Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang mana atas
berkat rahmat , nikmat dan hidayahnyan sehingga makalah ini bisa diselesaikan .
Penulis menyusun makalah Higiene dan Sanitasi Makanan ini karena ada sangkut
pautnya dengan mata kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Penulis berharap
makalah ini akan sangat berguna dalam membawa wawasan dan ilmu pengetahuan
dalam pembelajaran dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Dalam penyusunan makalah
ini penulis menyadari akan segala kekurangan dan kemampuan yang sangat terbatas
dimiliki oleh penulis , sehingga dalam penulisan , punyusun kalimat dan dalam
mencari sumber buku masih kurang. Namun penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen pengajar dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik .
Dengan segala kerendahan hati , penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini . Dan penulis berharap
semoga makalah ini dapat memenuhi harapan kita semua .
Manado, 2013
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB. 2 PEMBAHASAN
2.1 Sanitasi Makanan 3
2.2 Pengaruh Makanan terhadap Kesehatan 9
2.3 Kontaminasi Makanan 11
2.4 Pengawetan Makanan 13
2.5 Zat Tambahan pada Makanan 16
2.6 Gangguan Kesehatan akibat Makanan 18
2.7 Penyakit-penyakit Gizi 19
BAB. 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan definisi WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan
oleh tubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang
digunakan untuk pengobatan. Air tidak termasuk dalam makanan karena merupakan
elemen yang vital bagi kehidupan manusia.
Terdapat tiga fungsi makanan, yaitu :
1. Makanan sebagai sumber energi karena panas dapat dihasilkan dari makanan
seperti energi juga.
2. Makanan sebagai zat pembangun karena makanan berguna untuk mebangun
jaringan tubuh yang sudah tua.
3. Makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatur proses
alami, kimia, dan proses faal dalam tubuh.
Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia
mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh
makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain :
1. kebiasaan mengolah makanan secara tradisonal,
2. penyimpanan dan penyajian tidak bersih,
3. tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam sanitasi makanan.
2. agar pembeaa dapat mengetahui apa saja pengaruh makanan terhadap kesehatan.
3. agar pembaca dapa mengatahui apa itu kontaminasi makanan.
4. agar pembaca dapat mengetahui apa itu pengawetan makanan.
5. agar pembaca dapat mengetahui apa itu zat tambahan pada makanan, gangguan
kesehatan pada makanan, dan penyakit-penyakt gizi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan
keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada
manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan antara
lain :
1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.
2. Mencegah penularan wabah penyakit.
3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat.
4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.
Di dalam upaya sanitasi makanan ini, ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan, seperti berikut :
1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.
2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan.
3. Keamanan terhadap penyediaan air.
4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan.
6. Pencucian d an.an pembersihan alat perlengkap
2. Faktor Manusia
Orang-orang yang bekerja pada tahapan diatas juga harus memenuhi persyaratan
sanitasi, seperti kesehatan dan kebersihan individu, tidak menderita penyakit infeksi,
dan bukan carrier dari suatu penyakit. Untuk personil yang menyajikan makanan
harus memenuhi syarat-syarat seperti kebersihan dan kerapian, memiliki etika dan
sopan santun, memiliki penampilan yang baik dan keterampilan membawa makanan
dengan teknik khusus, serta ikut dalam program pemeriksaan kesehatan berkala setiap
6 bulan atau 1 tahun.
3. Faktor Peralatan
Kebersihan dan cara penyimpanan peralatan pengolah makanan harus juga
memenuhi persyaratan sanitasi.
Thermal death adalah kematian yang terjadi akibat pemanasan. Kejadian ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
1. konsentrasi kuman : makin tinggi konsentrasi kuman, waktu yang diperlukan
makin lama.
2. riwayat mikroorganisme : suhu waktu pembiakan, umur dari pertumbuhan, fase
pertumbuhan, dan komposisi substrat.
Pada waktu pengolahan perlu diperhatikan bahwa bahan makanan yang sudah
rusak harus dibuang, sedangkan zat-zat yang berguna di dalam makanan jangan
sampai terbuang. Hindari penggunaan bahan makanan yang beracun atau jangan
mengolah makanan berdekatan dengan zat atau bahan beracun.
3. Tanah.
Tanah yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen.
4. Udara.
Mikroorganisme pathogen yang berbentuk partikel bercampur debu dapat
mengontaminasi makanan, demikian juga percikan ludah akibat bersin.
Kontaminasi yang terjadi biasanya bergantung pada musim, lokasi, dan pergerakan
udara.
5. Manusia.
Manusia merupakan sumber paten bakteri Salmonela, C.perfringes, dan
enterokokus.
6. Hewan atau ternak peliharaan.
Mikroorganisme semacam C.perfringes atau dari golongan salmonela dapat
terbawa dalam hewan atau ternak.
7. Binatang Pengerat.
Binatang pengerat beresiko mengotaminasi nasi, sayur, dan buah-buahan, selain
menjadi media pembawa salmonela dan enterokokus.
Selain itu, kita juga perlu mengetahui sifat dan karakteristik suatu jenis makanan.
Berdasarkan kerentanannya terhadap proses pembususkan, makanan dapat dibagi
kedalam tiga golongan, seperti berikut.
a. Nonperishabel food (stable food)
Nonperishabel food adalah makanan yang sifatnya stabil dan tidak mudah rusak
kecuali jika mendapat perlakuan yang tidak baik. Contoh makanan semacam ini
diantaranya gula, makroni, mie kering, tepung, dan makanan kaleng. Makanan
kaleng akan mengalami perubahan jika kemasan (dalam hal ini kaleng) bocor atau
rusak. Bakteri tahan asam yang mengontaminasi makanan kaleng itu tidak akan
mati dengan pemanasan dan justru akan memproduksi sopra. Spora kemudian
berkembang biak dan memproduksi racun yang memicu proses pembusukan pada
makanan. Sama halnya spesies Clostridium nigrificans menyebabkan proses
pembusukan yang mengeluarkan bau semacam bau telur busuk.
b. Semiperishable food
Semiperishable food adalah makanan yang sifatnya semistabil dan agak mudah
busuk. Contohnya antara lain roti kering dan kentang.
c. Perishable food
Perishable food adalah makanan yang sifatnya tidak stabil dan mudah busuk.
Contoh makanan semacam ini adalah ikan, daging, susu, dan telur.
Beberapa tipe penyakit yang menyerang manusia berkaitan makanan :
1. Foodborne disease
Foodborne disease (penyakit bawaan makanan) adalah suatu gejala penyakit yang
terjadi akibat mengonsumsi makanan yang mengandung mikroorganisme atau
toksin baik yang berasal dari tumbuhan, bahan kimia, kuman maupun binatang.
2. Food infection
Food infection adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat masuk dan
berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tubuh (usus) manusia melalui
makanan yang dikonsumsinya.
3. Food intoxication
Food intoxication adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat mengonsumsi
makanan yang mengandung racun atau mengonsumsi racun yang ada dalam
makanan.
2.4 Pengawetan Makanan
Usaha pengawetan makanan sudah dilakukan sejak dahulu, yang dimulai dengan
cara pengasapan atau pengeringan. Disetiap negara, cara pengawetan makanan tdak
sama karena terjadinya perkembangan teknologi yang menyebabkan perubahan taraf
kehidupan penduduk disuatu negara. Perubaha-perubahan tersebut dapat terjadi
secara cepat atau lambat, dalam hal ini perubahan lambat yang berlangsung adalah
perubahan dalam cara kebiasaan makan. Perkembangan teknologi pada pengawetan
makanan bergantung pada faktor cara kebiasaan makan dan daya beli penduduk.
Keuntungan yang dapat kita peoleh dalam upaya pengawetan makanan, antara lain :
1. Segi ekonomi
Makanan yang diawetkan dapat dikonsumsi atau dijual ke tempat-tempat yang
jauh kapan saja dan tanpa mengurangi kualitas makanan. Dengan begitu, kelebihan
makanan disuatu daerah dapat diperluas pemasarannya, tanpa terikat oleh waktu.
2. Mempermudah transportasi
Di Indonesia yang beriklim tropis, makanan mudah sekali membusuk. Dengan
adanya pengawetan, makanan dapat dipertahankan atau diolah dengan cara lain
sehingga dibeli dengan mudah dan tidak berbahaya serta dapat menghemat biaya
transpor.
3. Mudah dihidangkan
Sebagian makanan yang telah diawetkan siap dihidangkan karena bagian yang
tidak diperlukan telah dibuang. Dengan begitu, untuk pola kehidupan masyarakat
yang telah maju, masalah kendala waktu dapat diatasi.
4. Bermanfaat dalam keadaan tertentu
Misalnya dalam kejadian bencana alam, kelaparan, pengungsian dan kondisi
genting lainnya, bantuan makanan yang telah diawetkan dapat segera didatangkan
dari daerah lain.
Metode yang digunakan dalam pengawetan makanan, antara lain :
1. Pendinginan
Metode ini berguna untuk mencegah berkembangbiaknya mikoorganisme. Ada 3
jenis metode pendinginan :
a. Cold storage. Contohnya, suhu antara [-10]˚C sampai 0˚C untuk daging ikan.
b. Freezer. Contohnya, suhu 0˚C untuk keju, mentega, dan susu.
c. Cool storage. Contoh : suhu 15-20˚C untuk buah-buahan, suhu 10-15˚C untuk
telur, dan suhu <2˚C untuk makanan kaleng.
2. Pengeringan
Bertujuan untuk menghilangkan air yang terdapat di dalam makanan. Cara ini
terbatas pada pembuangan air dalam makanan dan merupakan cara yang paling
baik. Dengan menghilangkan kandungan air dalam makanan, bakteri yang dapat
merusak makanan tidak dapat hidup. Proses ini tidak akan merusak isi, keuali
bahwa kandungan vitamin C hilang bersama air yang keluar.
Sanitasi Makanan
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi makanan dapat terjadi akibat agen
penyakit yang menyebabkan infeksi atau akibat
proses pembusukan. Pembusukan dapat terjadi
secara alami akibat enzim-enzim yang ada dalam
makanan itu sendiri, misalnya pembusukan pada
durian dan sayuran. Makanan yang busuk adalah
makanan yang sudah mengalami proses
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dimakan
manusia
Pengawetan Makanan
• Usaha pengawetan makanan sudah
dilakukan sejak dahulu, yang dimulai
dengan cara pengasapan dan
pengeringan.
• Keuntungan yang diperoleh dalam upaya
pengawetan makanan, antara lain : segi
ekonomi, mepermudah transportasi,
mudah dihidangkan, dan bermanfaat
dalam keadaan tertentu.
Terima Kasih