Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERBEDAAN METODE SKARIFIKASI DAN SUHU TERHADAP

LAJU IMBIBISI BIJI SIRSAK (Annona muricata)

PROPOSAL MINIRISET

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
dosen pengampu :

Dr. H. Taufik Rahman, M.Pd.


Dr. Wahyu Surakusumah, M.T.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Tri Suwandi, S.Pd., M.Sc.

oleh :
Kelompok 5A 2018

Herka Treesyakinah (1808118)


Listia Andriani (1800055)
Nur’aeni Pratiwi (1800307)
Sekar Khairina K. (1800076)
Tiara Damarayu Wulandari (1804024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN BIOLOGI
BANDUNG
2020
1. Judul
Pengaruh Perbedaan Metode Skarifikasi dan Suhu terhadap Laju Imbibisi Biji
Sirsak (Annona muricata)
2. Pendahuluan
Peristiwa masuknya air ke dalam biji atau yang lebih dikenal dengan istilah
imbibisi memiliki kaitan yang erat dengan proses perkecambahan biji.
Perkecambahan biji dimulai dengan proses imbibisi, yakni penyerapan air pada biji
yang terjadi melalui mikropil (Ai & Ballo, 2010). Mayer & Mayber
mengemukakan, bahwa biji akan membengkak yang akan menyebabkan kulit biji
pecah sehingga radikula tumbuh ke arah bawah dan membentuk akar (as cited in Ai
& Bollu, 2010).
Menurut Hasnunidah & Suwandi (2016), imbibisi adalah fenomena penyerapan
air oleh permukaan zat-zat hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar,
gelatin, liat, dan lain sebagainya. Imbibisi dan osmosis memiliki persamaan yang
mendasar, yakni perpindahan air dari konsentrasi air tinggi ke konsentrasi air yang
lebih rendah. Namun, pembeda antara imbibisi dengan osmosis ialah ada tidaknya
adsorban. Imbibisi memerlukan adsorban, yaitu biji, sedangkan osmosis tidak.
Sebelum biji berkecambah, biji akan mengalami masa dorman.
Dormansi biji merupakan ketidakmampuan biji untuk berkecambah pada
lingkungan yang optimum, hal tersebut dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari
kulit benih, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari dua keadaan
tersebut (Amalia, 2016). Menurut Harjadi, masa dormansi biji tersebut dapat
dipatahkan dengan metode skarifikasi, yaitu membuat kulit biji yang tadinya
impermeabel menjadi permeabel terhadap air dan oksigen (as cited in Hastuti,
Purwanti, & Ambarwati, 2015).
Schmidt mengungkapkan, skarifikasi atau pelukaan kulit benih adalah cara
untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui
penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan
pisau, jarum, kertas, amplas dan alat lainnya, sehingga memungkinkan air dan gas
masuk ke dalam biji yang membuat proses imbibisi dapat terjadi (as cited in
Juhanda, Nurmiaty, & Ermawati, 2013). Air yang masuk ke dalam biji
menyebabkan proses metabolisme dalam biji berjalan lebih cepat akibatnya
perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik.
Skarifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakitu skarifikasi fisik dan
skarifikasi kimiawi. Skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan penusukan,
pembakaran, pemecahan, pengikiram, penggoresan, dan lain sebagainya, sedangkan
skarifikasi kimiawi dilakukan dengan merendam biji di dalam larutan kimia
(Romdyah, Indriyanto, & Duryat, 2017). Biji yang diskarifikasi akan menghasilkan
proses imbibisi yang semakin baik (Juhanda, Nurmiaty, & Ermawati, 2013, p. 46).
Namun, skarifikasi tidak berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan
(Fitriyani, Rahayu, Habibah, 2013, p. 86).
Imbibisi pada biji dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni permeabilitas
membran biji, konsentrasi air, suhu, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji, daya
intermolekuler, komposisi kimia, tingkat kemasakan, spesies, dan juga usia (Tamim,
2016). Biji sirsak termasuk ke dalam biji rekalsitran, kadar air yang tinggi pada biji
sirsak mengakibatkan biji sirsak tidak dapat disimpan terlalu lama pada suhu rendah
dan juga mudah rusak (Amalia, 2016, p. 45).
Biji sirsak berwarna coklat kehitaman berujung tumpul, permukaan halus
mengkilat, dan keras. Ukurannya kira-kira 16,8 mm x 9,6 mm. Biji sirsak memiliki
kulit yang tebal dan keras, sehingga induksi perkecambahannya lambat (Amalia,
2016). Hal tersebut mendasari proses skarifikasi dapat mematahkan dormansi biji
sirsak dan membuat laju imbibisi pada biji sirsak semakin cepat. Semakin keras
kulit biji, maka waktu untuk menginduksi perkecambahannya semakin lama
(Amalia, 2016).
Skarifikasi dengan cara mengamplas kulit biji sirsak diduga dapat membuat laju
imbibisi biji sirsak lebih cepat dibanding dengan cara disayat atau dibakar karena
luas permukaan penyerapan air pada biji sirsak akan lebih merata. Penelitian tentang
metode skarifikasi mekanik dirasa perlu dilakukan agar dapat diketahui metode
mana yang paling mempercepat laju imbibisi pada biji sirsak.
Perendaman biji sirsak di dalam air yang memiliki akan membuat kulit biji lisis
dan melemah, sehingga proses imbibisi dapat berlangsung, perendaman biji pun
digunakan sebagai pencucian biji agar terhindar dari patogen yang dapat
menghambat perkecambahan biji (Juhanda, Nurmiaty, & Ermawati, 2013).
Perendaman biji sirsak pada suhu yang berbeda-beda dilakukan untuk menguji
keterkaitan faktor suhu terhadap laju imbibisi pada biji sirsak.
3. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan miniriset, yakni sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh skarifikasi terhadap laju imbibisi biji sirsak (Annona
muricata).
2. Menambah wawasan mengenai pengaruh perbedaan metode skarifikasi terhadap
laju imbibisi biji sirsak (Annona muricata).
3. Menguji pengaruh faktor suhu terhadap laju imbibisi biji sirsak (Annona
muricata).
4. Metodologi penelitian
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Hari, tanggal : Selasa, 31 Maret 2020
Waktu : Pukul 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Departemen Pendidikan Biologi
UPI
4.2 Metode Penelitian
Penelitian mini riset akan dilakukan dengan menggunakan biji buah sirsak
untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode sskarifikasi pada imbibisi. Hal
yang akan diamati, yaitu imbibisi biji yang diberi perlakuan skarifikasi dan
direndam dalam tabung reaksi berisi aquades dengan perbedaan suhu selama 60
menit. Kegiatan penelitian tersebut dimulai dengan cara menimbang berat awal
dan berat akhir biji dan ditentukan selisihnya tiap satuan waktu agar dapat
ditentukan lajunya.
Penelitian mini riset ini akan dilakukan dalam waktu satu hari, yaitu pada
Selasa, 31 Maret 2020 dan wajib dihadiri oleh semua anggota kelompok.
Skarifikasi yang akan dilakukan, yakni kelompok pertama diberi perlakuan
dengan disayat menggunakan silet, kelompok kedua diberi perlakuan dibakar
menggunakan pembakar spirtus, dan kelompok yang ketiga diberi perlakuan
diamplas menggunakan kertas amplas.
Hal pertama yang akan dilakukan ialah dengan menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu, lalu memberikan perlakuan pada setiap kelompok biji yang
akan dimasukkan ke dalam tabung dan ditempatkan pada suhu yang berbeda,
yaitu suhu ruang, suhu 40℃, dan suhu 60℃.
4.1.1 Variable Penelitian
1. Variable bebas: suhu, metode skarifikasi
2. Variable terikat: laju imbibisi, berat akhir biji
3. Variable control: waktu, air, kelemababan
4.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam mini riset adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1.2.1 Alat yang digunakan
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 12 unit
2. Penangas air 3 unit
3. Timbangan 1 unit
4. Silet 1 unit
5. Amplas 1 unit
6. Pembakar spirtus 1 unit
7. Kalkulator saintifik 1 unit

Tabel 4.1.2.2 Bahan yang digunakan


No. Bahan Jumlah
1. Biji buah sirsak Secukupnya
2. Aquades Secukupnya

4.1.3 Cara Kerja


Dalam melaksanakan percobaan mini riset terdapat beberapa cara kerja
yang dapat dilakukan, yakni seperti bagan alur di bawah ini.
Bagan 4.1.3 Cara kerja percobaan mini riset pengaruh metode skarifikasi
terhadap laju imbibisi biji buah sirsak

Pada kelompok 1 biji diberi


perlakuan dengan disayat
menggunakan silet, pada
12 tabung reaksi disediakan kelompok 2 biji diberi
Setiap kelompok tabung
dan dibuat menjadi 4 reaksi ditempatkan pada perlakuan dengan dibakar
kelompok, masing-masing suhu ruang, suhu 40℃, dan menggunakan pembakar
terdiri dari 3 buah tabung suhu 60℃. spirtus, pada kelompok 3
reaksi. Setiap tabung diisi biji diberi perlakuan dengan
diamplas, dan kelompok 4
dengan akuades. biji tidak diberi perlakuan.

Biji dimasukkan ke dalam


tabung yang telah terisi
aquades dan direndam pada
Setiap kelompok biji
suhu ruang, suhu 40℃, dan
ditimbang dan catat
suhu 60℃ selama 60 menit,
hasilnya, serta
lalu dicatat hasilnya.
dokumentasikan.

4.1.4 Analisis Data

Dalam penelitian "pengaruh metode skarifikasi terhadap imbibisi pada


biji sirsak" data yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
Pengolahan data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
kuantitatif dengan perhitungan ANOVA dan perhitungan kecepatan
imbibisi yang dilakukan dengan menggunakan selisih pengukuran berat
awal dan akhir biji per satuan waktu.

4.1.5 Jadwal Pelaksanaan


Berikut merupakan jadwal pelaksaan miniriset mulai dari penyusunan
proposal hingga penyusunan laporan serta rincian kegiatan percobaan
miniriset.

Tabel 4.1.5.1 Jadwal Pelaksanaan Miniriset

Waktu Pelaksanaan
Bulan Maret Bulan Maret April
Kegiatan (14-21 Maret (31 Maret 2020) (6-18 April
2020) 2020)
Penyusunan 
proposal miniriset
Percobaan miniriset 
Penyusunan laporan 
miniriset

Tabel 4.1.5.2 Rincian Kegiatan Percobaan Miniriset

No. Nama kegiatan Deskripsi kegiatan


1. Penimbangan berat Penimbangan berat awal biji dilakukan sebelum
awal biji biji dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang akan
direndam pada temperatur tertentu. Hasilnya akan
dicatat dan didokumentasikan.
2. Skarifikasi biji Skarifikasi biji dengan disayat menggunakan silet
(disayat) dilakukan pada kelompok biji pertama. Biji
disayat dibeberapa bagiannya, lalu kemudian
ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi akuades.
3. Skarifikasi biji Skarifikasi biji dengan dibakar menggunakan
(dibakar) Bunsen api dilakukan pada kelompok biji kedua.
Biji dibakar hingga beberapa bagian terbakar, lalu
kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi aquades.
4. Skarifikasi biji Skarifikasi biji dengan diamplas menggunakan
(diamplas) kertas amplas dilakukan pada kelompok biji
ketiga. Biji diamplas hingga permukaannya
menjadi tergores, lalu kemudian ditimbang dan
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi aquades.
5. Penempatan tabung pada Penempatan tabung pada penangas air dilakukan
tabung dengan suhu setelah kelompok biji ditimbang. Kelompok biji
yang berbeda, yaitu suhu masing-masing ditempatkan pada tabung dengan
ruang, suhu 40℃, dan suhu yang berbeda, yaitu suhu ruang, suhu 40℃,
suhu 60℃. dan suhu 60℃.

6. Penimbangan berat Penimbangan berat akhir biji dilakukan setelah


akhir biji kelompok biji direndam dalam tabung yang berisi
akuades dengan temperature yang berbeda selama
60 menit. Kemudian catat hasilnya, dan hitung
kecepatan imbibisi pada setiap kelompok biji.

5. Referensi
Ai, N.S. & Ballo, M. (2010). Peranan Air dalam Perkecambahan Biji. Jurnal Ilmiah
Sains, 10(2), 190-195.
Amalia, S. (2016). Pengaruh Hujan dan Air untuk Memecah Dormansi Biji Buah
Sirsak (Annona muricata) dan bukti kebenarannya di dalam Alquran.
(Skripsi). Lampung: IAIN Raden Intan.
Bachtiar, B., Paembonan, S.A, Ura, R., & Lonpandang, T.B. (2017). Pengaruh
Skarifikasi dan Pemberian Hormon Tumbuhan terhadap Perkecambahan
Benih Aren (Arenga pinnata Merr.) di persemaian. Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan, 8(16), 37-44.
Bunardi & Christian. (2016). Kualitas Minuman Serbuk Daun Sirsak (Annona
Muricata) Dengan Variasi Konsentrasi Maltodekstrin Dan Suhu Pemanasan.
(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Fitriyani, S.A., Rahayu, E.S. & Habibah, N.A. (2013). Pengaruh Skarifikasi dan
Suhu terhadap Pemecahan Dormansi Biji Aren (Arenga pinnata Wurmb)
Merr. Unnes journal of Life science, 2(2), 85-91.
Hamim. (2019). Fisiologi Tumbuhan. Tanggerang Selatan: Penerbit Universitas
Terbuka.
Hasnunidah, N. & Suwandi, T. (2016). Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Innosain.
Hastuti, E.Y., Purwanti, S. & Ambarwati, E. (2015). Pengaruh Skarifikasi dan
Lama Perendaman Air terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit
Sawo Manilkara zapota L. van Royen. Jurnal Vegetika, 4(2), 30-38.
Isnaeni, E. & Habibah, N.A. (2014). Efektivitas Skarifikasi dan Suhu Perendaman
terhadap Perkecambahan Biji Kepel (Stelechocarpus buraho) (blume). Jurnal
MIPA, 37(2), 105-114.
Juhanda, Nurmiaty, Y., & Ermawati. (2013). Pengaruh Skarifikasi pada Pola
Imbibisi dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.) Jurnal
Agrotek tropikal, 1(1), 45-49.
Rokhmah, S.N. (2016). Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn), Kecoa
(Periplaneta americana), Ekstraksi Dan Biopestisida. (Skripsi). Bandung:
Universitas Pasundan.
Romdyah, N.L., Indriyanto, & Duryat. (2017). Skarifikasi dengan Perendaman Air
Panas Dan Air Kelapa Muda terhadap Perkecambahan Benih Saga (Adenthera
pavonia, L.). Jurnal Sylva Lestari, 5(3), 58-65.
Taiz, L. & Zeiger, E. (2002). Plant Physiology Third edition. Sunderland: Sinauer
Associates.
Tim Fisiologi Tumbuhan. (2020). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: Departemen Pendidikan Biologi UPI.

Anda mungkin juga menyukai