Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TATALAKSANA PADANG PENGGEMBALAAN PETERNAKAN RAKYAT

PRAKTIKUM III
PEMBUATASN SILASE

OLEH

NAMA : KIKI ANDRI SEPRIANYSAH AS


NIM : 2003511002
KEL/GEL : XIV (EMPAT BELAS)/II (DUA)
WAKTU : MINGGU, 16 MEI 2022
ASISTEN : MALLOANGENG

LABORATORIUM TANAMAN PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki dua musim yaitu kemarau

dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April-September

yang dimana curah hujan pada saat itu sangatlah minim sehingga produksi

hijauan pakan akan sangat berkurang karena terbatasnya asupan air pada

hijauan. Lalu musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober-Maret

sehingga curah hujan sangat tinggi yang terkadang membuat beberapa daerah

di Indonesia mengalami banjir (FAJAR, 2021). Di sisi lain pada musim

penghujan ini hijauan tumbuh rimbun sehingga dapat dimanfaatkan oleh para

peternak untuk memanfaatkan hijauan sebagai pakan ternak. Biasanya

peternak agar mengantisipasi kekurangan pakan pada musim kemarau dengan

membuat pakan fermentasi seperti silase/hay pada saat dimana hijauan tumbuh

subur yaitu pada musim penghujan. (Kiki, 2022).

Pengawetan pakan ternak merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar

pakan dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga pakan ternak tetap

bisa terpenuhi meskipun musim penceklik melanda. Bahan pakan yang

diawetkan biasanya berupa hijauan, baik hijauan segar seperti tebon jagung

maupun hijauan kering seperti jerami padi. Pengawetan pakan dapat dilakukan

dengan berbagai metode, tergantung tujuan dari pengawetan pakan tersebut.

Apakah akan digunakan sebagai pakan basah atau pakan kering. (Sionita Dkk,

2021)
Beberapa metode pengawetan pakan diantaranya Silase dan Hay. Yang

populer dan lebih dikenal yaitu silase, metode ini sangat bermanfaat untuk

mengawetkan kelebihan pakan saat musim penghujan sehingga pada musim

kemarau diharapkan ternak tidak kekurangan pakan. (Sionita Dkk, 2021)

Silase adalah hasil pengawetan pakan ternak yang memiliki kadar air

tinggi yang diolah dengan proses fermentase dengan bantuan jasad renik.

Silase dihasilkan dengan proses anaeorob atau dalam keadaan kedap udara.

(LIPI, 2019). Silase biasanya diberikan untuk ternak ruminansia (hewan

pemamah biak) seperti sapi, kerbau, domba dan kambing. Silase biasanya

diproduksi pada saat musim penghujan sebagai persiapan atau cadangan pakan

untuk menghadapi musim kemarau. Hal inilah yang melatarbelakangi pada

praktikum ini.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pembuatan Silase yaitu untuk mengetahui cara

pembuatan silase yang benar dengan memperhatikan indicator keberhasilan

seperti tekstur, bau, dan warna.

Kegunaan dilakukannya Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat mengenai pertanaman campuran yaitu untuk mempelajari

cara pembuatan silase yang benar sehingga menghasilkan silase dengan

tekstur, bau, dan warna yang sesuai dengan standar silase yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Silase

Silase merupakan pakan yang diawetkan dengan cara difermentasi dalam

silo pada kondisi anaerob. Kualitas nutrisi silase tidak dapat sama dengan hijauan

yang masih segar, namun pengawetan pakan dengan cara ensilase dapat

menambah daya simpan hijauan dengan tingkat kehilangan nutrisi yang lebih

kecil bila dibandingkan dengan hanya dibiarkan saja dalam suhu ruang. Prinsip

pembuatan silase adalah mempertahankan kondisi kedap udara dalam silo

semaksimal mungkin agar bakteri dapat menghasilkan asam laktat untuk

membantu menurunkan pH, mencegah oksigen masuk kedalam silo, menghambat

pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Ilham & Mukhtar, 2018).

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam

laktat, sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang

biasa diistilahkan sebagai additive silage. Macam-macam additive silage seperti

water soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam.

Penambahan bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage

merupakan perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase. Pemilihan

bakteri asam laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan

silase yang berkualitas baik. Proses awal dalam fermentasi asam laktat adalah

proses aerob, udara yang berasal dari lingkungan atau pun yang berasal dari

hijauan menjadikan reaksi aerob terjadi. (Prasetyo, 2019)


Proses fermentasi silase umumnya berlangsung selama 21 hari, setelah itu

silase sudah bisa digunakan sebagai pakan sapi dalam bentuk pakan komplit atau

disimpan dalam waktu yang lama jika belum digunakan (Adriani, Fatati, &

Suparjo, 2016)

Rumput Benggala (Panicum maximum)

Rumput Benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu rumput

unggul asal Afrika tropika yang sudah cukup lama beradaptasi dan dibudidayakan

di Indonesia, dan digunakan untuk kepentingan penyediaan hijauan pakan bagi

ternak ruminan. Rumput Panicum maximum dikenal juga dengan nama lain

Guinea grass, Buffalo grass, atau green panic. Potensi produksi biomasa rumput

Benggala cukup tinggi, berkisar antara 30 ton sampai 115 ton hijauan

segar/ha/tahun. Produksi bahan kering hijauan, nilai gizi, palatabilitas dan

kecernaan mendekati rumput gajah (Dhalika dkk, 2015).

Kelebihan rumput Benggala adalah lebih tahan terhadap kekeringan

dibandingkan rumput gajah. Produktivitas yang optimum dicapai pada interval

pemotongan antara 30 ± 40 hari, setelah umur tersebut tanaman menuju fase

pertumbuhan generatif dan produksi daunnya tidak akan bertambah lagi. (Dhalika

dkk, 2015).

Produksi rumput Benggala meningkat sangat tinggi pada saat musim

hujan, sehingga seringkali terjadi kelebihan produksi biomasa. Sedangkan pada

musim kemarau kapasitas produksinya menurun sangat drastis, akibatnya

ketersediaan jenis hijauan pakan ini sangat fluktuatif yang menyebabkan pasokan
hijauan pakan untuk mendukung pengembangan ternak ruminan sepanjang tahun

tidak merata (Dhalika dkk, 2015).

Hay/Jerami

Hay merupakan hijauan yang diawetkan dalam bentuk kering, bertujuan

untuk menurunkan kandungan air sehingga menyebabkan jamur, bakteri dan

enzim, aktivitasnya menjadi berkurang. Menurut Lamid (Jurnal 2016), Hay

merupakan hijauan yang diawetkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar

matahari ataupun menggunakan mesin pengering, lalu disimpan dalam bentuk

tertentu sehingga dapat dimanfaatkan pada saat ketersediaan pakan hijauan

terbatas.

Pembuatan hay bertujuan meminimalkan kehilangan bahan kering untuk

menyediakan pakan ternak dengan kandungan nutrien yang baik (Lamid et al.,

2016). Prinsip dari proses pembuatan hay ini adalah menurunkan kadar air

menjadi 15-20% dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari ataupun

panas buatan.

Pengeringan dilakukan agar bakteri dan jamur tidak dapat tumbuh dengan

baik sehingga tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hay dan dapat

disimpan dalam waktu yang cukup lama sebagai persediaan pakan pada saat

musim kemarau (Yuni, 2017).


Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Silase

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam

laktat, sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang

biasa diistilahkan sebagai additive silage. Macam-macam additive silage seperti

water soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam.

Penambahan bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage

merupakan perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase. Pemilihan

bakteri asam laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan

silase yang berkualitas baik. Proses awal dalam fermentasi asam laktat adalah

proses aerob, udara yang berasal dari lingkungan atau pun yang berasal dari

hijauan menjadikan reaksi aerob terjadi. Hasil reaksi aerob yang terjadi pada fase

awal fermentasi silase menghasilkan asam lemak volatile, yang menjadikan pH

turun (Stefani et al.).

Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain psoses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran pada silo sehingga

tidak tercapai suasana yang anaerob, tidak tersedianya karbohidrat terlarut, kadar

6 air awal yang tinggi, sehingga silase menjadi terlalu basah, dan memicuh

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yan tidak diharapkan (Alfian dkk, 2019).

Keberhasilan proses pembuatan silase tergantung tiga faktor utama yaitu

ada tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat, sifat-sifat fisik dan

kimiawi bahan hijauan yang digunakan serta keadaan lingkungan. Penggunaan


molases dapat membuat kualitas silase menjadi lebih baik. Tujuan pemberian

molases dalam pembuatan silase antara lain: mempercepat pembentukan asam

laktat, mempercepat penurunan pH sehingga mencegah terbentuknya fermentasi

yang tidak dikehendaki merupakan suplemen untuk zat gizi dalam hijauan yang

digunakan.

Manfaat Silase

Pemberian silase pada hewan ternak dimaksudkan agar hijauan makanan

yang didapatkan kualitasnya masih bagus serta tahan lama. Dengan demikian,

pakan tersebut dapat diberikan pada ternak saat musim apapun, terutama ketika

musim kemarau panjang atau musim paceklik. Jadi, bisa dikatakan selain sebagai

pangan altematif saat kemarau, pembuatan silase juga bertujuan untuk

menampung kelebihan produksi hijauan pakan ternak atau memanfaatkan hijauan

pada saat pertumbuhan terbaik tetapi belum digunakan (LIPI, 2019).

Selain itu, silase juga merupakan cara untuk memanfaatkan stok HMT

(HIjauan Makanan Ternak) yang berlebih sehingga takkan ada hijauan yang

terbuang. Silase juga bermanfaat untuk mendayagunakan limbah pertanian dan

perkebunan agar tetap dapat dimanfaatkan (Dicky, 2020).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1.
1.2.

Waktu dan Tempat

Praktikum Pembuatan Silase ini dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Mei

2022 di Lahan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Pembuatan Silase Tatalaksana

Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat adalah Parang, bantalan pemotong,

ember, timbangan, alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan pada praktikum Pembuatan Silase Tatalaksana

Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat adalah Rumput benggala, dedak,

EM4, air, silo plastic, dan lakban.

Prosedur Kerja

Memotong hijauan ± 100 cm dari permukaan tanah seberat 4 kg. Setelah

itu, hijauan kemudian di cincang hingga ukuran ±3 cm kemudian dikumpulkan di

tempat datar yang beralas untuk dicampurkan dengan dedak dan cairan EM 4.

Campurkan dengan cara mengaduk hijauan hingga cairan dan dedak merata.

Setelah merata, masukkan kedalam silo plastik kemudian di padatkan agar tidak

ada udara/kondisi anaerob pada silo. Setelah padat kemudian kantong silo di ikat
dan di staples erat-erat sehinga silo menjadi padat dan tidak terjadi sirkulasi

udara. Kantong silo diberi tanda nama kelompok lalu disimpan dalam waktu 11

hari untuk melihat hasil dari pembuatan silase pada praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Admin Fajar, 2021. Alasan Mengapa Indonesia Hanya Ada 2 Musim, Kemarau dan
Hujan. FAJAR PENDIDIKAN, November 2021.
https://www.fajarpendidikan.co.id/alasan-mengapa-indonesia-hanya-ada-2-musim-
kemarau-dan-hujan/

Sionita, N. Rizky, 2021 Teknik Pengawetan pakan Sederhana, Artikel Badan Litbang
Pertanian, Kementrian Pertanian, Kalimantan Timur.
Admin LIPI, 2015. Silase, Pakan Ternak Berkualitas dan Tahan Lama. Edisi 8 Oktober
2015. Hal: 17. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
http://lipi.go.id/lipimedia/silase-pakan-ternak-berkualitas-dan-tahan%20lama%20/10793

Ilham, F., & Muhammad, M. (2018). Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Dalam


Rangka Mendukung Pembibitan Kambing Kacang Bagi Warga Di Kecamatan Bone
Pantai Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM), 3
(2), 143-156
Adriani., Fatati., & Suparjo. 2016. Aplikasi Pakan Fermentasi Berbasis Hijauan Lokal
Padapeternakan Sapidi Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 31 (3).
T. B. Prasetyo, 2019. Pembuatan Pakan Ternak Fermentasi (Silase). Indonesian Journal
of Community Empowerment, Vol.1 No.1 Januari-April 2019 (Hal. 48-54)
T. Dhalika, A. Budiman dan Mansyur, 2015. Kualitas Silase Rumput Benggala
(Panicum maximum) pada Berbagai Taraf Penambahan Bahan Aditif Ekstrak
Cairan Asam Laktat Produk Fermentasi Anaerob Batang Pisang. Jurnal Peternakan
Indonesia, Februari 2015. ISSN 1907-1760, VOL.17
M. Sayuti, F. Ilham, T.A.E. Nugroho, 2019. Pembuatan Silase Berbahan Dasar Biomas
Tanaman Jagung. Jurnal pengabdian dan pemberdayaan masyarakat ISSN: 2549-
8347 (online), ISSN: 2579-9126 (print) volume 3 no. 2 september 2019
Yuni, 2017. Teknologi Hay Pengolahan Pakan Ternak. Dinas Peternakan & Kesehatan
hewan, Prov. Sumatera Barat. https://sumbarprov.go.id/home/news/12340-teknologi-
hay-pengolahan-pakan-ternak.html

Alfian, Mashudi, A. Isrsyamawati, P.H.Ndaru, 2019. Pengaruh silase rumput odot


(Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan penambahan bakteri lactobacillus
plantarum terhadap produksi gas dan kecernaan secara in vitro. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis, Vol 2 No 1 pp 10-18.
Dicky, 2020. Teknologi Pembuatan Silase. Pusat Riset Bioteknologi Badan Riset Dan
Inovasi Nasional. https://biotek.lipi.go.id/2020/01/08/558-teknologi-pembuatan-silase/

Anda mungkin juga menyukai