Anda di halaman 1dari 53

DORMANSI

Oleh:
1. Moch. Faizul Huda
2. Putri Nur Oktavia
3. Nabila Farah Dhiba
Pengertian Dormansi Biji

• Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami


organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu
keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan
demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik
atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
• Dormansi juga dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan
dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh
lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam
tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal
tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal (Latunra,
2011)
Jurnal 1

DORMANSI PADA BIJI KEDAWUNG (Parkia


javanica (Lam.) Merr.): PENGARUH
SKARIFIKASI DAN APLIKASI STIMULAN
KIMIAWI TERHADAP PERKECAMBAHAN
BIJI

Oleh: Elly Kristiati dan Winda Utami Putri


Pendahuluan

• Kedawung Parkia timoriana DC Merr merupakan salah


satu jenis tumbuhan dari famili myanmar thailand dan
kawasan malaysia kecuali papua new guinea. Spsesimen
tumbuhan ini telah dikoleksi di kebun raya bogor sejak
tahun 1913, dan di kebun raya purwodadi sejak tahun 1956.
• Biji kedawung mempunyai kulit yang keras dengan lapisan
lilin yang cukup dominan sehingga perkecambahan biji
urnumnya terhambat (Handayani et al., 2006).
• Disebutkan bahwa viabilitas biji kedawung dapat
dipertahankan selama 3 tahun dalam penyimpanan
pada kondisi ruang. Dengan teknik penyimpanan
yang lebih baik biji ortodoks dapat disimpan dalam
jangka waktu yang sangat lama (Roberts, 1991). Hal
ini tentu saja juga sangat bermanfaat untuk
menunjang upaya konservasi jenis turnbuhan ini
melalui penyimpanan biji dalam suatu bank biji.
• Hal ini diduga sebagai akibat dari tidak lancarnya proses
imbibisi air dan pertukaran gas pada biji yang terkait
dengan sifat impermeabilitas kulit biji. Menurut Baskin &
Baskin (2004) biji yang memiliki sifat seperti itu
dikelompokkan ke dalam jenis biji yang mengalami
dormansi fisik (physical dormancy atau PY). Jenis
tumbuhan yang menghasilkan biji dengan tipe dormansi
fisik sering ditemukan di daerah tropis, terutama dari suku
Caesalpiniaceae, Fabaceae dan Mimosaceae (Schmidt,
2000).
Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah untuk memahami


karakteristik dormansi yang terjadi pada biji kedawung serta
menguji efektivitas beberapa metode pematahan dormansi
biji untuk memacu perkecambahan biji kedawung. Secara
khusus hasil percobaan ini diharapkah dapat menjadi salah
satu bahan masukan untuk penyusunan protokol pengujian
viabilitas biji kedawung dalam pengelolaan bank biji di
Kebun Raya Indonesia. Tetapi tidak tertutup kernungkinan
bahwa hasil percobaan ini juga bermanfaat bagi upaya
pengembangan budidaya dan konservasi tanaman kedawung
pada umumnya.
Hasil dan pembahasan
• Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biji
kedawung yang langsung ditanam (kontrol) tidak
mampu berkecambah dengan baik; hanya sekitar 2,67
% yang berhasil berkecambah setelah lebih dari 29
hari dalam persemaian (Gambar 1 dan Tabel 1),
9
0

Gambar 1 waktu perkecambahan (hari setelah tanam)


1 Kulit biji dilukai   go.ooc 9.59d

2 Biji direndam dalam larutan H2S04 pekat selama 5 menit 8 4.00a O.67ab

1
.
0
3 Biji direñdam dalam air mendidih selama I menit 18.67ab 9
a
b
C

 
Biji direndam dalam
4 air mendidih selamaB rheniQ Ž2.67ab 1.38bc

5 Biji direndam dàlam air mendidih selama 5 menit 08.00b i.31ab<

6 Biji disiram dengan air mendidih dan dibiarkan terendam hingga dingin selama 24 jam 8 62.67c 1.77c

29

7 Biji langsung ditanam (kontrol) 2.67a 0.33a


Gambar 2 Grafik pengaruh perlakuan perendaman biji
Parkia javanica dalam larutan KN03 (Gambar A) dan GA3
(Gambar B) terhadap perkecambahan biji. Kolom berwarna
merah menunjukkan biji diskarifikasi terlebih dahulu
sebelum direndam dalam larutan GA3 ataupun KN03
• Sifat impermeabilitas kulit biji kedawung juga
berpengaruh terhadap efektivitas perlakuan pra tanam
dengan zat stimulan perkecambahan. Pada Gambar 2
terlihat bahwa biji-biji yang direndam dalam larutan zat
stimulan perkecambahan, baik GA3 maupun KN03,
masing-masing selama 15 menit, menghasilkan
perkecambahan yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol, untuk semua taraf konsentrasi GA3
dan KN03 yang dicobakan, yaitu dengan total
perkecambahan yang berkisar antara 2,67 — 5,33 0/0.
• Tetapi apabila perlakuan perendaman biji dalam
larutan zat stimulan kimiawi tersebut dilakukan
setelah biji diskarifikasi terlebih dahulu dengan
menggunakan air mendidih (dalam hal ini biji disiram
dengan air mendidih dan dibiarkan terendam selama
5 menit) maka perkecambahan biji menjadi jauh lebih
baik daripada perlakuan kontrol
Kesimpulan

• Biji P. javanica atau kedawung mempunyai kulit biji yang


keras dengan lapisan kutikula yang berlilin sehingga
sebagian besar biji tidak mampu berkecambah dengan
baik bila langsung disemai. Hambatan terhadap
perkecambahan biji terutama disebabkan oleh sifat
impermeabilitas kulit biji terhadap air, sehingga biji
kedawung dikategorikan memiliki sifat dormansi fisik
(physical dormancy).
• Biji akan segera berkecambah bila permeabilitias
kulit biji ditingkatkan melalui perlakuan skarifikasi.
Namun terdapat sebagian kecil biji yang tidak
dorman sehingga dapat segera berkecambah setelah
disemai. Sebagian kecil lainnya mungkin memiliki
sifat dormansi kombinasi (combinational dormancy)
antara dormansi fisik dan dormansi fisiologis yang
ringan (nondeep physiological dormancy).
Jurnal 2

PENGARUH SUHU DAN LAMA PERENDAMAN


BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN
PERTUMBUHAN AWAL BIBIT KOPI ARABIKA
(Coffea arabica (LENN))

Oleh: Desmawan Putra


Pendahuluan

• Tanaman kopi merupakan komoditas perkebunan yang


banyak di budidayakan di Indonesia. Selain sebagai sumber
mata pencaharian yang erat hubungannya dengan
kesejahteraan, hasil panennya dapat memberi sumbangan
cukup besar sebagai sumber devisa dalam menopang
pembangunan nasional.
• Guna memaksimalkan perkecambahan benih kopi perlu
diperlakuan sebelum penanaman. Perlakuan pada benih
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
cara mekanis, fisik maupun kimia.
• Metode stratifikasi dapat dikatakan metode yang
paling praktis karena hanya merendam benih kopi
dengan air bersuhu tinggi pada waktu tertentu.
Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji
efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat
perkecambahan dan memicu pembentukan hormon
pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah
(Raharjo, 2002).
Tujuan

• Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu


perendaman dan lama perendaman yang tepat untuk
mempercepat perkecambahan benih kopi.
Hasil dan pembahasan

• Hasil penelitian menunjukkan perendaman benih


setiap hari selama 7 hari dengan suhu air awal 90°C
selama 30 menit mampu meningkatkan daya tumbuh
dan indeks vigor benih kopi.
Tabel 1. Respirasi Benih Setelah Perendaman Setiap
Hari Selama 1 dan 7 Hari
Suhu perendaman Lama Perendaman  

1Hari   7 Hari  

Kontrol 0.31x(1)     0.31x(1)

Suhu perendaman 300C 0.35a(2) 1.16a(2)    

Suhu perendaman 600C 0.46a 1.23a    

Suhu perendaman 900C 0.48a 0.94b    

Waktu perendaman 10 menit 0.53p(2) 1.03p(2)    

Waktu perendaman 20 menit 0.43p 1.12p    

Waktu perendaman 30 menit Rerata Perlakuan 0.58p 1.15p    

0.43x(1)     1.11y(1)

Interaksi (-)   (-)  


Tabel 2. Daya Hantar Listrik (ms/m) Benih Setelah
Perendaman Selama 1 dan 7 Hari
Suhu perendaman   Lama Perendaman  

1Hari 7 Hari  

Kontrol 7.8x(1)   7.8x(1)

 
Suhu perendaman 300C 7.29a (2)   18.90b(2)  

Suhu perendaman 600C 7.75a   16.15b  

Suhu perendaman 900C 7.44a   26.93a  

Waktu perendaman 10 menit 7.38p(2)   20.67p(2)  

Waktu perendaman 20 menit 7.19p   21.55p  

Waktu perendaman 30 menit Rerata Perlakuan 7.91p   19.77p  

  7.49x(1) 20.66y(1)  

Interaksi (-)   (-)  

CV(%) 14.2314.04   18.7218.95  


Tabel 3. Kadar Air Benih (%) Setelah Perendaman
Setiap Hari Selama 1 dan 7 Hari
Suhu perendaman Lama Perendaman
  1Hari   7 Hari

Kontrol     37.79x(1) 37.79x(1)

Suhu perendaman 300C 38.12b(2)     45.03c(2)

Suhu perendaman 600C 39.58a     57.01b

Suhu perendaman 900C 39.35a     64.11a

Waktu perendaman 10 menit 38.91pq(2)     59.54r(2)

Waktu perendaman 20 menit 39.09pq     62.53q

Waktu perendaman 30 menit Rerata Perlakuan 40.06p     70.27p

    39.35x(1) 64.11y(1)

Interaksi   (-)   (-)

CV(%) 3.54 3.50     4.55 4.70


Tabel 4. Daya Tumbuh Benih (%) Setelah Perendaman
Setiap Hari Selama 1 dan 7 Hari
Suhu perendaman   Lama Perendaman

1Hari 7 Hari

Kontrol   17.15x(1) 17.15x(1)

Suhu perendaman 300C 19.68b(2)   30.05c(2)

Suhu perendaman 600C 23.29a   49.28b

Suhu perendaman 900C 24.66a   77.71a

Waktu perendaman 10 menit 21.86p(2)   46.97q(2)

Waktu perendaman 20 menit 22.36p   52.12q

Waktu perendaman 30 menit Rerata Perlakuan 23.42p   57.95p

22.54y(1) 52.34y(1)
 

Interaksi (-) (-)


Kesimpulan

• Perlakuan perendaman benih kopi dengan suhu air


awal 900C dan waktu perendaman 30 menit yang
dilakukan setiap hari selama 7 hari mampu
meningkatkan indeks vigor dan daya tumbuh benih
kopi sebesar 77,71%.
Jurnal 3

INVIGORASI BENIH PADI GOGO LOKAL


UNTUK MENINGKATKAN VIGOR DAN
MENGATASI PERMASALAHAN
DORMANSI FISIOLOGIS PASCAPANEN

Oleh: Gusti Ayu Kade Sutariati


Pendahuluan

• Penurunan produksi padi nasional juga disebabkan oleh


kerusakan jaringan irigasi. Kerusakan jaringan irigasi
mencapai luasan satu juta hektar dari tujuh juta hektar
jaringan irigasi di Indonesia. Kerusakan jaringan irigasi
mengakibatkan rendahnya efisiensi dan efektifitas pengairan
(Pasaribu, 2006).
• Adapun lahan kering yang dimaksud adalah lahan yang tidak
mempunyai saluran irigasi. Air yang terkandung hanya
berasal dari air hujan yang ditahan oleh partikel tanah.
• Pengembangan padi gogo di lahan kering yang selama ini belum
termanfaatkan dengan optimal dapat menjadi salah satu solusi
dalam menghadapi masalah ketahanan pangan. Namun demikian
padi gogo kurang mendapat perhatian karena produktivitasnya
rendah.
• Kajian tentang peranan teknologi invigorasi yang diintegrasikan
dengan rizobakteri untuk meningkatkan viabilitas dan vigor
benih serta memecahkan permasalahan dormansi fisiologis pada
benih padi gogo masih sangat terbatas, sehingga kegiatan
penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan

• Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh


teknik invigorasi benih dalam meningkatkan
viabilitas dan vigor benih, serta memecahkan
dormansi fisiologis benih padi gogo pasca panen.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan panduan teknis bagi
masyarakat terutama petani padi gogo dalam
mengembangkan kegiatan usahataninya.
Hasil dan pembahasan

• Potensi Tumbuh Maksimum, Daya Berkecambah,


dan Keserempakan Tumbuh.
Dibandingkan dengan kontrol, perlakuan invigorasi
benih yang diintegrasikan dengan rizobakteri nyata
meningkatkan potensi tumbuh maksimum benih padi
gogo dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Teknik Invigorasi yang
Diintegrasikan dengan Rizobakteri terhadap Potensi Tumbuh
Maksimum (PTM), Daya Berkecambah (DB), dan Keserempakan
Tumbuh (KST)
Perlakuan Benih Kontrol PTM (%) DB (%) KST (%)
0 F
0 f 0 g

Hidrasi Dehidrasi 77 E 63 e 37 f

Matri Serbuk Bata Merah (SBM) 83 D 63 e 45 e

Matri Serbuk Arang Sekam (SAS) 83 D 65 de 44 ef

Bacillus CKD061 (CKD061) 89 abc 71 cd 45 e

P. fluorescens PG01 (PG01) 83 de 69 cd 44 ef

Serratia CMN175 (CMN175) 83 de 68 cde 44 ef

Biomatri SBM+CKD061 95 A 88 a 69 a

Biomatri SBM+PG01 93 A 85 ab 61 c

Biomatri SBM+CMN175 87 bcd 72 c 52 d

Biomatri SAS+CKD061 91 ab 88 a 69 a

Biomatri SAS+PG01 91 ab 80 b 63 bc

Biomatri SAS+CMN175 84 cd 72 c 53 d
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Teknik Invigorasi yang
Diintegrasikan dengan Rizobakteri terhadap Indeks Vigor (IV),
Kecepatan Tumbuh Relatif (KCT-R), dan T50
KCT-R
Perlakuan Benih IV (%) (% etmal-1) T50 (hari)
Kontrol 0 F 0 d 0 f
Hidrasi Dehidrasi 24 E 32 abc 5,43 a

Matri Serbuk Bata Merah (SBM) 28 De 26 c 5,33 ab

Matri Serbuk Arang Sekam (SAS) 40 Bc 30 abc 5,04 cd

Bacillus CKD061 (CKD061) 47 Ab 34 ab 4,92 d

P. fluorescens PG01 (PG01) 37 Cd 34 ab 5,19 bc

Serratia CMN175 (CMN175) 37 C 33 abc 5,14 bcd

Biomatri SBM+CKD061 49 A 34 ab 4,52 e

Biomatri SBM+PG01 47 Ab 36 a 4,52 e

Biomatri SBM+CMN175 39 C 30 abc 4,66 e

Biomatri SAS+CKD061 53 A 33 ab 4,58 e

Biomatri SAS+PG01 52 A 30 abc 4,47 e

Biomatri SAS+CMN175 37 C 29 bc 4,62 e


Kesimpulan

• teknik invigorasi benih yang diintegrasikan dengan


rizobakteri dapat mengatasi permasalahan dormansi
fisiologis yang terjadi pada saat benih padi gogo lokal
dipanen, sekaligus mampu meningkatkan viabilitas dan
vigor benih. Penggunaan rizobakteri Bacillus CKD061 dan
P. fluorescens PG01, baik yang diintegrasikan dengan
teknik invigorasi menggunakan matriconditioning serbuk
bata merah atau serbuk arang sekam lebih efektif
meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi gogo lokal
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Jurnal 4

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI


SECARA FISIK DAN KIMIA TERHADAP
KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH
MUCUNA (Mucuna bracteata D.C)

Oleh: Retno Puji Astari


Pendahuluan

• Tanaman Mucuna bracteata termasuk terjadi. Selain itu,


kulit benih juga menjadi salah satu tanaman kacangan
penutup tanah penghalang munculnya kecambah pada proses
yang dominan dan sangat bermanfaat bagi perkecambahan
(Subronto, 2002).
• Menurut Siregar (2010) mucuna sebagai tanaman penutup
tanah lebih perkecambahan biji Mucuna bracteata tanpa
menguntungkan bila dibandingkan dengan diberikan
perlakuan pematahan dormansi jenis penutup tanah lainnya,
dinilai relatif hanya sebesar 18,33%.
Tujuan

• Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


perlakuan senyawa kimia tertentu terhadap
pematahan dormansi benih Mucuna.
Hasil dan Pembahasan
• Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pematahan dormansi
berpengaruh nyata terhadap kadar air (%), daya berkecambah (%),
kecepatan tumbuh benih (%/etmal), dan intensitas dormansi (%).
Perlakuan (A3) perendaman H2SO4 1% selama 10 menit, (A6)
perendaman KNO3 1% selama 24 jam dan (A8) perendaman GA3
selama 5 jam merupakan perlakuan yang mampu mematahkan
dormansi benih Mucuna dengan daya berkecambah > 80%. Daya
berkecambah A3 dan A6 sebesar 91,67% serta A8 sebesar 86,67 %.
Perlakuan pematahan dormansi yang terbaik adalah pada perlakuan
(A6) perendamaan KNO3 1% selama 24 jam dibandingkan dengan
penggunaan H2SO4 dan GA3.
Tabel 1. Rataan kadar air (%) dengan pematahan dormansi
secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan kadar air (%)

A6 = perendaman KNO3 24 jam 38,06 a

A2 = pengguntingan biji 36,24 a

A8 = perendaman GA3 5 jam 28,59 b

A4 = perendaman H2SO4 15 menit 23,85 c

A3 = perendaman H2SO4 10 menit 20,01 d

A7 = perendaman GA3 3 jam 16,23 e

A5 = perendaman KNO3 12 jam 13,34 e

A1 = kontrol 4,74 f
Tabel 2. Rataan daya berkecambah (%) dengan pematahan
dormansi secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan daya berkecambah (%)

A3 = perendaman H2SO4 10 menit 91,67 a

A6 = perendaman KNO3 24 jam 91,67 a

A8 = perendaman GA3 5 jam 86,67 a

A2 = pengguntingan biji 71,67 b

A7 = perendaman GA3 3 jam 65,00 b

A5 = perendaman KNO3 12 jam 48,33 c

A4 = perendaman H2SO4 15 menit 31,67 d

A1 = kontrol 5,00 e
Tabel 3. Rataan kecepatan tumbuh benih (%/etmal) dengan
pematahan dormansi secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan kecepatan tumbuh benih (%/etmal)

A2 = pengguntingan biji 13,50 a

A6 = perendaman KNO3 24 jam 8,75 b

A8 = perendaman GA3 5 jam 8,68 b

A3 = perendaman H2SO4 10 menit 7,26 bc

A7 = perendaman GA3 3 jam 6,16 c

A5 = perendaman KNO3 12 jam 3,09 d

A4 = perendaman H2SO4 15 menit 2,66 d

A1 = kontrol 0,20 e
Tabel 4. Rataan intensitas dormansi (%) dengan pematahan
dormansi secara fisik dan kimia
Perlakuan Rataan intensitas dormansi (%)

A2 = Pengguntingan biji 0,00 f

A3 = Perendaman H2SO4 10 menit 1,67 f

A6 = Perendaman KNO3 24 jam 3,33 ef

A8 = Perendaman GA3 5 jam 8,33 e

A7 = Perendaman GA3 3 jam 28,33 d

A5 = Perendaman KNO3 12 jam 46,67 c

A4 = Perendaman H2SO4 15 menit 56,67 b

A1 = Kontrol 95,00 a
Kesimpulan

• Perlakuan perendaman H2SO4 1% selama 10 menit


(A3), perendaman KNO3 1% selama 24 jam (A6) dan
perendaman GA3 300 ppm selama 5 jam (A8) dapat
mematahkan dormansi benih Mucuna dengan daya
berkecambah > 80%. Daya berkecambah A3 dan A6
sebesar 91,67% serta A8 sebesar 86,67 %.
Penggunaan KNO3 1% selama 24 jam lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan H2SO4 1% dan
GA3 300 ppm.
Jurnal 5

PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI


TERHADAP DAYA TUMBUH BENIH 3
VARIETAS KACANG TANAH (Arachis
hypogaea)

Oleh: Widya Nurussintani


Pendahuluan

• Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu


tanaman pangan utama selain beras. Kacang tanah memiliki
peran strategis dalam kontribusi pangan nasional sebagai
sumber protein dan minyak nabati.
• Penigkatan luas panen harus didukung dengan pemenuhan
ketersediaan benih berkualitas yaitu benih memenuhi standar
mutu. Mutu benih meliputi mutu fisik ditunjukkan dengan
adanya benih murni (masih utuh dan atau pecah hampir
masih lebih dari 50%), benih tanaman lain dan kotoran
benih.
• Mutu genetik ditunjukkan dengan adanya campuran varietas
lain atau tidak. Mutu fisiologik ditunjukkan dengan nilai
kadar air dan daya tumbuh (sesuai dengan standar benih
bermutu). Mutu patologik ditunjukkan dengan kesehatan
benih.
• Penelitian ini dilakukan berkaitan dengan penyediaan benih
kacang tanah yang berkualitas secara tepat waktu dengan
rekomendasi perlakuan pematahan dormansi yang lebih
efektif dan efisien pada tingkat pengujian di laboratorium
sertifikasi benih.
Tujuan
• Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk
mendapatkan metode yang lebih efektif dan efisien
daripada perlakuan benih dioven kering sampai 7 hari
(rekomendasi ISTA (International Seed Testing
Association)). Kedua, untuk mempelajari perbedaan
respon varietas terhadap perlakuan pematahan
dormansi.
Hasil dan Pembahasan

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan


pematahan dormansi berpengaruh nyata pada parameter
pengamatan kecambah normal, abnormal, benih mati,
intensitas dormansi dan vigor benih. Metode perendaman
benih dengan larutan KNO3 0,2% selama 48 jam
memberikan efektivitas yang sama dengan metode
rekomendasi ISTA (International Seed Testing Association)
dan lebih praktis dalam pelaksanaan, dengan batasan nilai
uji daya tumbuh lebih dari 80% dan jumlah benih dorman
kurang dari 5%.
• Varietas Lokal Tuban dan Bison memberikan respon
baik hanya pada perlakuan P1 (perendaman dengan
larutan KNO3 0,2% selama 48 jam), P2 (perendaman
dengan air kelapa selama 48 jam) dan P3 (pemanasan
dalam oven bersuhu 40oC selama 7 hari), sedangkan
varietas Kelinci memberikan respon baik pada semua
perlakuan.
Tabel 1 Rerata nilai benih tumbuh, kecambah normal,
kecambah abnormal, benih dorman dan benih mati akibat
interaksi antara perlakuan dan varietas pada waktu pengamatan
14 HSP

Benih Daya Tumbuh (%) Benih Benih


Varietas Perlakuan tumbuh (%) Normal Abnormal Dorman (%) Mati (%)

P0 79,50 a 70,50 c 9,00 ef 18,75 i 1,75 bc


P1 87,00 b 80,75 def 6,25 bcde 11,75 f 1,25 b
P2 80,50 a 75,75 cd 4,75 abc 18,00 h 1,50 bc
P3 88,75 bc 83,75 fgh 5,00 abcd 9,50 e 1,75 bc

Lokal Tuban
  P4 76,00 a 71,25 c 4,75 abc 22,00 k 2,00 cd

  P5 78,50 a 70,50 c 8,00 cdef 20,00 j 1,50 bc

P0 92,50 bcd 82,50 ef 10,00 f 0,25 a 7,25 h


P1 95,00 de 90,00 hi 5,00 abcd 4,50 cd 0,50 a
P2 94,00 cde 86,00 fghi 8,00 cdef 0,00 a 6,00 g
P3 100,00 e 91,50 i 8,50 def 0,00 a 0,00 a

Bison
  P4 79,75 a 44,25 a 35,50 h 0,00 a 20,25 i

  P5 79,25 a 55,25 b 24,00 g 0,00 a 20,75 i

P0 80,75 a 76,00 cde 4,75 abc 17,00 g 2,25 cde


P1 93,5 cde 91,25 i 2,25 a 4,00 bc 2,50 de
P2 92,75 bcd 87,50 ghi 5,25 abcd 5,00 d 2,25 cde
P3 95,25 de 92,50 i 2,75 ab 3,50 b 1,25 b

Kelinci
  P4 93,75 cd 85,75 fghi 8,00 cdef 3,50 b 2,75 ef

  P5 93,00 cd 82,75 fg 10,25 f 3,75 b 3,25 f


Tabel 2 Rerata nilai benih tumbuh, kecambah normal,
kecambah abnormal, benih dorman dan benih mati akibat
interaksi antara perlakuan dan varietas pada waktu pengamatan
28 HSP

Benih Daya Tumbuh (%) Benih Benih


Varietas Perlakuan tumbuh (%) Normal Abnormal Dorman (%) Mati (%)
P0 91,50 cd 82,75 e 8,75 efg 7,00 h 1,50 abc
P1 95,75 de 91,25 fghi 4,5 abcde 2,25 de 2,00 c
P2 91,50 cd 81,75 de 9,75 fg 6,25 g 2,25 c
P3 95,25 de 92,75 fghi 2,50 abc 3,00 f 1,75 bc

Lokal Tuban
  P4 85,50 ab 76,25 bcd 9,25 efg 10,25 i 4,25 def

  P5 82,00 a 74,00 ab 8,00 de 13,00 j 5,00 fgh


P0 94,75 de 90,25 fghi 4,50 abcde 0,00 a 5,25 gh
P1 97,50 e 96,25 hi 1,25 a 1,00 b 1,50 abc
P2 95,50 de 91,50 fghi 4,00 abcd 0,00 a 4,50 efg
P3 99,25 e 97,00 i 2,25 abc 0,00 a 0,75 a

Bison
  P4 94,25 de 69,00 a 25,25 h 0,00 a 5,75 h

  P5 87,50 bc 75,75 bc 11,75 g 0,00 a 12,50 i


P0 87,50 bc 81,25 cde 6,25 bcdef 10,25 i 2,25 c
P1 95,00 de 91,50 fghi 3,50 abcd 2,75 ef 2,25 c
P2 93,50 de 89,50 fg 4,00 abcd 2,50 ef 4,00 de
P3 97,25 e 95,75 ghi 1,50 ab 1,75 cd 1,00 ab

Kelinci
  P4 97,00 de 91,25 fghi 5,75 abcdef 0,75 b 2,25 c

  P5 95,25 de 89,25 f 6,00 bcdef 1,25 bc 3,50 d


Tabel 3 Rerata nilai potensi tumbuh maksimum benih akibat
interaksi antara perlakuan pematahan dormansi dan varietas

Waktu pengamatan Rerata Potensi Tumbuh Maksimum Benih (%)


(HSP)
Lokal Tuban Bison Kelinci
Perlakuan

P0 45,25 bc 76,50 ef 70,00 de


P1 61,00 d 69,50 de 87,25 gh
P2 49,50 c 79,50 efg 88,50 gh
P3 62,00 d 84,25 fgh 90,50 h

14
  P4 39,00 ab 35,75 ab 81,25 fgh

  P5 32,75 a 42,75 bc 84,00 fgh

P0 63,50 bc 84,00 f 77,50 ef


P1 71,25 cde 65,75 cd 86,75 f
P2 53,50 ab 61,25 bc 76,00 def
P3 69,75 cde 79,00 ef 79,25 ef

28
  P4 48,00 a 46,25 a 66,00 cd

  P5 44,00 a 64,50 c 64,50 c


Kesimpulan

• Metode perendaman benih dengan larutan KNO3 0,2%


selama 48 jam memberikan efektivitas yang sama dengan
metode rekomendasi ISTA (International Seed Testing
Association) dan lebih praktis dalam pelaksanaan, dengan
batasan nilai uji daya tumbuh lebih dari 80% dan jumlah
benih dorman kurang dari 5%. Varietas Lokal Tuban dan
Bison memberikan respon baik hanya pada perlakuan P1
(perendaman dengan larutan KNO3 0,2% selama 48 jam),
P2 (perendaman dengan air kelapa selama 48 jam) dan P3
(pemanasan dalam oven bersuhu 40oC selama 7 hari),
sedangkan varietas Kelinci memberikan respon baik pada
semua perlakuan.
THANK YOU … 

Anda mungkin juga menyukai