Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN.

2406-9825
e-ISSN. 2614-3178 Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

Acta Aquatica
Aquatic Sciences Journal

Pemanfaatan tulang ikan kambing-kambing (Abalistes stellaris) sebagai sumber kalsium


pada produk tepung tulang ikan

Utilization of starry triggerfish bone (Abalistes stellaris) as a calcium source in fishbone


flavor product

Asmaul Husna a *, Lia Handayani a dan Fauzi Syahputra b

a Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas, Perikanan. Universitas Abulyatama. Aceh, Indonesia.
b Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas, Perikanan. Universitas Abulyatama. Aceh, Indonesia.

Abstrak Abstract

Tulang ikan kambing-kambing salah satu limbah padat yang Starry triggerfish bone is one of the solid waste, which is a by-
masih menjadi hasil samping yang belum dimanfaatkan. Tulang product that has not been utilized. It has great potential as a
ikan kambing-kambing merupakan salah satu limbah padat yang source of calcium. This research aims to utilize starry triggerfish
sangat berpotensi sebagai salah satu sumber kalsium. Penelitian bone to be a valuable product and source of calcium. This
ini bertujuan untuk memanfaatkan tulang ikan kambing- research used the protein hydrolysis method to determine the
kambing menjadi produk yang bernilai ekonomis dan sumber characteristic of raw material and proximate of starry
kalsium. Penelitian ini menggunakan metode hidrolisis protein triggerfish bone (water, fat and ash content), calcium and FTIR
untuk mengetahui karakteristik bahan baku tulang ikan values of starry triggerfish bone meal. This research uses NaOH
kambing-kambing dan proksimat (kadar air, kadar lemak, kadar base extraction with different concentrations of 1N, 5N and 2N.
abu), kalsium dan nilai FTIR tepung tulang ikan kambing- The yield value obtained were 7,55%, 12,4% and 10,96%. The
kambing yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan ekstraksi values of water content obtained were 3,7%, 4,15% and 3,87%.
basa NaOH dengan perbedaan konsentrasi yaitu 1N, 1,5N dan The value of fat content were 0,12%, 0,11% and 0,10%. Ash
2N. Nilai rendemen yang didapatkan adalah 7,55%, 12,94% dan content values obtained were 90,05%, 88,76% and 87,52%.
10,96%. Nilai kadar air yang didapatkan adalah 3,79%, 4,15% Calcium values obtained were 31,83%, 35,75% and 32,33%. FTIR
dan 3,87%. Nilai kadar lemak adalah 0,12%, 0,11% dan 0,10%. testing showed that the bone meal of starry triggerfish
Nilai kadar abu yang didapatkan adalah 90,05 %, 88,76% dan contained calcium.
87,52%. Nilai kalsium yang didapatkan adalah 31,83 %, 35,75%
dan 32,33%. Pengujian FTIR menunjukkan pada tepung tulang Keywords: extraction; calcium; starry triggerfish (Abalistes
ikan kambing-kambing terdapat kalsium. stellaris)

Kata kunci: ekstraksi; kalsium; ikan kambing-kambing (Abalistes


stellaris)

1. Pendahuluan

Ikan kambing-kambing (Abalistes stellaris) “starry


triggerfish” erupakan jenis ikan air laut, ikan ini biasanya
ditemukan di perairan hangat kawasan indo-pasifik, dari mulai
laut merah hingga samudra pasifik. Ikan kambing-kambing (A.
stellaris) yang biasanya tertangkap jaring nelayan mempunyai
nilai ekonomis yang rendah, namun masyarakat kurang
menyukai ikan kambing-kambing ini. Ikan ini jarang dikonsumsi
* Korespondensi: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas dalam bentuk segar, hanya dijadikan ikan asin. Tetapi tulang
Perikanan, Universitas Abulyatama. Jl. Blang Bintang Lama Km 8,5, ikan ini belum di manfaatkan dengan baik. Ikan kambing-
Lampoh Keudee, Aceh Besar, 23272 Provinsi Aceh, Indonesia.
kambing (A. stellaris) mempunyai banyak nama seperti ayam-
Tel: +62-651-21255.
e-mail: husna901100@gmail.com
doi: https://doi.org/10.29103/aa.v7i1.1912
13
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

ayam, ikan jaket, etong, jebong dan di daerah Aceh ikan sumber kalsium, oleh sebab itu tulang ikan kambing-kambing
kambing-kambing ini lebih dikenal dengan nama ikan leubim. (Abalistes stellaris) yang belum dimanfaatkan dapat dijadikan
Tulang atau kerangka adalah jaringan yang kuat dan alternatif untuk mencegah penyakit akibat kekurangan kalsium.
tangguh yang memberi bentuk pada tubuh. Tersusun atas
matriks organik keras yang diperkuat dengan kalsium dan garam 2. Bahan dan metode
mineral lain dalam tulang. Tulang merupakan komponen yang
keras, sehingga hal inilah yang menyebabkan tulang tidak 2.1. Alat dan bahan
mudah diuraikan oleh decomposer, sehingga tulang tersebut
menjadi limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah yang Peralatan yang digunakan antara lain hotplate, oven,
tidak memiliki nilai ekonomis, oleh karena itu, perlu pengolahan panci aluminium, panci presto, blender, timbangan analitik,
lebih lanjut agar limbah tulang tidak mencemari lingkungan freezer, ayakan tepung, kain saring, dan thermometer.
yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah loyang, oven,
tumpukan tulang yang dapat mengurangi estetika lingkungan, tanur, neraca analitik, desikator, pH-meter, cawan porselen.
dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Salah satu Bahan utama yang digunakan adalah tulang ikan kambing-
penanganannya adalah dengan cara ditepungkan. kambing (A. stellaris). Tulang ikan kambing-kambing diperoleh
Limbah-limbah perikanan sejauh ini masih kurang dari pasar ikan di Lampulo Aceh. Bahan lain yang digunakan
pemanfaatannya seperti tulang ikan, cangkang kerang maupun NaOH, air.
kulit. Selain tulang, cangkang kerang pun juga mengandung
kalsium seperti cangkang tiram (Handayani & Syahputra, 2017; 2.2. Metode penelitian
Fitriana et al., 2019) dan cangkang langkitang (Handayani et al.,
2019). Cangkang kepiting juga telah dimanfaatkan sebagai Metode penelitian yang digunakan adalah metode
sumber kalsium (Zufadhillah et al., 2018). Kalsium yang berasal eksperimen dengan perlakuan yang digunakan perbedaan
dari hewan seperti limbah tulang sampai saat ini belum konsentrasi laruran basa NaOH yaitu 1N, 1,5N, dan 2N dengan
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, tulang ikan salah satu lama presto 2 jam. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap,
limbah industri perikanan yang memiliki kandungan kalsium yaitu tahap pembuatan tepung tulang ikan kambing-kambing
terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena unsur pertama dan tahap analisis sampel.
dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor, dan karbonat serta
mudah diperoleh dan memiliki nilai yang ekonomis. Limbah- 2.3. Prosedur penelitian
limbah perikanan selain dapat dimanfaatkan sebagai kitosan
(Handayani et al., 2018) juga dapat dimanfaatkan sebagai 2.3.1. Pembuatan tepung tulang ikan
sumber gelatin (Moranda et al., 2018; Rosida et al., 2018).
Pemanfaatan limbah tulang ikan kambing-kambing sebagai Pembuatan tepung tulang ikan kambing-kambing ini
sumber kalsium juga telah dilakukan menggunakan metode modifikasi peneltian Putranto et al. (2015). Bahan baku yang
thermal decomposition (Restari et al., 2019). digunakan pada penelitian ini adalah tulang ikan kambing-
Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan kambing (Abalistes stellaris) yang didapatkan di pasar Lampulo.
serius di Indonesia. Asupan zat gizi yang mempunyai peran Tulang ikan kambing-kambing yang baru di dapatkan dari pasar
penting dalam masalah pangan dan gizi adalah kalsium. Lampulo dicuci dengan air mengalir hingga bersih, tidak ada lagi
Kekurangan asupan kalsium dapat menyebabkan penyakit kotoran yang menempel. Setelah selesai pencucian tulang ikan
Osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai kambing-kambing ditiriskan. Tulang yang sudah selesai
dengan berkurangnya kepadatan tulang dan kerusakan mikro ditiriskan diambil kemudian dimasukkan ke dalam panic
jaringan tulang yang mengakibatkan tulang rapuh dan mudah aluminium pada saat suhu air mencapai 80°C. Tulang direbus
patah Siagian (2004). Asupan kalsium perlu diperhatikan sejak selama 30 menit. Perebusan awal dilakukan untuk
bayi hingga seterusnya agar kebutuhan untuk pertumbuhan mempermudah pembersihan tulang dari daging, darah, dan
tulang dan gigi terpenuhi. lemak yang masih menempel pada tulang. Tulang yang telah
Rendahnya konsumsi kalsium dipengaruhi oleh perilaku direbus kemudian dicuci dengan air bersih untuk
makanan. Perilaku makanan merupakan gaya hidup yang menghilangkan kotoran yang masih menempel pada tulang ikan
dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan dan personal, sampai tulang ikan cukup bersih. Selanjutnya tulang yang telah
lingkungan sekolah mempengaruhi konsumsi kalsium pada dicuci bersih ditiriskan dan ditimbang sebanyak 250 gr untuk
remaja karena remaja banyak menghabiskan waktu disekolah. setiap perlakuan
Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium dalam
memilih makanan yang hendak dimakan, biasanya masyarakat Tulang ikan kambing-kambing yang telah ditimbang
lebih memilih makanan yang populer yang rendah kalsium sebanyak 250 gr dilakukan proses presto dengan lama presto 3
daripada makanan yang sehat kaya kalsium Miller et al. (2001). jam. Proses presto merupakan proses pemasakan menggunakan
Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi asupan kalsium, panci bertekanan yang dapat menghilangkan lemak yang
sumber utama kalsium untuk masyarakat dengan tingkat sosial terdapat pada tulang serta mendenaturasi protein. Selain itu
ekonomi tinggi (kaya) adalah susu, sedangkan masyarakat yang proses presto juga bertujuan untuk mengempukkan tulang ikan
tingkat sosial ekonomi rendah tidak dapat mengkonsumsi susu sehingga mempermudah proses penepungan. Proses perebusan
setiap hari karena keadaan ekonomi. ini merupakan perebusan kedua setelah perebusan awal
Munurut Tanuwidjaya (2002) kalsium pada ikan tidak dengan lama perebusan selama 30 menit. Perebusan tulang
hanya terdapat pada dagingnya tetapi juga terdapat pada dilakukan dengan cara mendidihkan 2,5 liter air dalam panci
tulang ikan. Penelitian Putranto et. al. (2015) membuktikan aluminium dengan suhu 100°C. selanjutnya tulang ikan
tingginya nilai kalsium pada tepung tulang ikan belida 30,39%, dimasukkan dan dibiarkan selama 30 menit. Perebusan ini
Trilaksani (2006) menunjukkan nilai kalsium pada tepung tulang dilakukan dua kali perebusan dengan air yang diganti. Sebelum
ikan tuna 39,24%. Tingginya kandungan kalsium pada tulang proses ekstraksi tulang ikan kambing-kambing (dilakukan
ikan menunjukkan bahwa tulang ikan memiliki potensi sebagai analisa karakteristik bahan baku dengan dengan analisa
bahan makanan sumber kalsium yang mudah terjangkau oleh proksimat (kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu)
masyarakat. Salah satunya dijadikan tepung tulang sebagai

14
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

untuk mengetahui mutu tulang ikan kambing-kambing sebelum 9,56%, dari hasil yang diatas membuktikan bahwa setiap jenis
ditepungkan. ikan memiliki nilai karakterisasi bahan baku yang berbeda.
Kemudian Proses ekstraksi basa NaOH adalah proses
perendaman tulang ikan kambing-kambing di dalam larutan 3.2. Rendemen
NaOH yang berbeda 1N, 1,5N dan 2N selama 2 jam pada suhu
60°C untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan yang berbeda Rendemen merupakan suatu parameter yang paling
ini dilakukan untuk melihat perlakuan yang terbaik. Tulang ikan penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu
yang telah di ekstraksi ditempatkan pada kain saring selanjutnya proses produk atau bahan. Hasil perhitungan rendemen pada
di bilang dengan air mengalir. Pada proses pencucian ini penelitian ini diperoleh dari persentase perbandingan berat
bertujuan untuk menetralkan pH pada tulang ikan kambing- kering tepung tulang ikan kambing-kambing dengan berat basah
kambing. Tulang ikan kambing-kambing dilakukan pengeringan bahan baku tulang ikan. Gambar 1 menunjukkan adanya
dengan cara tulang ikan kambing-kambing yang telah dicuci pengaruh perbedaan konsentrasi NaOH pada saat ekstraksi
diletakkan di atas tray yang telah dilapisi lembaran aluminium dengan nilai rendemen tertinggi yaitu pada konsentrasi 1,5 N
foil, tulang tersebut dikeringkan menggunakan oven pengering dibandingkan dengan konsentrasi 1 N dan 2 N. Nilai rendemen
selama 48 jam pada suhu 65°C. yang terdapat saat penelitian adalah sampel A dengan
Pada proses ini berfungsi untuk menurunkan kadar air konsentrasi NaOH 1 N yaitu: 7,55%, sampel B dengan
hingga 8%, pada proses ini dapat menggunakan bantuan sinar konsentrasi 1,5 N yaitu: 12,94% dan sampel C dengan
matahari tetapi jika menggunakan sinar matahari menggunakan konsentrasi 2 N yaitu: 10,96%.
waktu yang lama. Setelah dikeringkan tulang ikan akan
dilakukan proses penepungan dengan cara tulang digiling 14
menggunakan blender hingga tepung terasa halus dan
kemudian di ayak menggunakan kain sipon. 12

2.3.2. Parameter uji Kosentrasi NaOH (%) 10

Parameter uji meliputi beberapa parameter yaitu 8


menghitung nilai rendemen, uji proksimat tepung tulang ikan
yang meliputi analisa kadar air, kadar abu (AOAC, 1995). 6
Sedangkan untuk analisa kadar kalsium menggunakan metode
Atomic Absorption Spectrophotometer (Nia et al., 2016) dan 4
dilakukan analisa gugus fungsinya menggunakan instrumen FTIR
(Fourier Transform Infrared Spectroscopy). 2

3. Hasil dan pembahasan 0


1N 1,5 N 2N
3.1. Karakterisasi bahan baku Konsentrasi

Gambar 1. Nilai rendemen tepung tulang ikan kambing-kambing


Upaya untuk mengetahui nilai yang terkandung dalam
bahan baku seperti protein, kadar air, kadar lemak, kadar abu.
Karakterisasi merupakan pengujian awal sebelum bahan baku di Nilai rendemen pada penggunaan konsentrasi NaOH 1,5
lakukan perlakuan lebih lanjut. N lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 1 N dan 2 N,
karena pada kosentrasi 1,5 N merupakan konsentrasi yang
Tabel 1 optimal untuk melakukan ekstraksi. Sedangkan penambahan
Perbandingan gizi bahan baku tulang ikan. konsentrasi NaOH 2 N menyebabkan banyaknya nilai lemak dan
protein pada tulang ikan yang ikut terekstraksi, namun pada
Tiram
Ikan kambing- Ikan nila
Handayani dan
konsentrasi 1 N nilai rendemen yang didapatkan lebih rendah
Zat Gizi kambing Stevanato et al. karena pada konsentrasi tersebut proses ekstraksi tidak bekerja
Syahputra
(penelitian ini) (2008)
(2017) dengan optimal.
Kadar air (%) 45,57 67.24 0,11 Pada penelitian ini proses ekstraksi dengan konsentrasi
Kadar abu (%) 31,62 5.72 94,78
Protein (%) 17,11 16.48 -
NaOH 1,5 N menghasilkan nilai rendemen sebesar 12,94% hal
Lemak (%) 0,64 9.56 1,43 ini berbeda dengan penelitian ikan gabus Cucikodana et al.
(2012) dimana nilai rendemen yang dihasilkan 97,47%, tingginya
nilai rendemen tersebut dikarenakan pada penelitian ikan gabus
Nilai kadar air tulang ikan kambing-kambing sebesar tidak menggunakan proses ekstraksi NaOH. Hal ini diduga
45,57%, nilai kadar abu tulang ikan kambing-kambing sebesar penggunaan NaOH berperan penting dalam penurunan
31,62%, nilai protein tulang ikan kambing-kambing yaitu 17,11% rendemen karena proses ekstraksi menggunakan NaOH dapat
dan nilai lemak sebesar 0,64, hal ini berbeda dengan penelitian melarutkan protein dan lemak yang ada dalam tulang ikan
Handayani and Syahputra (2017) yang menyatakan nilai kadar kambing-kambing. Kemudian jika dibandingkan dengan
air tepung cangkang tiram sebesar 0,11%, nilai kadar abu penelitian ikan belida Putranto et al. (2015) nilai rendemen yang
cangkang tiram sebesar 94,78% dan nilai kadar lemak tepung dihasilkan sebesar 63,66%, nilai tersebut lebih kecil daripada
cangkang tiram yaitu 1,43. Nilai karakterisasi bahan baku tulang penelitian Cucikodana et al. (2012) namun lebih besar dari
ikan kambing-kambing dan cangkang tiram juga berbeda pada penelitian tepung tulang ikan kambing-kambing yang
dengan penelitian ikan nila Stevanato et al. (2008) yang peneliti laksanakan. Tingginya nilai rendemen pada penelitian
mendapatkan hasil nilai kadar air tepung tulang ikan nila ikan belida Putranto et al. (2015) dikarenakan jenis bahan baku
sebesar 67,24%, nilai kadar abu tepung tulang ikan nila sebesar yang digunakan berbeda.
5,72%, nilai kadar protein tepung tulang ikan nila sebesar Lamanya perebusan juga berpengaruh tehadap nilai
16,48% dan nilai kadar lemak tepung tulang ikan nila yaitu rendemen karena pada saat perebusan berlangsung sisa daging

15
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

dan lemak yang masih menempel pada tulang ikan keluar keluar. Salah satu metode yang mempengaruhi kadar air dalam
kedalam air perebusan. Nilai rendemen yang terdapat pada bahan adalah pengeringan atau penjemuran dengan sinar
penelitian ini sangat kecil dibandingkan penelitian yang lain, hal matahari yang disebabkan oleh suhu, kelembaban udara, angin.
ini disebabkan karena pada penelitian lainnya melakukan Kadar air tepung tulang ikan kambing-kambing masih berada
pengulangan perebusan sedangkan pada penelitian pembuatan pada kisaran standar yang ditetapkan SNI yaitu 3,79%, 4,15%
tepung tulang ikan kambing-kambing ini hanya 2 kali perebusan. dan 3,89%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-
3158-1992), tepung tulang memiliki kadar air maksimal 8%.
3.3. Karakterisasi tepung tulang ikan Produk dengan kadar air yang rendah akan mempunyai daya
awet yang lebih lama, karena dengan kandungan air yang
3.3.1. Kadar air sedikit sehingga bakteri pembusuk tidak bisa hidup pada
produk.
Pengujian kadar air untuk mengetahui nilai kadar air
yang terdapat pada tepung tulang ikan. Hasil pengamatan kadar 3.3.2. Kadar lemak
air tepung tulang ikan kambing-kambing disajikan pada gambar
2. Pengujian kadar lemak untuk mengetahui nilai kadar
lemak yang terdapat pada tepung tulang ikan. Kadar lemak yang
4.2 rendah membuat mutu relatif lebih stabil dan tidak mudah
rusak. Kadar lemak yang tinggi dapat menyebabkan tepung
4.1
mempunyai citarasa ikan (fish taste) dan menyebabkan
terjadinya oxydative rancidity sebagai akibat oksidasi lemak, cita
rasa tepung tulang ikan mudah tengik dan kenampakan tepung
4
Kosentrasi NaOH (%)

berwarna kecoklatan, kadar lemak yang lebih rendah lebih


diharapkan. Hasil pengamatan kadar lemak tepung tulang ikan
3.9 kambing-kambing disajikan pada gambar 3.

0.14
3.8

0.12
3.7
0.1
Kosentrasi NaOH (%)

3.6
1N 1,5 N 2N 0.08
Konsentrasi
0.06
Gambar 2. Nilai kadar air tepung tulang ikan kambing-kambing
0.04
Gambar 2 menunjukkan adanya pengaruh perbedaan
konsentrasi NaOH pada saat ekstraksi dengan nilai kadar air 0.02
tertinggi yaitu pada konsentrasi 1,5 N dibandingkan dengan
konsentrasi 1 N dan 2 N. Nilai kadar air yang terdapat pada
0
penelitian adalah sampel A dengan konsentrasi NaOH 1N yaitu : 1N 1,5 N 2N
3,79%, sampel B dengan konsentrasi NaOH 1,5N yaitu : 4,15% Konsentrasi
dan sampel C dengan konsentrasi NaOH 2N yaitu : 3,87%. Nilai
kadar air yang menggunakan konsentrasi NaOH 1,5 N lebih Gambar 3. Nilai kadar lemak tepung tulang ikan kambing-kambing
tinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi 1 N dan 2 N.
Tingginya nilai kadar air pada penelitian ini dipengaruhi oleh Gambar 3 menunjukkan adanya pengaruh perbedaan
nilai rendemen, tingginya jumlah rendemen akan konsentrasi NaOH pada saat ekstraksi dengan nilai kadar lemak
mempengaruhi kadar air alam samprl yang terbuang. Tingginya terendah yaitu pada konsentrasi 2 N dibandingkan dengan
nilai rendemen maka akan menyebabkan semakin tinggi pula konsentrasi 1 N dan 1,5 N. Nilai kadar lemak yang terdapat
nilai kadar air dan juga sebaliknya, hal ini disebabkan karena pada saat penelitian adalah sampel A dengan konsentrai 1N
suhu dan waktu pengeringan yang digunakan sama. yaitu: 0,12%, sampel B dengan konsentrasi 1,5N yaitu: 0,11%
Pada penelitian tepung tulang ikan kambing-kambing ini dan sampel C dengan konsentrasi 2N: 0,10%. Nilai kadar lemak
menggunakan proses ekstraksi dengan konsentrasi NaOH 1 N menggunakan konsentrasi NaOH 2 N lebih rendah jika
menghasilkan nilai kadar air lebih rendah yaitu sebesar 3,79%, dibandingkan dengan konsentrasi 1 N dan 1,5 N, nilai kadar
hal ini berbeda dengan penelitian ikan tuna oleh Trilaksani lemak yang rendah terjadi pada saat proses ekstraksi dengan
(2006) yang menghasilkan nilai kadar air sebesar 5,60% menggunakan NaOH, semakin banyak konsentrasi NaOH yang
tingginya kadar air pada penelitian ikan tuna oleh Trilaksani dipakai, maka nilai kadar lemak yang dihasilkan akan semakin
(2006) diduga karena nilai rendemen yang didapatkan pada sedikit, hal ini dikarenakan lemak larut saat proses ekstraksi.
penelitian ikan tuna lebih tinggi daripada penelitian tepung Pada penelitian ini proses ekstraksi dengan konsentrasi
tulang ikan kambing-kambing, kemudian jika dibandingkan NaOH 2 N menghasilkan nilai kadar lemak sebesar 0,10%, kadar
dengan penelitian ikan belida Putranto et. al. (2015) nilai kadar lemak ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian
air yang dihasilkan sebesar 3,84%, nilai tersebut hampir sama tepung tulang tuna Trilaksani (2006) yaitu sebesar 4.13%,
dengan penelitian ini karena pada penelitian ikan belida tingginya nilai kadar lemak tersebut dikarenakan bahan baku
menggunakan metode pengeringan yang sama. yang digunakan adalah ikan tuna yang memiliki kadar lemak
Rendahnya kadar air tepung tulang ikan kambing- lebih tinggi.
kambing disebabkan pada proses pengeringan menggunakan Pada penelitian ikan belida Putranto et al. (2015) nilai
oven sehingga menyebabkan kandungan air pada tepung kadar lemak yang dihasilkan sebesar 0,91%, nilai tersebut juga

16
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

lebih besar daripada penelitian tepung tulang ikan kambing- didalam tulang ikan, sedangkan pada konsentrasi yang lebih
kambing yang peneliti laksanakan. Tingginya nilai kadar lemak tinggi kandungan mineral pada tulang ikan ikut terlarut pada
pada penelitian ikan belida Putranto et al. (2015) dikarenakan saat proses ekstraksi. Hal ini disebabkan tingginya palarut
jenis ikan yang digunakan. Kadar lemak pada tepung tulang ikan semakin tinggi pula ion OH- yang terhidrolisasi didalam larutan
kambing-kambing mempunyai nilai yang rendah, karena bahan sehingga reaksi demineralisasi berjalan lebih optimal, hal ini
baku tulang ikan kambing-kambing yang digunakan mempunyai juga dibuktinan oleh Mirza et al. (2013) dimana perendaman
nilai lemak yang rendah hal ini terbukti pada pengujian bahan dengan menggunakan basa NaOH dengan konsentrasi tinggi
baku tulang ikan kambing-kambing dan kadar lemak rendah dapat menurunkan nilai kadar abu pada alginat.
juga dipengaruhi saat ekstraksi karena pada saat proses Pada penelitian ini proses ekstraksi dengan konsentrasi
ekstraksi lemak yang ada pada tulang ikan kambing-kambing NaOH 1 N menghasilkan nilai kadar abu sebesar 90,05 % hal ini
keluar kedalam larutan NaOH. Standar Nasional Indonesia (SNI berbeda dengan penelitian Trilaksani (2006) pada tepung tulang
01-3158-1992). Tepung tulang memiliki kadar lemak mutu I tuna kadar abu yang diperoleh sebesar 84,22%, tingginya nilai
maksimal 3% dan mutu II maksimal 6%. kadar abu pada tepung tulang ikan kambing-kambing tersebut
Hemung (2013) menyatakan bahwa pada penelitian dikarenakan jenis bahan baku yang digunakan berbeda.
terdahulu telah melaporkan lemak mengisi tulang, khususnya Kemudian jika dibandingkan dengan penelitian ikan
tulang utama rangka ikan, yang terdiri dari banyak sendi tulang. belida Putranto et. al. (2015) nilai kadar abu yang dihasilkan
Bahkan lemak tersebut tidak dapat dilepaskan dengan mudah, sebesar 88,13% nilai tersebut lebih besar daripada penelitian
karena merupakan ikatan kompleks, dan susah dihilangkan Trilaksani (2006) namun lebih kecil dari pada penelitian tepung
hanya dengan merendam tulang dalam larutan alkali. Toppe et tulang ikan kambing-kambing yang peneliti laksanakan.
al. (2007) menyatakan bahwa kadar lemak dalam tulang erat Tingginya nilai kadar abu pada penelitian ini juga dipengaruhi
hubungan dengan lemak tubuh setiap spesies, dan biasanya oleh jenis bahan baku yang digunakan, hal ini telah dibuktikan
ikan yang besar dan dewasa mengandung lemak yang tinggi. pada penelitian Nemati et al. (2017) yang menyatakan jenis ikan
Asam lemak ikan merupakan asam lemak tak jenuh. Asam yang berbeda akan mempengaruhi nilai kadar abu pada tepung
lemak dalam tepung tulang ikan tersebut pada beberapa tulang ikan.
spesies ditemukan mengandung asam lemak tak jenuh hampir Kandungan abu yang tinggi dalam tepung tulang
80%. disebabkan karena komponen utama penyusun tulang adalah
mineral. Tulang mengandung sel-sel hidup dan matriks
3.3.3. Kadar abu intraseluler dalam bentuk garam mineral. Lama waktu
pengeringan dan perebusan berpengaruh nyata terhadap kadar
Analisis kadar abu bertujuan untuk menentukan kadar abu karena pada saat pengeringan kadar air dalam tepung
abu total dan kandungan masing-masing mineral yang terdapat tulang ikan menurun dan hanya tersisa mineral.
dalam tepung tulang ikan. Kandungan abu dalam bahan pangan
menunjukkan jumlah bahan anorganik yang tersisa dalam 3.3.4. Kadar kalsium
produk setelah dilakukan proses ekstraksi. Hasil pengamatan
kadar lemak tepung tulang ikan kambing-kambing disajikan Pengujian kadar kalsium untuk mengetahui nilai kalsium
pada gambar 4. yang terdapat pada tepung tulang ikan kambing-kambing.
Kalsium merupakan sebuah elemen kimia yang memiliki simbol
90.5 Ca. Hasil pengamatan kadar kalsium tepung tulang ikan
kambing-kambing disajikan pada gambar 5.
90

89.5 37

89 36
Kosentrasi NaOH (%)

88.5 35
Kosentrasi NaOH (%)

88
34
87.5
33
87
32
86.5
31
86
1N 1,5 N 2N
30
Konsentrasi
Gambar 4. Nilai kadar abu tepung tulang ikan kambing-kambing 29
1N 1,5 N 2N
Gambar 4 menunjukkan adanya pengaruh perbedaan Konsentrasi
konsentrasi NaOH pada saat ekstraksi dengan nilai kadar abu
Gambar 5. Nilai kadar kalsium tepung tulang ikan kambing-kambing
tertinggi yaitu pada konsentrasi 1 N dibandingkan dengan
konsentrasi 1,5 N dan 2 N. Nilai kadar abu yang terdapat pada
Gambar 5 menunjukkan adanya pengaruh perbedaan
saat penelitian adalah sampel A dengan konsentrasi NaOH 1N
konsentrasi NaOH pada saat ekstraksi dengan nilai kalsium
yaitu : 90,05 %, sampel B dengan konsentrasi NaOH 1,5N yaitu:
tertinggi yaitu pada konsentrasi 1,5 N dibandingkan dengan
88,76% dan sampel C dengan konsentrasi NaOH 2N: 87,52%.
konsentrasi 1 N dan 2 N. Nilai kalsium yang terdapat pada saat
Nilai kadar abu pada konsentrasi NaOH 1 N lebih tinggi
penelitian adalah sampel A dengan konsentrasi 1 N yaitu: 31,83
jika dibandingkan dengan konsentrasi 1,5 N dan 2 N, karena
%, sampel B dengan konsentrasi 1,5 N yaitu : 35,75% dan
pada kosentrasi 1 N kadar abu yang terdapat masih tersisa
sampel C dengan konsentrasi 2 N yaitu: 32,33%. Nilai kalsium

17
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

yang menggunakan konsentrasi NaOH 1,5 N lebih tinggi


dibandingkan dengan konsentrasi 1 N dan 2 N, karena pada Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa sampel tulang
kosentrasi 1,5 N merupakan konsentrasi yang optimal untuk ikan kambing-kambing teridentifikasi memiliki komponen/gugus
melakukan ekstraksi, sedangkan penambahan konsentrasi yang terdiri dari gugus OH, gugus CO32- dan gugus PO43-. Ketiga
NaOH 2 N menyebabkan terjadinya kejenuhan saat proses gugus tersebut merupakan komponen utama dalam
ektraksi sehingga nilai kalsium yang ada pada tulang ikan ikut pembentukan hidroksi apatit, Kandungan mineral yang dimiliki
terlarut pada saat ekstraksi, namun pada konsentrasi 1 N nilai oleh hidroksiapatit didominasi oleh kalsium dan fosfor
kalsium yang didapatkan lebih rendah karena pada konsentrasi Prabarakan dan Rajeswari (2006) mengemukakan bahwa
tersebut proses ekstraksi tidak bekerja dengan optimal sehingga hidroksiapatit memiliki kandungan gugus OH gugus CO32- dan
masih banyak terdapat lemak pada tulang ikan, hal ini gugus PO43-.
dibuktikan pada pengujian FTIR pada tabel 3. Hasil pembacaan FTIR tulang ikan kambing-kambing
Pada penelitian ini proses ekstraksi dengan konsentrasi menunjukkan spektra serapan pada bilangan gelombang 1457
NaOH 1,5 N menghasilkan nilai kalsium sebesar 35,75%, kadar cm-1 dan 1411 cm-1 diakibatkan adanya gugus CO32- atau gugus
kalsium yang diperoleh dalam penelitian ini sedikit lebih rendah karbonat dan pada penelitian Hanura et al. (2017) pada tulang
dibanding dengan kadar kalsium tepung tulang ikan tuna ikan tuna gugus CO32- atau gugus karbonat terdapat pada
sebesar 39,24% hasil penelitian Trilaksani (2006) pada panjang gelombang 1459 cm-1 dan 1416 cm-1. Hasil ini didukung
penelitian tersebut juga menggunakan konsentrasi NaOH 1,5 N oleh Mondal et al. (2012) yang mengungkapkan bahwa indikasi
akan tetapi nilai kadar kalsium yang didapatkan sedikit berbeda, adanya gugus karbonat pada sampel dapat ditunjukkan oleh
hal ini disebabkan oleh penggunaan jenis bahan baku yang puncak pada rentangan panjang gelombang 1400 cm-1-1500 cm-
digunakan berbeda. Kemudian jika dibandingkan dengan 1.

penelitian ikan belida Putranto et. al. (2015) yang juga


menggunakan konsentrasi NaOH 1,5 N, nilai kalsium yang
dihasilkan sebesar 30,39%, nilai persentase tersebut lebih kecil
daripada hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti yaitu
sebesar 35,75%, selanjutnya hasil penelitian tersebut juga
berbeda dengan penelitian ikan tuna yang dilakukan oleh
Trilaksani (2006) dengan nilai persentase kalsium sebesar
39,24%, hal ini disebabkan oleh penggunaan jenis bahan baku
yang digunakan berbeda.
Penggunaan jenis bahan baku yang berbeda dalam hal
ini adalah jenis spesies ikan yang berbeda. Nemati et al. (2017)
menyatakan bahwa jenis ikan yang berbeda berpengaruh
terhadap nilai kadar kalsium yang dihasilkan pada tepung tulang
ikan. Proses perebusan juga berpengaruh terhadap nilai
kalsium, kalsium yang dihasilkan pada penelitian tepung tulang
ikan kambing-kambing yang menggunakan perebusan 2 kali
lebih sedikit karena proses perebusan yang berbeda dengan
penelitian Trilaksani (2006) dengan perebusan sebanyak 3 kali.
Nilai kadar kalsium yang terdapat pada penelitian ini
telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3158-1992)
dimana nilai kadar kalsium untuk tepung tulang ikan ditetapkan
untuk mutu I adalah 30% bb dan mutu II sebesar 20% bb.
Merujuk dari standar tersebut, maka kadar kalsium tepung
tulang ikan kambing-kambing hasil penelitian ini termasuk ke
dalam mutu I.
Gambar 6. Grafik nilai FTIR tepung tulang ikan kambing-kambing
3.4. Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR)
Keterangan:
A : Tepung tulang ikan kambing-kambing A dengan konsentrasi basa NaOH 1N.
Analisis gugus fungsi dengan menggunakan FTIR B : Tepung tulang ikan kambing-kambing B dengan konsentrasi basa NaOH 1,5N.
dilakukan untuk mengetahui gugus/komponen tertentu dalam C : Tepung tulang ikan kambing-kambing C dengan konsentrasi basa NaOH 2N.
sampel yang ditunjukkan dengan adanya puncak pada suatu
bilangan gelombang tertentu dengan alat FTIR. Grafik hasil Spektra serapan yang muncul pada bilangan gelombang
analisis gugus fungsi dapat dilihat pada table 3 dan gambar 6. 3633 cm-1 di akibatkan oleh adanya gugus OH dan pada
penelitian Hanura et al. (2017) pada tulang ikan tuna gugus OH
Tabel 3 terdapat pada panjang gelombang 3542 cm-1 dan 3.570 cm-1.
Karakteristik gugus fungsional kalsium tulang ikan kambing-kambing. Venkatesan dan Kim, (2010) menjelaskan bahwa puncak yang
terdeteksi pada bilangan gelombang 3590 cm-1 - 3660 cm-1
Prediksi Bilangan gelombang (cm-1)
gugus
Wilayah merupakan indikasi adanya gugus hidroksil.
A B C serapan (cm-1)
fungsi Spektra serapan yang muncul pada bilangan gelombang
PO43- 872, 961 663, 873, 873, 961 675 - 995 * 873 cm-1, 961 cm-1 dan 663 cm-1 di akibatkan adanya gugus
961 PO43- dan pada penelitian Hanura et al. (2017) pada tulang ikan
CO32- 1457, 1411 1457, 1411 1458, 1400 - 1500 **
1410 tuna gugus PO43-terdapat pada panjang gelombang 961 cm-1
OH - - 3633 3590 - 3660 *** dan 873 cm-1. Pada sampel C dengan konsentrasinya NaOH 2 N
terdapat gugus OH (Hidroksil) hal ini disebabkan karena
Keterangan tabel :
tingginya konsentrasi yang dipakai sehingga terjadi kejenuhan
* Referensi (Mondal et al. 2012)
** Referensi (Hanura, 2017) dan tidak bereaksi sehingga yang muncul adalah gugus OH dari
*** Referensi (Venkatesan & Kim, 2010) pelarut itu sendiri.

18
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

Mondal, S., Mondal, B., Dey, A., & Mukhopadhyay, S.S., 2012.
4. Kesimpulan Studies on processing and Characterization of
hydroxyapatite biomaterials from different bio wastes.
Tulang ikan kambing-kambing dapat dimanfaatkan J. of Minerals and Materials Characterization and Engi-
sebagai salah satu sumber kalsium alami. Adapun mutu bahan neering, 11(1):56-67.
baku awal tulang ikan kambing-kambing adalah kadar air
45,57%, kadar abu 31,62%, protein 17,11%, nilai kadar lemak Moranda, D. P., Handayani, L., & Nazlia, S., 2018. Pemanfaatan
0,64%. Karakteristik tepung ikan terbaik adalam menggunakan limbah kulit ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares)
perlakuan basa NaOH 1,5N dengan jumlah rendemen 12,94%, sebagai gelatin: Hidrolisis menggunakan pelarut HCl
kadar air 4,15%, kadar lemak 0,11%, kadar abu 88,76%, kalsium dengan konsentrasi berbeda, Acta Aquatica, 5(2), pp.
35,75%, sehingga mutu tepung tulang ikan kambing-kambing 81–87.
telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Nemati, M., Huda, N., & Arifin, F., 2017. Development of
Bibliografi calcium supplement from fish bone westes of yellowfin
tuna (Thunnus albacares) and characterization of
Assosiation of Analytical and Chemist (AOAC)., 1995. Official nutrition quality. International Food Research Journal.
Methods of Analysis the 16th ed. Virgina: Inc. Arlington. 24(6).

Cucikodana, Y., Supriadi, A., & Purwanto, B., 2012. Pengaruh Susanti, N.N., Sukmawardani, Y., Musfiroh,I. 2016. Analisis
Perbedaan Perebusan dan Konsentrasi NaOH Terhadap Kalsium dan Kalium pada Ikan Kembung dan Ikan Gabus.
Kualitas Bubuk Tulang Ikan Gabus (Channa striata). Indonesian Journal of Pharmaxeutical Science and
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Technology. Vol 3(1). hal 26-30.
Sriwijaya
Prabarakan, K., & Rajeswari, S., 2006. Development of
Fitriana, N., Handayani, L. & Nurhayati., 2019. Penambahan hydroxyapatite from natural fish bone though heat
nanokalsium cangkang tiram (Crassostrea gigas) pada treatment. J. Trends Biomaterials Artificial Organs,
pakan dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan 20(1):20-23.
udang galah (Macrobachium rosenbergii), Acta
Aquatica, 6(2), pp. 80–85. Putranto, F, H., Andi, N, A., & Indrati, k., 2015. Karakterisasi
Tepung Ikan Belida (Chital sp.) Sebagai Sumber Kalsium
Handayani, L., Nurhayati & Nur, M., 2019. perbandingan Dengan Metode Hidolisis Protein. Ziraa’ah, 40(1): 11-20.
frekuensi Molting Udang Galah ( Macrobrachium
rosenbergii de Man ) yang diberi nano CaO Cangkang Restari, A.R., Handayani, L., & Nurhayati, N., 2019. Penambahan
Langkitang (Faunus ater) PADA Pakan dan Lingkungan, Kalsium Tulang Ikan Kambing-kambing (Abalistes
in Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas stellaris) pada pakan untuk keberhasilan gastrolisasi
Asahan ke -3, pp. 790–799. udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Acta
Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 6(2), pp.69-75.
Handayani, L., & Syahputra, F., 2017. Isolasi Dan Karakterisasi
Nanokalsium Dari Cangkang Tiram (Crassostrea gigas), Rosida, R., Handayani, L., & Apriliani, D., 2018. Pemanfaatan
JPHPI, 20(3), pp. 515–523. limbah tulang ikan kambing-kambing (Abalistes stellaris)
sebagai gelatin menggunakan variasi konsentrasi
Handayani, L., Syahputra, F. & Astuti, Y., 2018. Utilization and CH3COOH, Acta Aquatica, 5(2), pp. 93–99.
Characterization of Oyster Shell as Chitosan and
Nanochitosan. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 21(4), Siagian, A., 2004. Besi Mencegah Osteoporosis. Fakultas
pp.224-231. Sumatra Utara: 225.

Hanura, A.B., Trilaksani, W., & Suptijah, P., 2017. Karakterisasi Stevanato, F. B., Almeida, V. V., Matsushita, M., Oliveira, C. C.,
Nanohodroksiapatit Tulang Tuna (Thunnus sp.) sebagai Souza, N. E. & Visentainer, J. V., 2008. Fatty acids and
Sediaan Biomaterial. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan nutrients in the flour made from tilapia (Oreochromis
Tropis. Vol. 9 No. 2. niloticus) heads. Food Science and Technology
(Campinas), 28(2): 440-443.
Hemung, B., 2013. Properties of Tilapia Bone Powder and Its
Calcium Bioavailability Based on Transglutaminase Toppe, S. Albrektsen., B. Hope., & Aksnes, A., 2007. Chemical
Assay. International Journal of Bioscience, Biochemistry composition, mineral content and amino acid and lipid
and Bioinformatics. Vol.3(4)306-309. DOI: 10. profiles in bones from various fish species. Comparative
7763/IJBBB. 2013. V3.219. Biochemical and Physiology, vol. 146B: 395-401.

Miller, G.D., Jarvis, J.K., & McBean, L.D., 2001. The Importance Trilaksani, W., 2006. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna
of Meeting Calcium Needs With Foods. Journal of the (Thunnus sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dengan Metode
American College of Nutrions, 20: 168S-185S. Hidrolisis Protein. Buletin Teknologi Hasil Perikanan.,
9(2): 34-45.
Mirza, M., Ridio, A,. & Pramesti, R., 2013. Pengaruh
Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Venkatesan, J., & Kim, S.K., 2010. Effect of temperature on
Alginat Rumput Laut (polycycstum C.A. Argadh). Journal isolation and charac-terization on hydroxyapatite from
of marine research. 41-47. tuna (Thunnus obesus) bone. J. Materials 3:4761-4772.

19
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7:1 (April, 2020): 13-20

Zufadhillah, S., Thaib, A., & Handayani, L., 2018. Efektivitas


penambahan nano CaO cangkang kepiting bakau (Scylla
serrata) kedalam pakan komersial terhadap
pertumbuhan dan frekuensi molting udang galah
(Macrobrachium rosenbergii), Acta Aquatica: Aquatic
Sciences Journal, 5(2), pp. 69–74. doi:
doi.org/10.29103/aa.v5i2.811.

20

Anda mungkin juga menyukai