Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN SILASE BERBAHAN DASAR JERAMI

Diajukan untuk Seminar Proposal Penelitian dalam


Kegiatan Kurikulum
Oleh :
INDRA PRIAWAN M

(4143220012)

ARMANSYAH MAULANA

(4143220002)

RAFIKA THALIA NST

(4143220027)

RISKIA PUTRI NST

(4143220034)

WINNY MEDANY AMANDA

(4141220033)

ELFREDO M. NAPITU

(4143220009)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2016

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Batasan Masalah

1.3. Rumusan Masalah

1.4. Tujuan Penelitian

1.5. Manfaat Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Perlu di Perhatikan dalam Proses Pembuatan Silase

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.3 Prosedur Penelitian
3.4 Taksasi Dana
DAFTAR PUSTAKA

9
9
9
10
11

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak sudah lama dirasakan oleh peternak di
Indonesia. Seringkali peternak menanggulanginya dengan cara memberikan pakan
seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan di sekitarnya. Pemberian pakan
ternak yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat dari lambatnya
pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat badan (BB) bahkan sampai mengalami
sakit. Pada musim hujan, adakalanya dijumpai HMT (Hijauan Makan Ternak) yang
berlimpah sehingga upaya pengawetan hijauan segar yang disebut silase diharapkan dapat
menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar pada
musim kesulitanpakan. Selain itu, pembuatan silase dimakudkan untuk mempertahankan
kualitas HMT.
Pembuaan silase sudah dikenal lama sekali dan berkembang pesat di negarayang
beriklim subtopis. Prinsip pembuatan silase adalah fermenhsi hijauan oleh mikroba yang
banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang paling dominan adalah dari golongan
bakteri asam laktat homofermentatif yang mampu melakukan fermenasi dalam keadaan
aerob sampai anaaob. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan
sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk. Rendahnya kandungan bahan kering dan WSC (waler soluble carbohydrate)
dari HMT tropis

yang dipotong segar manyebabkan rendahnya kualitas fermentasi.

Kondisi iklim lingkungan saat pelayuan sangat mempengaruhi agar dapat memberikan
efek positif pada pola fermentasi silase. Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman
sehingga dapat secara otomatis berperan pada saat fermentasi, tetapi untuk
mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif seperti
inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya
fermentasi asam lakat yang sempuma. Inokulum bakteri asam laktat merupakan aditif yang
populer di antara aditif lainnya seperti asam, enzim, dan sumber karbohidrat (Bolsen
et.al,1995). Bahkan inokulum silase ini dapat juga berpeluang sebagai probiotik karena
sifatrya yang masih dapat bertahan hidup sampai bagian lambung utama dari ruminansia
yaitu rumen (Weinberg er al. 2004). Berangkat dari hal tersebut kami melakukan

percobaan untuk membuat silase degan jerami sebagai bahan dasarnya dengan penggunaan
starter berupa EM4 dan molase yang di olah dari gula merah.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada warna silase, pH dari silase, dan aroma dari silase
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan silase?
2. Bagaimana silase yang baik bagi hewan ruminantia?
3. Bakteri apa saja yang ada di dalam silase?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses pembuatan silase
2. Mengetahui karakteristik silase yang baik bagi ruminantia
3. Mengetahui bakteri yang terkandung dalam silase
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya ialah terbentuknya kreativitas
dari mahasiswa dan juga terbentuknya jiwa enterpreneur mahasiswa sehingga
menjadikan penelitian ini sebagai wadah untuk membentuk kreativitas mahasiswa.
Penelitian ini juga mampu melatih mahasiswa untuk membuat inovasi inovasi terbaru
dalam bioteknologi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Petemak lndonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan


atau sampai kesulitan mendapatkan Hijauan Makanan Temak (HMT) segar sebagai pakan
temak. Salah satu cara penanggulangan yang dilakukan peternak adalah dengan
memberikan pakan seadanya yang diperoleh dengan mudah di sekitarnya tanpa melihat
baik atau buruk kandungan nutrisinya. Pemberian pakan temak seadanya sangat
mempengaruhi produktivitas temak seperti terlihat dari lambatnya pertumbuhan atau
peningkatan berat badan (BB), rendahnya tingkat birahi dan terganggunya siklus
reproduksi serta turunnya produksi susu (Parakkasi, 1999).
Silase adalah hijauan makanan ternak (HMT) yang diawetkan dengan proses
ensilasi. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan
kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa di
disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi
ternak. Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau. Di banyak negara, hasil ensilasi hijauan segar memiliki nilai ekonomi yang
tinggi sebagai pakan ternak. Negara-negara eropa, seperti: Belanda, Jerman dan Denmark
memproses hampir 90% hijauan yang dihasilkan dari lahan pertaniannya sebagai bahan
makanan ternak dengan teknik ensilasi. (Wilkinson et al., 1996).
Ensilasi adalah metode pengawetan hijauan berdasarkan pada proses
fermentasi asam laktat yang terjadi secara alami dalam kondisi anaerobik.
Selama berlangsungnya proses ensilasi, beberapa bakteri mampu memecah
selulosa

dan

hemiselulosa

menjadi

berbagai

macam

gula

sederhana.

Sedangkan bakteri lain memecah gula sederhana tersebut menjadi produk


akhir yang lebih kecil (asam asetat, laktat dan butirat). Produk akhir yang
paling diharapkan dari proses ensilasi adalah asam asetat dan asam laktat.
Produksi asam selama berlangsungnya proses fermentasi akan menurunkan
pH pada material hijauam sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan.Proses ensilasi dalam silo/fermentor
kedap udara terbagi dalam 4 tahap, yaitu (Weinberg and Muck, 1996; Merry et
al., 1997):

a.

Tahap

Fase

aerobik

Tahap ini pada umumnya hanya memerlukan waktu beberapa jam saja, fase aerobik terjadi
karena keberadaan oksigen di sela-sela partikel tanaman. Jumlah oksigen yang ada akan
berkurang seiring dengan terjadinya proses respirasi pada material tanaman serta

pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan fakultatif aerobik, seperti khamir dan


enterobakteria. Selanjutnya, enzim pada tanaman seperti protease dan carbohydrase akan
teraktivasi, sehingga kondisi pH pada tumpukan hijauan segar tetap dalam batas normal
(pH 6.5-6,0).
b.

Tahap

II

Fase

fermentasi

Tahap ini dimulai ketika kondisi pada tumpukan silase menjadi anaerobik, kondisi tersebut
akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung pada jenis dan kandungan hijauan
yang digunakan serta kondisi proses ensilasi. Jika proses fermentasi berlangsung dengan
sempurna, bakteri asam laktat (BAL) akan berkembang dan menjadi dominan, pH pada
material silase akan turun hingga 3.8-5.0 karena adanya produksi asam laktat dan asamasam lainnya.
c.

Tahap

III

Fase

stabil

Tahap ini akan berlangsung selama oksigen dari luar tidak masuk ke dalam silo/fermentor.
Sebagian besar jumlah mikroorganisme yang berkembang pada fase fermentasi akan
berkurang secara perlahan. Beberapa jenis mikroorganisme toleran asam dapat
bertahandalam kondisi stasioner (inactive) pada fase ini, mikroorganisme lainnya seperti
clostridia dan bacilli bertahan dengan menghasilkan spora. Hanya beberapa jenis
mikroorganisme penghasil enzim protease dan carbohydrase toleran asam serta beberapa
mikroorganisme khusus, seperti Lactobacillus buchneri yang dapat tetap aktif pada level
rendah.
d.

Tahap

IV

Fase

pemanenan

(feed-out/aerobic

spoilage)

Fase ini dimulai segera setelah silo/fermentor dibuka dan silase terekspose udara luar. Hal
tersebut tidak terhindarkan, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika penutup silase rusak
sehingga terjadi kebocoran. Jika fase ini berlangsung terlalu lama, maka silase akan
mengalami deteriorasi atau penurunan kualitas silase akibat terjadinya degradasi asam
organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam asetat. Proses tersebut akan menaikkan pH
pada tumpukan silase dan selanjutya akan berlangsung tahap spoilage ke-2 yang
mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu, dan peningkatan aktifitas mikroorganisme
kontaminan, seperti bacilli, moulds dan enterobacteria (Honig and Woolford, 1980).
Faktor-Faktor yang Perlu di Perhatikan dalam Proses Pembuatan Silase

a.

Tingkat

kematangan

dan

kelembaban

bahan

Tingkat kematangan tanaman yang tepat memastikan tercukupinya jumah gula fermentasi
(fermentable sugar) untuk proses pertumbuhan bakteri silase dan memberikan nutrisi
maksimum untuk ternak. Tingkat kematangan juga memiliki pengaruh yang besar pada
kelembaban hijauan pakan ternak, tercukupinya kelembaban untuk fermentasi bakteri
sangat penting dan membantu dalam proes pembungkusan untuk mengeluarkan oksigen
dari silase
b.

Panjang

pemotongan

Panjang pemotongan yang paling bagus adalah antara -1/2 inci, tergantung pada jenis
tanaman, struktur penyimpanan dan jumlah silase. Potongan material tanaman dengan
panjang tersebut akan menghasilkan silase degan kepadatan yang ideal dan memudahkan
pada

saat

proses

pemanenan.

Mengatur mesin pemotong dengan hasil potongan yang terlalu halus dapat memberikan
dampak negatif terhadap produksi lemak susu dan timbulnya dislokasi abomasums pada
sapi

perah

karena

faktor

awal

yang

tidak

memadai.

Memotong hijauan pakan ternak terlalu panjang juga dapat mengakibatkan silase sulit
untuk memadat, serta udara akan terperangkap di dalam silase yang pada akhirnya
mengakibatkan pemanasan dan penurunan kualitas. Pemotongan secara berulang secara
umum tidak disarankan, kecuali jika kondisi bahan silase terlalu kering.
c.

Pengisian,

pembungkusan,

dan

penutupan

Proses pemanenan dan pengisian silo harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan
pengisian akan berakibat pada terjadinya proses respirasi yang berlebih dan meningkatkan
loss hasil silase. Pembungkusan dilakukan sesegera mungkin pada saat akan menyimpan
silase di bunker silo. Setelah diisi, silo harus ditutup rapat dengan bungkus kedap udara
untuk menghindari penetrasi udara dan air hujan ke dalam silase. Plastik berkualitas baik
yang dibebani menggunakan ban umumhya akan menghasilkan penutupan yang memadai.
A.

Bahan

pembuatan

Silase

Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan
lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti : Rumput, Sorghum, Jagung, Biji
bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan
jerami padi, dll

B.

Syarat

hijauan

(tanaman)

yang

dibuat

Silase

Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang
mengandung banyak karbohidrat.
C.

Bahan

tambahan

Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaan nya
tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun penggunaan bahan
tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di capai. Pemberian bahan
tambahan pada silase di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan
mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase. Bahanbahan
yang ditambahkan adalah yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi, dan atau gula
sederhana yang siap digunakan oleh mikroba.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada :
a. Waktu
: Sabtu, 27 Februari 2016
b. Tempat: Universitas Negeri Medan
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat
Tong plastik ukuran 5 liter
Sekop
Pisau
Plastik
Neraca
Isolasi
b. Bahan
2 kg Jerami
Kg Gula merah
100 ml EM4
2 liter Air
Garam
Dedak
3.3 Prosedur Penelitian
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Melakukan penjemuran terhadap jerami hingga kadar airnya rendah
c. Jerami yang sudah kering di cacah kecil kecil tersebut diletakkan diatas
plastik dan dihamparkan lalu dicampurkan dengan air gula merah, EM4,
garam, dedak dan air lalu mengaduk campuran hingga rata
d. Setelah semua bahan tercampur, masukkan bahan kedalam tong dan ditutup
rapat serta dibiarkan selama 3 minggu.
e. Setelah 3 minggu silase dikeluarkan dari tong dan di biarkan selama
beberapa saat di udara terbuka
f. Silase yang sudah diangin anginkan sudah bisa diberikan pada ternak
3.4 Taksasi Dana
NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA BARANG
Tong Plastik
Isolasi
Gula Merah
EM4
Garam
Dedak
Lain Lain
JUMLAH

JUMLAH
1
1
Kg
1 liter
2 Bungkus
Kg
-

HARGA
Rp. 35.000
Rp. 7000
Rp. 10.000
Rp. 35.000
Rp. 2000
Rp. 16.000
Rp. 15.000
Rp. 120.000

10

Dari hasil perkiraan taksasi dana, maka dana yang dibutuhkan untuk membuat
silase ini ialah Rp. 120.000

DAFTAR PUSTAKA
Bestari, J. 2000. Pengaruh perlakuan silase jerami padi dengan mikroba rumen kerbau
terhadap daya cerna dan ekosistem rumen sapi. JITV. Vol. 5 No.1
Ratnakomala, Shanti.2006. Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2
terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Biodiversitas.
Vol. 7 No.2
Ridwan, R. 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2
dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum PutPurum). Media Peternakan Vol 28
No.3
Weinberg, Z.G., & Muck, R.E. 1996. New trends and opportunities in the development and
use of inoculants for silage. FEMS Microbiol. Rev., 19: 53-68.
Wilkinson, J.M., Wadephul, F., & Hill, J. 1996. Silage in Europe: a survey of 33 countries.
Welton, UK: Chalcombe Publications.

Anda mungkin juga menyukai