Anda di halaman 1dari 8

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOTOKSIKOLOGI HASIL PERAIRAN

PENGARUH EKSTRAK TUMBUHAN BERUWAS LAUT


(Scaevola taccada) TERHADAP TINGKAT TOKSISITAS
DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST
(BSLT)

DOSEN PENGAMPU:
AZWIN APRIANDI, S.Pi., M.Si.

DISUSUN OLEH:
MUTIA SARI
MUHAMAD SYAHRUL SYAH

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
NAMA PRAKTIKAN

No. Nama Kelompok 1 NIM


1 Anggi
2 Aisyah
3 Elma Alda Syahfitri
4 Riki Permadi
5 Andi Galit
6 Darwin
7 Fidelis Aprilisman Giawa
8 Eri Antoni

No. Nama Kelompok 2 NIM


1 Syarifah Norhayati
2 Satrio Manggala Bahari
3 Devi Elizabet
4 Yoka Farrel Septian Tambunan
5 Azwin
6 Wawan
7 Melati
8. Lika Angriani

No. Nama Kelompok 3 NIM


1 Devi Febrianti
2 Zubaidah Anjar Rezeki
3 Deden Reinaldi
4 Firman Hidayat
5 Astika
6 Desi Ramadani
7 Endah Putri Apriliani

No. Nama Kelompok 2 NIM


1 M. Alfikri
2 Kiki Fatmawati
3 Indriyani Shellim
4 Vika Annur Syahfitri
5 Agis Sopyan
6 Habsah Agusnia
7 Yopan
PETUNJUK
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Setiap mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium selama kegiatan
praktikum dan tidak boleh datang terlambat.
Perhatian : Dilarang makan dan minum, termasuk merokok selama
praktikum
2. Mahasiswa yang tidak mengikuti quis maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.

B. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum dibuat secara perorangan dan ditulis tangan pada double
folio dan dijilid.
2. Laporan Praktikum dibuat selama 1 minggu setelah praktikum.

C. KRITERIA PENILAIAN
1. Quis 20%
2. Kehadiran 10%
3. Laporan Praktikum 50%
4. Keaktifan selama Praktikum 20%
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai
bahan pangan atau hiasan, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati
berbagai penyakit. Tanaman yang ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal
sebagai bahan yang ampuh sebagai obat dan digunakan sebagai bahan obat
tradisional. Belakangan ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai tanaman
yang berpotensi sebagai obat tradisional.
Salah satu tanaman tradisional yang diteliti adalah Beruwas Laut (Scaevola
taccada) yang mengandung glukosid jenis skaevolin dan satu lagi jenis glukosid
lain dari seluruh bagian tumbuhan ini, juga mengandung alkaloid, fenol, saponin,
steroid dan flavanoid (Rauf 2012) sebagai obat infeksi mata, menyembuhkan
gangguan pencernaan, malaria, batuk dan flu. Sampai saat ini belum banyak
penelitian yang mengupas tentang toksisitas beruwas laut (Scaevola taccada).
Uji toksisitas dimaksudkan untuk memaparkan adanya efek toksik dan untuk
meneliti batas keamanan penggunaan suatu tanaman sebagai obat tradisional.
Suatu ekstrak dinyatakan bersifat toksik menurut metode Brine Shrimp Lethality
Test jika memiliki Lethal Concentration (LC50) kurang dari 1000 µg/ml. Jika hasil
uji Brine Shrimp Lethality Test menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat
toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian yang lebih lanjut berupa penelitian
sitotoksik tumbuhan sebagai pengembangan obat antikanker (Rosenda 2009).

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakterisasi tumbuhan beruwas laut (S. taccada)
2. Untuk mengetahui tingkat toksisitas tumbuhan beruwas laut (S. taccada)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi dan Klasifikasi beruwas laut (Scaevola taccada)

2.2. Potensi beruwas laut (Scaevola taccada)

2.3. Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2.4. Parameter Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)


BAB III
METODE KERJA PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

3.2. Bahan dan Alat


3.1.1. Bahan
 Ekstrak beruwas laut (S. taccada)
 Telur Artemia salina Leach
 Air laut
3.1.2. Alat
 Toples 2 Liter
 Aerator 1 set
 Botol aqua 300 ml ( 7 buah)
 Mikro pipet
 Timbangan
 Blender
 Kain blacu
 Gunting
 Tisue

3.3. Prosedur Praktikum


3.3.1. Persiapan sampel ekstrak beruwas laut (S. taccada)
Tumbuhan beruwas laut segar dicuci dan ditimbang sebanyak 500 gram
kemudian dipotong kecil-kecil setelah itu dihaluskan menggunakan blender tanpa
penambahan air. Sampel diperas menggunakan kain blacu untuk memperoleh
ekstrak murni. Kemudian dihitung rendemennya dengan rumus:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Rendemen = 𝑥 100 %
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
3.3.2. Persiapan sampel uji Artemia salina Leach
Penetasan larva udang Artemia salina Leach dilakukan dengan cara
dimasukkan 1 liter air laut yang telah disaring dalam toples kemudian dimasukkan
1 g telur Artemia salina Leach lalu diaerasi dan diberi pencahayaan. Telur akan
menetas siap untuk digunakan sebagai target uji toksisitas pada umur 48 jam.

3.3.3. Uji Toksisitas


Ekstrak beruwas laut (Scaevola taccada) yang diperoleh dipipet masing-
masing sebanyak 0 μg/mL (sebagai kontrol), 5 µL, 25 µL, 50 µL, 100 µL, 150 µL
dan 200 µL, kemudian dimasukkan ke dalam botol aqua. Selanjutnya dimasukkan
setetes larutan ragi roti dan 10 ml air laut, kemudian dikocok sampai ekstrak dapat
larut dalam air laut. Kemudian masing-masing botol dimasukkan 10 ekor larva
udang Artemia salina Leach dan dilakukan pengamatan selama 24 jam terhadap
kematian larva udang.

Pertanyaan (untuk memperkaya pembahasan laporan praktikum)


1. Mengapa menggunakan metode BSLT?
2. Mengapa hewan uji menggunakan Artemia salina Leach?
3. Bagaimana cara memperoleh ekstrak beruwas laut?
DAFTAR PUSTAKA

Rauf, Maryani. 2012. Aktivitas Antimikroba Ekstrak n-Heksan Daun Beruwas


Laut (Scaevola taccada (Gaertn.)Roxb.) Dengan Metode KLT-Bioautografi.
Fakultas Farmasi. Universitas Muslim Indonesia.

Rosenda, E.H. Anandita dan Suhardjono. 2009. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol
Daun Kemangi (Ocimun sanctum Linn.) Terhadap Larva Artemia salina Leach
Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test. Majalah Farmasi Indonesia,
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai