Masalah kesulitan penyediaan pakan sudah lama dirasakan para peternak di
Indonesia, khususnya di daerah yang musim kemaraunya panjang. Pengaruh ini berdampak pada kondisi produktivitas ternak. Secara umum produktivitas ternak sangat bergantung pada ketersediaan pakan, dengan demikian pakan harus tersedia cukup sepanjang tahun. Dan juga kualitas pakan harus tetap diperhatikan karena tidak kalah pentingnya. Utamanya, pakan ruminansia berupa serat hijauan seperti rumput atau yang lain sebagai pengganti. Salah satu teknik pengawetan hijauan pakan yakni dengan cara silase. Cara sudah lama diterapkan, dan sampai sekarang silase masih menjadi andalan pakan di musim dingin di negara-negara yang mengalaminya. Namun, karena kurangnya pemahaman dan sosialisasi mengenai proses fermentasi silase dan ensilase dari peneliti ke peternak, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan bahan pengetahuan untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan pembuatan silase di Indonesia. Dan dapat membantu mengatasi permasalahan kekurangan rumput yang sekaligus menjamin adanya hijauan sepanjang tahun sehingga akan memperbaiki pruduktivitas ternak. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa itu proses fermentasi silase? 2. Apa keuntungan pembuatan silase? 3. Hijauan apa saja yang dapat dibuat silase? 4. Apa saja ciri-ciri silase yang baik? 5. Bagaimana cara menyimpan silase sehingga dapat bertahan lama?
1.3. Tujuan
Bersumber pada rumusan masalah, maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu proses fermentasi silase
2. Untuk mengetahui keuntungan pembuatan silase 3. Untuk mengetahui apa saja hijaun yang dapat dijadikan silase 4. Untuk mengetahui ciri-ciri silase yang baik 5. Untuk mengetahui cara menyimpan silase dan berapa lama silase dapat bertahan BAB II PEMBAHASAN
1.1. A. Pengertian
Silase merupakan proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi
anaerob (tanpa oksigen) dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yakni asam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi karbohidrat terlarut oleh bakteri, sehingga terjdi penurunan derajat keasaman (pH), dan akibatnya pertumbuhan mikroorganisme melambat
B. Faktor yang memengaruhi pembuatan silase
Pembuatan silase dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Hijaun yang dipakai seperti rumput, tanaman tebu, tongkol gandum,
tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas, dan jerami padi. 2. Penambahan zat aditif untuk meningkatakan kualitas silase, seperti limbah ternak (manure ayam dan babi), urea, air, dan molasses. Zat aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan. 3. Kadar air yang tinggi sangat berpengaruh, karena menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Dan juga kadar air tinggi dapat menyebabkan suhu naik dan pada silo memiliki resiko kebakaran.
C. Tahapan proses fermentasi silase
Terdapat empat tahapan dalam proses fermentasi silase, yaitu:
1. Fase aerobik, normalnya berlangsung sekitar 2 jam, ketika oksigen
yang berasal dari atmosfer dan yang berada diantara partikel berkurang. 2. Fase fermentasi, merupakan fase awal dari reaksi anaerob, berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu tergantung dari komposisi bahan dan kondisi silase. Jika proses berjalan sempurna, maka bakteri asam laktat sukses berkembang, dan menjadi bakteri predominan dengan pH sekitar 3,8 ─ 5. 3. Fase stabilisasi, merupakan fase feed out atau fase aerobik. Silo yang sudah terbuka dan terjasi kontak langsung dengan lingkungan dan menjadikan proses aerobic terjadi.