Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMU PENDIDIKAN INDONESIA ISSN 2338-3402

Vol 8, No 1, Halaman 19 - 28 , Februari 2020 E-ISSN 2623-226X


Website:http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JIPI
Jurnal Terakreditasi Nasional, Keputusan, No 23/E/KPT/2019

PRODUKSI TEPUNG TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp)


DENGAN METODE KERING SEBAGAI SUMBER KALSIUM DAN FOSFOR
UNTUK PEMBUATAN BISKUIT

Suarsa, I W1); Bawa Putra, A.A2); Sri Rahayu Santi3); Abdul Faruk4)
1
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana; wsuarsa@yahoo.com
2
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana; bawa_putra@unud.ac.id
3
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana; sr_santi@unud.ac.id
4
Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana; Abdulfaruk196@gmail.com

ABSTRCT
Research has been conducted on processing tuna bones into flour which has a high mineral content
which aims to produce nutritious biscuits in the form of food products. This study obtained the results
that the tuna bone water content was 6.40% and the biscuit water content was 2.67%, the calcium and
phosphorus content of tuna fish was 5.35% and 3.37%, while the biscuit dough with variations in the
ratio between flour and fish bones namely 100 : 0; 95 : 5; 90 : 10; and 85 : 15 obtained the results of
increased calcium content of 0.9%; 0.97%; 1.25%; and 1.29%; and phosphorus content 0.38%; 0.43%;
0.46%; and 0.60%; and the protein content is 9.32%; 11.74%; 11.99%; and 12.4
Keywords: tuna bones; calcium; biscuits

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengolahan tulang ikan tuna menjadi tepung yang memiliki
kandungan mineral tinggi yang bertujuan untuk menghasilkan produk pangan berupa biskuit yang
bergizi. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kadar air tulang ikan tuna 6,40 % dan kadar air biskuit
2,67%, kandungan kalsium dan fosfor tulang ikan tuna adalah 5,35% dan 3,37%, sedangkan adonan
biskuit dengan variasi perbandingan antara tepung dengan tulang ikan yakni 100 : 0; 95 : 5; 90 : 10;
dan 85 : 15 diperoleh hasil kandungan kalsium meningkat yakni 0,9%; 0,97%; 1,25%; dan 1,29%; dan
kandungan fosfor 0,38%; 0,43%; 0,46%; dan 0,60%; serta kandungan proteinnya 9,32%; 11,74%;
11,99%; dan 12,40%.
Kata Kunci : tulang ikan tuna; kalsium; biskuit

PENDAHULUAN memberikan dampak tidak baik pada


Pengolahan ikan belum optimal lingkungan karena menimbulkan
dilakukan sampai dengan pengolahan pencemaran. Limbah padat yang dihasilkan
limbah hasil perikanan seperti kepala, dari industri pengolahan ikan maupun
tulang, sisik, dan kulit ikan. Seiring dengan kegiatan rumah tangga cukup besar, salah
berkembangnya industri perikanan, limbah satunya ialah tulang ikan. Limbah
yang dihasilkan juga meningkat dan perikanan yang berasal dari tulang ikan
pemanfaatan dari limbah tulang ikan tuna sebagai salah satu contoh limbah yang
tersebut belum maksimal. Proses belum diolah dan dimanfaatkan secara
pengolahan ikan hampir selalu maksimal (Widya dan Parlin, 2016).
menghasilkan limbah padatan yang
20 P-ISSN: 2338-3402, E-ISSN: 2623-226X

Salah satu bentuk pengolahan tulang ikan bentuk kompleks ini terdapat pada tepung
tuna yang dilakukan adalah dengan cara tulang yang dapat diserap dengan baik oleh
mengolah menjadi tepung (Laode, dkk, tubuh (Ruslan, 2019). Kalsium dibutuhkan
2018). Tepung tulang ikan adalah suatu untuk proses pembentukan dan perawatan
produk padat kering yang dihasilkan jaringan rangka tubuh serta beberapa
dengan cara mengeluarkan sebagian besar kegiatan penting dalam tubuh seperti
cairan atau seluruhnya lemak yang membantu dalam pengaturan transport ion-
terkandung pada tulang ikan (Bone, dkk, ion lainnya ke dalam maupun ke luar
2006). Aplikasi pemanfaatan tepung tulang membran, berperan dalam penerimaan dan
ikan dalam bentuk produk pangan telah interpretasi pada impuls saraf, pembekuan
dilakukan oleh beberapa peneliti darah dan pemompaan darah, kontraksi
diantaranya diteliti oleh Agung, dkk (2019) otot, menjaga keseimbangan hormon, dan
dengan penelitiannya pemanfaatan limbah katalisator pada reaksi biologis (Intan, dkk,
tulang ikan tuna dalam pembuatan cilok 2019).
sebagai sumber kalsium. Tulang ikan tuna yang telah
Tepung tulang ikan tuna dengan menjadi tepung memiliki kandungan
kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi mineral tinggi terutama kalsium dan fosfor
dapat merupakan sumber alternatif (Ruslan, 2019), untuk itu pengolahan
pemenuhan kebutuhan akan kalsium dan tulang ikan menjadi tepung diterapkan
fosfor bagi tubuh. Pemanfaatan tepung menjadi suatu produk pangan yang mudah
tulang ikan tuna dalam bahan pangan diterima oleh kalangan masyarakat.
sangatlah dimungkinkan (Didi, dkk, 2013). Pemilihan bentuk produk pangan yang
Solubilitas tepung tulang ikan tuna sangat dipilih ialah biskuit dengan pertimbangan
mutlak diketahui baik dalam bentuk tepung produk ini telah banyak dikenal dan cocok
maupun yang telah ditambahkan ke dalam untuk semua golongan usia serta harga
bahan pangan (Wini, dkk, 2006). Hal ini yang ekonomis. Oleh karena itu maka
dikarenakan seberapa besarpun kandungan dikerjakan penelitian mengenai sifat fisiko-
kalsium dan fosfor yang dimiliki oleh kimia, kandungan kalsium dan fosfor pada
bahan pangan tetapi tidak dicerna produk biskuit yang dihasilkan dari tepung
sempurna oleh tubuh maka tidak akan tulang ikan tuna.
memiliki efek yang banyak (Haqqy, dkk, METODE PENELITIAN
2017). 1. Bahan dan Alat Penelitian
Kalsium pada ikan terutama pada a. Bahan penelitian
tulang membentuk kompleks dengan fosfor Bahan yang digunakan dalam
dalam bentuk apatit atau trifosfat dan penelitian ini yaitu tulang ikan tuna, tepung
Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia 8 (1) : 19 - 28 21

terigu, margarin, susu, backing powder, kering yaitu tulang ikan dikeringkan dalam
telur, air, gula, garam, vanili, H2SO4, oven pada suhu 105oC selama 1,5 jam.
FeSO4.7H2O, H3BO3, ammonium molibdat, Tulang ikan yang telah kering kemudian
indikator metil merah, indikator metil biru, digiling sampai halus dan diayak dengan
kertas saring whattman, NaOH, , HCl, ayakan ukuran 100 mesh.
HNO3, HClO4, akuades, tablet kjeltab, 4. Pembuatan Biskuit
KH2PO4, standar CaCl2. a. Pembuatan biskuit 0%
b. Alat yang digunakan Bahan-bahan seperti 100 g
Alat-alat yang digunakan dalam tepung terigu, 0,25 sendok teh soda
penelitian ini adalah pengering drum, oven, kue,0,25 sendok teh garam, 1 butir telur, 1
ayakan ukuran 100 mesh, cetakan, pak vanili, 0,25 sendok teh gula, 2 sendok
timbangan, mixer, neraca analitik, makan mentega, dan 25 mL susu dicampur
peralatan gelas, labu Kjeldhal, penangas dan di mixer untuk mehomogenkan,
air, Atomic Absorption Spectrophotometer dicetak dengan cetakan lalu dioven pada
(AAS), Spektrofotometer UV-vis, cawan suhu 110oC selama kurang lebih 30 menit.
porselin, kertas saring, sentrifuse. b. Pembuatan biskuit 5%
2. Tempat Penelitian Bahan-bahan seperti 100 g
Penelitian ini dilakukan di tepung terigu, 0,25 sendok teh soda
Laboratorium Penelitian Program studi kue,0,25 sendok teh garam, 1 butir telur, 1
Kimia Fakultas MIPA Universitas pak vanili, 0,25 sendok teh gula, 2 sendok
Udayana. Analisis kadar kalsium dengan makan mentega, 25 mL susu dan 5 gram
AAS dan analisis kadar fosfor dengan tepung tulang ikan, dicampur dan di mixer
spektrofotometer ulrta violet-visibel untuk mehomogenkan, dicetak dengan
dilakukan di Laboratorium Penelitian cetakan lalu dioven pada suhu 110oC
Terpadu Fakultas MIPA Universitas selama kurang lebih 30 menit.
Udayana. c. Pembuatan biskuit 10%
3. Pembuatan Tepung Tulang Ikan Cara pembuatan biskut 10%
dengan Metode Kering sama dengan sebelumnya hanya saja
Sampel tulang ikan tuna dicuci berbeda pada jumlah tepung tulang ikan
dengan air untuk menghilangkan pengotor, yang digunakan yaitu 10 gram.
kemudian direbus selama 2 jam. Tulang d. Pembuatan biskuit 15%
ikan tuna yang telah direbus kemudian Cara pembuatan biskut 15%
dicuci lalu dicincang sehingga ukurannya sama dengan sebelumnya hanya saja
menjadi kecil-kecil. Pembuatan tepung berbeda pada jumlah tepung tulang ikan
tulang ikan dilakukan dengan metode yang digunakan yaitu 15 gram.
22 P-ISSN: 2338-3402, E-ISSN: 2623-226X

5. Karakterisasi Tepung Tulang Ikan selanjutnya dipanaskan selama 4 jam di


dan Biskuit atas hot plate, kemudian didinginkan.
a. Kadar air Setelah itu ditambahkan H2SO4 sebanyak
Cawan kosong dikeringka pada suhu 0,4 mL dan dipanaskan kembali selama 30
100-102oC selama 15 menit, kemudian menit. Sampel diangkat dari hot plate dan
didinginkan dalam desikator dan diberi larutan HClO4:HNO3 (2:1) sebanyak
ditimbang. Sebanyak 5 g sampel (W1) 3 mL, kemudian dipanaskan selama 15
dimasukkan ke dalam cawan yang telah menit hingga sampel menjadi bening.
dikeringkan dalam oven dan ditimbang Sampel ditambahkan 2 mL akuades dan
(W2), kemudian dikeringkan dalam oven 0,6 mL HCl,, setelah bening dipanaskan
pada suhu 100-102oCselama 6 jam. Cawan hingga larut lalu didinginkan. Sampel
tersebut kemudian dimasukkan didesikator diencerkan sampai volume tertentu (aliquot
dan ditimbang hingga berat konstan (W3). 100 mL), kemudian disaring menggunakan
Kadar air dihitung dengan rumus : kertas saring Whatman No. 42. Aliquot
Kadar Air = diambil sebanyak 1 mL, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan
Keterangan :
W1 menyatakan berat sampel (g), W2 akuades 4 mL serta lantan 0,05 mL
menyatakan berat cawan + sampel minyak selanjutnya divortex, disentrifuse dengan
sebelum dipanaskan (g) dan W3 kecepatan 2000 rpm selama 10 menit dan
menyatakan berat cawan + sampel minyak
setelah dipanaskan (g). filtrat dianalisis dengan AAS pada panjang
gelombang 422,7 nm. Hasil absorbansinya
b. Kadar kalsium dibandingkan dengan standar kalsium yang
Pembuatan larutan standar telah diketahui. Untuk menentukan kadar
Larutan standar kalsium dibuat kalsium digunakan persamaan sebgai
dengan menimbang beberapa gram CaCl2 berikut;
kemudian diencerkan ke dalam labu ukur
100 mL dengan larutan asam nitrat sampai
tanda batas.
FP = faktor pengenceran
Penetapan sampel Ca (mg/1000) = % Ca x 1000
Pengabuan basah menggunakan
c. Kadar fosfor
HNO3 65%, H2SO4 96-98%, HClO4 60%
Preparasi larutan
dan HCl 37%. Sebanyak 1 g sampel
Sebanyak 10 g ammonium
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 mL
molibdat diencerkan dengan 60 mL
dan ditambahkan HNO3 5 mL, kemudian
akuades dalam labu takar, kemudian
didiamkan selama 1 jam. Sampel
ditambahkan 28 mL H2SO4 pekat secara
Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia 8 (1) : 19 - 28 23

bertahap dan diencerkan dalam akuades Larutan sampel ditambahkan 2 mL larutan


hingga 100 mL untuk menghasilkan B, kemudian dipipet ke dalam kuvet
larutan ammonium molibdat 10% (Larutan sebanyak 3 mL dan dibaca pada panjang
A). Sebelum dianalisis, larutan A diambil gelombang 680 nm. Nilai absorbansi
sebanyak 10 mL dan ditambahkan dengan larutan standar 0, 1, 2, 4, dan 8 ppm diukur
60 mL akuades dan 5 g FeSO4.7H2O ke dan diregresikan sehingga didapat y = a +
dalam labu takar 100 mL dan diencerkan bx. Nilai absorbansi sampel (y)
untuk menghasilkan larutan B. dimasukkan untuk mendapatkan nilai
Pembuatan larutan standar konsentrasi (x).
Sebanyak 4,394 g KH2PO4 d. Kadar protein
dilarutkan dalam akuades sampai 1000 mL Ditimbang dengan teliti 1 g sampel
untuk mendapatkan fosfor dengan biskuit, kemudian dimasukkan ke dalam
konsentrasi 1000 ppm. Sebanyak 10 mL labu Kjeldhal dan ditambahkan 10 g
larutan tersebut kemudian diencerkan campuran selen (Kjeltab) serta 30 mL
dengan penambahan akuades 400 mL H2SO4 pekat. Setelah itu dipanaskan di
sehingga didapatkan konsentrasi 25 ppm. ruang asam hingga warna cairan menjadi
Kemudian dibuat konsentrasi larutan hijau jernih dan didinginkan. Sampel
standar fosfor 0, 1, 2, 4, dan 8 ppm dalam diencerkan dengan 250-300 mL akuades
labu ukur 50 mL, ditambahkan 2 mL dan dipindahkan ke tabung destilasi yang
larutan B dan akuades hingga 5 mL, telah diberi batu didih. Setelah itu
kemudian dibaca dalam spektrofotometer ditambahkan dengan 12 mL NaOH 30%
UV-vis dengan panjang gelombang 680 dan segera disambung dengan alat destilasi
nm. dan didestilasi hingga 2/3 dari cairan
Preparasi sampel tersebut menjadi destilat. Hasil destilasi
Sampel ditimbang 10,0 gram ke ditampung dengan gelas erlenmeyer 125
dalam cawan porselen, lalu sampel ditanur mL yang telah berisi 10 mL larutan H3BO3
atau proses pengabuan sampai bebas dan 2-3 tetes indikator campuran metil
karbon selama 3 jam pada suhu 600oC merah dan metil biru. Hasil dari destilasi
kemudian didinginkan. Sampel yang telah ini dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N.
ditanur dimasukkan ke dalam gelas beaker HASIL DAN PEMBAHASAN
250 mL kemudian ditambahkan 40 mL Pembuatan Tepung Tulang Ikan Tuna
(1:3 HCl : aquades) dan beberapa tetes Tulang ikan tuna dicuci dengan air
HNO3 dipanaskan dalam water batch dan kemudian direbus selama 2 jam
didinginkan lalu ditambahkan sampai selanjutnya dicuci dan dipotong-potong
tanda batas dengan akuades. hingga ukuran terkecil lalu dikeringkan
24 P-ISSN: 2338-3402, E-ISSN: 2623-226X

dalam oven pada suhu 105oC selama 1,5 jam sampai diperoleh berat konstan. Hasil
jam. Tulang ikan yang telah kering pengukuran kadar air tulang ikan tuna
kemudian digiling sampai halus dan diayak diperoleh sebesar 6,40%, sedangkan rata-
dengan ayakan ukuran 100 mesh dimana rata kadar air biskuit adalah 2,67%.
tepung tulang ikan tuna yang diperoleh Kualitas bahan makanan
sebagaimana pada Gambar 1. berhubungan dengan kadar air dari bahan
makanan tersebut. Selain kadar air,
kualitas bahan makanan juga dipengaruhi
oleh temperatur, adanya oksigen, jamur,
insekta, dan lamanya penyimpanan. Proses
pengeringan didasarkan pada terjadinya
penguapan air. Prinsip pengeringan adalah
mengurangi kandungan air pada produk
makanan (Kusumaningrum dan Asikin,
2016).
Reaksi kimia yang terjadi selama
proses pemanasan saat pengeringan tepung
Gambar 1. Tepung Tulang Ikan Tuna
tulang ikan adalah oksidasi lemak yang
Kandungan tepung tulang ikan
menghasilkan senyawa-senyawa antara
dikenal sebagai unsur mineral. Mineral
lain aldehida dan keton yang bisa bereaksi
tersebut merupakan salah satu komponen
antara satu dengan yang lain membentuk
dalam bahan makanan. Komponen ini
polimer lipid. Proses oksidasi dapat
terdiri dari kalium, fosfor, natrium,
berlangsung bila terjadi kontak antara
magnesium, kalsium, besi, mangan, dan
sejumlah oksigen dengan lemak dan
tembaga (Imra, dkk, 2019). Kadar mineral
biasanya dimulai dengan pembentukan
dalam bahan pangan mempengaruhi sifat
peroksida dan hidroperoksida. Tingkat
fisik bahan pangan serta keberadaannya
selanjutnya adalah terurainya asam-asam
dalam jumlah tertentu mampu
lemak disertai dengan konversi
menghambat pertumbuhan mikro
hidroperoksida menjadi keton serta asam-
organisme jenis tertentu (Widya dan
asam lemak bebas (Intan, dkk, 2019).
Parlin, 2016).
Kadar Kalsium
Kadar Air
Penentuan kadar kalsium yang
Pengukuran kadar air sampel
terkandung dalam tulang ikan tuna dan
dilakukan proses pengeringan sampel
biskuit dikerjakan dengan menggunakan
dalam oven pada suhu 100-102oC selama 6
metode spektrometri serapan atom dan
Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia 8 (1) : 19 - 28 25

diawali dengan pembuatan kurva baku tepung terigu yang mendominasi yaitu
kalsium dan dilanjutkan pengukuran sebanyak 100 gram tepung terigu tanpa ada
sampel. Berdasarkan data pengukuran tambahan tulang ikan tuna, sehingga
dengan Spektrometer Serapan Atom sumber kalsium hanya berasal dari tepung
diperoleh persamaan kurva baku kalsium terigu. Sedangkan komposis pada
adalah y = 0,100.x + 0,009 dengan harga formulasi 95:5, sebanyak 95 gram tepung
2
R = 0,994. Hasil pengukuran sampel terigu dan 5 gram tepung tulang ikan tuna
tulang ikan diperoleh data bahwa mengandung kalsium sebanyak 0,97%,
kandungan kalsium tepung tulang ikan formulasi 90:10, 90 gram tepung terigu dan
tuna sebesar 5,35%. Sedangkan hasil 10 gram tepung tulang ikan tuna
pengukuran sampel biskuit diperoleh data menunjukan bahwa kadar kalsiumnya
bahwa kandungan kalsiumnya berdasarkan sebesark 1,25%, sedangkan formulasi
variasi perbandingan antara tepung terigu 85:15, sebanyak 85 gram tepung terigu dan
dengan tepung tulang ikan tuna dipaparkan 15 gram tulang ikan tuna terdeteksi kadar
sebagaimana tertera dalam Tabel 1: kalsium sebesar 1,29%. Kenaikan
Tabel 1. Kadar Kalsium Pada Biskuit. kandungan kadar kalsium dikarenakan
sumber kalsium didapatkan dari bahan
Sampel Adonan Biskuit Kadar Kalsium
(Tepung : Tulang Ikan) (%) baku tersebut yaitu tepung tulang ikan
100 : 0 0,92 tuna.
95 : 5 0,97
Kalsium terdapat dalam berbagai
90 : 10 1,25
85 : 15 1,29 bentuk diantaranya adalah kalsium fosfat,
kalsium sitrat, dan kalsium asetat. Pada
Tubuh mengandung kalsium (Tabel ikan, kalsium terdapat pada jaringan tubuh,
1) yang lebih banyak dibandingkan mineral kerangka, dan sirip (Indrati, dkk, 2016).
lain (Dio, dkk, 2018). Peranan kalsium di Perbedaan kandungan kalsium pada tepung
dalam tubuh dapat dibagi dua, yakni tulang ikan, dipengaruhi oleh perbedaan
membantu membentuk tulang dan gigi dan jenis ikan yang digunakan. Kandungan
mengatur proses biologis di dalam tubuh mineral pada ikan bergantung pada spesies,
(Nurul dan Evi, 2019). Keperluan kalsium jenis kelamin, siklus biologis, dan bagian
terbesar adalah ketika masa pertumbuhan tubuh yang dianalisis (Wini, dkk, 2006).
dan keperluan terhadap asupan kalsium Faktor ekologis seperti musim, tempat
masih diteruskan, meskipun sudah pembesaran, jumlah nutrisi tersedia, suhu,
mencapai usia dewasa (Fauzi, dkk, 2018). dan salinitas air juga dapat mempengaruhi
Kadar kalsium dalam biskuit pada kandungan mineral dalam tubuh ikan
formulasi 100:0 dikarenakan komposisi (Kusumaningrum dan Asikin, 2016).
26 P-ISSN: 2338-3402, E-ISSN: 2623-226X

Kadar Fosfor Fosfor, sebagaimana mineral yang


Penentuan kadar fosfor yang lain bersifat stabil terhadap proses
terkandung dalam sampel dikerjakan perebusan, karena unsur mineral relatif
dengan menggunakan metode spektrometri stabil dengan adanya proses perebusan.
ultra violet - visibel dan diawali dengan Nilai kadar fosfor yang dihasilkan sejalan
pembuatan kurva baku fosfor dan dengan besarnya kadar kalsium tepung
dilanjutkan pengukuran sampel. tulang ikan. Proses absorbsi kalsium yang
Berdasarkan data pengukuran dengan baik memerlukan perbandingan kalsium
Spektrometer Ultra Violet - Visible dengan fosfor dalam rongga usus yang
diperoleh persamaan kurva baku fosfor tepat, bila perbandingan antara kalsium
adalah y = 0.102x + 0.008 dengan harga R2 dengan fosfor tidak seimbang akan
= 0,999. Hasil pengukuran sampel tepung menghambat penyerapan kalsium (Imra,
tulang ikan diperoleh kandungan fosfor dkk, 2019).
sebesar 6,21%. Sedangkan hasil Kadar Protein Biskuit
pengukuran sampel biskuit diperoleh data Penentuan kadar protein yang
kandungan fosfornya sebagaimana tertera terkandung dalam biskuit dikerjakan
pada Tabel 2: dengan menggunakan metode volumetri
Tabel 2. Data Hasil Analisis Fosfor Pada dan diawali dengan pembuatan larutan
Biskuit. baku primer dan larutan baku sekunder dan
Sampel Adonan Biskuit Kadar Posfor dilanjutkan titrasi sampel biskuit.
(Tepung : Tulang Ikan) (%)
100 : 0 0,38 Berdasarkan data titrimetri diperoleh data
95 : 5 0,43 kandungan protein biskuit dengan variasi
90 : 10 0,46
antara tepung dengan tulang ikan tuna
85 : 15 0,60
dipaparkan dalam Tabel 3:
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan Tabel 3. Kadar Protein Pada Biskuit.
bahwa semakin banyak ditambahkan
Sampel Adonan Biskuit Kadar Protein
tepung tulang ikan tuna maka semakin naik
(Tepung : Tulang Ikan) (%)
kadar fosfor pada adonan biskuit yang 100 : 0 9,32
dihasilkan. Fosfor merupakan salah satu 95 : 5 11,74
90 : 10 11,99
unsur utama pembentuk tulang ikan, 85 : 15 12,40
dimana ketersediaan fosfor dalam bahan
pangan dapat mempengaruhi kandungan Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan

kalsium sehinga kandungan fosfor bahwa semakin tinggi penambahan tepung

berkaitan dengan ketersediaan kalsium tulang ikan tuna maka kadar protein pada

(Ruslan, 2019). biskuit semakin meningkat. Ini


Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia 8 (1) : 19 - 28 27

menunjukkan bahwa kwalitas biskuit yang UCAPAN TERIMAKASIH


dihasilkan semakin baik dimana protein Pada kesempatan ini, peneliti
merupakan sumber energi yang dibutuhkan mengucapkan terimakasih kepada Rektor
tubuh untuk pertumbuhan dan Universitas Udayana atas biaya penelitian
perkembangan (Haqqy, dkk, 2017). yang disetujui dengan skim DIPA BLU
Protein merupakan senyawa organik Universitas Udayana tahun Anggaran 2019
yang mengandung atom karbon, hidrogen, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan
oksigen, dan nitrogen yang disimpan Pelaksanaan Penelitian Unggulan Program
dalam otot, tulang, darah, dan kulit. Protein Studi Nomor : 2016/UN14.2.8.II/LT/2019,
ini akan dipecah menjadi sumber energi tanggal 10 April 2019.
dan pertumbuhan jaringan (Wini, dkk, DAFTAR PUSTAKA
2006). Pertumbuhan dan pemeliharaan Agung Hermawan Susanto, Rosyid Ridho,
dan Sulistiono, 2019, Pemanfaatan
jaringan dimungkinkan bila tersedia Limbah Tulang Ikan Tuna Dalam
susunan asam amino tertentu yang sesuai Pembuatan Cilok Sebagai Sumber
Kalsium, Lemuru, 1 (1), 25-33;
(Kusumaningrum dan Asikin, 2016).
Bone Powder, Ratih Septianingsih, Rafitah
Hasanah, dan Indrati
SIMPULAN DAN SARAN Kusumaningrum, 2006, Pengaruh
SIMPULAN Lama Proses Presto Terhadap
Karakteristik Tepung Tulang Ikan
Kadar air tulang ikan tuna sebesar Belida (Chitala sp.), J. Aquawarman.
6,40 % dan kadar air biscuit 2,67%, dan 2 (1), 34-42;
kandungan kalsium dan posfor tulang ikan Didi Indrawan Bunta, Asri Silvana Naiu, dan
tuna adalah 5,35% dan 3,37%, dan adonan Nikmawati Susanti Yusuf, 2013,
Pengaruh Penambahan Tepung
biskuit dengan variasi perbandingan antara
Tulang Ikan Tuna terhadap
tepung dengan tulang ikan yakni 100 : 0, Karakteristik Hedonik Kue Bagea
Khas Gorontalo, Jurnal Ilmiah
95 : 5, 90 : 10, dan 85 : 15 diperoleh hasil
Perikanan dan Kelautan, 1 (2) : 81-
kandungan kalsium meningkat yakni 0,9; 88;
0,97; 1,25; dan 1,29; dan kandungan posfor
Dio Rachman Syah, Sumardianto, dan
0,38; 0,43; 0,46; dan 0,60; serta kandungan Laras Rianingsih, 2018, Pengaruh
Penambahan Tepung Kalsium
proteinnya 9,32; 11,74; 11,99; dan 12,40.
Tulang Ikan Bandeng (Chanos
chanos) Terhadap Karakteristik
Kerupuk Rambak Tapioka, J. Peng.
SARAN & Biotek. Hasil Pi, 7 (1) : 25-33;
Setelah diperoleh kondisi-kondisi
Fauzi Rachmansyah, Evi Liviawaty,
ini, perlu dilanjutkan untuk analisis
Achmad Rizal, dan Nia Kurniawati,
kualitas tepung ikan tuna yang dihasilkan. 2018, Fortifikasi Tepung Tulang
Cakalang Sebagai Sumber Kalsium
28 P-ISSN: 2338-3402, E-ISSN: 2623-226X

Terhadap Tingkat Kesukaan


Kerupuk Gendar, Jurnal Perikanan Laode Marsan, Abdurahman Baco, Nur
dan Kelautan, IX (1) : 62-70; Asyik, 2018, Penilaian Organoleptik
dan Nilai Gizi Kue Karasi Yang
Haqqy Sahri Syadeto, Sumardianto, dan Diperkaya Tepung Tulang Ikan Tuna
Lukita Purnamayati, 2017, (Thunnus albacor), J. Sains dan
Fortifikasi Tepung Tulang Ikan Nila Teknologi Pangan, 3 (1) , 1083-
(Oreochromis niloticus) Sebagai 1092;
Sumber Kalsium dan Fosfor Serta
Mutu Cookies, Jurnal Ilmiah Nurul Chintya Deswita dan Evi Fitriyani,
Teknosains, 3 (1) : 17-21; 2019, Kadar Kalsium dan Mutu
Edonik Donat Yang Ditambahkan
Imra, Mohammad Fadnan Akhmadi, Ira Tepung Kalsium Tulang Ikan
Maya Abdiani, dan Heni Irawati, Tongkol (Euthynnus affinis),
2019, Karakteristik Tepung Tulang Octopus, 8 (1) : 13-19;
Ikan Bandeng (Chanos chanos) Dari
Limbah Industri Baduri Kota Ruslan A. Daeng, 2019, Pemanfaatan
Tarakan, Jurnal TECHNO-FISH, III Tepung Tulang Ikan Cakalang
(2) : 60-69; (Katsuwonuspelamis) sebagai
Sumber Kalsium dan Fosfor untuk
Indrati Kusumaningrum, Doddy Sutono,
dan Bagus Fajar Pamungkas, 2016, Meningkatkan Nilai Gizi Biskuit,
Pemanfaatan Tulang Ikan Belida Jurnal BIOSAINSTEK. 1 (1) : 22 –
Sebagai Tepung Sumber Kalsium 30;
Dengan Metode Alkali, JPHPI, 19
(2), 148-155; Widya Ayu Lestari dan Parlin Dwiyana,
2016, Pemanfaatan Limbah Tulang
Intan Nurzahra Kaswanto, Desmelati, Ikan Tuna (Thunnus sp) Dalam
Dewita, dan Andarini Diharmi, 2019, Bentuk Tepung Pada Pembuatan
Karakteristik Fisiko-Kimia dan Stick, Jurnal Ilmu Kesehatan, 8 (2) :
Sensori Kerupuk Pangsit dengan 46-53;
Penambahan Tepung Tulang Nila
(Oreochromis niloticus), Jurnal Wini Trilaksani, Ella Salamah, dan
Agroindustri Halal, 5 (2) : 141-150; Muhammad Nabil, 2006,
Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan
Kusumaningrum I. dan Asikin AN, 2016,
Karakteristik kerupuk ikan fortifikasi Tuna (Thunnus sp.) Sebagai Sumber
dari tulang ikan belida (Chitala sp.), Kalsium Dengan Metode Hidrolisis
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Protein, Buletin Teknologi Hasil
Indonesia, 19 (3) : 233-240; Perikanan, IX (2), 34-45.

Anda mungkin juga menyukai