OLEH
yang memiliki manfaat multiguna mulai dari biji, kayu, kulit, dan daunnya. Tanaman saga
pohon sudah banyak digunakan sebagai hijauan pakan ternak sapi madura. Saga pohon
memiliki kulit biji yang keras. Tanaman ini juga memiliki dormansi yang cukup tinggi.
Salah satu upaya untuk melestarikannya yaitu melakukan pengelolaan dan pembudidayaan
Dormansi benih dapat dibedaan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis
benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi, yakni dormansi embrio, dormandi kulit benih
pendahuluan untuk mengaktifkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan
pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi,
perendaman salam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi
lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi (Yuniarti dkk, 2015).
Skarifikasi benih merupakan salah satu upaya untuk mematahkan dormansi benih.
Skarifikasi benih dapat dilakukan secara fisik maupun kimia, namun efektivitasnya
bergantung kepada tipe dormansi. Beberapa contoh cara skarifikasi benih yang mungkin
diterapkan adalah penipisan kulit, peretakan kulit, perendaman benih dalam air panas,
perendaman benih dalam air dingin, perendaman benih dalam larutan asam, dan
pada benih biji saga pohon guna mengetahui metode uji skarifikasi benih
1.2 Tujuan
Tujuan di laksanakannya praktikum Uji Skarifikasi Benih Saga Pohon adalah untuk
1.3 Manfaat
Benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan
tanaman. Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan
kegagalan pertumbuhan karena bebas dari seranagan hama dan penyakit serta mampu
tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan (Tetty, 2012).
Benih saga pohon mempunyai kadar air rata-rata dibawah 10 %, benih yang
mempunyai kadar air dibawah 10 % umumnya mempunyai sifat ortodoks, yaitu benih yang
toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10 %) dan viabilitasnya dapat
dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Toleran terhadap pengeringan dan
suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7 % dengan suhu 0 - 20°C (Suita., 2013).
Dormansi benih merupakan suatu kondisi ketika benih hidup tidak berkecambah
sampai batas waktu di akhir pengamatan meskipun faktor lingkungan optimum untuk
benih terhadap air dan gas serta embrio yang belum tumbuh sempurna. Perlakuan yang
dapat dilakukan dalam mengatasi masa dormansi benih aren yaitu melalui skarifikasi benih.
Masa dormansi benih yang panjang dapat diperpendek dengan beberapa cara perlakuan
Dormansi benih dapat dibedaan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis
benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi, yakni dormansi embrio, dormandi kulit benih
pendahuluan untuk mengakufkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan
pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi,
perendaman salam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi
lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi (Yuniarti, 2015).
2.3 Uji Skarifikasi
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada
perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk
pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan dengan batuan pisau atau alat
diperlakukan secara fisik, yakni skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik
meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih.
Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia
seperti asam kuat (H2so4 dan HCI). Alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak
Praktikum uji kemurnian benih di laksanakan pada hari Kamis, 25 November 2021,
3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan pada praktikum uji skarifikasi benih dapat di lihat pada Tabel
1 berikut :
Bahan yang di gunakan pada praktikum uji kemurnian benih dapat di lihat pada
Tabel 2 berikut :
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Uji Skarifikasi Benih adalah
sebagai berikut:
biji.
dan amplas.
6. Memasukan biji saga pohon yang tidak diiris atau dihilangkan dermansinya
8. Setelah 15 menit biji saga pohon disimpan keatas talenan yang dilapisi kapas.
4.1 Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum Uji Skarifikasi Benih dapat di lihat pada Tabel 3
berikut.
dormansi pada biji keras karena dapat meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi dilakukan
dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan
O2. Dengan skarifikasi kulit biji maka ketebalan dan kerasnya kulit biji dapat dikurangi.
Peresapan larutan zat perangsang pertumbuhan embrio pada benih yang diskarifikasi
menjadi lebih mudah, sehingga daya pertumbuhan biji meningkat. Metode skarifikasi
pada kulit benih yaitu dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, atau
pengikiran dengan bantuan pisau,kertas gosok, atau lainnya yang paling efektif untuk
mengatasi dormansi fisik. Selain itu dapat juga dengan cara perendaman dengan air panas
(Novianti, 2012).
Uji skarifikasi benih perlakuan air panas yaitu dengan merendam biji saga dengan
air panas selama 15 menit. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa
jumlah biji berkecambah yaitu 16% biji, tinggi pertumbuhan 1 cm dan yang terendah 1
cm. Hal ini diduga karena benih terlalu lama di rendam dalam air sehingga terjadi proses
imbibisi yang berlebihan, akibatnya ketika benih saga di siram rutin setiap pagi dan sore,
benih menjadi rentan mengalami kebusukan sehingga benih lebih banyak yang tidak
berkecambah. Wadya (2013) menyatakan perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada
kemampuannya dalam menyerap air, tetapi juga kondisi selama ambibisi. Kelebihan air
menyebabkan perkecambahan yang tidak baik dan juga bisa mendorong perkembangan
mikroorganisme di sekitar kulit biji dan yang akan bersaing dengan embrio dalam
mendapatkan oksigen.
Uji skarifikasi benih perlakuan H2so4 yaitu dengan merendam biji saga dengan
H2SO4 selama 30 menit. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bawah biji
saga yang dilakuan perendaman selama 15 menit menghasilkan biji saga yang tidak
tumbuh, dengan jumlah biji yang busuk/rusak sebanyak 25 biji. Hal ini diduga karena benih
terlalu lama di rendam dalam H2SO4 sehingga terjadi proses imbibisi yang berlebihan,
akibatnya ketika benih saga di siram rutin setiap pagi dan sore, benih menjadi rentan
benih baik kondisi hipokotil maupun pertumbuhan radikula. H2SO4 hanya berpengaruh
pada pelunakan kulit benih dan tidak sampai pada embrio benih. Namun ketika pemberian
kosentrasi dan lama perendaman kurang tepat, sehingga larutan H2SO4 sampai masul ke
embrio benih, maka embrio benih akan rusak dan menyebabkan benih tidak dapat
Uji skarifikasi benih saga perlakuan amplas yaitu dengan cara dengan mengamplas
permukaan biji saga yang keras. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa
jumlah biji berkecambah yaitu 21 biji, tinggi pertumbuhan 2,9 cm dan yang terendah 1 cm,
dengan jumlah biji yang tidak berkecambah sebanyak 6 biji dan yang tidak tumbuh 1. Hal
ini menunjukan bahwa perlakuan pengamplasan pada kulit biji saga meningkatkan
kecambahan normal yang di hasilkan. Hal ini sesuai dengan penilitian Yayuk et al (2014),
bahwa kecambahan normal yang terbentuk menjadi lebih tinggi karena skarifikasi mekanik
dengan perlukaan memungkinkan kulit benih terluka sehingga dapat dilewati air dan terjadi
proses imbibisi.
Uji skarifikasi benih saga perlakuan cutter yaitu dengan cara memotong pinggir biji
saga. Hasil pengamatan berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa jumlah biji berkecambah
yaitu 21 biji, tinggi pertumbuhan 2,5 cm dan yang terendah 1 cm. Menurut Juanda (2013),
menyatakan bahwa laju imbibisi yang baik menyebabkan kebutuhan air untuk benih
terpenuhi seningga proses metabolisme benih dapat berjalan dengan baik. proses
meninggi.
IV.PENUTUP
4.1. kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini yaitu: Beberapa Perlakuan yang di lakukan
dalam uji Skarifikasi benih saga yaitu, Uji Skarifikasi benih saga dengan Perlakuan
Pengamplasan, Cuter atau pengguntingan, Menggunakan Air Panas, dan H 2SO4. Pada
perlakuan cutter di dapatkan hasil benih berkecambah 21 biji, tumbuh tertinggi 2,5 cm dan
terendah 1 cm. Perlakuan amplas di dapatkan hasil benih berkecambah 21 biji, tumbuh
tertinggi 2,9 cm dan terendah 1 cm. Perlakuan air panas di dapatkan hasil benih tidak
4.2. Saran
Saran untuk asisten dalam kegiatan paraktikum ini sudah sangat baik, di mana
kakak Jumadil selaku asisten praktikum telah mengajarkan banyak hal mengenai maksud
dan isi dari praktikum ini secara jelas dan runtut, semoga kedepannya tetap seperti ini guna
Juhanda et al., (2013). Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis.Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan
PerhutananSosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia. Jakarta. 530 hlm.
Juhanda, Ermawati dan Nurmiaty, Y. 2013. Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi
dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.).J. Agrotek
Tropika Vol. 1 No.1 Hal. 45-49
Kartika, Surahman M dan Susanti M. 2015. Pematahan Dormansi Benih Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan KNO3 dan Skarifikasi. Jurnal
Pertanian dan Lingkungan Vol. 8 No.2 Hal. 48-55
Tetty, N, Patty, J dan Lesilolo, M.K. 2012. Penggunaan Desikan Abu dan Lama
Simpan Terhadap Kualitas BEnih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan
Ruang Terbuka. Agrologia Vol.1 No.1 Hal. 51-59
Yayuk et al., (2014), Perendaman Benih Saga (Adenanthera pavonina L.) Dengan
Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Untuk Meningkatkan Kualitas
Kecambah. Universitas Riau. Riau.