mulai tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4 atau 5 daun.

Anakan muncul dari tunas aksial pada buku batang dan anakan pertama akan

memunculkan anakan sekunder pada 30 hari setelah pindah tanam. Anakan terus

berkembang sampai tanaman memasuki tahap pemanjangan batang. Anakan aktif

ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat dan berlangsung sampai

pembentukan anakan maksimal tercapai. Setelah anakan maksimal tercapai,

sebagian dari anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai. Seperti halnya

dengan akar, perkembangan anakan berhubungan dengan perkembangan daun

(Adinurani dkk., 2020).


Pada dasarnya umur semai mempengaruhi jumlah anakan, di mana

tanaman yang ditanam pada umur semai yang lebih tua menyebabkan tanaman

kurang mampu membentuk anakan. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi

perakaran di persemaian yang makin kuat dan dalam sehingga waktu pemindahan

mengalami kerusakan cukup berat. pertumbuhan akar yang bebas hanya mungkin

terjadi pada akar bibit muda yang punya banyak ruang dan oksigen, bahkan saat

air dan nutrisi kurang tersedia tanaman dapat memperpanjang akarnya. Akar yang

demikian dapat menyerap unsur hara yang lebih seimbang, termasuk nutrisi dari

unsur hara mikro (Usman, dkk., 2014).

Setiap penambahan jumlah bunga, terjadi pula peningkatan jumlah daun,

jumlah anak daun, dan jumlah cabang. Jumlah daun yang dihasilkan pada suatu

pucuk ditentukan oleh permulaan pembungaan. Pembentukan pemula daun pada

ujung memungkinkan pembentukan pemula bunga, yang menetapkan jumlah anak

daun. Selanjutnya, cabang sekunder dan tingkatannya yang paling tinggi

umumnya mempunyai daun satu atau dua daun lebih sedikit dibandingkan dengan

pucuk primer, karena muncul kemudian dan menerima isyarat lingkungan yang

sama untuk berbunga (Syahadat dkk., 2013).

Jumlah Daun

Daun berperan untuk menangkap cahaya dan merupakan tempat

berlangsungnya proses fotosintesis. Perkembangan jumlah daun juga akan

mempengaruhi perkembangan tanaman. Semakin banyak daun dapat diartikan

semakin banyak cahaya yang dapat ditangkap sehingga proses fotosintesis akan

meningkat. Meningkatnya proses fotosintesis pada tanaman belum tentu

berpengaruh terhadap hasil yang dipeoleh. Hal ini diduga karena ada
kemungkinan daun terjadinya mutual shading. Daun yang ternaungi malah akan

memanfaatkan fotosintat yang dihasilkan oleh daun diatasnya sehingga fotosintat

tidak terdistribusi ke rimpang. Dengan begitu hasil yang diperoleh tidak maksimal

(Buntoro dkk., 2014).

Pada awal pertumbuhan, cadangan makanan pada bahan stek digunakan

sebagai sumber energi bagi pertumbuhan tunas. Pada pada awal pertumbuhan

stek, cadangan makanan yang dikandung dalam bahan stek yaitu karbohidrat dan

nitrogen sangat mempengaruhi perkembangan tunas stek. Daun pada stek

melakukan respirasi, jumlah daun yang terlalu banyak pada bahan stek

mengakibatkan respirasi besar sehingga pertumbuhan akar dan tunas terhambat.

laju respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah indeks luas

daun tanaman. Semakin banyak daun yang terdapat pada bahan stek, respirasi

yang terjadi semakin besar. Dengan demikian stek dengan daun yang terlalu

banyak dapat menghambat pertumbuhan tunas (Wulandari, dkk., 2017).

Daun memiliki peran yang sangat besar dalam menghasilkan buah yang

maksimal. Kondisi daun yang baik akan menghasilkan buah yang baik dan begitu

juga sebaliknya. Daun-daun yang tidak terkena sinar matahari secara langsung,

lebih bersifat parasit bagi tanaman secara keseluruhan karena tidak melakukan

proses fotosintesis tetapi tetap mendapatkan fotosintat (hasil fotosintesis) dari

daun-daun di bagian terluar yang terkena sinar matahari langsung. Oleh karena

itu, banyak tanaman yang secara keseluruhan tumbuh dengan lebat, daunnya

rimbun dengan warna daun yang hijau pekat, tetapi besar buahnya tidak maksimal

atau kurang besar. Fotosintat yang terbentuk hanya dialokasikan untuk

pertumbuhan tanaman, khususnya ke bagian tanaman yang bersifat parasit


tersebut, dan pada akhirnya hanya sangat sedikit jumlah fotosintat yang

dialokasikan oleh tanaman untuk pertumbuhan buah (Ifantri, 2015).

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman adalah salah satu parameter yang digunakan untuk

mengetahui respon pertumbuhan tanaman sambiloto pada pemberian pupuk

(NPK, organik) dan intensitas cahaya matahari yang berbeda. peningkatan unsur

N mengakibatkan bertambahnya kandungan nitrat, dan memperpanjang

pertumbuhan vegetatif. Pemupukan dengan pupuk NPK dalam bentuk tersedia

bagi tanaman, dengan tidak diawali proses dekomposisi menjadi salah satu faktor

yang mempercepat penyerapan dan pemanfaatan oleh tanaman dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya tanaman yang dimanfaatkan

daunnya, unsur N merupakan unsur yang dapat memperbanyak terbentuknya

organ daun. Intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman sambiloto juga

berpengaruh signifikan terhadap tinggi tanaman, selain faktor pemupukan

(Malik, 2014).

Pertambahan tinggi tanaman merupakan proses fisiologi dimana sel

melakukan pembelahan. Pada proses pembelahan tersebut tanaman memerlukan

unsur hara esensial dalam jumlah yang cukup yang diserap tanaman melalui akar.

Terjadinya pertumbuhan tinggi dari suatu tanaman karena adanya peristiwa

pembelahan dan perpanjangan sel yang didominasi pada ujung pucuk tanaman

tersebut. Proses ini merupakan sintesa protein yang diperoleh tanaman dari

lingkungan seperti bahan organik dalam tanah. Penambahan bahan organik yang

mengandung N akan mempengaruhi kadar N total dan membantu mengaktifkan


sel-sel tanaman dan mempertahankan jalannya proses fotosintesis yang pada

akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman dapat dipengaruhi (Haryadi dkk., 2015).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor,

yakni faktor dalam dan luar tanaman. Faktor dalam sering digambarkan sebagai

kemampuan genetis yang dimiliki oleh suatu tanaman. Faktor luar adalah faktor

yang berasal dari luar tanaman, seperti faktor lingkungan. Pertumbuhan dan

perkembangan tanaman erat hubungannya dengan kedua faktor tersebut, apabila

salah satu atau semua faktor tidak mendukung maka pertumbuhan dan

perkembangan tanaman tidak dapat berjalan dengan baik sehingga menurunkan

produksi tanaman. Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman sudah banyak

dilakukan, seperti dengan cara pemupukan dan aplikasi zat pengatur tumbuh.

Cahaya mempunyai pengaruh yang penting bagi pertumbuhan tanaman budidaya,

terutama karena perannya dalam proses fotosintesis, membuka dan menutupnya

stomata, dan sintesis klorofil. Kebutuhan cahaya oleh tanaman berbeda-beda

tergantung spesies, varietas, dan tipe fotosintesis dari tanaman tersebut

(Buntoro, dkk., 2014).

Perhitungan Luas Lebar Daun

Daun merupakan salah satu organ tanaman yang penting, karena pada

daun terdapat bagian/komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses

fotosintesis dan transpirasi yang menentukan pertumbuhan tanaman. Oleh karena

itu luasdaun merupakan salah satu parameter penting dalam analisis pertumbuhan

tanaman. Setelah diketahui luas daun, maka akan didapat Indeks Luas Daun (ILD)

dengan cara membagi luas daun dengan luas kanopi. Dalam analisis pertumbuhan

tanaman, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat


digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD)

dan nisbah berat daun (NBD) pada waktu tertentu. Untuk pengukuranluas daun

tentunya kece- patan dan ketepatan pengukuran sangat diper- lukan agar didapat

dapta yang akurat, namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat

tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran. Pengukuran luas daun

dapat dilakukan dengan memetik daun (sampel dektruksi) maupun tanpa memetic

daun (Irwan dan Wicaksono,2017).

Luas daun meru pakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk

mengetahui pertumbuhan tanaman, oleh karena itu diperlukan teknik pengukuran

yang cepat dan tepat. Metode yang mudah, akurat, muran dan non destruktif untuk

menjelaskan luas daun tanaman yang mampu dulaksanakan sedemikian rupa

dalam mengkaji fisiologi dan agronomi. Umumnya banyak pihak merasa kesulitan

dan terbentur faktor pembatas untuk mengamati daun termasuk terhadap luas

daun. Kondisi ini menyebabkan kebiasaan yang jarang dan menjadi sebuah

ketidakwajiban mengamati daun untuk menerjemahkan sebuah pertumbuhan

maupun mendapatkan adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman melalui pengamatan daun tersebut (Susilo, 2015).

Pendugaan luas daun juga dapat dilakukan dengan kertas grafik milimeter.

Cara mengukur luas daun dengan kertas grafik tidak praktis dan memerlukan

waktu. Pendugaan luas daun dengan menggunakan peubah panjang dan lebar daun

merupakan cara yang dapat dilakukan dengan tanpa memotong daun dari tanaman

dan lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan alat leaf areameter. Luas

bidang permukaan merupakan fungsi dari peubah panjang dan lebar permukaan.

Peubah luas permukaan daun dalam analisis regresi dapat ditetapkan sebagai
peubah tak bebas (dependent variable), sedangkan panjang dan lebar daun sebagai

peubah bebasnya (independent variable). Luas bidang permukaan dapat diduga

melalui model Y = ao Pa1 La2, dengan koefisien a0, a1 dan a2 sebagai koefisien

bentuk dan P=panjang dan L=lebar. Model dugaan kemungkinan dapat

disederhanakan berdasarkan pengujian hipotesis yang melibatkan koefisien a0, a1

dan a2. Model pendugaan luas daun Koro pedang yang praktis menggunakan

peubah panjang dan lebar daun hingga saat ini belum ada, oleh karena itu perlu

adanya model pendugaan luas daun yang dapat digunakan pada penelitian

fisiologi dan agronomi (Sutoro dan Sutyowati, 2014).

Menghitung Jumlah Klorofil

Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan

bakteri fotosintetik. Klorofil berfungsi menangkap energi dari cahaya (foton)

untuk dipindahkan ke protein dalam pusat fotosintesis. Energi ini kemudian

digunakan untuk mereduksi air menjadi oksigen dengan menghasilkan elektron.

Elektron ini akan dilanjutkan untuk proses pembentukan senyawa ATP dan

NADPH yang akan memfalitasi pengikatan CO2 menjadi karbohidrat. Klorofil

pada tumbuhan terdiri dari klorofil a dan klorofil b. Spektrofotometer klorofil a

mempunyai serapan yang m\aksimal pada panjang gelombang 665 nm. Sedangkan

klorofil b mempunyai serapan pada panjang gelombang 652 nm (Lawendatu dkk.,

2019).

Klorofil merupakan katalisator fotosintesis yang penting dan terdapat di

semesta sebagai pigmen hijau dalam semua jaringan tumbuhan hijau. Pengukuran

karakter fisiologi seperti kandu ngan klorofil, merupakan salah satu pendekatan

untuk mempelajari pengaruh kekurangan air terhadap pertumbuhan dan hasil


produksi, karena parameter ini berkaitan erat dengan laju fotosintesis Kekurangan

air dari tingkat paling ringan sampai paling berat mempengaruhi proses- proses

biokimia yang berlangsung dalam sel. Kekurangan air mempengaruhi reaksi-

reaksi biokimia fotosintesis, sehingga laju fotosintesis menurun. Salah satu aspek

fotosintesis yang sangat sensitif terhadap kekurangan air adalah biosintesis

klorofil dan pembentukan protoklorofil terhambat pada potensial air sedikit

dibawah 0 atm (Prasetyo,2015).

Klorofil disintesis dengan cara fotoreduksi protoklorofilid menjadi

klorofilid a, yang diikuti oleh esterifikasi fitol membentuk klorofil a. Klorofil a

juga terdapat pada daun dengan warna merah kecoklatan tetapi dengan jumlah

sedikit. Selanjutnya xantofil dibentuk melalui penggabungan molekul oksigen

dengan karoten yang menyebabkan daun berubah warna menjadi hijau

kekuningan. Kandungan klorofil pada bagian tengah daun lebih banyak 32,63%

dibanding kandungan klorofil pada bagian ujung daun meningkat dari 3,5943

μg/mL menjadi 5,33506 μg/mL. Kandungan klorofil pada bagian pangkal daun

juga lebih banyak 47,50% dibanding kandungan klorofil pada bagian ujung daun

meningkat dari 3,5943 μg/mL menjadi 6,8467 μg/mL. Pada daerah pangkal daun,

yang mempunyai kandungan klorofil terbesar, terjadi sintesis klorofil b menjadi

klorofil a dalam jumlah yang besar, yang diikuti dengan berkembangnya daun

tersebut. Sintesis klorofil b terus berlanjut bersamaan dengan perkembangan daun

yang ditandai dengan berubahnya warna daun hijau muda menjadi hijau tua.

Kandungan klorofil pada daun warna hijau tua 72% lebih besar daripada daun

warna hijau muda. Klorofil b dibentuk dari klorofilid a atau klorofil a

(Pratama, 2015).
Tinjauan Umum Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan tumbuhan adalah suatu proses yang bertujuan untuk

memperbanyak jumlah tanaman spesies atau kultivar tertentu. Secara umum,

terdapat dua tipe perkembangbiakan tanaman yaitu perkembangbiakan seksual

dan aseksual. Perkembangbiakan secara Kawin (Generatif), Alat

perkembangbiakan secara kawin (generatif) pada tumbuhan adalah bunga.

Sedangkan perkembangbiakan yang terjadi tanpa proses perkawinan (vegetatif)

dapat terjadi melalui dua cara yaitu pertama vegetatif alami dengan cara

perkembangbiakan vegetatifnya terjadi tanpa campur tangan manusia (Ruslaini

dan Avisha, 2020).

Metode umum perkembangbiakan tanaman disajikan dalam beberapa

bagian pembahasan yang juga disajikan secara terpisah. Untuk melakukan

perkembangbiakan tanaman secara besar seperti tanaman buah perlu dipelajari

okulasi, penyambungan atau cangkok (layering). Penemuan rumah kaca pada awal

abad ke-sembilanbelas memungkinkan pengakaran stek daun dilaksanakan. Pada

tahun-tahun selanjutnya penemuan zat kimia untuk menginduksi pengakaran

merangsang perkembangbiakan tanaman dengan sangat pesat. Selanjutnya juga

dengan penemuan teknik pengkabutan (mist propagation) telah merevolusi banyak

prosedur pembibitan. Keadaan yang sama juga terjadi pada produksi tanaman

berbiji dengan ditemukannya prinsip-prinsip genetik yang mengarahkan pada

produksi benih-benih hibrida. Kini perkembangan bioteknologi, micropropagation

merupakan langkah yang sangat maju dalam bidang perbanyakan tanaman (Duaja

dkk.,2020).
Manusia dapat membantu melakukan perkembangbiakan pada tanaman.

Tujuannya untuk memperoleh tumbuhan baru dengan cepat dan tidak bergantung

pada musim. Juga dapat diperoleh tumbuhan baru yang sifatnya sama dengan

indukmya. Perkembangbiakan secara vegetative buatan dapat dilakukan antara

lain dengan menggunakan stek, cangkok, sambung, tempel, runduk dan kultur

jaringan (Kanopi, 2013).

Perkembangbiakan Vegetatif

Pembiakan secara tak kawin merupakan dasar pembiakan vegetatif,

dimana terlihat kesanggupan tanaman membentuk kembali jaringan atau bagian

lain. Pada banyak tanaman pembiakan secara vegetatif merupakan proses alamiah

yang sempurna, tetapi dalam hal lain juga bias dilakukan oleh manusia. Sebab

yang utama dilakukan pembiakan secara vegetatif adalah supaya tanaman yang

dihasilkan menyerupai sifat induknya. Banyak cara pembiakan vegetatif yang bias

dilakukan, dan pemilihan dari macam cara tersebut tergantung pada tanamannya

dan tujuan pembiakan (Wiraatmaja, 2017).

Pembiakan vegetatif bukan hanya berisi cara-cara teknis tetapi juga

didasarkan pada aspek keilmuan (scientific basis). Hal ini ditegaskan karena ada

tujuan atau target tertentu yang diinginkan oleh propagator dalam melakukan

pembiakan tanaman secara vegetatif. Target pembiakan vegetatif bukan hanya

sekedar keseragaman genetik (genotip) antara tanaman induk dan anaknya tetapi

juga tingkat kepastian keseragaman waktu mulai berbuah, sifat arah pertumbuhan

cabang (misalnya, heterotrop atau autotrop) yang diinginkan, penggabungan sifat-

sifat unggul dari batang bawah (rootstock) dan batang atas (scion) serta keindahan

pertumbuhan tanaman itu sendiri. Perbanyakan secara vegetatif mempunyai


keunggulan dibanding dengan cara generatif. Dengan cara vegetatif seluruh

karakter yang ada pada pohon induk akan diwariskan kepada keturunannya,

sehingga potensi pohon induk yang baik akan berdampak baik pada tanaman yang

dikembangkan. Cara perbanyakan ini sangat penting artinya untuk pengembangan

klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemuliaan

tanaman karena perannya yang sangat besar dalam meningkatkan perolehan

genetik dibandingkan dengan benih hasil penyerbukan alam (Duaja dkk.,2020).

Tingkat keberhasilan perbanyakan vegetatif dipengaruhi oleh faktor dalam

dan luar. Faktor dari dalam tanaman yang cukup memberikan pengaruh terhadap

keberhasilan teknik perbanyakan vegetatif adalah hormon. Fitohormon merupakan

zat pengatur yang dihasilkan oleh tanaman yang dapat mendorong, menghambat

atau mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon tumbuh

tanaman secara alami disintesis sendiri oleh tanaman untuk memacu dan

mengontrol pertumbuhan. Akan tetapi tidak semua hormon dapat bekerja secara

optimal. karean itu, diperlukan beberapa perlakuan untuk merangsang atau

mengaktifkan hormon tersebut. Perlakuan yang dapat dilakukan adalah dengan

menambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT berperan merangsang

pertumbuhan akar tanaman, mengefektifkan penyerapan unsur hara,

meningkatkan keluarnya kuncup, serta memperbaiki hasil tanaman karena mampu

menghambat atau menekan aktivitas Indole Acetat Acid oksidase (Aeni

dkk.,2017).
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai Perkembangbiakan Tanaman

dilaksanakan pada hari Jumat, 22 Okteber 2021 pukul 15.30 WITA sampai selesai

bertempat di Laboratorium Tanaman Pakan dan Pastura, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Perkembangbiakan Tanaman adalah cangkul, sekop tangan, parang, dan sarung

tangan.

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanaman Pakan mengenai

Perkembangbiakan Tanaman adalah 5 stek rumput gajah mini dan air.

Metode Praktikum

Membersihkan area terhadap pepohonan, semak-semak, alang-alang dan

rumput, menggemburkan lahan menggunakan sekop kecil, membuat lubang

dengan jarak 60cm, menanam stek rumput gajah mini pada lubang yang telah

disediakan dan menyiram dengan air.

Anda mungkin juga menyukai