LAPORAN PRAKTIKUM
KELOMPOK 2
Nugget ikan merupakan salah satu makanan baru, yang terbuat dari daging
ikan giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian yang
dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan
penggorengan. Pada dasarnya nugget ikan mirip dengan nugget daging ayam,
perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan yaitu ikan (Aswar, 2005).
1.3 Tujuan
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan tingkat kesukaan
panelis dari nugget ikan kembung (Rastrelliger sp.) yang dibuat berdasarkan uji
hedonik rasa, aroma, warna, dan tekstur.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pratikum ini yaitu sebagai pembelajaran bagi mahasiswa maupun
pihak lain yang membutuhkan informasi tentang uji hedonik nugget ikan kembung
(Rastrelliger sp.) dan sebagai salah satu tugas mata kuliah penilaian inderawi hasil
perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
2.1.1. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.)
Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1984) adalah :
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Percommorphy
Sub ordo : Scombroidea
Family : Scomberidae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma
Rastrelliger kanagurta.
Ikan kembung betina (Rastrelliger brachysoma) sepintas hampir sama
dengan ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta). Ikan kembung betina
memiliki tubuh lebih panjang dibandingkan dengan ikan kembung jantan
(Rastrelliger kanagurta), berwarna biru kehijauan pada bagian punggung dan putih
keperakan pada bagian bawah. Sirip punggung berwarna kuning keabu-abuan dan
gelap pada bagian tepi. Sirip dada dan sirip perut berwarna kuning muda,
sedangkan sirip dubur dan sirip ekor berwarna kuning jernih (Syaiful Huda,
1997).
Ikan kembung mempunyai panjang tubuh yang tidak lebih dari 30 cm
(rata-rata 15-20 cm) dengan berat terbesar yang pernah dilaporkan 300 gram
(Vaniz et al. 1990). Morfologi ikan ini terdiri atas 9 spina dorsal, 3 spina ana, dan
24 tulang vertebrae. Rahang atas dilengkapi gigi-gigi kecil dan terletak anterior.
Garis lateral melengkung halus di sebelah dorsal bawah dengan 30-34 skutum
yang kuat. (Saanin, 1968).
Ikan kembung merupakan kelompok ikan epipelagis dan neritik di daerah
pantai dan laut. Penyebaran ikan kembung dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penyebaran secara vertical dan horizontal. Penyebaran secara vertikal dipengaruhi
oleh suhu dan gerakan harian plankton sedangkan penyebaran secara horizontal
dipengaruhi oleh air laut.
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Subkelas : Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombridei
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affini.
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) termasuk dalam famili scombridae
terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik Barat, termasuk laut kepulauan
dan laut nusantara. Ciri-ciri ikan tongkol (Euthynnus affinis), badan berukuran
sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung yang
dipisahkan oleh celah sempit, sirip punggung pertama diikuti oleh celah sempit,
sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahan, tidak memiliki gelembung
renang, warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda
garis-garis miring terpecah dan tersusun rapi (Collete dan Nauen 1983).
Ikan tongkol memiliki sifat cenderung membentuk kelompok (school)
multi spesies berdasarkan ukuran. Satu kelompok umumnya terdiri dari 100-5000
individu. Habitat ikan ini berada di perairan epipelagik, merupakan spesies
neuritik yang mendiami perairan dengan kisaran suhu antara 18-29 °C.
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan predator yang rakus memakan
berbagai ikan kecil, udang, dan cepalopoda, sebaliknya juga merupakan mangsa
dari hiu dan marlin. Panjang baku maksimum 100 cm dengan berat 13,6 kg,
umumnya 60 cm, di Samudera Hindia usia 3 tahun panjang bakunya mencapai
50-65 cm (Collete dan Nauen 1983)
2.2. Nugget
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari
daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi
dengan tepung berbumbu (battered dan braded). Nugget juga dikenal sebagai
makanan beku siap saji sehingga masyarakat modern saat ini sangat menggemari
karena kepraktisan dalam mengonsumsi-nya. Proses pengolahan nugget pada
umumnya meliputi penggilingan daging, pencampuran bumbu, pengukusan,
pencetakan, pelumuran tepung, dan pembekuan (Genesa, 2000).
Nugget ikan merupakan salah satu makanan baru, yang terbuat dari daging
giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian yang dilumuri
dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan.
Pada dasarnya nugget ikan mirip dengan nugget daging ayam, perbedaannya
terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar, 2005). Menurut Priwindo
(2009), dalam membuat nugget ikan diperlukan bahan yang mengandung
karbohidrat sebagai bahan pengikat agar bahan satu sama lain saling terkait dalam
satu adonan yang berguna untuk memperbaiki tekstur. Bahan pengikat yang
sering digunakan yaitu berbagai jenis tepung yang mengandung karbohidrat,
seperti tepung dari biji-bijian yaitu tepung terigu dari gandum, tepung beras dan
ketan dari padi-padian, maizena dari jagung, yang terbuat dari umbi-umbian yaitu,
tapioka dari singkong tepung sagu, dan ubi jalar.
Salah satu bentuk diversifikasi pengolahan ikan adalah nugget. Nugget
merupakan salah satu olahan yang digemari oleh masyarakat karena proses
penyajiannya cepat dan mudah. Nugget adalah produk olahan yang menggunakan
teknologi restrukturisasi dengan memanfaatkan potongan daging yang relatif
kecil dan tidak beraturan, kemudian dilekatkan kembali menjadi ukuran yang
lebih besar dengan penambahan bahan pengikat (Moedjiharto, 2002). Nugget
pada umumnya dibuat menggunakan daging ayam, walaupun terdapat industri
pengolahan nugget ikan dimana jumlahnya tidak sebanyak nugget ayam.
Menurut Moedjiharto (2002), nugget adalah produk olahan yang
menggunakan teknologi restrukturisasi dengan memanfaatkan potongan daging
yang relative kecil dan tidak beraturan kemudian melekatkannya kembali menjadi
ukuran yang lebih besar dibantu bahan pengikat. Lebih lanjut Manulang dan
Tanoto (1995) mendefinisikan nugget sebagai suatu bentuk produk olahan daging
yang merupakan bentuk emulsi minyak dalam air. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan produk ini dititikberatkan pada kemampuan mengikat antara partikel
daging dan bahan-bahan lain yang ditambahkan (Rahardjo et al., 1995).
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji hedonik sebagi berikut:
4. Tusuk Gigi
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji hedonik
1. DARWIN 5 6 2 3 2 6 6 4
2. DEVI 5 4 4 6 5 3 4 5
FEBRIANTI
3. ASTIKA 6 6 3 5 6 7 6 7
4. VIKA ANNUR S 6 5 4 3 4 6 4 4
5. ANGGI 5 5 6 7 4 3 5 3
6. LIKA 4 5 6 4 6 5 6 5
ANGRIANI
7. YOPAN 5 4 5 5 5 4 6 6
FEBRIAN
8. AISYAH 5 5 6 6 4 6 5 5
9. MELATI 2 2 4 5 5 3 3 5
10. KIKI 4 3 5 4 5 1 4 6
FATMAWATI
11. WAWAN 1 1 6 6 6 4 2 6
HANDURA
12. DEVI 6 4 5 4 6 4 6 3
ELIZABET
13. INDRIYANI 7 6 6 7 7 6 7 6
SHELLIM
14. DEDEN 3 3 6 7 5 6 6 7
REINALDI
Sampel 211
7
0
Warna Aroma Rasa Tekstur
Sangat Tidak Suka Tidak Suka Agak Tidak Suka Netral Agak Suka Suka Sangat Suka
0
Warna Aroma Rasa Tekstur
Sangat Tidak Suka Tidak Suka Agak Tidak Suka Netral Agak Suka Suka Sangat Suka
RataRata
6
0
Warna Aroma Rasa Tekstur
Sampel 211
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙2
Faktor Koreksi (FK) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
272²
=
14 𝑥 4
73984
=
56
= 1321,1428
= 1422 – 1321,1428
= 100,8572
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
JK CONTOH = − 𝐹𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
64² + 68²+70²+70²
= − 1321,1428
14
= 1,71434
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
JK PANELIS = − 𝐹𝐾
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
5442
= − 1321,1428
4
= 39,3572
JK Error = jk total – Jk Contoh – JK Panelis
= 100,8572 – 1,71434 – 39,3572
= 59,78566
Error 26 59,78566
Total 42 100,8572
Sampel 212
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙2
Faktor Koreksi (FK) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
2672
= 14 𝑥 4
= 1273,0178
= 1397 -1273,0178
= 123,9822
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
JK CONTOH = − 𝐹𝐾
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
59² + 72²+64²+72²
= − 1273,0178
14
= 8,76791
= 108,9822
Error 26 6,23209
Total 42 123,9822
4.2 Pembahasan
Salah satu uji sensoris yang sering dilakukan adalah uji kesukaan. Uji
kesukaan pada dasar nya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan
responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji.
Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap
suatu bahan. Oleh karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang
mewakili populasi masyarakat tertentu. Skala nilai yang digunakan dapat berupa
nilai numerik dengan keterangan verbalnya, atau keterangan verbalnya saja
dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis. Skala nilai dapat dinilai dalam
arah vertikal atau horizontal (Kartika 1988).
Menurut Jellinek (1985) sampel yang digunakan dalam uji hedonik adalah
jenis makanan dengan merk yang berbeda. Cara yang paling mudah adalah
dengan membeli produk-produk yang kompetitif di supermarket. Sampel yang
digunakan untuk uji hedonik sebaiknya jangan lebih dari tiga atau empat bagi
sampel pemula.
Menurut Soekarto (1985) di samping panelis mengemukakan tanggapan
senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam
hal “suka”, dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat suka, sangat
suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka”, dapat
mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak
suka, agak tidak suka. Diantara agak suka dan agak tidak suka kadang-kadang ada
tanggapan yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka
(neither nor dislike).
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji hedonik terhadap tekstur dua
produk Nugget Ikan dengan produk berbeda. Panelis disediakan dua produk
Nugget Ikan dengan kode berbeda yaitu 211, dan 212. Panelis diminta untuk
membedakan tekstur kedua Nugget Ikan tersebut lalu memberikan penilaian
berupa “suka” atau “tidak suka” terhadap tekstur kedua contoh nugget ikan
tersebut pada kolom respon form uji. Adapun skala hedonik/skala numerik yang
diberikan yaitu sangat suka [7], suka [6], agak suka [5], biasa [4], agak tidak suka
[3], tidak suka [2], dan sangat tidak suka [1].
Uji hedonik nugget untuk parameter tekstur, berdasarkan Tabel 3 panelis
menyukai sampel nugget 212 dengan jumlah penilaian 72 dengan rata-rata 5,14,
dan sampel nugget 211dengan jumlah penilaian 70 dengan rata-rata 5. Dari hasil
penilaian, dapat dilihat bahwa sampel nugget 212 lebih disukai dibandingkan
sampel nugget 211 dari segi parameter teksturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aswar. 2005. Pengolahan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah. [Skripsi] Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Irmawan, S. 2009. Status Perikanan Ikan Kembung di Kabupaten Barru.
Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya Malang
Khatimah. 2018. Studi Pembuatan Nugget Berbahan Dasar Tahu Dengan
Tambahan Sayuran. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 : S59-
S68
Nurlaela, L., dan F. Laili, 2003. Studi Pembuatan Nugget Ikan Tongkol
(Euthynnus affiminis). [Skripsi]. Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Surabaya
Pusputasari. 2013. Identivikasi dan prevelensi cacing ekatoparasit pada Ikan
Kembung (Rastrellige sp.) di pelabuhan perikanan nusantara Brondong
Lamongan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya
Rumaniah. 2002. Kajian Proses Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Mas (Cyprinus
carpio), [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanIPB, Bogor
Surawan, FED. 2007. Penggunaan Tepung Terigu, Tepung Beras, Tepung
Tapioka Dan Tepung Maizena Terhadap Tekstur Dan Sifat Sensoris Fish
Nugget Ikan Tuna. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 2 (2): 78-84
Telleng. 2010. Perikanan Tangkap Kembung (Rastrelliger sp.) di Perairan Sekitar
Teluk Buyat. MARITEK. Vol 10. No 1 : 51-59
Waysima, Adawiyah, Dede, R. (2010). Evaluasi Sensori (Cetakan ke-5). Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN