Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT

PRAKTIKUM III
PEMBUATAN SILASE

OLEH :

NAMA : ANDI TENRI OLA


NIM : I011201008
KEL/GEL : VIII (DELAPAN) / II (DUA)
WAKTU : SABTU, 14 MEI 2022
ASISTEN : MUSDALIPA

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN DAN PASTURE


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Silase adalah pengawetan pakan hijauan melalui fermentasi anaerob

dengan menambahkan aditif tertentu sehingga menghasilkan kondisi asam.

Kondisi anaerob akan mempercepat pertumbuhan bakteri asam laktat dalam

memecah karbohidrat menjadi asam laktat tanpa memerlukan oksigen.

Pengawetan hijauan dengan silase bertujuan untuk menghasilkan pakan yang

dapat disimpan dalam jangka waktu relatif lama dan memenuhi kebutuhan nutrisi

ternak ruminansia. Salah satu rumput yang dapat dijadikan pakan silase adalah

rumput benggala (Aglazziya dkk., 2020).

Silase tidak hanya dapat dilihat dari kegunaan manfaatnya namun

penampilan dan cara pembuatan pada silase dapat mempengaruhi kualitas dari

silase. Adapun ciri secara umum silase rumput benggala menunjukkan hasil yang

baik. Warna hijauan kecoklatan, tekstur lunak, bau harum dan rasa sedikit masam.

Pada tahap awal silase dibuat, suhu silo meningkat karena proses respirasi sedang

berlangsung pada silase. Silase secara laboratoris banyak mengandung asam laktat

dan tidak mengandung asam butirat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa silase yang

baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tekstur tidak berubah, tidak

menggumpal, warna hijau seperti daun direbus, rasa dan bau asam, tidak ada asam

butirat dan tidak ada lender (Herlinae dkk., 2015).

Tujuan pembuatan silase adalah sebagai salah satu alternatif untuk

mengatasi kesulitan pakan ternak pada musim kemarau atau pengawetan pakan

ternak yang melimpah pada musim hujan, sebagai cadangan dan persediaan pakan

ternak, memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai nutrisi
terbaik Pengambilan silase secukupnya untuk pakan ternak, contonya untuk 3-5

hari. Ciri- ciri silase yang baik adalah berbau wangi, berwarna hijau, Teskstur

rumput masih jelas, Tidak berjamur, tidakberlendir, dan mengumpal.

Mengawetkan hijauan dalam bentuk silase biasanya lebih rumit dari pada

mengawetkan dalam bentuk hay tetapi lebih banyak nutrien dalam hijauan yang

dapat dipertahankan dengan teknik pembuatan silase yang tepat (Marlina dkk.,

2019). Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya Praktikum Tata Laksana

Padang Pengembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya Praktikum Tatalaksana Padang Pengembalaan

Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase yaitu untuk mengetahui cara

membuat silase dan mengetahui manfaat dari silase.

Kegunaan dilaksanakannya Praktikum Tatalaksana Padang Pengembalaan

Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase yaitu sebagai sumber informasi

ilmiah bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai cara membuat silase dan

manfaat dari silase.


TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Silase

Silase merupakan pakan yang diawetkan dengan cara difermentasi dalam

silo pada kondisi anaerob. Kualitas nutrisi silase tidak dapat sama dengan hijauan

yang masih segar, namun pengawetan pakan dengan cara ensilase dapat

menambah daya simpan hijauan dengan tingkat kehilangan nutrisi yang lebih

kecil bila dibandingkan dengan hanya dibiarkan saja dalam suhu ruang. Prinsip

pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo

semaksimal mungkin agar bakteri dapat menghasilkan asam laktat untuk

membantu menurunkan pH, mencegah oksigen masuk kedalam silo, menghambat

pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Sayuti dkk., 2019).

Silase dapat berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat

dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah : berbau harum agak kemanis-manisan,

tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH berkisar antara

4 sampai 4,5.Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat disimpan

untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari

bahan bakunya. udara/oksigen, dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi

zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi

(Yuliyati dkk., 2018).

Dalam rangka mengoptimalkan kualitas silase, maka pemberian

penambahan starter sehingga dapat merubah kualitas silase menjadi lebih baik

atau meningkat. Proses penambahan molasses dan suplemen organik cair (SOC)

dapat mempermudah dan mempercepat proses fermentasi pakan ternak. SOC

sangat cocok digunakan untuk fermentasi pakan ternak. Fermentasi menggunakan


produk SOC juga menguntungkan dari sisi produksi hewan ternak yaitu membuat

ternak cepat gemuk (Patimah dkk., 2020).

Tinjauan Umum Rumput Benggala

Rumput Benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu rumput

unggul asal Afrika tropika yang sudah cukup lama beradaptasi dan dibudidayakan

di Indonesia, dan digunakan untuk kepentingan penyediaan hijauan pakan bagi

ternak ruminan. Rumput benggala dikenal juga dengan nama lain Guinea grass,

Buffalo grass, atau green panic. Produksi rumput benggala meningkat sangat

tinggi pada saat musim hujan, sehingga seringkali terjadi kelebihan produksi

biomasa. Sedangkan pada musim kemarau kapasitas produksinya menurun sangat

drastis, akibatnya ketersediaan jenis hijauan pakan ini sangat fluktuatif yang

menyebabkan pasokan hijauan pakan untuk mendukung pengem-bangan ternak

ruminan sepanjang tahun tidak merata (Dhalika dkk., 2015).

Berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan upaya pengawetannya agar

distribusi hijauan pakan, seperti rumput benggala dapat tersedia sepanjang tahun

sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan rumput benggala adalah lebih tahan terhadap

kekeringan dibandingkan rumput gajah. Produktivitas yang optimum dicapai pada

interval pemotongan antara 30 ±40 hari, setelah umur tersebut tanaman menuju

fase pertumbuhan generatif dan produksi daunnya tidak akan bertambah lagi.

Rumput benggala sangat dipengaruhi oleh faktor tumbuh tanaman meliputi air,

sinar matahari maupun unsur hara baik yang berasal dari tanah maupun dari udara

(C, H, O) (Ladiwa dkk., 2020).

Kualitas nutrisi dari rumput benggala mengandung protein sebesar 5,0%

sampai 5,6%. Rumput benggala sangat cocok untuk dijadikan rumput potong bagi
ternak karena mempunyai tekstur daun yang halus sehingga disukai oleh ternak

ruminansia. Rumput benggala mengandung bahan kering 20 %, abu 3,1 %, lemak

kasar 0,5 %, serat kasar 6,1 %, dan protein kasar 2,6 %. Terbatasnya lahan yang

digunakan untuk melakukan penanaman hijauan pakan akibat lahan diutamakan

untuk penanaman tanaman pangan, keadaan tersebut menyebabkan usaha

penyediaan hijauan pakan mengarah pada lahan yang memiliki kondisi lahan

kering (Witiariadi dan Kusumawati, 2019).

Tinjauan Umum EM4

Penambahan EM4 ke dalam silase hijauan pakan ternak untuk tujuan

penyimpanan hijauan pakan ternak segar akan menjadi lebih mudah dan lebih

cepat. Selain itu penambahan EM4 akan meningkatkan nafsu makan ternak dari

aroma asam manis yang ditimbulkan. sapi, kerbau dan kambing telah bisa

diberikan silase larutan pada musim kemarau saat rumput juga sulit didapat. EM4

dapat digunakan sebagai probiotik pembuatan silase, rumput kering, jerami,

pohon jagung kering dan lain-lain dapat diolah menjadi pakan ternak dengan

dipotong kecil-kecil terlebih dahulu, potongan rumput kering ini ditaroh dalam

bak drum atau tempat lain , disiram dengan EM4 sampai lembab dan dipadatkan

(Kastalani dkk., 2020).

EM4 (EfectiveMicroorganism) memiliki keunggulan mampu memperbaiki

jasad renik di dalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan ternak akan

meningkat, tidak mudah stress dan bau kotoran akan berkurang. EM4 juga

memiliki kelemahan, yaitu apabila EM4 tidak diinokulasi dengan benar maka

dapat menghasilkan gas beracun. EM4 berperan sebagai sumber bakteri (Pratiwi

dkk., 2015).
EM4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp.(bakteri penghasil asam

laktat) pelarut fosfat,bakteri fotosintetik, Streptomyces sp, jamur pengurai selulosa

dan ragi. EM4 merupakan suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan

zat-zat makanan karena bakteriyang terdapat dalam EM4 dapat mencerna

selulose, pati, gula, protein, lemak lama defoliasi berpengaruh sangat nyata

terhadap jumlahdaun bibit pada umur 60 hari setelah semai (Ali dkk., 2014).

Tinjauan Umum Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Silase

Upaya untuk meningkatkan kualitas silase sebagai pakan ternak

ruminansia dengan menggunakan metode fermentasi diharapkan dapat

meningkatkan kandungan protein kasar, menurunkan serat kasar serta dapat

meningkatkan kecernaannya. Fermentasi yaitu proses perombakan bahan pakan

dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi sehingga bahan dari struktur

yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih

efesien (Kurniawan dkk., 2015).

Indikator keberhasilan silase dapat dilihat dari bahan yang digunakan

dalam pembuatan silase, sehingga dihasilkan kualitas silase yang baik. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik silase,

suhu serta pH. Selain itu perlu diketahui kandungan nutrisi pada silase tersebut

salah satunya kandungan lemak kasar. Lemak berfungsi sebagai pemasok energi

bagi tubuh. Kandungan lemak dalam pakan perlu diperhatikan, jika lemak terlalu

tinggi atau rendah dapat mempengaruhi kondisi ternak, status faal, status fisiologi

dan produks ternak (Yuvita dkk., 2020).


Tinjauan Umum Manfaat Silase

Tujuan membuat pengawetan pakan ternak adalah memanfaatkan pakan

hijauan pada saat kondisi nilai nutrisinya terbaik. Pengawetan juga dimaksudkan

untuk mendayagunakan sumber pakan dari sisa limbah pertanian ataupun hasil

agroindustri pertanian dan perkebunan seperti bekatul, dedak, bungkil sawit,

ampas tahu, tumpi jagung, janggel jagung (Susilowati dkk., 2020).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat

mengenai Pembuatan Silase dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Mei 2022, pukul

15.30 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Tanaman Pakan dan

Pastura dan Lahan Pastura, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase yaitu kantong plastik (trashbag)

sebagai silo, tali rafia, parang/gunting dan timbangan.

Bahan yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana Padang

Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Silase yaitu rumput

benggala, dedak dan EM4.

Prosedur Kerja

Memotong hijauan ± 100 cm dari permukaan tanah seberat 4 kg; 2 kg

langsung dibuat silase, dan sisanya (2 kg) dilayukan di tempat yang terkena sinar

matahari lebih dahulu selama 24 jam (tergantung cuaca) sebelum dibuat silase.

Mengambil 200 g hijauan segar dan yang telah dilayukan untuk diovenkan pada

temperatur 100° C selama 24 jam untuk menentukan kadar ahan kering awal.

Kemudian menimbang kantong plastik 2 lapis, mencincang hijauan sepanjang 3-3

cm, memasukkan kira-kira 2 kg ke dalam kantong plastik (baik yang segar

maupun yang telah dilayukan) lalu padatkan dengan cara menekanekan dengan

tangan. Usahakan agar waktu menekan, potongan hijauan tidak merobek kantong
plastik. Mengikat ujung kantong plastik erat-erat sehingga udara keluar semua dan

tidak ada uadara yang masuk kedalam silo. Menyimpan kantong plastik di dalam

ruangan selama 21 hari 367 Silase dibuka, angin-anginkan selama 5 menit.

mengamati warna, bau, dan rasa kedua jenis silase. Mengukur Ph-nya dengan

memblender silase 10 g yang dicampur dengan 40 ml air selama 3 menit lalu

alektroda pH meter dimasukkan ke dalamnya. Kemudian mengukur volume air

yang ada di dasar kantong plastik (seepage) (kalau ada). Mengambil sampel 100 g

baik hijauan yang langsung dibauat silase maupun yang layukan sebelumnya

untuk menentukan kadar bahan kering.

Anda mungkin juga menyukai