Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

Toksisitas Lingkungan Formulasi Pestisida

Kelompok 6

Anggota:
1. Madina Athaya Humaira (150510190209)
2. Salma Nurfaiza Azizah (150510190055)
3. Moch. Fahmi Azhari (150510190224)

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan


Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
April, 2021
ABSTRAK

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019, pestisida merupakan bahan
beracun yang memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
keanekaragaman hayati, menyebabkan resistensi, resurjensi, timbulnya hama baru, serta
gangguan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga harus dikelola dengan penuh
kehati-hatian. Pestisida dapat terserap kedalam tanah, terdifusi ke udara dan dapat terbilas oleh
air hingga mengalir ke perairan yang ada di sekitar lahan pertanian (Ardiwinata, 1999).
Pencemaran perairan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida, dapat diketahui salah satunya
dengan uji toksisitas lingkungan. Uji toksisitas lingkungan dengan menggunakan hewan uji
merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi untuk menentukan
tingkat toksisitas pestisida dalam konsentrasi tertentu yang menyebabkan kematian hewan uji
salah satunya adalah ikan nila. oleh karena itu tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk
mengukur tingkat potensi mudhorot dari suatu formulasi pestisida terhadap lingkungan,
khususnya lingkungan perairan.Metode yang dilakukan antara lain dengan aklimatisasi hewan uji
dilanjutkan dengan uji pendahuluan, uji dasar, dan analisis data secara statistik dengan cara
perhitungan manual atau menggunakan program statistik probit, dan dilakukan pada batas
kepercayaan 95%. Pada 48 JSA, untuk konsentrasi pestisida 15 ppm tidak terjadi mortalitas pada
ikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui perhitungan analisis probit dari data
mortalitas diperoleh hasil bahwa nilai LC50 pestisida sebesar 47,33 ppm dan dapat disimpulkan
bahwa pestisida Z dengan bahan aktif Beta Sipermetrin termasuk kedalam golongan formulasi
pestisida yang memiliki toksisitas sedang ( C ) berdasarkan Permentan nomor 43 tahun 2019
LC50-96 jam sebesar 26,244 ppm.

Kata Kunci: Oreochromis niloticus, Beta Sipermetrin, analisis probit

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan
karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini.
Laporan praktikum yang kami kerjakan dengan judul “TOKSISITAS LINGKUNGAN FORMULASI
PESTISIDA”

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah tugas ini khususnya terhadap penulis-penulis jurnal dan Pak Ichsan Bakhri
yang telah membuat video penjelasan yang telah kami jadikan sumber dari penyusunan laporan
praktikum kami ini. Besar harapan kami untuk makalah ini dijadikan sebagai sarana
pengembangan pengetahuan dalam ilmu toksikologi Dengan kerendan hati, penulis memohon
maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik yang terbuka dan membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini kami
sampaikan.

Wassalamualaikum wr.wb

Kamis, 29 April 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Abstrak 2
Kata Pengantar 3
Daftar Isi 4
I. Pendahuluan 1
1.1. Teori dasar 1
1.2. Tujuan 2
II. Metodologi 3
2.1. Alat 3
2.2. Bahan 3
2.3. Prosedur 3
Aklimatisasi hewan uji 3
Uji pendahuluan 3
Uji dasar 4
Analisis data 4
III. Hasil dan Pembahasan 5
3.1. Hasil 5
3.2. Pembahasan 7
IV. Kesimpulan dan Saran 8
4.1. Kesimpulan 8
4.2. Saran 8
Daftar Pustaka 9

4
I. PENDAHULUAN

1.1. Teori dasar

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019, pestisida merupakan


bahan beracun yang memiliki potensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan keanekaragaman hayati, menyebabkan resistensi, resurjensi, timbulnya hama baru, serta
gangguan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga harus dikelola dengan
penuh kehati-hatian. Dalam kegiatan pertanian, pestisida sudah umum digunakan untuk
meningkatkan hasil pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas. Meskipun penggunaan
pestisida bertujuan untuk mematikan jenis hama tertentu yang mengganggu kegiatan
pertanian, namun pestisida pada dasarnya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.

Pestisida dapat terserap kedalam tanah, terdifusi ke udara dan dapat terbilas oleh
air hingga mengalir ke perairan yang ada di sekitar lahan pertanian (Ardiwinata, 1999).
Perairan di sekitar kawasan pertanian dapat tercemar oleh residu pestisida yang masuk ke
dalamnya, pestisida tersebut dapat terserap oleh sedimen dasar perairan, plankton, algae,
invertebrata perairan, tumbuhan air hingga dapat meracuni organisme non target salah
satunya adalah ikan (Edward, 1976). Ikan merupakan organisme akuatik yang biasa
dibudidayakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar perairan. Ikan yang biasa
dibudidayakan oleh masyarakat sekitar perairan adalah spesies ikan air tawar, salah satunya
yaitu ikan nila. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang dapat dijadikan salah
satu bioindikator perairan, karena memiliki sifat yang sensitif terhadap perubahan
lingkungan di sekitarnya (Djatmiko, 2007). Apabila suatu perairan telah tercemar, maka
seluruh ekosistem akuatik di perairan tersebut dapat terganggu bahkan dapat berdampak
buruk pada manusia yang memanfaatkan perairan tersebut (Pimental, 1974).

Pencemaran perairan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida, dapat diketahui


salah satunya dengan uji toksisitas lingkungan. Uji toksisitas lingkungan dengan
menggunakan hewan uji merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang
berfungsi untuk menentukan tingkat toksisitas pestisida dalam konsentrasi tertentu yang
menyebabkan kematian hewan uji salah satunya adalah ikan nila.

1
1.2. Tujuan
Pengujian toksisitas lingkungan formulasi pestisida bertujuan untuk mengukur tingkat
potensi mudhorot dari suatu formulasi pestisida terhadap lingkungan, khususnya lingkungan
perairan.

2
II. METODOLOGI

2.1. Alat
1. 12 akuarium kaca (30 × 25 × 20 cm)
2. 12 aerator
3. 1 pipet / mikro pipet
4. 1 pH meter
5. 1 DO meter

2.2. Bahan
1. Sampel uji (pestisida / bahan pencemar)
2. Air
3. 120 ekor ikan nila

2.3. Prosedur
2.3.1 Aklimatisasi hewan uji
Tahap ini dilakukan selama 14 hari dan bertujuan agar hewan uji atau ikan
nila beradaptasi dengan lingkungan laboratorium tempat pengujian dengan cara ikan
nila dipindahkan dari 100% air pemeliharaan ke 100% air uji secara berangsur angsur.
Selama aklimatisasi harus dipastikan bahwa ikan nila diberi aerasi yang cukup yang
bertujuan untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut. Saat pengujian dilakukan
pengukuran parameter pH, DO dan suhu setiap harinya yaitu 1×24 jam. Apabila pada
tahap aklimatisasi ini tingkat kematian hewan uji atau ikan nila melebihi dari 3%,
maka hewan uji tidak memenuhi syarat.

2.3.2 Uji pendahuluan


Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan batas kisaran bahan uji yang
digunakan untuk penentuan LC50 pada 96 jam yaitu dengan cara mengumpulkan data
LC0 dan LC100. Uji pendahuluan ini diawali dengan melakukan percobaan
menggunakan 5 variasi dosis yaitu 0,01 ; 0,1 ; 1 ; 10 ; 100 ppm. Percobaan ini
dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan dan diamati selama 96 jam. Lalu terakhir

3
penguji coba harus menentukan 5 konsentrasi (A-E) ppm berdasarkan interval
geometris. Prosesnya adalah penguji coba tentukan LD0 lalu tentukan LD100 kemudian
menentukan konsentrasi perlakuan diantaranya berdasarkan interval geometris hingga
didapatkan 5 perlakuan konsentrasi.

2.3.3 Uji dasar


Percobaan dilakukan terhadap ikan uji di dalam sebanyak 12 buah dengan
hewan uji sebanyak 10-30 ekor setiap akuarium. Masing-masing diberi aerator
sebagai supply oksigen selama percobaan berlangsung. Lalu akuarium diisi ikan dan
sampel uji berdasarkan konsentrasi (A-E) ppm yang telah didapatkan dari uji
pendahuluan. Pengamatan dilakukan pada jam ke 0, 24, 48, 72 dan 96.meliputi
pengukuran suhu, pH, DO dan hewan uji yang mati dicatat. Data kematian ikan
dianalisis dengan metode analisis probit. Hasil uji pendahuluan dan uji dasar dapat
diterima apabila 90% hewan uji pada kontrol di akhir pengamatan masih hidup.
Apabila yang bertahan hidup lebih kecil dari 90% maka percobaan harus diulang.

2.3.4 Analisis data


Analisis data dilakukan secara statistik dengan cara perhitungan manual atau
menggunakan program statistik dengan probit berdasarkan jumlah mortalitas ikan
untuk masing-masing konsentrasi, untuk mengetahui LC50 dan dilakukan pada batas
kepercayaan 95%.

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Perlakuan Konsentrasi N Mortalitas di Waktu Pemaparan (jam)

(ppm)
24 48 72 96

Ikan Nila

Kontrol 0 30 0 0 0 0

A 15 30 0 0 0 0

B 21,45 30 2 6 14 16

C 30,67 30 4 8 16 22

D 43,86 30 6 12 20 24

E 62,72 30 9 18 22 26

F 90 30 20 24 26 29

5
3.2 Analisis Probit Ikan Nila JSA 48 Jam Pestisida Z dengan bahan aktif Beta Sipermetrin

Waktu LC 50 Batas Batas Atas Persamaan R2


Pemaparan (ppm) Bawah Regresi
(jam)

48 47.33 40,69 56,32 y= 5,46+2,73*x 0.968

6
3.2. Pembahasan

Berdasarkan dari analisis data menujukan bahwa ikan mas, mempunyai batas toleransi
terhadap perbedaan konsentrasi pestisida hal ini dapat dilihat pada konsentrasi 15 ppm, tidak ada
kematian pada ikan di JSA 24, 48,72,96. Namun pada konsentrasi 21,45 ppm terjadi kematian
pada ikan hal ini dipengaruhi oleh kemampuan ikan untuk bertahan hidup pada tingkat
konsentrasi pestisida tertentu.

Pada SJA 48 mortalitas terlihat pada konsentrasi 21,45 ppm terjadi sebesar 6 mortalitas
pada ikan, pada konsentrasi 30.67 ppm mortalitas sebesar 8, pada konsentrasi 43,86 ppm
mortalitas sebesar 12, pada konsentrasi 62,72 ppm mortalitas terjadi sebesar 18, pada konsentrasi
90 ppm mortalitas yang terjadi sebesar 24.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS didapatkan LC50 sebesar 47,33 ppm
dengan batas bawah 40,69, batas atas 56,32 serta persamaan regresi Y=5,46 + 2,73* x dan
regresi yang didapatakan sebesar 0.968.

7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Pestisida Z yang diuji melalui perhitungan analisis probit dari data mortalitas diperoleh
hasil bahwa nilai LC50 pestisida sebesar 47,33 ppm dan dapat disimpulkan bahwa pestisida Z
dengan bahan aktif Beta Sipermetrin termasuk kedalam golongan formulasi pestisida yang
memiliki toksisitas sedang ( C ) berdasarkan Permentan nomer 43 tahun 2019.

4.2. Saran
Pestisida Z dengan baban aktif Beta Sipermetrin yang termasuk kedalam golongan
sedang (C) masih tergolong aman untuk digunakan jika penggunaannya masih batas wajar atau
tidak melebihi konsentrasi yang telah ditentukan. Jika melebihi batas yang telah ditentukan maka
pestisida akan masuk ke perairan dan mempengaruhi ekosistem dalam perairan tersebut sehingga
dapat menyebabkan kematian pada organisme di sekitarnya. oleh karena nya diperlukan
kesadaran dari manusia itu sendiri untuk menjaga ekosistem perairan agar tidak tercemar oleh
pestisida

8
DAFTAR PUSTAKA

Taufiq, Ihsan, Tivany Edwin, Nailul Husni, dan Widia Detiari Rukmana. (2018). Uji Toksisitas
Akut Dalam Penentuan LC50-96H Insektisida Klorpirifos Terhadap Dua Jenis Ikan
Budidaya Danau . JURNAL ILMU LINGKUNGAN, Volume 16 Issue 1 : 98-103.

Rumampuk, N. D., Tilaar, S., & Wullur, S. (2010). MEDIAN LETHAL CONCENTRATION
(LC-50) INSEKTISIDA DIKLOROMETAN PADA NENER BANDENG
(Chanos-chanos Forks). Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis, 6(2), 87.
https://doi.org/10.35800/jpkt.6.2.2010.167

Menteri Pertanian Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pendaftaran Pestisida.

Anda mungkin juga menyukai