Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MALPRAKTIK

OLEH
KELOMPOK 5

WINARZIH SUCI PRATIWI SEKO (J1A120246)


ZASKIA PUTRI RAHMADANI ( J1A120254)
ABQARIYYAH JILAN DZAKIRAH MALAKA (J1A120256)
WAODE NUR' ANISA SAID (J1A120244)
ABDUL RACHMAN AS-SIDIQ (J1A120255)
WULAN ULFASARI (J1A120247)
WDE YUYUN (J1A120245)
YGO SRIANTI (J1A120250)
YAOMIL MAGFIRA (J1A120248)
YOLANDA RIZKY CLAUDYA (J1A120251)

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
PRAKATA

Seindah pujian, sehangat sentuhan, selembut tutur pujian syukur kami


panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga penyusunan makala ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu sesuai yang
diharapkan. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
khususnya teman-teman dan Dosen Pengampuh Mata kuliah ini

Bahwasannya segala yang terjadi, terencana hanyalah milik sang kholiq, kita
hanya bisa berbuat, berencana sedang kun fayakunnya diluar kuasa kita. Kami
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan di dalamnya
sehingga kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya Aamiin Ya Rabbal Alamiin
Wassalam…..

Kendari, 16 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i

PRAKATA........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I (PENDAHULUAN)...............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II (PEMBAHASAN)................................................................................................3

A. Definisi Malpraktik.......................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Malpraktik..................................................................................................4
C. Hak dan Kewajiban Pasien...........................................................................................6
D. Hak dan Kewajiban Dokter...........................................................................................7
E. Asas-Asas yang Berkaitan dengan Kode Etik Dokter .................................................8
F. Ketentuan Pidana Malpraktik.....................................................................................10
G. Pertanggung Jawaban Hukum Malpraktik..................................................................12

BAB III (PENUTUP)......................................................................................................14

A. Kesimpulan/ Simpulan................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah malpriktik dalam pelayanan kesehatan pada akhir-akhir ini mulai
ramai dibicarakan masyarakat dari berbagai golongan. Hal ini ditunjukkan banyaknya
pengaduan kasus-kasus malpraktik yang diajukan masyarakat terhadap profesi dokter
yang dianggap telah merugikan pasien dalam melakukan perawatan. Sebenarnya
dengan meningkatnya jumlah pengaduan ini membuktikan bahwa masyarakat mulai
sadar akan haknya dalam usaha untuk melindungi dirinya sendiri dari tindakan pihak
lain yang merugikannya. Dengan menggunakan jasa pengacara masyarakat mulai
berani menuntut/ menggugat dokter yang diduga telah melakukan malpraktik. Hal ini
juga dari sudut lain menunjukkan bahwa tingkat pendidikan maupun tingkat
kesejahteraan masyarakat semakin me ningkat pula sehingga masyarakat dapat
menggunakan jasa pengacara untuk mencari keadilan bagi dirinya atas tindakan pihak
lain yang dirasakan telah merugikannya. Munculnya keadaan yang sebenarnya sangat
menggembirakan ini, sekaligus menunjukkan makin meningkatnya kesadaran hukum
masyarakat, tetapi sayang, banyak menimbulkan masalah. Salah satu masalah yang
dimaksud, sangat merisaukan adalah adanya perbedaan pendapat antara para
pengacara dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang dimaksud
dengan malpraktik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan malpraktik?
2. Apa saja jenis-jenis malpraktik?
3. Apa saja hak dan kewajiban pasien?
4. Apa saja hak dan kewajiban dokter?
5. Asas- asas yang berkaitan dengan kode etik dokter?
6. Bagaimana ketentuan pidana malpraktik?
7. Bagaimana pertanggung jawaban hukum malpraktik?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan malpraktik
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis malpraktik
3. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pasien
4. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban dokter
5. Untuk mengetahui asas- asas yang berkaitan dengan kode etik dokter
6. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan pidana malpraktik
7. Untuk mengetahui bagaimana pertanggung jawaban hukum malpraktik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Malpraktik
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk.Praktik
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau praktik (Kamus Dewan
Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia, 1971) berarti menjalankan
perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi,
malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya, tidak lege artis,
tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat dalam bidang kedokteran, tetapi juga
dalam profesi lain seperti perbankan, pengacara, akuntan publik, dan wartawan.
Dengan demikian, malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan
seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan
ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Berikut ini pengertian malppraktik menurut beberapa ahli:
a. Malpraktik menurut Azrul Azwar memiliki beberapa arti. Pertama, malpraktik
adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter, oleh karena pada
waktu melakukan pekerjaan profesionalnya, tidak memeriksa, tidak menilai, tidak
berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau di
lakukan oleh dokter pada umumnya, di dalam situasi dan kondisi yang sama.
Kedua, malpraktik adalah setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter, oleh karena
melakukan pekerjaan kedokteran di bawah standar yang sebenarnya secara rata-
rata dan masuk akal, dapat di lakukan oleh setiap dokter dalam siatuasi atau tempat
yang sama. Ketiga, malpraktik adalah setiap kesalahan profesional diperbuat oleh
seorang dokter, yang di dalamnya termasuk kesalahan karena perbuatan-perbuatan
yang tidak masuk akal serta kesalahan karena keterampilan ataupun kesetiaan yang

3
kurang dalam menyelenggarakan kewajiban atau dan atau pun kepercayaan
profesional yang dimilikinya.
b. Menurut Munir Fuady, malpraktik memiliki pengertian yaitu setiap tindakan
medis yang dilakukan dokter atau orang-orang di bawah pengwasannya, atau
penyedia jasa kesehatan yang dilakukan terhadap pasiennya, baik dalam hal
diagnosis, terapeutik dan manajemen penyakit yang dilakukan secara melanggar
hukum, kepatutan, kesusilaandan prinsip-prinsip profesional baik dilakukan
dengan sengaja atau karena kurang hati-hatiyang menyebabkan salah tindak rasa
sakit, luka, cacat, kerusakan tubuh, kematian dan kerugian lainnya yang
menyebabkan dokter atau perawat harus bertanggungjawab baik secara adminis-
tratif, perdata maupun pidana.
c. Hermien Hadiati Koeswadji yang mengutip pendpaat John D. Blum mengatakan,
bahwa medical malpractice adalah suatu bentuk professional negligence yang oleh
pasien dapat dimintakan ganti rugi apabila terjadi luka atau cacat yang diakibatkan
langsung oleh dokter dalam melaksanakan tindakan profesional yang dapat diukur.
d. Danny Wiradhar memandang malpraktek dari sudut tanggung jawab dokter yang
berada dalam suatu perikatan dengan pasien, yaitu dokter tersebut melakukan
praktek buruk.
B. Jenis-jenis Malpraktik
a. Malpraktik etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan.
Adapun yang dimaksud dengan etik kedokteran ini mempunyai dua sisi
dimana satu sisi saling terkait dan saling pengaruh mempengaruhi, yaitu etik
jabatan atau medical ethics, yang menyangkut masalah yang berhubungan
dengan sikap para dokter terhadap sejawatnya, sikap dokter terhadap
pembantunya dan sikap dokter terhadap masyarakat. sedangkan etik asuhan atau
ethics of the medical care, yaitu merupakan etik kedokteran dalam kehidupan

4
sehari-hari mengenai sikap dan tindakan seorang dokter terhadap penderita yang
menjadi tanggung jawabnya. Pelanggaran terhadap terhadap ketentuan Kode Etik
Kedokteran ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata, tetapi ada juga
merupakan pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum yang dikenal
dengan istilah pelanggaran etikologal. Lebih lanjut bentuk-bentuk pelanggaran
etik kedokteran adalah sebagai berikut :
a) Pelanggaran etik murni : (1) Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik
imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi; (2) Mengambil
alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya (melanggar Pasal 16 Kodeki) ; (3)
Memuji diri sendiri di hadapan pasien (melanggar Pasal 4 huruf a Kodeki) ;
(4) Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri (pelanggaran Pasal 17
Kodeki).
b) Terhadap pelanggaran etikolegal antara lain : (1) Pelayanan dokter di bawah
standar ; (2) Menerbitkan surat keterangan palsu (melanggar Pasal 7 Kodeki
sekaligus Pasal 267 KUHP) ; (3) Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan
dokter (melanggar Pasal 13 Kodeki dan Pasal 322 KUHP) ; (4) Tidak pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; (5) Abortus provokatus ; (6) Pelecehan seksual (7) Tidak mau
melakukan pertolongan darurat kepada orang yang menderita (melanggar
Pasal 14 Kodeki dan Pasal 304 KUHP).
b. Malpraktik Yuridis
Soedatmiko membedakan malpraktik yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal
malpractice) dan malpraktek administrative (administrative malpractice)
a) Malpraktek Perdata (civil malpractice)
Malpraktik perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan
tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi
terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar

5
hukum ( onr echtmatige daad ), sehingga menimbulkan kerugian kepada
pasien.
b) Malpraktik Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang
cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien yang
meninggal dunia atau cacat tersebut.
Pelanggaran dok ter dapat diklasifikasikan sebagai perbuatan yang
memenuhi aspek hukum pidana apabila memenuhi syarat-syarat tertentu
dalam tiga aspek,yaitu: Syarat dalam sikap batin dokter, Syarat dalam
perlakuan medis, dan Syarat mengenai hal akibat.
C. Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52 Undang–Undang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa
Hak Pasien adalah Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis yang mencakup: diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, serta prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan. Pasien juga berhak meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain,
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak tindakan
medis serta mendapatkan isi rekam medis.
Kewajiban pasien diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Praktik
Kedokteran yang menyebutkan bahwa pasien haruslah memberikan informasi
yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; mematuhi nasihat dan
petunjuk dokter atau dokter gigi; mematuhi ketentuan yang berlaku di saranan
pelayanan kesehatan dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Transaksi terapeutik yang dilakukan oleh pasien dan dokter
mewajibkan kedua belah pihak untuk memenuhi hak dan kewajibannya
masing-masing.

6
D. Hak dan Kewajiban Dokter
Hak-hak dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari

pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik.


b. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang diberikannya
kepada pasien.
c. Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam
melaksanakan transaksi terapeutik.
d. Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan
yang diberikannya.
e. Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medik dari pasien atau
keluarganya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, khusunya mengatur tentang Hak dan Kewajiban Dokter atau tenaga
medis, dokter mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
d. menerima imbalan jasa.
Hak-hak tersebut di atas, dokter juga mempunyai kewajiban yang harus
dilaksanakan yaitu sebagai berikut :

7
a. Kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi, yaitu dengan cara melakukan tindakan medis dalam
suatu kasus yang konkret menurut ukuran tertentu yang didasarkan
pada ilmu medis dan pengalaman.
b. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain rahasia
atas kesehatan pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia.
c. Kewajiban untuk memberikan informasi pada pasien dan/atau
keluarganya tentang tindakan medis yang dilakukannya dan risiko yang mungkin
terjadi akibat tindakan medis tersebut.
d. Kewajiban merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik.
e. Kewajiban untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan.
E. Asas-asas yang Berkaitan dengan kode Etik Dokter
Asas etik merupakan kepercayaan atau aturan umum yang mendasar yang
dikembangkan dari sistem etik. Dari dasar etik tersebut disusun kode etik profesi,
termasuk dalam hal ini profesi kedokteran, yang meskipun terdapat perbedaan
aliran dan pandangan hidup serta adanya perubahan tata nilai kehidupan
masyarakat secara global, tetapi dasar etika profesi kedokteran yang diturunkan
sejak zaman Hippocrates: “kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan”
(The health of my patient will be my first concideration), tetap merupakan asas
yang tidak pernah berubah, dan merupakan rangkaian kata yang memeprsatukan
para dokter di dunia.
Dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi enam (6) asas etik yang bersifat
universal, yang juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran, yaitu:
a) Asas menghormati otonomi pasien (principle of respect to the patient’s
autonomy) Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh dokter serta memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya
sendiri sehingga kepadanya perlu diberikan informasi yang cukup. Pasien

8
berhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, dan tidak boleh
dipaksa.
b) Asas kejujuran (principle of veracity) Dokter hendaknya mengatakan hal
yang sebenarnya secara jujur akan apa yang terjadi, apa yang akan
dilakukan, serta akibat/resiko yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan
hendaknya disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien. Selain jujur
kepada pasien, dokter juga harus jujur kepada diri sendiri.
c) Asas tidak merugikan (principle of non-maleficence) Dokter berpedoman
primum non nocere (first of all do no harm), tidak melakukan tindakan yang
tidak perlu, dan mengutamakan tindkan yang tidak merugikan pasien, serta
mengupayakan resiko fisik, resiko psikologis, maupun resiko sosial akibat
tindakam tersebut seminimal mungkin.
d) Asas manfaat (principle of beneficence) Semua tindakan dokter yang
dilakukan terhadap pasien harus bermanfaat bagi pasien guna mengurangi
penderitaan atau memperpanjang hidupnya. Untuk itu dokter wajib
membuat rencana perawatan/tindakan yang berlandskan pada pengetahuan
yang sahih dan dapat berlaku secara umum. Kesejahteraan pasien perlu
mendapat perhatian yang utama. Resiko yang mungkin timbul dikurangi
sampai seminimal mungkin sementara manfaatnya harus semaksimal
mungkin bagi pasien.
e) Asas kerahasiaan (principle of confidentiality) Dokter harus menghormati
kerahasiaan pasien, meskipun pasien tersebut sudah meninggal dunia.
f) Asas keadilan (principle of justice) Dokter harus berlaku adil, tidak
memandang kedudukan atau kepangkatan, tidak memandang kekayaan, dan
tidak berat sebelah dalam merawat pasien.
Dari enam (6) asas etik ini kemudian disusun kode etik kedokteran yang
menjadi landasan bagi setiap dokter untuk mengambil keputusan etik dalam
melakukan tugas profesinya sebagai seorang dokter.

9
Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang merupakan tuntunan perilaku para
dokter dalam menjalankan profesi mediknya maupun Lafal Sumpah Dokter yang
secara filosofi berisikan pesan-pesan moral dan akhlak, wajib untuk diikuti oleh
para dokter dalam hubungan dokter dengan pasien. Dokter yang lalai mengikuti
tuntunan tersebut dimana atas kelalaiannya itu berakibat merugikan orang lain atau
pasien, dokter dapat dituduh telah melakukan malpraktek. Asas-asas yang
disebutkan dalam Kode Etik Kedokteran haruslah dilaksanakan oleh dokter dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang tidak boleh untuk diabaikan.
F. Ketentuan Pidana Malpraktik
Pengaturan Tindak Pidana malpraktek menurut Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan dan KUHP.
a. Pengaturan tindak pidana malpraktek menurut UU.No.36 Tahun 2009.
Aturan yang konkret tersebut juga berfungsi untuk menciptakan suatu
kegiatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia serta meningkatkan ketahanan
dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional dalam bidang kesehatan.
Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut adanya
perhatian untuk kesehatan di nusantara. Gangguan kesehatan akan menimbulkan
kerugian ekonomi negara. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga
berarti investasi bagi pembangunan negara. Upaya peningkatan kesehatan tersebut
harus berdasarkan pengetahuan yang luas tentang kesehatan demi peningkatan
kesejahteraan (kesehatan) masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman
aturan mengenai kesehatan yang terdahulu yakni UU. No.23 Tahun 1992 tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, kebutuhan hukum maka dibentuklah
UU.No.36 tahun 2009 yang lebih sesuai dengan kebutuhan hukum saat ini.
Pembentukan perundang-undangan di bidang pelayanan kesehatan
diperlukan, hal ini dilakukan supaya tindak pidana malpraktek dapat dijerat
dengan ketentuan yang tegas. Motif yang ada pada pembentuk perundang-
undangan untuk menyusun peraturan-peraturan mengenai bidang-bidang

10
kehidupan tertentu sangat bervariasi. Demikian pula halnya dengan dorongan-
dorongan untuk menyusun perundang-undangan pelayanan kesehatan. Landasan-
landasannya adalah antara lain, sebagai berikut:
a) Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian.

b) Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian tertentu.


c) Kebutuhan akan keterarahan (doelmatigheid).
d) Kebutuhan akan pengendalian biaya.
e) Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan
kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah.
f) Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum.
g) Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para ahli.
h) Kebutuhan akan perlindungan hukum bagi pihak ketiga.
b. Pengaturan Tindak Pidana Malpraktek menurut KUHP.
Dalam hal tindak pidana malpraktik tidak diatur dengan jelas dalam
KUHP. Pengaturan di dalam KUHP lebih kepada akibat dari perbuatan
malpraktik tersebut. Pada pasal 360 ayat 1 dan ayat 2 KUHP serta pasal 361
KUHP Pasal 360 KUHP
Ayat 1 : “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat
dihukum dengan penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
selama-lamanya satu tahun”.
Ayat 2 : “Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka
sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman

penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya

enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4.500,-

11
Pada pasal 360 KUHP memiliki perbedaan dengan pasal 359 KUHP, yakni
pada pasal 359 KUHP dijelaskan akibat dari perbuatan yang menyebabkan
“kematian” orang sedangkan dalam pasal 360 KUHP adalah :
a) Luka berat
Di dalam pasal 90 KUHP dijelaskan mengenai luka berat atau luka parah
yakni :
1. Penyakit atau luka yang tidak boleh diharap akan sembuh lagi dengan
sempurna atau dapat mendatangkan bahaya maut. Jadi luka atau sakit
bagaimana besarnya, jika dapat sembuh kembali dengan sempurna dan
tidak mendatangkan bahaya maut itu bukan luka berat.
2. Terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan.
Kalau hanya buat sementara saja bolehnya tidak cakap melakukan
pekerjaannya itu tidak masuk luka berat. Penyanyi misalnya jika rusak
kerongkongannya, sehingga tidak dapat menyanyi selama-lamanya itu
masuk luka berat.
3. Tidak lagi memakai (kehilangan) salah satu pancaindera.
4. Verminking atau cacat sehingga jelek rupanya.
5. Verlamming (lumpuh) artinya tidak bisa menggerakkan anggota
badannya.
6. Pikirannya terganggu melebihi empat minggu.
7. Menggugurkan atau membunuh bakal anak kandungan ibu.
b) Luka yang menyebabkan jatuh sakit (ziek) atau terhalang pekerjaan
sehari-hari.
G. Pertanggung Jawaban Hukum MalPraktik
Dasar untuk pertanggungjawaban medik adalah perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad), dokter telah berbuat melawan hukum karena tindakannya
bertentangan dengan azaz kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang diharapkan

12
dari padanya dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat (tanggungjawab
berdasarkan undang-undang).
Dalam hal ini yang berlaku adalah Pasal 58 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, 1365 KUH Perdata (Pasal 1401 BW) mengenai ketentuan
perbuatan melanggar hukum. Untuk dapat mengajukan gugatan berdasarkan
perbuatan melanggar hukum harus dipenuhi 4 (empat) syarat seperti yang tersebut
dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yaitu:
a) Pasien harus mengalami suatu kerugian;
b) Ada kesalahan atau kelalaian (disamping perseorangan, rumah sakit juga bisa
bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian pegawainya);
c) Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan;
d) Perbuatan itu melanggar hukum.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan seorang
dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan
ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau
orang cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.
2. Jenis-jenis malpraktik antara lain malpraktik etik dan malpraktik yuridis.
3. Hak dan Kewajiban Pasien Pasal 52 Undang–Undang Praktik Kedokteran
menyebutkan bahwa Hak Pasien adalah Mendapatkan penjelasan secara
lengkap tentang tindakan medis. Kewajiban pasien diatur dalam Pasal 53
Undang-Undang Praktik Kedokteran yang menyebutkan bahwa pasien
haruslah memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
4. Asas-asas yang berkaitan dengan kode etik dokter yaitu, asas etik, asas
menghormati otonomi pasien, asas kejujuran, asas tidak merugikan, asas
manfaat, asas kerahasiaan, dan asas keadilan.
5. Dasar untuk pertanggungjawaban medik adalah perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad), dokter telah berbuat melawan hukum karena
tindakannya bertentangan dengan azaz kepatutan, ketelitian serta sikap
hati-hati yang diharapkan dari padanya dalam pergaulan dengan sesama
warga masyarakat (tanggungjawab berdasarkan undang-undang).

14
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Heryanto. 2010. Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum. Jurnal


Dinamika Hukum. Vol. 10(2) : 184-185.
Fitriono, Riska Andi, Budi Setyanto, Rehnalemken Ginting. 2016. Penegakan
Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan Mediasi Penal. Yustisia. Vol.5
(1): 87-89.
Mannas, Yussy A. 2018. Legal Relations Between Doctors and Patients and The
Accountability of Doctors In Organizing Health Services. Vol. 6 (1):
172-173.
Sinaga, Jan Bosarmen. 2013. Analisis Putusan Sanksi Pidana Malpraktek yang
Dilakukan oleh Bidan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Tulungagung).
Medan: Fh Universitas Sumatera Utara.
Supriyatin, Ukilah. 2018. Hubungan Hukum Antara Pasien dengan Tenaga Medis
(Dokter) dalam Pelayanan Kesehatan. Dosen Fakultas Hukum
Universitas Galuh. Vol. 6 (2): 187-190.
Tinungki, Jeniffer Poelmarie. 2019. Kewajiban Dokter Dalam Membuat
Rekam Medis Menurut Undang-Undang No 29 Tahun 2004. Lex Et
Societatis. Vol. 7 (5): 6.

15

Anda mungkin juga menyukai