Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pesisir & Kepulauan


“Penilaian Resiko K3 Pesisir dan Kepulauan”
Dosen Pengampu : Pitrah Asfian, S.Sos., M.Sc

Di susun oleh Kelompok 8:


1. Viona Emanuela (J1A120237)
2. Nindi Pricilia Poli ( J1A120197 )
3. Abdul Rahman As-Sidiq (J1A120255)
4. Nurul annisa ( J1A120203 )
5. Adewiah Sari (J1A120259)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penilaian Resiko K3
Pesisir &Kepulauan” ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan
didalamnya.

Makalah dengan materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pesisir & Kepulauan yang
dibuat untuk menyadari tentang bagaimana Penilaian resiko memastikan apa yang bisa kita
lakukan untuk mengurangi risiko cedera ke tingkat yang rendah secara praktis. Kelompok
kami juga berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Pesisir & Kepulauan yang telah memberikan tugas ini, karena dengan adanya tugas ini
dapat menambah wawasan kelompok kami. Kelompok kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, besar harapan kelompok kami berharap agar pembaca memberikan kritikan
dan masukan agar kedepannya penulis dapat semakin baik lagi.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi siapa pun yang membacanya.

Kendari, September 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6


2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesisir dan Kepulauan.................................6
2.2 Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesisir dan Kepulauan.....................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................8


1. Identifikasi Bahaya........................................................................................................10
a) People hazard (Bahaya Manusia)..............................................................................10
b) Equipment hazard (Bahaya Peralatan)......................................................................10
c) Material hazard (Bahaya Material)............................................................................11
d) Environment hazard (Bahaya Lingkungan)...............................................................11
2. Identifikasi siapa yang dapat terkena bahaya................................................................12
3. Identifikasi pengendalian saat ini dan tetapkan apakah diperlukan tambahan?............12
4. Rekam hasil/temuan penilaian resiko............................................................................13
5. Lakukan tinjauan...........................................................................................................13
Penilaian Risiko K3..............................................................................................................14
Hasil Penelitian.....................................................................................................................17

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................19
1. Kesimpulan...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal dan melakukan berbagai
aktifitas sosial ekonomi di wilayah pesisir serta mengandalkan sumber daya pesisir.
Masyarakat pesisir memiliki karakteristik dalam bidang sosial ekonomi yaitu mata
pencahariannya sebagian besar adalah nelayan, pembudidaya ikan, dan transportasi laut.
Tingkat pendidikan masyarakat pesisir sebagian besar masih tergolong rendah, dengan
wilayah pemukiman yang terkesan tidak tertata dengan baik.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditempat kerja merupakan hal yang
penting bagi perusahaan untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja pada setiap kegiatan
proses produksi. Dampak yang terjadi akibat K3 dapat merugikan karyawan serta perusahaan
baik secara lamgsung maupun tidak langsung (Maryani, 2012, dan Sepang, 2013). Dengan
adanya penerapan K3 pada setiap proses kegiatan produksi dapat menjadikan lingkungan
kerja yang aman, nyaman, dan terhindar dari kecelakaan kerja sehingga angka kecelakaan
nihil (zero Accident) (Patradhiani, 2013). Hal ini dapat terwujud dengan mengendalikan
sumber bahaya yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan ( Maryani, 2012)
Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas baik
di rumah, di jalan maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak
dikendalikan dengan tepat akan menyebabkan kelelahan, kesakitan, cedera, dan bahkan
kecelakaan yang serius. Adapun kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja sebagian besar
88% disebabkan karena perilaku yang tidak aman (unsafe action), 10% kondisi lingkungan
kerja yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% tidak diketaui penyebabnya ( Henrich,
1931).
Penilaian Resiko adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya. Ini harus dilihat sebagai proses yang membantu kita untuk
mengidentifikasi unsur-unsur kegiatan apa yang dapat menyebabkan cedera pada manusia,
dan untuk memperkenalkan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan untuk
mengurangi risiko cedera pada tingkat yang dapat diterima.
B. Rumusan Masalah
Bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat di tempat kerja berpotensi
menimbulkan berbagai macam risiko. Maka dari itu di perlukan identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko yang bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir risiko yang ada di
tempat kerja khususnya di wilayah pesisir dan kepulauan , dengan cara melakukan
pengendalian bahaya yang bersifat efektif sesuai dengan tingkat risikonya.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dibuat tujuan dalam penelitian sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di wilayah
pesisir dan kepulauan
2. Mengevaluasi teknik pengendalian risiko dan potensi bahaya pada setiap area kerja
diwilayah pesisir dan kepulauan (tujuan)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesisir dan Kepulauan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diartikan sebagai sebuah pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik
jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan
sejahtera. Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun
1970 keselamatan kerja yaitu melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang lain di tempat kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien dan meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

2.2 Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesisir dan Kepulauan
Menurut Hanafi (2006:1) berpendapat bahwa risiko terjadi adalah bahaya, akibat atau
konsekuensi yang dapat terjadi sebagai akibat dari proses yang sedang berlangsung atau
kejadian yang akan datang. Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya adalah sesuatu yang
mungkin menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, bahkan
dapat menyebabkan kemat ian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan harta benda.
Potensi bahaya dapat disebut berdasarkan kategon-kategori khusus pada pekerja
nelayan atau juga sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut:
a. Potensi bahaya dari bahan berbahaya (Hazardous Substances)
b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards)
c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards)
d. Potensi bahaya kelistrikan ( Electrical Hazards)
e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards)
f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi ( Gravitational and Acceleration Hazards )
g. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards)
h. Potensi bahaya dan vibrasi (Bahaya Getaran dan Kebisingan)
i. Potensi bahaya ergonomi (Bahaya yang berkaitan dengan Faktor manusia)
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani
yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan
dengan pekerjaan.(Hebbie Ilma Ad zim, 2013).
Ada beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:Pencemaran udara oleh partikel dapat
disebabkan karena peristiwa alam maupun ulah manusia, yaitu lewat kegiatan industri dan
teknologi. Partikel yang berhubungan dengan banyak macam dan jenisnya, tergantung pada
macam dan jenis industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan
kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit pernapasan atau pneumokoniosis.
Setelah melakukan dan melanjutkan dengan penilaian yang bertujuan untuk
menentukan besarnya risiko serta skenario dampak yang akan ditimbulkannya. Penilaian
risiko digunakan sebagai langkah saringan untuk menentukan tingkat resiko ditinjau dari
kemungkinan kejadian dan keparahan yang dapat ditimbulkan.
BAB III

PEMBAHASAN

Penilaian Risiko ialah Proses memahami secara menyeluruh sifat dari risiko untuk
menentukan tingkat risiko (ISO 31000:2009). Menurut Wowo Sunaryo (2015) penilaian
risiko adalah pelaksanaan dari metode-metode untuk menganalisis tingkat risiko dan
mempertimbangkan risiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) serta mengevaluasi apakah
sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai, serta mengambil langkah yang tepat.
Penilaian risiko ini termasuk ke dalam mengestimasi risiko. Tujuan dari penilaian risiko ini
adalah menilai risiko yang berkaitan dengan pekerjaan. Khusus untuk dampak bahaya
kesehatan mempunyai efek kronis sehingga penilaian risiko dilakukan dengan
mempertimbangkan besarnya kerugian (keparahan) dan kemungkinan serta periode paparan.
a. Keparahan adalah tingkatan yang menggambarkan kondisi seberapa parahnya risiko
yang ada pada suatu kegiatan terhadap manusia, lingkungan, alat dan citra.
b. Probabilitas adalah tingkatan kemungkinan suatu kejadian dapat terjadi selama periode
pelaksanaan kegiatan. Khusus untuk Probabilitas bahaya kesehatan merupakan fungsi
dari kemungkinan paparan berdasarkan Occupational Exposure Limit (OEL) dan
periode paparan.
Terdapat 3 (tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja (ILO,2013) yaitu untuk :
a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja
b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja
c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan yang
telah diambil
Keparahan atau tingkat kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu potensi bahaya yang
sudah dievaluasi sebelumnya, dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
A. Sifat dari kondisi dan situasi apa yang akan dilindungi
1) Manusia
2) Property (aset perusahaan seperti : mesin, pesawat, bangunan, bahan dsb)
3) Lingkungan
B. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia
1) Ringan
2) Berat/Serius
3) Meninggal
C. Luasnya kemungkinan bahaya yang ditimbulkan
1) Satu orang dan beberapa orang
Menurut Deviprasadh (2007), Dalam penilaian risiko ini, ada 2 metode dalam penilaian
risiko yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
i. Kualitatif
Metode ini diutamakan menggunakan diagram, yang menggunakan nomor urut untuk
menentukan prioritas dan hasil.
2. Kuantitatif
Metode ini bergantung pada perhitungan statistik untuk menentukan risiko, probabilitas
terjadinya, dan dampaknya terhadap suatu potensi bahaya. Pendekatan kuantitatif dapat
menggunakan cara dengan analisis pohon keputusan, menerapkan probabilitas untuk dua atau
lebih hasil.
Metode penilaian risiko antara lain menentukan peluang, menentukan konsekuensi, dan
tingkat setiap resiko (Rudi, 2007) :
1. Menentukan Peluang
Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja, kita dapat
menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya.
2. Menentukan konsekuensi
Dalam menentukan konsenkuensi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsekuensi tersebut. Dalam menentukan konsekuensi kita dapat membuat
keteteapan pada severity yang berpotensi terjadi.
3. Tingkat setiap risiko
Tingkatan risiko atau level dapat ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil
identifikasi bahaya dan konsekuensi.
Penilaian risiko bukanlah proses untuk menghilangkan semua bahaya di tempat kerja.
Bukan pula berarti melarang kegiatan yang "berbahaya", sedangkan kegiatan tersebut perlu
dan biasa dilakukan. Kita semua hidup dengan beberapa risiko, beberapa kegiatan yang kita
lakukan bisa digolongkan sebagai berbahaya. Penilaian resiko memastikan apa yang bisa kita
lakukan untuk mengurangi risiko cedera ke tingkat yang rendah secara praktis. Adapun 5
langkah yang bisa dilakukan dalam penilaian resiko yaitu:
1. Identifikasi Bahaya
Hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan
tugas atau kegiatan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan konsep
"PEME": People - Equipment - Materials - Environment (Manusia - Peralatan - Bahan -
Lingkungan).

a) People hazard (Bahaya Manusia)


Bahaya manusia mencakup sejumlah isu. Beberapa bahaya dilakukan oleh individu
terkait. lainnya adalah dilakukan dengan sistem yang mengharuskan orang menggunakan.
Ketika berpikir tentang bahaya manusia, kata-kata seperti; Pelatihan, Kemampuan
/Pembatasan, Pengawasan, Komunikasi, Jumlah yang memadai dan Kesalahan manusia,
harus dipertimbangkan.

Saat melakukan identifikasi bahaya manusia (People Hazard), perlu dipertimbangkan


hal-hal berikut:
 Apakah orang-orang ini dilatih ?
 Apakah secara fisik mampu melakukan pekerjaan ?
 Apakah mereka mengikuti prosedur yang benar?

b) Equipment hazard (Bahaya Peralatan)


Bahaya peralatan akan berhubungan dengan peralatan yang digunakan, dan juga
mencakup pekerjaan yang terkait dengan; Perbaikan, Pemeliharaan, Penanganan,
Pembersihan, Penyimpanan dan Pengoperasian peralatan.
Saat melakukan identifikasi bahaya peralatan (Equipment Hazard), perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
 Berat peralatan
 Kurangnya pemeliharaan
 Penyimpanan yang sembarangan saat tidak digunakan

c) Material hazard (Bahaya Material)


Bahaya material mencakup material padat, cair atau gas yang berhubungan dengan
pekerjaan. Hal ini tidak hanya mencakup zat-zat yang dibutuhkan untuk tugas tertentu, tetapi
juga setiap produk atau limbah yang dihasilkan oleh pekerjaan atau aktifitas.

Saat melakukan identifikasi bahaya peralatan (Material Hazard), perlu dipertimbangkan


hal-hal berikut:
 Bahan bakar yang digunakan
 Peralatan penangkapan ikan yang tidak layak

d) Environment hazard (Bahaya Lingkungan)


Bahaya lingkungan adalah semua bahaya di lingkungan Anda bekerja. Tergantung pada
lokasi dan aktivitas, bahaya bisa mencakup; Kurang cahaya, Panas dan Ventilasi, Kurangnya
akses/jalan keluar, Bahaya tersandung/tergelincir, Ruang terbatas/visibilitas dan kegiatan lain
di sekitar lokasi aktifitas.
Siang Hari Malam Hari
Saat melakukan identifikasi bahaya lingkungan (Environment Hazard), perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
 Terbakar sinar matahari
 Pergerakan kendaraan
 Masalah pencahayaan jika dilakukan operasi penangkapan ikan pada malam hari
 Panas / Dingin / angin
 Kemungkinan ruang pekerjaan yang terbatas

2. Identifikasi siapa yang dapat terkena bahaya


Setelah melakukan identifikasi bahaya, kita harus memiliki daftar bahaya yang
berhubungan dengan pekerjaan yang berpotensi mengakibatkan cedera bagi mereka yang
berisiko. Jadi, siapa yang berisiko? Langkah kedua meminta Anda untuk melihat siapa yang
dapat dirugikan.
Pertimbangkan pekerjaan nelayan sebagai berikut :

3. Identifikasi pengendalian saat ini dan tetapkan apakah diperlukan tambahan?


Kita perlu melihat tindakan pengendalian apa yang telah tersedia saat ini, untuk setiap
bahaya yang telah diidentifikasi. Dalam beberapa kasus, bisa jadi tidak terdapat
pengendalian, atau bisa jadi karena bahaya memang belum dipertimbangkan. Namun
demikian, bisa pula telah tersedia pengendalian yang baik di lokasi karena bahaya yang jelas
dan mudah dikendalikan.
Ketika mencoba untuk mengidentifikasi pengendalian saat ini, perlu dipertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Prosedural (misal; prosedur penangkapan ikan yang aman)
2. Pengendalian Perilaku (misal; pengawasan yang memadai dan pemantauan perilaku)
Contoh pengendalian di lokasi penangkapan ikan;

4. Rekam hasil/temuan penilaian resiko


Dengan merekam temuan, diharapkan hasil rekaman tersebut dapat menjadi suatu
sistem yang jelas dan menjadi acuan untuk sosialisasi atau refreshing training ke personel-
personel terkait. Terkait rekaman penilaian resiko, perlu diperhatikan;
1. Kejelasan lokasi dan pekerjaan
2. Pastikan bahwa bahaya dan pengendalian secara jelas tercantum.
3. Pertimbangkan semua orang yang berpotensi dirugikan.
4. Pastikan bahwa personil terkait memahami rekaman (misal bahasa)
5. Pastikan bahwa penilaian risiko tersedia bagi mereka yang mungkin membutuhkannya

5. Lakukan tinjauan
Penilaian risiko harus ditinjau secara teratur. Periode tinjauan perlu ditetapkan.
Tinjauan harus dilakukan jika terdapat perubahan yang berpotensi berpengaruh terhadap
perubahan bahaya dan resiko yang saat ini telah diidentifikasi. Ingat, penilaian risiko harus
merupakan dokumen dinamis, yang dapat berubah sesuai keadaan.
Penilaian Risiko K3
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko yang
bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang akan
ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai langkah saringan untuk menentukan
tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian dan keparahan yang dapat ditimbulkan.
Ada berbagai pendekatan dalam menggambarkan kemungkinan dan keparahan suatu
risiko baik secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif.
Contoh kategori kemungkinan terjadinya risiko secara kualitatif sebagai berikut:
Tabel 1 Kemungkinan terjadinya Risiko secara Kulitatif
Tingkat Uraian Contoh rinci
A Hampir pasti Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi
terjadi normal, misalnya kecelakaan lalu lintas di
jalan raya pada
B Sering terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode
waktu tertentu, misalnya kecelakaan
kereta api
C Dapat terjadi Resiko dapat terjadi namun tidak sering,
misalnya jatuhh dari ketinggian di lokasi
proyek
D Kadang-kadang Kadang-kadang terjadi misalya kebocoran
pada instalasi nuklir
E Jarang sekali Dapat terjadi dalam keadaan tertentu
misalnya orang tersambar petir

Contoh keparahan atau konsekuensi suatu kejadian secara kualitatif sebagai berikut:
Tabel 2 Kemungkinan keparahan terjadinya Risiko secara Kualitatif
Tingkat Uraian Contoh rinci
1 Tidak signifikan Kejadian tidak menimbulkan kerugian
atau cedera pada manusia
2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian
kecil dan tidak menimbulkan dampak
serius terhadap kelangsungan bisnis
3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah sakit,
tidak menimbulkam cacat tetap,
kerugian finansial sedang
4 Berat Menimbulkan cedera parahdan cacat
tetap dan kerugian finansial besar serta
menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan usaha
5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan
kerugian parah bahkan dapat
menghentikan kegiatan usaha selamanya

Peringkat kemungkinan seperti di atas bersifat kualitatif dan subjektif karena hanya
diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian, tidak dapatdiartikan bahwa kejadian A
adalah dua kali lipat kemungkinannya di bandinngkan kejadian B. Demikian juga dengan
tingkat keparahan.
Peringkat 4 bukan berarti dua kali lebih besar dibandingkan peringkat dua. Untuk
menghindarkan hal tersebut digunakan pendekatan secara semi kuantitatif atau kuantitatif
yang mnebggunakan peringkat yang lebih konkrit.
Selanjutnya hasil kemungkinan dan konsekuensi yang diperoleh dimasukkan ke dalam
tabel matrik resiko yang akan menghasilkan peringkat resiko.

Tabel 3 Matrik terjadinya peringkat risiko secara Kualitatif


Kemungkinan Konsekuensi
Konsekuensi
Kemungkinan Tidak Kecil Sedang Berat Bencana
signifikan
A T T E E E
B S T T E E
C R S T E E
D R R S T E
E R R E T T

Keterangan :
 E-Risiko ekstrim
Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika
tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumber daya yang terbatas,
maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan
 T-resiko tinggi
Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu pertimbangan
sumber daya yang akan dialokasiakn untuk mereduksi risikio. Apabila risiko terdapat
dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera
dilakukan
 S-risiko sedang
Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan
harus dii perhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan resikoo
harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.
 R-risiko rendah
Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Pemantauan
diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan
dengan baik dan benar.

Tingkat risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan kejadian dan keparahannya.


Suatu risiko yang kemungkinan terjadi sangat tinggi (A), dan jika terjadi akan menimbulkan
bencana dan korban yang sangat besar (5), maka risiko tersebut.
Dapat digolongkan sebagai ekstreem. Sebagai contoh pekerja konstruksi yang bekerja
memasang menara di ketinggian 50 meter. Menurut data, kejadian jatuh dari ketinggian dapat
terjadi (C) dan jika jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kematian (5). Dengan demikian
bekerja pada menara konstruksi tinggi dapat dikategorikan sebagai risiko ekstrem.
Peringkat kemungkinan dan keparahan secara kualitatif ini sangat relatif dan bervariasi,
misalnya dengan menggunakan 3, 4, atau 5 peringkat. Karena itu dapat dikembangkan oleh
masing-masing organisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing atau mengacu kepada
suatu referensi tertentu misalnya yang dikeluarkan oleh AN/NZS 4360, OHSA, atau institut
of risk management, UK.
Langkah berikutnya setelah risiko ditentukan adalah melakukan evaluasi apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak, merujuk kepada kriteria risiko yang berlaku atau
ditetapkan oleh managemen organisasi. Risiko yang dapat diterima sering diistilahkan
sebagai ALARP-As Low As Reasonably Practicable, yaitu tingkat risiko terendah yang
masuk akal dan dapat dijalankan.
Risiko memang harus ditekan, namun memiliki keterbatasan seperti faktor biaya,
teknologi, kepraktisan, kebiasaan dan kemampuan dalam menjalankannya dengan konsisten.
Suatu risiko misalnya dapat ditekan dengan menggunakan teknologi canggih untuk
penyediaan sistem pengaman, namun dampaknya biaya akan meningkat sehingga tidak dapat
diterima secara ekonomian.
Untuk menentukan batas risiko yang dapat diterima (ALARP) tidak mudah, namun
memerlukan kajian mendalam dari berbagai aspek seperti teknis, sosial, moral, lingkungan
atau keekonomiannya misalnya dengan melakukan cost benefit analysis. Batas risiko yang
dapat diterima antara satu orang, badan, perusahaan atau lembaga akan berbeda. Kerugian
sebesar Rp. 1 juta bagi pengusaha angkot merupakan risiko besar, namun bagi perusahaan
skala milyaran rupiah, kerugian tersebut dinilai kecil dan tidak signifikan bagi kelangsungan
bisinisnya.
Hubungan antara pengeluaran untuk K3 dengan kelangsungan bisnis dapat dilihat pada
gambar diatas. Jika pengeluaran untuk K3 ditingkatkan, pada level tertentu akan baik untuk
bisnis. Namun jika pengeluaran K3 terus ditingkatkan, mungkin akan baik bagi kemanusiaan
namun buruk dampaknya terhadap bisnis. Perusahaan mungkin akan mendapatkan pujian dan
penghargaan karena peduli K3 dengan mengeluarkan dana untuk mengembangkan dan
meningkatkan K3.
Akan tetapi pengeluaran tersebut tidak seimbang dengan revenue yang diterima
sehingga suatu saat perusahaan akan bangkrut. Karena itu, tingkat ALARP yang ditetapkan
harus baik untuk K3 dan baik pula untuk bisnis sehingga kelangsungan usaha dapat terjamin.
Setelah kriteria risiko yang dapat diterima ditetapkan, maka akan dibandingkan dengan
hasil penilaian risiko yang telah dilakukan. Apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.
Jika risiko masih berada di atas batas yang dapat diterima, harus dilakukan langkah
pengendalian.

Hasil Penelitian
PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) merupakan perusahaan BUMN milik
pemerintah Indonesia yang bergerak dalam bidang perbaikan kapal (Ship Repair) yang
sedang menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). SMK3 atau
yang disebut dengan safety menjadi prioritas perusahaan dalam menciptakan iklim
perusahaan yang terbatas dari kecelakaan kerja (zero accident).
Namun dalam perjalananya masih terdapat pekerja yang kurang memiliki kesadaran
akan menaati prosedur keselamatan pribadi dalam hal akan menggunakan alat pelindung diri
lengkap dan juga masih didapatkan tindakan pekerja yang kurang sadar akan tentang posisi
tidak aman (unsafe human acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman keselamatan
(unsafe condition) dan masih terdapat kecelakaan kerja yang terjadi dan belum adanya suatu
mekanisme pendataan terhadap kejadian atau kecelakaan kerja yang terjadi di PT.Dok dan
Perkapalan Surabaya (Persero) pada tahun-tahun sebelumnya, sedangkan jika hal tersebut
belum dapat didokumentasikan tentu akan mengakibatkan hambatan dalam melakukan
evaluasi terhadap kecelakaan yang terjadi baik itu berdasarkan jenis kecelakaan, frekuensi,
lokasi yang memiliki potensi kecelakaan yang paling terjadi selama diterapkanya sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Penilitian yng dilakukan oleh Basuki dan Chairunnisak (2012) mengenai untuk
mengetahui risiko dan tingkat risiko pada proses bangunan baru pada industri galangan kapal
skala kecil. Hasil analisa menghasilkan kesimpulan bahwa sumber risiko yang memerlukan
penanganan utama adalah risiko yang muncul dengan tingkat risiko yang sangat tinggi yaitu
pekerjaan perbaikan / reparasi karena penyesuaian permintaan dari pemilik kapal dan
klasifikasi.
Fran Mahendar dan Darminto (2013) telah melakukan penelitian mengenai identifikasi
bahaya dan pengendalian risiko dan keselamatan kerja yang terjadi di PT. Janata Marina
Indah Unit 1 Semarang pada bagian bengkel reparasi galangan kapal. Kesimpulan dari
penelitian adalah Penilaian resiko ada 6 aktivitas kerja dengan tingkat resiko dari yang
tertinggi sampai terendah adalah proses pemeriksaan dan perbaikan plat lambung kapal
dengan jumlah nilai resiko 26, pembersihan badan kapal dengan nilai resiko 13, pengecatan
badan kapal dengan nilai resiko 11, pemeriksaan kelistrikan dengan nilai resiko 10,
pemeriksaan las-lasan dengan nilai resiko 6, pemeriksaan perpipaan dengan nilai resiko 1.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Penilaian risiko merupakan kegiatan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta
menyusun skenario dampak yang akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagai
langkah saringan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian dan
keparahan yang dapat ditimbulkan.
penyakit dan kecelakaan yang diderita para nelayan dan penyelamatan tradisional yaitu
nyeri persendian, gangguan pendengaran sampai ketulian. barotrauma, dan dekompresi.
Penyakit dan kecelakaan yang terjadi adalah akibat kurangnya pengetahuan ketika
menjalankan pekerjaan tersebut.
Dengan adanya penerapan K3 pada setiap proses kegiatan produksi dapat menjadikan
lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan terhindar dari kecelakaan kerja sehingga angka
kecelakaan nihil (zero Accident) (Patradhiani, 2013). Hal ini dapat terwujud dengan
mengendalikan sumber bahaya yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan ( Maryani,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Dwi Iryaning dan Adi Purwanto. Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Dinamika Rekayasa Vol. 10 No. 2. 2014
http://komara.weebly.com/management-system/pendekatan-praktis-dalam-penilaian-resiko-
k3
https://www.scribd.com/document/492265117/KEL-3-PENILAIAN-RISIKO-K3-PESISIR
https://www.researchgate.net/publication/321874429_PENILAIAN_RISIKO_K3L_PADA_P
EKERJAAN_REPARASI_KAPAL_DI_PT_DOK_DAN_PERKAPALAN_SURABAYA_P
ERSERO_MENGGUNAKAN_JOB_SAFETY_ANALYSIS_JSA
https://www.researchgate.net/publication/321874429

Anda mungkin juga menyukai