Disusun Oleh :
Katarina
(G1F014061)
(G1F014063)
(G1F014065)
(G1F014067)
1. Retno Widiastuti
2. Nisadiyah F. Shahih
3. Curie Julia Kulzumia
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, ORGANOLEPTIK, DAN SUSUT
PENGERINGAN SIMPLISIA
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu membedakan
simplisia
yang
telah
dibuat
sebelumnya
secara
makroskopik (bentuk, ukuran dan keadaan lain yang spesifik) dan organoleptik
(warna, bau dan rasa).
2. Melakukan standardisasi mutu dengan penentuan susut pengeringan simplisia.
II.
PENDAHULUAN
Analisis suatu obat tradisional atau jamu harus menyertakan uji subjektif,
meskipun uji ini memerlukan praktek dan pengalaman yang luas. Hal ini perlu
dilakukan untuk membandingkan kesan subjektif dengan sifat khas yang disimpan
dan diklasifikasikan sebelumnya. Penentuan identifikasi sebagai sifat yang demikian
merupakan suatu langkah yang penting daam identifikasi. Untuk menjamin kebenaran
dari simplisia oenyusun sediaan jamu dilakukan pemeriksaan awal secara
makroskopik
dengan
mengamati
bentuk
organoleptik
simplisia
penyusun.
masing-masing monografi, simplisia harus dalam bentuk serbuk dengan derajat halus
nomor 8, suhu pengeringan 105o dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut:
Timbang seksama 1 sampai 2 g simplisia dalam botol timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara. Ratakan bahan dalam
botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih
kurang 5 sampai 10 mm, masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol
dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang (Depkes RI,
1989).
III.
IV.
CARA KERJA
Simplisia
diamati warna, bentuk dan melakukan pengukuran terhadap simplisia
dengan membau (menggunakan hidung) dan merasakan (dengan
lidah).
dicatat.
Hasil
Penetapan kadar air
10 gr
V.
ditimbang seksama.
dikeringkan pada suhu 105C selama 2 jam dan ditimbang.
dilanjutkan pengeringan dan ditimbang pada jarak 30 menit sampai
perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
0,25%.
HasilPEMBAHASAN
HASIL DAN
HASIL
A. Uji Makroskopik
No
Tumbuhan
Bentuk
Panjang,
mengkirut.
Batang seledri:
(herba seledri)
Panjang, agak
pipih.
Daun seledri:
oval, mengkirut.
Lonjong,
buah jeruk)
panjang,
Curcuma domestica
melengkung.
Panjang,
Rhizoma (rimpang
melengkung,
kunyit)
Amaranthus tricoloris
tidak beraturan.
Oval, tidak
beraturan.
Oval, pipih.
Panjang,
melengkung,
kucing)
mengkirut.
Ukuran
Panjang: 1 cm
Lebar: 0,2 cm
Keterangan
lain
-
Batang seledri:
Panjang: 3 cm
Lebar: 0,2 cm
Daun seledri:
Panjang: 3 cm
Lebar: 2,5 cm
Tulang daun
Panjang: 3,3cm
Lebar:1 cm
Panjang: 1,8cm
Lebar: 1 cm
Panjang: 7 cm
Lebar: 3 cm
Tulang daun
Panjang: 3 cm
Lebar: 0,85 cm
Panjang: 3,2cm
Lebar: 1,4 cm
menjari.
menyirip.
Tulang daun
menyirip.
B. Uji Organoleptik
No
1
Tumbuhan
Turnera ulmifolia Flos
Warna
Coklat
Bau
Khas
Rasa
Khelat
kehitaman
Batang
Batang
Pahit
(herba seledri)
seledri: hijau
kekuningan.
Daun seledri:
seledri: Khas
Daun seledri:
tidak berbau
hijau
3
kecoklatan.
Coklat tua
Khas jeruk
Pahit, sedikit
buah jeruk)
(minyak
asam
Curcuma domestica
Kuning
atsiri)
Khas
Khas, manis,
kecoklatan
Hijau
Tidak berbau
sedikit pahit
Tidak berasa
Putih
Khas
Pedas
kecoklatan
Hijau
aromatik
Tidak berbau
Tidak berasa
kecoklatan
C. Susut Pengeringan
Perlakuan
Hasil
-dimasukkan 10gr simplisia yang a) Curcuma domestica
Berat aluminium foil = 0,6 gr
telah disiapkan dan timbang seksama Berat serbuk kunyit = 10 gr
Total
= 10,6 gr
dalam wadah yang telah ditara.
Berat aluminium foil = 1 gr
Berat rimpang kunyit = 10 gr
Total
= 11 gr
b) Orthosiphon aristatus
Berat aluminium foil
= 1 gr
Berat serbuk kumis kucing = 10 gr
Total
= 11 gr
Berat aluminium foil
= 1 gr
Berat simplisia kumis kucing =10 gr
Total
= 11 gr
-dikeringkan simplisia daun dan Wadah Curcuma domestica = 0,7 gr
Wadah Orthosiphon aristatus = 1 gr
rimpang pada suhu 105oC selama 2 jam,
a) Pengeringan selama 2 jam
dan ditimbang.
-Bobot rimpang kunyit
= 9,1 gr
-Bobot daun kumis kucing = 9,1 gr
b) Pengeringan selama 30 menit pertama
-Bobot rimpang kunyit
= 9,1 gr
No
1
2
3
4
5
6
7
Tumbuhan
Turnera ulmifolia
Flos
Apium graveolens
Herb
Citri Pericarpium
Curcuma domestica
Rhizoma
Amaranthus
tricoloris Folium
Zingiber officinalis
Rhizoma
Orthosiphon
aristatus Folium
(kelompok Radix 1)
Orthosiphon
aritatus Folium
(kelompok Flos 1)
Bobot
Bobot akhir
Bobot akhir
Susut
awal
(setelah
(setelah
pengeringa
pengeringa
pengeringa
n selama 2
n selama 30
10 gr
jam)
8,2 gr
menit)
8,2 gr
18%
10 gr
8,5 gr
8,5 gr
15%
10 gr
10 gr
8,7 gr
9,1 gr
8,7 gr
9,1 gr
13%
9%
10 gr
9,2 gr
9,2 gr
8%
10 gr
9,2 gr
9,2 gr
8%
10 gr
9,1 gr
9,1 gr
9%
10 gr
8,9 gr
8,9 gr
11%
PEMBAHASAN
Susut pengeringan rimpang jahe (Zingiberis officinalis Rhizoma) tidak lebih
dari 10%. Susut pengeringan daun kumis kucing (Orthosiphon staminei Folium)
tidak lebih dari 12%. Susut pengeringan rimpang kunyit (Curcumae domesticae
Rhizoma) tidak lebih dari 12% (Depkes RI, 2009).
Percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur yaitu susut
pengeringan rimpang kunyit sebesar 9% yang berarti tidak melebihi 12%. Begitu
pula dengan susut pengeringan daun kumis kucing sebesar 9% dan 11% (hasil dua
kelompok) tidak melebihi batas yang ditentukan yaitu 12%. Sama hal nya dengan
susut pengeringan jahe sebesar 8% tidak melebihi 10%.
Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Sri, 2004):
1. Identifikasi meliputi pemeriksaan
a) Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia.
Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai
bentuk dan rasa yang dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal
simplisia nabati sebagai syarat baku.
b) Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk
ukuran, warna dan bidang patahan atau irisan.
c) Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang melintang
simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.
d) Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi
optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
e) Kimiawi, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan
kompleks.
f) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman,
pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan), kadar
konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas, dan
gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam simplisia
hasil metabolit primer dan sekunder tanaman
Gambar 6. Susut pengeringan simplisia kering menggunakan oven pada suhu 105oC
selama 2 jam
bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
(Rangke, 1989).
5. Perendaman bertingkat
Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung
kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa
kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini
akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan (Winarno, 1992).
6. Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak
melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.
Proses
simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif
yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan
kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran
dan
kemungkinan
besar
bahan
mudah
ditumbuhi
oleh
pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau
boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada
tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan; nama bahan, bagian dari tanaman
bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.
12. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun
di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup
kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara
yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis
10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi
simplisia tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri
simplisia selama penyimpanan 3 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.
Proses yang penting untuk menentukan kadar air adalah proses pengeringan.
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara
mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan
dalam waktu yang lama.dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam
bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhatikan.
Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya
suhu pengeringan adalah antara 40-60C dan hasil yang baik dari proses pengeringan
adalah simplisisa yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan waktu
pengeringan juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan, seperti
rimang daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses
pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan menggunakan sinar
matahari), kelembapan udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk).
Pengeringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan sinar matahari ataupun
dengan menggunakan cara modern yaitu dengan menggunakan alat pengering seperti
oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer. Pengeringan hasil rajangan
dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunaan sinar matahari, oven, blower,
dan fresh dryer pada suhu 30-50C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat
merusak kompoen aktif sehngga mutunya dapat menurun (Sembiring, B.2007).
Setelah proses pengreingan simplisia dapat ditetapkan kadar airnya. Proses
penetapan kadar dilakukan untuk simplisia yang memiliki kadar minyak atsiri tinggi.
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air idalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga tertenu dapat berguna untuk memperpanjang daya
tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai
kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
Metode titrimetri : metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air
dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium denga adanya dapar yang
bereaksi dengan ion hidrogen. Kelemahan metode ini adalah stokometri reaksi
dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif
komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan
teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu
pengamatan titik akhir titrasi yangbersifat relatif dan diperlukan sistem yang
terbebas dari kelembaban udara (Depkes RI,1995).
Metode azeotropi (destilasi toluena) : metode in efektif untuk penetapan kadar air
karena terjadinya penyulingan berulang kali dalam labu dan menggunaan
pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang
digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban (Depkes RI, 1995).
Proses yang dilakukan setelah pengeringan selain penentuan kadar adalah
penetapan susut pengeringan simplisia. Kadar air dipengaruhi oleh proses susut
pengeringan simplisia. Penetapa susut pengeringan dilakukan terhadap tanaman tanpa
kandungan minyak atsiri, ini dikarenakan tahapan pada proses penetapan susut
pengeringan menggunakan suhu tinggi dimana akan merusak kadar minyak atsiri dan
zat aktif yang diandung leh tanaman tersebut. Susut pengeringan sendiri adalah kadar
bagian yang menguap. Kecuali dinyatakan lain suhu penetapan 150. Susut
pengereingan ditetapkan sebagai berikut : timbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam
botol timbang dangkal betututp yang sebelumnya telah dipananaskan pad suhu
penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari
suhu penetapan pengreingan dilakukan pada suhu 50 dan 100 dibawah suhu leburnya
selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang
ditentukan atau hingga bobot tetap (Jimmo, 2008).
VI.
KESIMPULAN
Pemeriksaan mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, MMI atau buku
resmi lain yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman
komponen aktif, aman, berguna atau berkhasiat dan obat atau sediaan selalu tetap
mutunya.
Simplisia dinilai cukup kering dan dapat meningkat mutunya bila kadar air
kurang dari 10%.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat Dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2001. Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia I. Jilid 2. Jakarta: Depkes RI.
Jimmo. 2008. Analisa Simplisia Materia Medika Version. www.blogkita.info Diakses
tanggal 29 November 2015.
Kartasapoetra, G. 1993. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rangke, L. Tobing. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Budaya.
Sri, Mulyani dkk. 2004. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Sembiring, B. 2007. Pembuatan dan Penetapan Kontrol Kualitas Simplisia. Warta
Puslitbangbun. Vol 13. No 2: 22-23.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
VIII.
Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulangulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah
adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi
oleh kelembaban.
c. Metode Gravimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap.
IX.