Anda di halaman 1dari 9

PAKAN TERNAK RUMINANSIA

A. Pendahuluan
A.1. Tujuan

Tujuan pada praktikum kuliah kerja lapang (KKL) ini adalah:

1. Mahasiswa memahami lingkungan yang sesuai untuk ternak ruminansia


2. Mahasiswa memahami kebutuhan gizi ternak ruminansia dan cara
pemenuhanya
3. Mahasiswa memahami macam pakan dan syrat-syarat pakan ruminansia yang
baik
4. Mahasiswa dapat melakukan fermentasi pakan ruminansia, beternak hewan
ruminansia
5. Mahasiawa memahami teknik pembuatan konstrat pakan ternak ruminansia

A.2. Manfaat praktikum

Hasil praktikum ini diharapkan bermanfaat bagi khasanah ilmiah maupun


penerapannya bagi para peternak. Dari aspek ilmiah hasil penelitian ini diharapkan
menambah informasi tentang kebutuhan nutrisi pada ternak ruminansia, dan tentunya
yang akan memberikan pengaruh secara ekonomis terhadap peternak hewan
ruminansia.

B. Lokasi dan waktu pelaksaaan

Praktikum kuliah kerja lapang (KKL) dengan judul “ Pakan Ternak


Ruminansia “ ini dilaksanakan pada hari sabtu 30 april 2016, pada pukul 07.00-11.00
wib di rumah pak Mujahidi Ahmad M. S.i . Jl. Klayatan g3, kecamatan Sukun,
Kabupaten Malang.
C. Hasil wawancara dan pengamatan

C.1. Hasil wawancara

1. Berapa masa ketahanan penyimpanan silase yang dibutuhkan sebagai pakan


ternak ruminansia ?
Jawab: silase bisa tahan sampai satu tahun kalau masih dalam kondisi anaerob,
jika silase sudah pernah dibuka dalam wadahnya (silo) sebaiknya silase
diberikan saat itu juga sebagai pakan ternak, karena untuk menaggulangi
tumbuhnya jamur/bakteri pada silase tersebut yang dapat menyababkan
keracunan pada ternak.

2. apa yang dimaksud dengan silase?


Jawab: Silase adalah awetan segar hijauan pakan yang telah melewati proses
insilase (fermentasi) dalam suasana asam dan anaerob (proses tanpa
udara/oksigen).
3. Apa cirri silase yang baik?
Jawab: berwarna hijau kekuningan; pH 3,8-4,2; tekstur lembut; bila dikepal
tidak mengeluarkan; KA 60-70%; baunya wangi.
4. Bagaimana proses pembuatan silase?
Jawab: proses pembuatan silase, antara lain: 1. Pelayuan hijauan; 2.
Pemecahan hijauan; 3. Dihamparkan diatas plastic; 4. Diberi zat aditif 4-10%
dari berat serat hijauan; 5. Dimasukkan ke dalam plastic dan dipadatkan
kemudian didiamkan selama 3 minggu; 6. Prmanenan, setelah 3 minggu dapat
dibuka dan diberikan pada ternak sesuai dengan kebutuhan. Namun sebaiknya
sebelum diberikan pada ternak, silase diangin-anginkan terlebih dahulu hingga
bau asamnya hilang dan diberikan sedikit demi edikit hingga ternak mau
mangkonsumsi.
5. Apa tujuan dibuatnya silase?
Jawab: Untuk mempertahankan kualitas nutrisi hijauan dan memperpanjang
masa simpan, sehingga dapat diberikan pada musim kemarau/paceklik; 2.
Untuk menampung kelebihan produksi hijauan pakan ternak/ memanfaatkan
hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tapi belum digunakan; 3.
Mendayagunakan hasil sisa pertanian atau hasil ikutan pertanian.
6. Apa saja zat aditif yang digunakan dalam pembuatan silase?
Jawab: tetes, dedak, onggok, dll
7. Apa tujuan pemecahan dari hijauan?
Jawab: memudahkan pemadatan di silo.
8. Bagaimana TDN dari silase dibanding pakan segar?
Jawab: TDN pakan segar hanya kurang dari 10%, sedangkan TDN dari silase
lebih tinggi.
9. Apakah silase boleh diberikan setiap hari pada ternak?
Jawab: boleh, karena silase memiliki daya cerna yang tinggi dan teksturnya
lebih empuk.
10. Apakah pakan konsentrat boleh diberikan setiap hari pada ternak?
Jawab: tidak boleh, karena konsentrat memilki kandungan serat yang rendah.
Terlebih pada sapi perah, akan menurunkan kualitas susu.
11. Apa yang dilakukan pada ternak yang belum pernah diberikan silase?
Jawab: jangan diberi silase secara langsung dan harus bertahap. diselingi
dengan pakan segar agar ternak dapat beradaptasi.
12. Apakah silase menghilangkan kandungan selulosa pada hijauan?
Jawab: tidak, karena silase hanya merombak selulosa dan lignin menjadi rantai
yang lebih pendek sehingga mempermudah bakteri pencernaan untuk
mencerna hijauan tersebut.
13. Apakah hijauan yang digunakan silase hanya berasal dari 1 jenis?
Jawab: hijauan yang dipakai dapat bermacam jenis tergantung kualitas. Satu
jenis hijauan lebih mudah diolah dan diukur kandungan gizinya. Yang paling
penting hijauan jangan disemprot dengan pestisda.
14. Apa silase dapat digunakan sebagai starter silase yang baru?
Jawab: bisa, namun harus tetap diukur kualitas silase yang baru tersebut.
15. Mengapa dalam pembuatan silase harus disimpan terlebih dahulu selama 3
minggu?
Jawab: penyimpanan tersebut sesuai dengan penelitian dirjen peternakan
dalam menghasilkan silase
C.2. Pembahasan

Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping


pertanian atau bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara
disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu.
Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya
fermentasi pada bahan silase (Hanafi, 2008)
Tempat penyimpanannya disebut silo. Silo bisa berbentuk horisontal
ataupun vertical. Pada peternakan skala besar, silo biasanya permanen. Bisa
berbahan logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam
beton). Tetapi silo juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik .
Prinsipnya, silo memungkinkan untuk memberikan kondisi anaerob pada
bahan agar terjadi proses fermentasi (Kartasudjana, 2001)
Bahan untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian bagian
lain dari tumbuhan yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume,
biji bijian, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nenas dan lain-lain. Kadar air
bahan yang optimal untuk dibuat silase adalah 65-75% . Kadar air tinggi
menyebabkan pembusukan dan kadar air terlalu rendah sering menyebabkan
terbentuknya jamur . Kadar air yang rendah juga meningkatkan suhu silo dan
meningkatkan resiko kebakaran (Kartasudjana, 2001)
Pembuatan silase rumput gajah dilakukan dengan berbagai perlakuan
(Tabel 2). Jumlah koloni BAL setelah suasana asam cukup stabil yaitu pH
antara 3,8-4,2 atau sesudah proses ensilase berakhir, pada umumnya
mengalami penurunan. Penambahan inokulum pada HMT dimaksudkan untuk
menjamin pertumbuhan BAL agar dapat mencapai 105-106 cfu/g hijauan
(Weinberg et al. 2003). Asam yang dihasilkan oleh BAL itu sendiri akan
terakumulasi dan menghambat pertumbuhan populasi bakteri selanjutnya
(Shanti,2006)
Pertumbuhan L. planlarum lBL-2 dipengaruhi oleh kandungn WSC
hijauan sebesar 50-80 g/kg BK. Rumput yang digunakan mempunyai
kandungan bahan kering sekitar 29,71o/o. Hasil silase rumput gajah segar
tanpa Tabel l. Hasil analisis kimia silase PENCARUH PENAMBAHAN
DEDAK pelayuan dengan 2,l7% WSC dan dari rumput umur 50 hari yang
dilayukan dengan 3,0% WSC menghasilkan masing-masingN ammonia (7d
9,4dan 14,8; pH 4,4 dan 4,5; total asam dari % BK (%) 5,9 dan 5,1; asam
butirat dan asam laktat (%) Q,a dan 4,1) dn (66,6 dan 41,7) dari total asam
( Ridwan, 2005)

Silase yang baik beraroma dan berasa asam, tidak berbau busuk. Silase
hijauan yang baik berwarna hijau kekuning-kuningan. Apabila dipegang terasa
lembut dan empuk tetapi tidak basah (berlendir) . Silase yang baik juga tidak
menggumpal dan tidak berjamur. Bila dilakukan analisa lebih lanjut, kadar
keasamanya (pH) 3,5-4,2 (Parakkasi, 1999)

Kerusakan silase diperhitungkan sebagai persentase dari silase yang


rusak dibandingkan dengan jumlah keseluruhan silase dalam satu silo. Silase
yang mengalami kerusakan dapat terlihat dari tekstur silase yang rapuh
berwarna coklat kehitaman dan berbau busuk serta banyak ditumbuhi jamur.
Pada umumnya kerusakan terjadi pada permukaan dekat penutup silo (shanti,
2006)

Silase bisa digunakan sebagai salah satu atau satu satunya pakan kasar
dalam ransum sapi potong . Pemberian pada sapi perah sebaiknya dibatasi
tidak lebih 2/3 dari jumlah pakan kasar. Silase juga merupakan pakan yang
bagus bagi domba tetapi tidak bagus untuk kuda. Silase merupakan pakan
yang disukai ternak terutama bila cuaca panas (Rukmana, 2005)
Menurut Ridwan (2005)Pertumbuhan L. planlarum lBL-2 dipengaruhi
oleh kandungn WSC hijauan sebesar Rumput yang digunakan mempunyai
kandungan bahan kering sekitar 29,71o/o. Hasil silase rumput gajah segar
tanpa pengaruh penambahan dedak pelayuan dengan 2,l7% WSC dan dari
rumput umur 50 hari yang dilayukan dengan 3,0% WSC menghasilkan
masing-masingN ammonia (7d 9,4 dan 14,8; pH 4,4 dan 4,5; total asam dari %
BK (%) 5,9 dan 5,1; asam butirat dan asam laktat (%) Q,a dan 4,1) dn (66,6
dan 41,7) dari total asam

D. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kuliah kerja lapang (KKL) ini adalah:
1. Lingkungan yang sesuai untuk ternak ruminansia yakni suatu kapasitas kandang
yang memadai, terjaganya kebersihan kandang seperti tempat pembuangan
kotoran yang disediakan tersendiri, dan pemberian kualitas pakan yang baik yakni
mengandung serat yang tinggi.
2. Kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh hewan ruminansia yakni berupa hijauan
segar yang masi banyak mengandung air ataupun serat, namun bisa dibuatkan
makanan fermentasi seperti silase yang banyak mengandung serat dan gizi yang
tetap utuh. Cara pemenuhanya yakni diberikan secara teratur yaitu pagi dan sore
dan penambahan suplemen penafsu makaaan.
3. Macam-macam pakan ruminansia bisa berupa hijauan segar (rumput) ataupun
makan fermentasi (silase), syarat yang diperlukan untuk pakan ruminansia yang
baik yakni yang mengandung serat tinggi karena hewan ruminansia sanagat
membutuhkanya sebagai proses pertumbuhan dan perolehan gizi yang cukup.
4. Fermentasi pakan ruminansia yakni bisa berupa silase, ataupun gai (pakan yang
dikeringkan), silase merupakan awetan segar hijauan pakan setelah mengalami
prosen insilase (fermentasi) oleh bakteri asam laktat dalam suasana asam dan
anaerob ( proses tanpa udara/oksigen).
5. Tektik pembuatan pakan ternak ruminansia yakni lagkah pertama yaitu proses
pencacahan hijauan, kemudian pelayuan yang bertujuan untuk mengurangi
kelebihan air, selanjutnya penanmbahan bahan aditif( tetes tebu, dedak,
onngok,dll) sebanyak 4% dari total berat hijauan, dan yang terakir yaitu
pengemasan yang ditempatkan dalam wadah (silo) yang kedap udara sehingga
dapat mempercepat proses fermentasi oleh bakteri (lactobacilus plantarum).

E. Daftar pustaka

Hanafi, ND. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera Utara.

Kartasudjana, D. 2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak. Modul Keahlian


Budidaya Ternak. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. UI Press. Jakarta.
Ratnakomala,shanti. 2006. Pengaruh Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan
1BL2 terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
Jurnal Biodiversitas. Vol.7.no.2.

Ridwan.R. 2005. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum


lBL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput Gajah (Pennisetum PutPure um).
Jurnal Biodiversitas. Vol.28.no.3.

Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. (hal 51-
57). Yogyakarta. Kanisius

F. Lampiran

Alat pencacah hijauan (cropper) Pakan hijauan segar

Timbangan Tetes tebu (bahan aditif)


Plastik ukuran 90x200cm Bakteri Lactobacillus plantarum

Drum atau Silo Bakteri fermentasi (EM4)

Pencacahan hijauan Penjemuran hijauan

Penambahan bahan aditif Penambahan BAL

Pencampuran hijauan dan bahan- Pemasukan dan pemadatan dalam silo


bahan lain

Calon silase dalam silo Silo berisi silase siap difermentasi


selama 3 minggu

Anda mungkin juga menyukai