BAB 5
PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI
Disusun Oleh:
Nurvi Selvi Arviani (A.2010976)
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
2022
I PENDAHULUAN
Dormansi benih merupakan satu kondisi suatu benih hidup yang tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun
sebenarnya faktor lingkungan tersebut optimum untuk perkecambahan.
Perkecambahan suatu tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor internal
yang mencakup faktor genetik (sifat dormanasi dan komposisi kimia), tingkat
kemasakan benih, dan umur benih, serta faktor eksternal yang mencakup faktor air,
suhu, cahaya, gas dan medium perkecambahan (kondisi tanah). Intensitas cahaya
yang optimum untuk perkecambahan yaitu sekitar 100 – 200 foot candle (Widajati
et al., 2013).
Dormansi pada tanaman dapat disebabkan oleh kulit benih yang keras,
pertumbuhan embrio yang belum berkembang, benih-benih mengandung zat-zat
penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan, serta
gabungan dari beberapa tipe dormansi (Zanzibar 2017).
Saga pohon (Adenanthera pavonia L.) merupakan sebuah pohon yang
buahnya menyerupai petai dengan biji kecil berwarna merah. Benih dari pohon saga
termasuk kedalam benih yang lama dan sulit untuk berkecambah. Hal ini
disebabkan oleh tingginya persentase dormansi. Dormansi benih sendiri terjadi
akibat sifat impermeable dari kulit benih. Impermeabilitas benih saga sendiri
disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi lapisan lilin sehingga kulit benih
menjadi kedap terhadap air dan gas (Tampubolon et al., 2016).
Selada merupakan tanaman sayuran yang tergolong ke dalam tanaman
semusim. Selada memiliki biji yang berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
bewarna cokelat tuas, serta berukuran sangat kecil dengan panjang berkisar 4 mm
dan lebar 1 mm. biji selada termasuk biji tertutup dan berkeping dua (Cahyono
2006).
III METODELOGI
1.2 Pembahasan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pada perlakuan
terang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan gelap. Pada tabel 1 dapat kita
lihat bahwa perlakuan terang tertinggi memiliki daya berkecambah 76% dan pada
perlakuan gelap daya berkecambah terendah adalah 52%.
Pada hari ke-7 tidak ada sampel yang berkecambah selain sampel 1 dengan
perlakuan pengamplasan. Perendaman biji saga dengan larutan H2SO4 bahkan tak
membuat biji tersebut berkecambah. Kegagalan perkecambahan perlakuan
perendama H2SO4 diakibatkan karena waktu perendaman yang terlalu sebentar
sehingga kulit biji tidak melunak. Pada penelitian Saila et al., (2016) persentase
benih biji saga tertinggi ada pada waktu perendaman selama 30 menit. Hal ini
disebabkan karena kulit biji sudah cukup lunak sehingga air dapat masuk ke dalam
benih. Selain dipengaruhi oleh lama perendaman, kegagalan perkecambahan pada
perendaman H2SO4 juga dipengaruhi oleh metode skarifikasi. Metode skarifikasi
pada penelitian Yuniarti dan Djaman, (2015) dengan cara pengikiran benih lalu di
rendam larutan H2SO4 dimana dengan perendaman selama 20 menit mampu
mematahkan dormansi biji koubaril. Namun Hamzah (2014) skarifikasi benih
sebelum direndam larutan membuat persentase kecambah menjadi rendah yang
diakibatkan oleh kerusakan biji bagian dalam akibat skarifikasi.
Pada perlakuan perendaman air panas juga diperngaruhi oleh lama
perendaman benih. Perendaman yang terlalu cepat mengakibatkan penyerapan air
oleh biji berkulit keras menjadi kurang optimal. Annisa et al., (2016) dalam
penelitiannya mengatakan perendaman biji saga pada air panas bersuhu 60̊C
mengalami peningkatan daya berkecambah tertinggi pada lama waktu perendaman
72 jam yang mencapai 32,66%. Perendaman selama 72 jam dinilai mampu
membuat proses imbibisi biji.
V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum pada kali ini, dapat
disimpulkan bahwa cahaya merupakan komponen yang penting bagi fase
perkecambahan suatu tanaman. Kekurangan cahaya dapat membuat kecambah
mengalami etiolasi dan daya kecambah yang kecil. Perlakuan pematahan dormansi
dengan berbagai metode paling tinggi sebesar 80% ada pada perlakuan
pengamplasan. Kegagalan sampel berkecambah kebanyakan diakibatkan oleh
waktu perendaman yang kurang lama sehingga benih kurang optimal dalam
melakukan penyerapan air karena kulitnya yang keras.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. Masrdhiansyah, M. Arlita T. 2016. Respon Daya Kecambah Biji Saga
(Adenanthera pavonina L.) Akibat Lama Waktu Perendaman Dengan Air.
Jurnal Faperta. 3(1): 7-12.
Cahyono, B. 2006. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Selada. Aneka Ilmu:
Semarang. 120 hal.
Hamzah, M. 2014. Pengaruh Berbagai Metode Pematahan Dormansi Biji Terhadap
Daya Kecambah Dan Pertumbuhan Vegetatif Mucuna bracteate. Jurnal
Photon. 5(1): 1-5.
Komalasari, O. Arief, R. 2015. Pengaruh Cahaya dan Lama Penyimpanan Terhadap
Mutu Benih Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serelia.
Magfiroh. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
Prosiding Semnas Pendidikan Biologi dan Biologi.
Ningsih, R. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan
Perkecambahan Tanaman Kacang Merah. Jurnal Agroswagati. 7(1): 1-6.
Nurmiaty, Y. Ermawati. Purnamasari, W. 2014. Pengaruh Cara Skarifikasi Dalam
Pematahan Dormansi Pada Viabilitas Benih Saga Manis (Abrus precatorius
[L.]). Jurnal Agrotek Tropika. 2(1): 73-77.
Saila, J. Mardhiansyah, M. Arlita, T. 2016. Lama Waktu Perendaman Benih
Menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) Terhadap Daya Kecambah Dan
Pertumbuhan Semai Saga (Adenanthera pavonina L.). Jurnal Faperta. 3(1):
1-6.
Tampubolon, A. Mardiansyah, M. Arlita, T. 2016. Perendaman Benih Saga
(Adenanthera pavonina L.) Dengan Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Untuk
Meningkatkan Kualitas Kecambah. Jurnal Faperta. 3(1): 12-18.
Widajati, E. Murniati, E. Palupi, R. Kartika, T. Suhartanti, R. Qadir, A. 2013. Dasar
Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press: Bogor. 173 hal.
Wimudi, M. Fuadiyah, S. 2021. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Prosiding Semhas Bio. 1: 587-
592.
Yuniarti, N. Djaman, F. 2015.Teknik Pematahan Dormansi Untuk Mempercepat
Perkecambahan Benih Kourbaril (Hymenaea courbaril). Prosiding Semnas
Masy Biodiv Indon. 1(6): 1433-1437.
Zanzibar, M. 2017. Tipe Dormansi Dan Perlakuan Pendahuluan Untuk Pematahan
Dormansi Benih Balsa (Ochroma bicolor ROWLEE). Jurnal Perbenihan
Tanaman Hutan. 5(1): 51-60.