Anda di halaman 1dari 15

Laporan III Praktikum lmu Tanaman Makanan Ternak

UJI SKARIFIKASI BENIH

OLEH

NAMA : ELDA AZZAHARA


NIM : L1A120039
KELAS :A
KELOMPOK :4
ASISTEN : JUMADIL

LABORATORIUM UNIT TEKNOLOGI PAKAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan tanaman leguminosa

yang memiliki manfaat multiguna mulai dari biji, kayu, kulit, dan daunnya. Tanaman saga

pohon sudah banyak digunakan sebagai hijauan pakan ternak sapi madura. Saga pohon

memiliki kulit biji yang keras. Tanaman ini juga memiliki dormansi yang cukup tinggi.

Salah satu upaya untuk melestarikannya yaitu melakukan pengelolaan dan pembudidayaan

yang tepat (Cindy, 2020).

Dormansi benih dapat dibedaan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis

benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi, yakni dormansi embrio, dormandi kulit benih

dan dormansi kombinasi keduanya. Dormansi dapat dipatahkan dengan oerlakuan

pendahuluan untuk mengaktifkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan

pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi,

perendaman salam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi

lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi (Yuniarti dkk, 2015).

Skarifikasi benih merupakan salah satu upaya untuk mematahkan dormansi benih.

Skarifikasi benih dapat dilakukan secara fisik maupun kimia, namun efektivitasnya

bergantung kepada tipe dormansi. Beberapa contoh cara skarifikasi benih yang mungkin

diterapkan adalah penipisan kulit, peretakan kulit, perendaman benih dalam air panas,

perendaman benih dalam air dingin, perendaman benih dalam larutan asam, dan

perendaman benih (Yuli, 2014).


Berdasarkan uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum uji skarifikasi benih

pada benih biji saga pohon guna mengetahui metode uji skarifikasi benih

1.2 Tujuan

Tujuan di laksanakannya praktikum Uji Skarifikasi Benih Saga Pohon adalah untuk

mengetahui beberapa model uji skarifikasi dan persentase pertumbuhannya.

1.3 Manfaat

Manfaat di laksanakannya praktikum Uji Skarifikasi Benih Saga Pohon adalah

dapat mengetahui beberapa model uji skarifikasi dan persentase pertumbuhannya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benih Saga Pohon (Adenanthera Pavonina)

Gambar : Benih Saga Pohon (Adenanthera Pavonina)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi 2021)

Taksonomi Saga pohon adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : spermatophyte
Division : Magnoliopsida
Subclassic : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaccea
Genus : adenanthera
Species : adenanthera pavonina L

Benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan

tanaman. Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan

peningkatan produksi tanaman. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko

kegagalan pertumbuhan karena bebas dari seranagan hama dan penyakit serta mampu

tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan (Tetty, 2012).
Benih saga pohon mempunyai kadar air rata-rata dibawah 10 %, benih yang

mempunyai kadar air dibawah 10 % umumnya mempunyai sifat ortodoks, yaitu benih yang

toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10 %) dan viabilitasnya dapat

dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Toleran terhadap pengeringan dan

suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7 % dengan suhu 0 - 20°C (Suita., 2013).

2.2 Dormansi Benih

Dormansi benih merupakan suatu kondisi ketika benih hidup tidak berkecambah

sampai batas waktu di akhir pengamatan meskipun faktor lingkungan optimum untuk

perkecambahan. Dormansi benih juga disebabkan karena adanya impermeabilitas kulit

benih terhadap air dan gas serta embrio yang belum tumbuh sempurna. Perlakuan yang

dapat dilakukan dalam mengatasi masa dormansi benih aren yaitu melalui skarifikasi benih.

Masa dormansi benih yang panjang dapat diperpendek dengan beberapa cara perlakuan

fisik, kimia dan biologi (Astry, 2020).

Dormansi benih dapat dibedaan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis

benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi, yakni dormansi embrio, dormandi kulit benih

dan dormansi kombinasi keduanya. Dormansi dapat dipatahkan dengan oerlakuan

pendahuluan untuk mengakufkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan

pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi,

perendaman salam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi

lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi (Yuniarti, 2015).
2.3 Uji Skarifikasi

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada

benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya

perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk

memberikan kondisi benih yang impermeable menjadi permeable melalui penusukan,

pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan dengan batuan pisau atau alat

lainnya (Juhanda, 2013).

Perlakuan skarifikasi benih untuk mematahkan dormansi umumnya dapat

diperlakukan secara fisik, yakni skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik

meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih.

Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia

seperti asam kuat (H2so4 dan HCI). Alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak

atau melunakkan kulit benih (Kartika, 2015).


III. METODE PRAKTIKUM

3. 1 Waktu dan Tempat

Praktikum uji kemurnian benih di laksanakan pada hari Kamis, 25 November 2021,

Pukul 10:00 WITA Sampai Selesai. Bertempat di LaboratoriumUnit Teknologi Pakan

Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang di gunakan pada praktikum uji skarifikasi benih dapat di lihat pada Tabel

1 berikut :

Tabel 1. Alat dan Kegunaan

No. Alat Kegunaan


1 Talenan Sebagai wadah penyimpanan suatu benih
2 Amplas Untuk mengukur suatu berat atau beban massa
3 Cutter Sebagai uji skarifikasi
4 Kapas Untuk media tumbuh benih
5 Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
6 Handphone Alat untuk mengambil gambar (dokumentasi)
7 Gelas Ukur Sebagai tempat merendam biji saga
8 Hot Plate Di gunakan untuk memanaskan air
9 Kertas Label Untuk memberikan keterangan pada objek
pengamatan
3.2.2 Bahan

Bahan yang di gunakan pada praktikum uji kemurnian benih dapat di lihat pada

Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan

No. Bahan Kegunaan


1 Biji saga pohon Sebagai objek pengamatan
2 Air panas Sebagai uji skarifikasi
3 H2so4 Sebagai uji skarifikasi

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Uji Skarifikasi Benih adalah

sebagai berikut:

1. Memasuki laboratorium yang dipimpin oleh asisten pmbimbing

2. Menyiapkan alat dan bahan

3. Memisahkan biji saga menjadi 4 kelompok dengan jumlah masing-masing 25

biji.

4. Mengiris atau menghilangkan dormansi pada biji saga menggunakan cutter

dan amplas.

5. Memanaskan air panas hingga mendidih.

6. Memasukan biji saga pohon yang tidak diiris atau dihilangkan dermansinya

dalam H2so4 atau air panas.


7. Membuat media tanam

8. Setelah 15 menit biji saga pohon disimpan keatas talenan yang dilapisi kapas.

9. Melakukan penyiraman pagi dan sore hari.

10. Membuat laporan.

3.4 Diagram Alir

memasuki laboratorium yang di pimpin oleh


asisten pembimbing

Menyiapkan alat dan bahan

Memisahkan biji saga menjadi 4 kelompok


masing-masing 25 biji

Mengiris atau memisahkan dormansi pada


biji saga menggunakan cutterbdan amplas

Memasukkan biji saga pohon yang tidak di


iris atau di hilangkan dormansinya dalam
H₂SO₄ atau air panas

Membuat media tanam

Setelah 15 menit biji saga pohon di simpan


ke atas talenan yang di amplasi kapas

Melakukan penyiraman pagi dan sore


Membuat laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum Uji Skarifikasi Benih dapat di lihat pada Tabel 3

berikut.

Tabel 3. Hasil pengamatan


No Perlakuan Jumlah biji Pertumbuhan
. berkecambah
(%) Terendah Tertinggi
1 Pengamplasan 40 % 0,1 0,7
2 Pengayatan dengan cutter 64 % 0,2 0,7
3 Perendaman air panas 0 0 0
4 Rendaman H2SO4 0 0 0
4.2 Pembahasan

Skarifikasi merupakan salah satu proses yang dipercaya dapat mematahkan

dormansi pada biji keras karena dapat meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi dilakukan

dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan

O2. Dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya kulit biji dapat dikurangi.

Peresapan larutan zat perangsang pertumbuhan embrio pada benih yang diskarifikasi

menjadi lebih mudah, sehingga daya pertumbuhan biji meningkat. Metode skarifikasi

pada kulit benih yaitu dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, atau

pengikiran dengan bantuan pisau,kertas gosok, atau lainnya yang paling efektif untuk

mengatasi dormansi fisik. Selain itu dapat juga dengan cara perendaman dengan air panas

(Novianti, 2012).

Uji skarifikasi benih perlakuan air panas yaitu dengan merendam biji saga dengan

air panas selama 15 menit. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa

jumlah biji berkecambah yaitu 16% biji, tinggi pertumbuhan 1 cm dan yang terendah 1

cm. Hal ini diduga karena benih terlalu lama di rendam dalam air sehingga terjadi proses

imbibisi yang berlebihan, akibatnya ketika benih saga di siram rutin setiap pagi dan sore,

benih menjadi rentan mengalami kebusukan sehingga benih lebih banyak yang tidak

berkecambah. Wadya (2013) menyatakan perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada

kemampuannya dalam menyerap air, tetapi juga kondisi selama ambibisi. Kelebihan air
menyebabkan perkecambahan yang tidak baik dan juga bisa mendorong perkembangan

mikroorganisme di sekitar kulit biji dan yang akan bersaing dengan embrio dalam

mendapatkan oksigen.

Uji skarifikasi benih perlakuan H2so4 yaitu dengan merendam biji saga dengan

H2SO4 selama 30 menit. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bawah biji

saga yang dilakuan perendaman selama 15 menit menghasilkan biji saga yang tidak

tumbuh, dengan jumlah biji yang busuk/rusak sebanyak 25 biji. Hal ini diduga karena benih

terlalu lama di rendam dalam H2SO4 sehingga terjadi proses imbibisi yang berlebihan,

akibatnya ketika benih saga di siram rutin setiap pagi dan sore, benih menjadi rentan

mengalami kebusukan sehingga benih lebih banyak rusak sebelum berkecambah.

Perlakuan perendaman benih dengan H2SO4 tidak mempengaruhi proes perkecambahan

benih baik kondisi hipokotil maupun pertumbuhan radikula. H2SO4 hanya berpengaruh

pada pelunakan kulit benih dan tidak sampai pada embrio benih. Namun ketika pemberian

kosentrasi dan lama perendaman kurang tepat, sehingga larutan H2SO4 sampai masul ke

embrio benih, maka embrio benih akan rusak dan menyebabkan benih tidak dapat

berkecambah (Silva et al, 2011).

Uji skarifikasi benih saga perlakuan amplas yaitu dengan cara dengan mengamplas

permukaan biji saga yang keras. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa

jumlah biji berkecambah yaitu 21 biji, tinggi pertumbuhan 2,9 cm dan yang terendah 1 cm,

dengan jumlah biji yang tidak berkecambah sebanyak 6 biji dan yang tidak tumbuh 1. Hal

ini menunjukan bahwa perlakuan pengamplasan pada kulit biji saga meningkatkan

kecambahan normal yang di hasilkan. Hal ini sesuai dengan penilitian Yayuk et al (2014),
bahwa kecambahan normal yang terbentuk menjadi lebih tinggi karena skarifikasi mekanik

dengan perlukaan memungkinkan kulit benih terluka sehingga dapat dilewati air dan terjadi

proses imbibisi.

Uji skarifikasi benih saga perlakuan cutter yaitu dengan cara memotong pinggir biji

saga. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa jumlah biji berkecambah

yaitu 21 biji, tinggi pertumbuhan 2,5 cm dan yang terendah 1 cm. Menurut Juanda (2013),

menyatakan bahwa laju imbibisi yang baik menyebabkan kebutuhan air untuk benih

terpenuhi seningga proses metabolisme benih dapat berjalan dengan baik. proses

metabolisme yang baik menyebabkan terjadinya perkecambahan yang baik. skarifikasi

menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas benih sehingga laju imbibisi benih

meninggi.
IV.PENUTUP

4.1. kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan ini yaitu: Beberapa Perlakuan yang di lakukan

dalam uji Skarifikasi benih saga yaitu, Uji Skarifikasi benih saga dengan Perlakuan

Pengamplasan, Cuter atau pengguntingan, Menggunakan Air Panas, dan H 2SO4. Pada

perlakuan cutter di dapatkan hasil benih berkecambah 21 biji, tumbuh tertinggi 2,5 cm dan

terendah 1 cm. Perlakuan amplas di dapatkan hasil benih berkecambah 21 biji, tumbuh

tertinggi 2,9 cm dan terendah 1 cm. Perlakuan air panas di dapatkan hasil benih tidak

berkecambah. Perlakuan H2so4 di dapatkan hasil benih tidak tumbuh.

4.2. Saran

Saran untuk asisten dalam kegiatan paraktikum ini sudah sangat baik, di mana

kakak Jumadil selaku asisten praktikum telah mengajarkan banyak hal mengenai maksud

dan isi dari praktikum ini secara jelas dan runtut, semoga kedepannya tetap seperti ini guna

praktikan dapat menyelesaikan praktikumnya dengan sangat baik.


DAFTAR PUSTAKA

Jalal (2019),Teknologi Benih I. Angkasa Raya Padang. Padang.

Juhanda et al., (2013). Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis.Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan
PerhutananSosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia. Jakarta. 530 hlm.

Juhanda, Ermawati dan Nurmiaty, Y. 2013. Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi
dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.).J. Agrotek
Tropika Vol. 1 No.1 Hal. 45-49

Kartika, Surahman M dan Susanti M. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan KNO3 dan Skarifikasi. Jurnal
Pertanian dan Lingkungan Vol. 8 No.2 Hal. 48-55

Naning, 2015. Teknik Pematahan Dormansi Untuk Mempercepat Perkecambahan


Benih Kourbaril (Hymenaea courbaril). Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor

Novianti, 2012. Pelukaan Benih Dan Perendaman Dengan Atonik Pada


Perkecambahan Benih Dan Pertumbuhan Tanaman Semangka Non Biji
(Citrullus vulgaris Schard L.). UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Riau.

Tetty, N, Patty, J dan Lesilolo, M.K. 2012. Penggunaan Desikan Abu dan Lama
Simpan Terhadap Kualitas BEnih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan
Ruang Terbuka. Agrologia Vol.1 No.1 Hal. 51-59

Yayuk et al., (2014), Perendaman Benih Saga (Adenanthera pavonina L.) Dengan
Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Untuk Meningkatkan Kualitas
Kecambah. Universitas Riau. Riau.

Yuniarti, N dan Djaman, D.F. 2015. Teknik Pematahan Dormansi Untuk


Mempercepat Perkecambahan Benih Kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros
Sem Masy Biodiv Indon Vol. 1 No. 6 Hal. 1433-1443

Zuhry. (2014) pengaruh perlakuan skarifikasi terhadap daya kecambah tanaman

Anda mungkin juga menyukai