Oleh
ASTIKA MARSORA
No. BP : 1501189
Pembimbing
(STIFARM)
PADANG
2019
I. PENDAHULUAN
Senyawa obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air (poorly soluble
merupakan salah satu sifat fisikokima senyawa obat yang penting diperhatikan
pada saat memformulasikan suatu bahan obat menjadi bentuk sediaan (Leuner &
Dressman, 2000).
Efikasi terapeutik obat tergantung pada ketersediaan hayati obat yang pada
gilirannya tergantung pada kelarutan calon obat. Dengan demikian, pelepasan obat
merupakan langkah penting untuk bioavailabilitas oral obat. Pada dasarnya obat
yang larut dalam air dengan kelarutan gastrointestinal rendah dan permeabilitas
tinggi dan obat dengan kelarutan dan permeabilitas rendah mengalami masalah
laju disolusi bahan obat dalam air, antara lain dengan modifikasi sifat-sifat fisik
pembawa, dan modifikasi senyawa obat menjadi garam dan solvat. Salah satu dari
metoda tersebut yang telah dilaporkan dan memberikan hasil yang baik adalah
sukar larut dalam air kedalam suatu matriks atau pembawa inert yang mudah
mudah larut. Pembuatan sistem dispersi padat dapat dibuat dengan metode
Salah satu metode pembuatan sistem dispersi padat yang cukup banyak
digunakan adalah metode pelarutan (solvent method). Pada metode ini, dispersi
padat dibuat dengan cara melarutkan campuran dua komponen padat dalam suatu
pelarut umum dan diikuti penguapan pelarut. Suhu yang digunakan untuk
penguapan pelarut biasanya terletak pada kisaran 23-65oC (Leuner & Dressman,
terjadinya penguraian dari obat atau pembawa karena penguapan pelarut terjadi
pada suhu yang relatif rendah sehingga cocok digunakan untuk bahan yang
Salah satu obat yang memiliki kelarutan kecil dalam air adalah candesartan
secara luas untuk pengobatan penyakit hipertensi, gagal jantung, infark miokard
System), senyawa ini tergolong senyawa kelas II, yang memiliki kelarutan rendah
dalam air dan tidak toksik, serta bersifat antigenik dan tidak mengganggu susunan
karena tidak terjadi penggabungan atau agregasi antar partikel bahan obat
sehingga laju disolusi dan absorbsi obat akan meningkat (Rowe, et al., 2009).
Shindu et al (2015) tentang pembuatan sistem dispersi padat telmisartan dan PVP
telah dibuktikan sistem dispersi padat menggunakan PVP K-30 dengan metoda
cilexetil.
memformulasikan candesartan cilexetil yang praktis tidak larut dalam air dengan
dispersi padat ?
1.4 Hipotesis
candesartan cilexetil.
1.5 Manfaat Penelitian
candesartan-PVP K-30
2.1.1 Monografi
Pada tiap serbuk candesartan terdiri tidak kurang dari 99,0 % dan tidak
lebih dari 101,0 % C33H34N6O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
derivat dari tetrazole (memiliki cincin heterosiklik dengan 4 atom nitrogen dan 1
atom karbon). Secara klinis digunakan dalam bentuk ester prodrug– candesartan
molekul 610,67 dengan titik lebur 157-160 oC. Struktur kimia dapat dilihat pada
Gambar 1. Praktis tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam metanol.
Candesartan cilexetil merupakan resemat gabungan dari satu inti kiral pada
alkohol adalah 0.3 M, dan kelarutan dalam air < 8×10-8 M. Koefisien partisi
(Cetanol/Cair) pada pH 1,1; 6,9 dan 8,9 adalah > 1000 menunjukkan sifat yang
A. Waktu retensi puncak utama dari larutan uji sesuai dengan larutan baku
yang diperoleh sesuai dengan filter ukuran pori yaitu 0,45 µm.
Detektor UV 282 nm, dengan kolom 4,6 mm × 15 cm; 5 µm L7, suhu kolom
30°C, kecepatan laju alir 1,5 mL/menit dengan volume injeksi: 10 µL. Waktu
retensi tidak kurang dari 2,7 jam untuk waktu retensi candesartan cilexetil.
Analisis Candesartan Cilexetil
Perantara untuk tablet yang mengandung 4 mg, 8 mg, dan 16 mg: 0,35 %
0,05 M buffer phospat, pH 6,5: 900 mL. Menggunakan alat disolusi aparatus
sonikasi.
tersimpan.Larutan sampel lolos apabila dapat melewati filter pori ukuran 0,45
(mg/mL)
dilepaskan, sodium dan air diserap kembali. Dimana hasil akhirnya adalah
reseptor AT1 di banyak jaringan, seperti otot polos pembuluh darah dan kelenjar
diantaranya sakit kepala, pusing, nyeri yang tidak spesifik, infeksi saluran
pernapasan bagian atas, infeksi virus, kelelahan, sinusitis, dan diare. Selain itu,
tidak ada interaksi obat yang signifikan terjadi saat candesartan cilexetil diberikan
450 dan itu tidak berpengaruh pada enzim, penghambatan dan perangsangan
dosis dan puncak pada 2-5 jam setelah setelah pemberian candesartan.
Candesartan sangat terikat pada protein plasma (> 99 %) dan tidak didistribusikan
ke dalam sel darah merah. Volume distribusi candesartan cilexetil cukup kecil
dosis oral, candesartan cilexetil diekskresikan tidak berubah pada kotoran dan
dalam urin (26-33 %). Sebagian kecil bentuk metabolit inaktif juga diekskresikan
(Israili, 2000).
cepat dirubah menjadi subtansi aktif candesartan oleh hidrolisis ester selama
bergantung dosis telah terjadi untuk dosis 4-32 mg. Maksimum efek
antihipertensi terjadi pada 4-6 jam setelah pemberian oral. Hubungan tingkat
plasma ditemukan setelah dosis berulang, terlepas dari usia, berat badan, atau
jam setelah dosis 8-16 mg per hari candesartan cilexetil. Efesiensi puncak dari
efek antihipertensi dicapai dalam 4-6 minggu dosis harian (Israili, 2000).
Dosis awal yang pemberian yang dianjurkan dari candesartan untuk dewasa
Berdasarkan respon tekanan darah atau efek samping candesartan, dosis mungkin
beberapa minggu untuk melihat efek penuh dari candesartan pada penurunan
mg sampai 32 mg baik sebagai dosis harian atau dua bagian yang lebih kecil.
Candesartan cilexetil tersedia dalam dosis 4 mg, 8 mg, 16 mg, dan 32 mg (Husain,
et al., 2011).
dilihat pada Gambar 2. Nilai K-30 merupakan nilai dengan berat molekul rata-rata
50.000 yang dihitung berdasarkan viskositas PVP didalam air. Hubungan nilai K
berbau lemah, tidak berasa dan higroskopis. Polivinilpirolidon mudah larut dalam
air, etanol, metanol dan kloroform, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan
Polivinilpirolidon merupakan pembawa inert yang larut dalam air dan tidak
toksik, serta bersifat antigenik dan tidak mengganggu susunan antibodi dalam
stabilizing atau bahan pengikat viskositas dalam bentuk topikal (sebagai bahan
pembentuk gel pada konsentrasi yang besar dari 10% (Rowe, et al., 2009)
panjang rantai dan kekurangan dari polivinilpirolidon dengan berat molekul yang
Sistem dispersi padat pertama kali dipublikasikan oleh Sekiguchi dan Obi
pada tahun 1961 untuk mengurangi ukuran partikel dan meningkatkan laju
disolusi dan absorpsi. Sekiguchi dan Obi mengusulkan suatu bentuk campuran
eutektik dari obat yang kelarutannya kecil dengan pembawa yang inert, campuran
eutektik ini disiapkan dengan metoda peleburan. Dalam cairan pelarut, senyawa
aktif obat diharapkan dilepaskan ke dalam larutan padat dalam bentuk campuran
Sistem dispersi padat merupakan suatu sistem yang terdiri satu atau lebih
zat aktif dalam pembawa inert atau matriks dalam keadaan padat yang dibuat
Dispersi yang dibuat dengan metoda peleburan disebut dengan melts dan yang
evaporates. Secara umum sistem dispersi padat dapat dibuat dengan tiga metoda,
1. Metoda peleburan
Metoda ini pertama kali diperkenalkan oleh Sekiguchi dan Obi tahun 1961,
yang dibuat dengan campuran fisika dari bahan obat dan pembawa yang larut air
dengan menuangkan leburan pada suatu plat tipis dan didinginkan dengan cara
mengalirkan udara atau air pada atau disamping plate.Keuntungan metoda ini
adalah cara yang sederhana dan ekonomis, kerugiannya adalah tidak dapat
dilakukan terhadap bahan obat atau pembawa yang mudah terurai atau rusak pada
2. Metoda pelarutan
Metoda ini dipersiapkan dengan cara melarutkan campuran fisika dari bahan
pembawa oleh temperatur tinggi karena proses penguapan pelarut dilakukan pada
Metoda ini dipersiapkan dengan cara melarutkan bahan obat dalam pelarut
kedalam hasil leburan pembawa pada suhu dibawah 70°C tanpa memindahkan
Campuran ini biasanya dibuat melalui proses pemadatan dari hasil leburan
campuran dua bahan. Pada titik eutektik tersebut campuran dua bahan mempunyai
suhu lebur masing-masing bahan penyusunnya. Jika campuran tersebut
dimasukkan ke dalam air atau kontak dengan cairan saluran cerna, maka pembawa
akan segera larut dan melepaskan zat aktif dalam bentuk molekuler, yang
laju absorbsi. Campuran eutektik disusun oleh molekul yang terikat lemah antar
sehinggapada titik eutektik terjadi penurunan titik lebur dan hal ini berperan
dalam peningkatan kelarutan obat. Diagram fase eutektik sederhana dapat dilihat
Gambar 3. Diagram fase sistem eutektik sederhana (Chiou & Riegelman, 1971)
2. Larutan padat
Larutan padat terdiri dari zat terlarut padat yang larut dalam pelarut padat.
Sistem ini sering disebut dengan campuran kristal karena kedua komponen
mengkristal bersama dalam sistem fase yang homogen. Larutan padat yangsukar
larut dalam pembawa larut air dapat meningkatkan kelarutan obat karena
pengurangan ukuran partikel obat sampai ketingkat molekuler, sehingga laju
disolusinya lebih tinggi dari pada campuran eutektik (Chiou & Riegelman, 1971)
lain dalam semua proporsi baik dalam keadaan cair dan padat. Energi kisi dari
larutan padat kontinyu pada semua komposisi lebih tinggi dari pada komponen
padat kontinyu. Skema fase larutan padat kontinyu dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada sistem ini adanya kelarutan yang terbatas dari zat terlarut dalam
pelarut padat.Skema fase larutan padat terbatas dapat dilihat pada Gambar 5.
Berdasarkan struktur kristal yang dibentuk oleh larutan padat, maka juga
Larutan substitusi terdiri dari matriks bentuk kristal dan obat terdispersi
secara molekular seluruhnya pada matriks pelarut. Diameter molekul lebih kecil
menggantikan molekul pelarut pada struktur kisi-kisi kristal dari pelarut padat.
Susunan kristal pada larutan padat substitusional dapat dilihat pada Gambar 6 a.
Larutan intertisial terdiri dari matriks bentuk serbuk dan obat terdispersi
seluruhnya dalam matriks (pelarut), diameter molekul obat lebih kecil 59 % dari
diameter molekul matriks. Pada tipe ini, molekul zat aktif menempati celah
intertisial antar molekul pada struktur kisi-kisi kristal pelarut padat. Susunan
a b
Larutan padat gelas merupakan sistem dispersi padat berbentuk gelas yang
homogen, dimana bahan obat terlarut dalam pelarut padat gelas. Pada pemanasan
sistem ini cepat melebur tanpa titik lebur yang tajam, karena ikatan antar molekul
dalam larutan gelas berbeda dalam jarak daya ikatannya sehingga tidak ada satu
bentuk amorf pada pembawa kristal. Bentuk amorf dapat meningkatkan kelarutan
Kelarutan merupakan suatu sifat fisika-kimia yang penting dari suatu zat,
terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam
air agar memberikan efek terapi. Agar suatu obat masuk ke sistem sirkulasi dan
absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu. Jika kelarutan obat kurang dari
Metode untuk membantu kelarutan tergantung pada sifat kimia dari obat tersebut
terlarut, pelarut, temperatur, dan zat tambahan. Kelarutan dapat pula didefinisikan
dengan jumlah obat per ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut.
Kelarutan berdasarkan ml pelarut dengan gram zat terlarut dapat dilihat dalam
Tabel II. Tabel kelarutan berdasarkan ml pelarut dengan gram zat terlarut
(Departemen Kesehatan RI, 1979)
medium pelarutnya. Proses ini dikontrol oleh afinitas antara zat padat dengan
lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat yang
disebut dengan lapisan difusi. Dari lapisan ini molekul obat akan keluar melewati
cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis dan absorbsi pun
molekul obat tersebut akan diganti dengan obat yang dilarutkan dari permukaan
partikel obat dan absorbsi obat akan terus berlanjut (Ansel, 2008).
sediaan padat yang diberikan secara oral dalam satuan waktu tertentu. Untuk
Noyes dan Whitney yang didasarkan pada hukum difusi Fick dengan persamaan
(Voigt, 1994):
dc
KS (Cs Ct )
dt
Laju disolusi sediaan padat tergantung pada beberapa faktor yang meliputi
(Agoes, 2006) :
2. Faktor fisikokimia zat aktif meliputi: kelarutan zat aktif dan ukuran
partikel.
pengolahan.
4. Faktor terkait dengan alat uji disolusi dan parameter pengujian disolusi.
1. Alat Keranjang
bahan transparan lain yang inert, suatu motor dan keranjang berbentuk silinder,
seperti pada Gambar 7. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang
pada 37° ± 0,5 °C selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air
dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat
setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga
106 mm dan kapasitas nominal 1000 mL. Pada bagian atas wadah ujungnya
melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas.
Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari
2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa
pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis. Kecuali
juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 μm). Sediaan
dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak
pengujian berlangsung.
2. Alat Dayung
Indonesia, 2014)
Metode ini sebenarnya sama dengan metode keranjang, kecuali pada alat
ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang
berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan
yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata.
spesifikasi pada jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah
merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai.
Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar.
Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral
Gambar 9. Alat uji disolusi bentuk silinder kaca bolak balik (Kementerian
Alat ini terdiri dari satu rangkaian labu kaca beralas rata berbentuk silinder;
rangkaian silinder kaca yang bergerak bolak balik, penyambung inert dari baja
tahan karat (tipe 316 atau yang setara) dan kasa polipropilen yang terbuat dari
menyambungkan bagian atas dan alas silinder yang bergerak bolak balik; dan
sebuah motor serta sebuah kemudi untuk menggerakkan silinder bolak balik
secara vertikal dalam labu dan jika perlu silinder dapat digeser secara horizontal
dan diarahkan ke deretan labu yang lain, seperti pada Gambar 9. Labu tercelup
sebagian di dalam suatu tangas air dengan ukuran tertentu sehingga dapat
mempertahankan suhu di dalam wadah pada 37º ± 0,5ºC selama pengujian
berlangsung. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak
seperti tertera dalam monografi dalam batas ± 5 %. Akan lebih baik apabila alat
Gambar 10. Alat uji disolusi bentuk sel besar untuk tablet dan kapsul
Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah pompa untuk medium disolusi
dan sebuah sel yang dapat dialiri, sebuah tangas air yang dapat mempertahankan
suhu medium disolusi pada 37º ± 0,5ºC. Ukuran sel dinyatakan dalam masing-
masing monografi.
memiliki kapasitas aliran antara 240 mL per jam dan 960 mL per jam, dengan laju
alir baku 4 mL, 8 mL dan 16 mL per menit. Alat memberikan aliran konstan (± 5
% dari laju alir)profil aliran adalah sinusoidal dengan 120 ± 10 pulsa/ denyut per
menit. Pompa tanpa denyut juga dapat digunakan. Uji disolusi menggunakan sel
Sel terbuat dari bahan yang inert dan transparan, dipasang vertikal dengan
suatu sistem penyaring yang mencegah lepasnya partikel tidak larut dari bagian
atas seldiameter sel baku adalah 12 mm dan 22,6 mm, bagian bawah yang
tabung terdapat suatu alat pemegang tablet untuk meletakkan bentuk sediaan
tertentu, misalnya tablet tertahan. Sel tercelup dalam sebuah tangas air dan suhu
cincin berbentuk O untuk menahan sel. Pompa terpisah dari unit disolusi dari
getaran yang berasal dari pompa. Posisi pompa tidak boleh lebih tinggi dari posisi
dengan diameter dalam 1,6 mm dan sambungan yang ujungnya melebar dan inert
secara kimia. Skema alat dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak
memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif, kosentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
lautan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam
Rohman, 2007) :
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
sama.
ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada mana absorbsi itu
terjadi, tergantung pada betapa kuat elektron terikat dalam molekul itu. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisa dengan spektrofotometri UV-
Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak bewarna yang akan dianalisis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
2. Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
umumnya dipindai dalam pemindahan raster pola dan posisi balok yang
memiliki energi berkisar antara 0,2 keV sampai 40 keV, difokuskan oleh satu atau
mempunyai energi antara 200 eV-1 MeV dengan panjang gelombang antara 0,5-2
Å. Panjang gelombang hampir sama dengan jarak antara atom dalam kristal.
Apabila suatu bahan dikenai sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari
intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan
dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya sama. Berkas
sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi (Gennaro, 1985).
jumlah komponen dalam suatu campuran. Cahaya tampak terdiri dari beberapa
range frekuensi elektromagnetik yang berbeda dimana setiap frekuensi bisa dilihat
range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat oleh mata. Pengukuran pada spectrum
gelombang 4000-400 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan
menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat
khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi.Metode ini
(Dachriyanus, 2004).
panas yang hilang atau peningkatan panas sebagai akibat perubahan fisika dan
kimia dalam suatu sampel, sebagai fungsi temperatur. Contoh-contoh proses
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai bulan
3.2.1 Alat
meter, aluminium foil, mortir, pipet ukur, desikator, ayakan, dan alat-alat yang
menunjang penelitian.
3.2.2 Bahan
(Bratachem).
dan pemerian.
Tabel III. Perbandingan formula serbuk dispersi padat dan campuran fisika
Campuran F1 F2 F3
No Bahan
Fisik (gram) (gram) (gram) (gram)
Candesartan
1 1 1 1 1
cilexetil
2 PVP K-30 1 1 3 5
Total 2 2 4 6
1. Pembuatan serbuk campuran fisika
Sejumlah candesartan cilexetil dan PVP K-30 dalam perbandingan 1:1, 1:3,
glass. Lalu campurkan larutan PVP K-30 secara perlahan kedalam larutan
diuapkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50ºC sampai kering.
serbuk didispersikan dalam parrafin cair dan diteteskan pada gelas objek,
dan sistem dispersi padat yang telah disiapkan. Sampel diambil sebanyak
satu ujung spatula kecil, setelah itu program alat FT-IR. Lalu putar letak
sampel searah dengan jarum jam. Masukkan sampel pada tempat sampel
yang sudah bersih dan kering. Kemudian lakukan analisis sampel sambil
keluar.
3. Difraksi Sinar-X
sample stage pada alat XRD. Pola XRD bubuk diselusuri menggunakan
grafit, operasikan pada voltase 40 kV, arus 30 mA. Sampel dianalisis pada
sudut 2θ pada rentang 10°-70° dan proses parameter dilakukan pada lebar
pada carbon conductive tabs dan agar serbuk tidak tersedot pada saat
proses vakum. Ukur tinggi serbuk yang telah diletakkan pada dudukan,
tungku. Setelah proses vakum, sampel dapat diamati dengan alat SEM
fisik dan dispersi padat candesartan cilexetil dan PVP K-30. Sampel
detektor.
spektrofotometer UV-Vis.
dipipet dari larutan induk 100 µg/mL sebanyak 0,6 ; 0,8 ; 1 ; 1,2 ; 1,4 ; 1,6
dengan metanol sampai tanda batas. Diukur serapan masing- masing larutan
campuranfisik
kalibrasi.
3.3.6 Penetapan Profil Disolusi dari Campuran Fisik dan Serbuk Dispersi
Dalam wadah tertutup rapat masukkan sejumlah air suling panaskan diatas
hot plate hingga mendidih, kemudian didihkan selama 5 menit atau lebih
cilexetil.
dengan dapar posfat dan dicukupkan hingga tanda batas (konsentrasi 1000
cara dipipet dari larutan induk 100 µg/mL sebanyak 1 ; 1,2 ; 1,4 ; 1,6 mL.
dapar posfat pH 6,5 sampai tanda batas. Diukur serapan masing- masing
d. Uji disolusi
dan suhu diatur 37oC± 0,5oC. Kemudian zat aktif, campuran fisik serbuk dan
dispersi padat ditimbang setara dengan 32 mg dimasukkan kedalam wadah
pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45 dan 60. Pada setiap pemipetan diganti
dengan medium disolusi (volume dan suhu yang sama pada saat pemipetan).
Serapan larutan yang telah dipipet dari medium disolusi diukur pada
Data hasil disolusi campuran fisika dan dispersi padat dilakukan penetapan
profil disolusi model kinetika pelepasan obat berdasarkan persamaan orde nol,
orde satu, Higuchi dan Korsmeyer-Peppas dan ditentukan efisiensi disolusi. Data
campuran fisik dan serbuk dispersi padat dapat dilihat pada Lampiran 1,
4. Spektrofotometer FT-IR
4.1.4 Disolusi
dapar fosfat pH 6,5 dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel XVII-XXII dan
Gambar 46.
4. Hasil efisiensi disolusi candesartan cilexetil dapat dilihat pada Lampiran 1,
Tabel XXIII.
Gambar 47-50.
6. Analisa statistik efisiensi disolusi dilakukan dengan uji ANOVA satu arah,
4.2 Pembahasan
bentuk, warna, bau, rasa dan kelarutan, sesuai dengan yang tertera pada Japanese
beker glass terpisah dan dilarutkan dengan etanol 96%. Lalu campurkan larutan
campuran larutan tadi diuapkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50 ºC
hingga kering. Padatan yang dihasilkan kerok dan digerus dengan mortir,
untuk melihat sifat atau karakter dari serbuk yang dihasilkan dan juga
(SEM). Setelah itu dilakukan uji penetapan kadar dan profil disolusi dari masing-
masing formula.
sejumlah serbuk dalam parafin cair yang diteteskan pada gelas objek, kemudian
optilab dan laptop. Pemeriksaan distribusi ukuran partikel ini dilakukan dengan
menghitung partikel sebanyak 1000 buah yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
K-30 lebih sempit dengan ukuran partikel yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan serbuk candesartan cilexetil dimana kurvanya lebih luas, hal ini dapat
ukuran partikel antara 10 – 160 µm. Pada kurva % frekuensi kumulatif distribusi
ukuran partikel dapat disimpulkan dari kemiringan kurva, bahwa serbuk dispersi
padat formula 3 mempunyai ukuran partikel yang paling halus dimana kurvanya
lebih tegak ke arah sumbu y berarti telah mendekati distribusi normal hal ini dapat
dengan ukuran partikel yang lebih kecil setelah melalui proses pelarutan.
obat padat yang sukar larut, semakin besar luas permukaan maka daya
keterbasahan zat aktif akan meningkat saat berkontak dengan medium disolusi
dan berpengaruh terhadap laju disolusi serta bioavaibilitas dari obat tersebut.
polivinilpirolidon K-30, campuran fisik, dan dispersi padat. Pada hasil SEM
perbesaran 1000 kali, candesartan cilexetil terlihat berupa padatan kristal dengan
bentuk jarum-jarum kecil yang dapat dilihat pada Lampiran 1, Gambar 16.
Sedangkan bentuk morfologi dari PVP K-30 perbesaran 500 kali pada Lampiran
1, Gambar 17 terlihat seperti bentuk bongkahan batu yang tidak beraturan . Pada
campuran fisik perbesaran 1000 kali masih terlihat bentuk morfologi permukaan
dari candesartan cilexetil murni yang menempel pada PVP K-30 yang dapat
dispersi padat formula 1 perbesaran 500 kali masih terlihat morfologi permukaan
dengan polivinilpirolidon K-30. Pada dispersi padat formula 2 (1:3) dan formula 3
(1:5) perbesaran 500 kali sudah tidak terlihat lagi bentuk morfologi dari
candesartan cilexetil dan PVP K-30 yang menandakan antara kedua zat telah
campuran fisika dibuat hanya dengan cara pencampuran yang sederhana tanpa
adanya perlakuan khusus yang dapat merusak bentuk dari masing–masing bahan
dan belum terjadinya interaksi dengan PVP K-30. Sedangkan serbuk dispersi
padat dibuat dengan metoda pelarutan, bentuk morfologi dari candesartan cilexetil
tidak terlihat lagi karena fase kristalin candesartan cilexetil telah terdispersi pada
Terjadinya perubahan bentuk pada campuran fisik dan sebuk dispersi padat
menandakan bahwa telah terjadi reaksi fisika pada candesartan cilexetil dengan
polivinilpirolidon K-30.
candesartan cilexetil pada serbuk dispersi padat . Analisa difraksi sinar-X serbuk
merupakan metode yang handal untuk karakterisasi interaksi padatan antara dua
komponen padat, apakah terbentuk fase kristalin baru atau tidak. Jika terbentuk
fase kristalin baru dari hasil interaksi antar kedua komponen, maka akan teramati
secara nyata dari difraktogram sinar-X yang berbeda antara campuran fisik dan
dispersi padat dari kedua komponen tersebut. Analisis difraksi sinar-X ini juga
terhadap fase padat dan perubahan derajat kristalinitas senyawa padat obat
candesartan cilexetil setelah dibentuk dispersi padat yang dibuat dengan metode
interferensi yang khas dan tajam pada sudut 2 θ: 9,62º yaitu 6130,5. PVP K 30
terbentuk halo amorf (diffuse) yang dapat diamati pada Lampiran 1, Gambar 23.
kristalin candesartan cilexetil terlihat jelas pada sudut 2 theta : 9,62˚ yaitu 3739,1
difraktogram ini juga menunjukkan terjadinya penurunan derajat kristalinitas
candesartan cilexetil. Pada hasil dispersi padat antara formula 1 (1:1), formula 2
(1:3), dan formula 3 (1:5) terdapat penurunan puncak interferensi yang signifikan
dibandingkan dengan campuran fisik. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1,
interferensi yang lebih baik dari pada formula 1 dan formula 2, yang dapat dilihat
pada lampiran 1, Gambar 25 dan Gambar 26. Dari hasil difraktogram dipersi
padat formula 1 (1:1) terlihat puncak pada sudut 2 theta: 9,62˚ yaitu 3581.
Dispersi padat formula 2 (1:3) terlihat penurunan derajat kristalin yang cukup
signifikan pada sudut 2 theta: 9,62˚ yaitu 2489,3. Dan dispersi padat formula 3
(1:5) memperlihatkan penurunan derajat kristalin pada sudut 2 theta: 9,62˚ yaitu
banyak polimer PVP K-30 yang ditambahkan semakin baik penurunan intensitas
fungsi pada suatu senyawa. Setiap pita serapan pada bilangan gelombang tertentu
menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik. Hasil analisa berupa signal
Lampiran 1, Gambar 30, terlihat adanya gugus fungsi ester C-O pada bilangan
gelombang 1245,91 cm-1, gugus fungsi C=O pada bilangan gelombang 1731,25
cm-1, gugus fungsi C-H aromatik pada bilangan gelombang 2939,62 cm-1 dan
gugus fungsi N-H pada bilangan gelombang 3669,62 cm-1. Spektrum FT-IR
serbuk PVP K-30 pada Lampiran 1, Gambar 31, menunjukan puncak yang lebar
-1
pada bilangan gelombang 3429,36 cm yang menunjukkan adanya gugus fungsi
O-H, gugus fungsi C-H aromatik pada bilangan gelombang 2940,13 cm-1, gugus
fungsi C=C pada bilangan gelombang 1649,76 cm-1. Pada Lampiran 1, Gambar
32, hasil karakterisasi campuran fisik terdapat puncak yang menunjukkan adanya
gugus fungsi dari PVP K-30 yaitu pada bilangan gelombang 3408,31cm-1 dan
gelombang 1716,41 cm-1; 1251,98 cm-1; dan 2938,39 cm-1. Pada Lampiran 1,
gugus fungsi dari PVP K-30 dan candesartan cilexetil dengan adanya puncak PVP
K-30 yang lebar pada bilangan gelombang 3402,06 cm-1 dan 1647,36 cm-1.
Puncak candesartan cilexetil pada bilangan gelombang 2940,34 cm-1 dan 1259,15
cm-1. Pada dispersi padat formula 2 yang dapat dilihat Lampiran 1, Gambar 34,
juga terdapat sebagian besar puncak serapan PVP K-30 pada bilangan gelombang
3396,35 cm-1; 1275,89 cm-1 dan 1645,25 cm-1, juga puncak candesartan cilexetil
pada bilangan gelombang 2944,49 cm-1. Pada dispersi padat formula 3 Lampiran
1, gambar 35 juga terdapat sebagian besar puncak-puncak serapan PVP K-30 pada
bilangan gelombang 3402,78 cm-1, dan 1645,94 cm-1. Hilangnya sebagian besar
cilexetil dan PVP K-30 yang berarti telah terjadi pembentukan dispersi padat
antara candesartan cilexetil dengan PVP K-30 yang dibuat dengan metoda
pelarutan.
Karakterisasi selanjutnya yaitu analisis termal dilakukan mengunakan alat
DSC. Differential scanning calorimetry (DSC) merupakan salah satu alat dari
thermal analizer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan
entalpi dari suatu bahan. Prinsip dasar yang mendasari teknik ini adalah, bila
sampel mengalami transformasi fisik seperti transisi fase, lebih (atau kurang)
Differential scanning calorimetry (DSC) untuk melihat titik lebur suatu zat
endotermik yang tajam pada temperatur 169,916 °C dalam waktu 902,4 detik
sebesar 69,206 J/g yang dapat dilihat pada Lampiran 1, Gambar 36. Hasil
Pada campuran fisik terjadi pergeseran titik lebur pada temperatur 171,609 °C
dalam waktu 911 detik dengan entalpi sebesar 29,344 J/g yang dapat dilihat pada
entalpi yaitu pada suhu 168,177 °C dalam waktu 890 detik dengan entalpi
peleburan 38,683 J/g Lampiran 1, Gambar 38. Data pada Lampiran 1, Gambar 39
155,447 °C dalam waktu 813 detik dengan energi panas yang kecil yaitu 7,398
kecil sebesar 6,956 J/g, dapat dilihat pada Lampiran 1, Gambar 40.
peleburan dari candesartan cilexetil setelah dibentuk dispersi padat dengan PVP
K-30. Pada campuran fisik dan dispersi padat formula 1 yang dibuat dengan
Namun pada dispersi padat formula 2 dan formula 3 perbandingan 1:3 dan 1:5
sudah tidak terlihat lagi puncak endotermik dari candesartan cilexetil. Pada sistem
dispersi padat terjadi pergeseran titik lebur dari candesartan cilexetil yang diikuti
peleburan lebih rendah karena terjadi penurunan derajat kristalinitas, hal ini telah
dikonfirmasi oleh hasil XRD yaitu adanya penurunan derajat kristalinitas yang
campuran fisika, formula 1 dan formula 2, jumlah polimer yang digunakan pada
formula 3 lebih banyak dimana, semakin banyaknya jumlah PVP K-30 yang
ditambahkan pada sistem dispersi padat maka semakin rendah kapasitas panas
K-30 murni, campuran fisik dan dispersi padat candesartan cilexetil- PVP K-30
Gambar 42. Kurva kalibrasi yang dibuat dengan konsentrasi 8, 10, 12, 14, dan 16
ppm didapatkan hasil persamaan regresi yaitu y = 0,0506x – 0,1778 dengan nilai
r = 0,99994, dapat dilihat pada Lampiran 1, Tabel XIV dan Gambar 43. Data pada
dalam dispersi padat formula 1, 2 dan 3 yaitu 99,9755; 100,0852; 99,9206 % dan
menyatakan kadar candesartan cilexetil tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 %.
Pada penentuan profil disolusi dari serbuk dispersi padat dan campuran
terjadi peningkatan laju disolusi dari semua formula. Peningkatan laju disolusi
pengaruh metoda dispersi padat pada masing-masing formula, ini terlihat bahwa
pada dispersi padat formula 3 memiliki peningkatan laju disolusi yang lebih baik
dengan campuran fisik, diantara ketiga formula untuk profil disolusi formula 3
memiliki laju disolusi yang lebih baik dibandingkan dengan formula 1 dan
formula 2. Namun antara campuran fisik dan formula 1 terlihat mempunyai laju
disolusi yang hampir sama. Hal ini mungkin disebabkan karena perbandingan
antara candesartan cilexetil dan PVP K-30 yang digunakan sama (1:1) walaupun
disolusi (ED). Nilai efisiensi disolusi merupakan nilai AUC (Area Under Curve)
dari jumlah obat terdisolusi persatuan waktu. Data pada Lampiran 1, Tabel XXIII,
dibawah kurva menunjukkan nilai efisiensi disolusi campuran fisik, dispersi padat
model kinetika orde nol, orde satu, Higuchi dan Korsemeyer-Peppas. Dari
keempat model kinetika tersebut, koefisien korelasi dari persamaan model
dengan logaritma waktu relatif lebih linear dari pada persamaan yang lain. Dapat
dilihat dari harga koefisien korelasi (r), nilai korelasi r yang diperoleh yaitu
0,975 dan formula 3 0,959 dapat dilihat pada Lampiran 1, Tabel XXVIII.
Berdasarkan tinjauan dari aspek kinetika tersebut maka kinetika pelepasan obat
Menurut Fick kecepatan disolusi dikontrol oleh kecepatan difusi dari membran
yang sangat tipis dari larutan jenuh yang terbentuk seketika di sekitar partikel
padat. Obat yang terlarut dalam larutan jenuh berdifusi kedalam pelarut dari
daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat yang
Analisis statistik dari efisiensi disolusi dispersi padat dan campuran fisik
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 11132,091 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05),
yang berarti H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi disolusi
dispersi padat dan campuran fisik dari candesartan cilexetil dan polivinilpirolidon
K-30 itu adalah berbeda nyata. Hasil uji lanjut dengan uji duncan menunjukkan
bahwa rata- rata efisiensi disolusi terbagi atas 5 subset, dimana efisiensi disolusi
candesartan cilexetil terletak pada subset 1, campuran fisik terdapat pada subset 2,
pada subset 5. Jadi dapat disimpulkan dari hasil uji lanjut dengan uji Duncan
candesartan cilexetil, campuran fisik dan dispersi padat, yang berarti bahwa
perbedaan metode dispersi padat memberikan pengaruh terhadap laju disolusi dari
XXXI.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan:
pada sistem dispersi padat yaitu dapat memperbaiki sifat fisikokimia dari
termodinamika.
2. Pengaruh PVP K-30 tehadap laju disolusi candesartan cilexetil pada sistem
kadar yang terdisolusi pada menit ke-60 candesartan cilexetil, campuran fisik,
5.2 Saran
Ansel, H.C. (2008). Pengantaran Bentuk Sedian Farmasi. (Edisi 4). Depok : UI
Press.
Devi, G.M., Krishna, S., Lakshmi, S., Ram, S., & Devi, U.(2016). Enhancement
of Solubility of Candesartan Cilexetil By Solid Dispersion Method.
InternationalJournal of Advance in Pharmacy and Biotechnology. 2(2), 6-
14.
Gandjar, I.G & Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ginting, A., Sutri , I., & Jan, S., (2005). Penentuan parameter uji dan ketidak
pastian pengukuran kapasitas panas pada differential scanning
calorimeter.J. Tek. Bhn. Nukl. 1,(1), 1-57.
Husain, A., Azim, Sabir., Mitra,M & Bhasin, S.P. (2011). A review on
Candesartan: Pharmacological and Pharmaceutical Profile. Journal of
Applied Pharmaceutical Science, 01(10) :12-17
Kumar, L., Singh, V., & Meel, R.K. (2015).Formulation Development and
Evaluation of oral Disentegrating Tablet of Candesartan Cilexetil. World
Journal of Pharmaceutical Research, 4, (2), 1158-1170.
Nikghalb, L.A., Singh, G., Singh, G., & Kahkeshan, K.F. (2012). Solid
Dispersion: Method and Polymers to Increase the Solubility of Poorly
Soluble Drug. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2(10), 170-
175.
Shargel, L., Wu-Pong, S., & Yu, A.B.C. (2012). Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan (Edisi V). Penerjemah: Fasich dan Budi
Supraptih. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga.
Sharma, P., Kapoor, A., & Bahargara, S. (2012). A Review on: Solubility
Enchancement by Implementing Solid Dispersion Technique for Poorly
Water Soluble Drug. Research Journal Of Pharmaceutical, Biological
and Chemical Science. 3(1), 847-859
Shindu, J., Kishore, B., Kaza, Rajesh., & Ranganayakulu. (2015). Design and
Characterization Of Fast Disolving Films Of Telmisartan Solid
Dispersions. International Journal of Research in Pharmaceutical and
Nano Science .4(3), 140-1152
Shing, J., Umadevi, S. K., Vardhan, S., Lachoria, M., & Rajeswari. (2014).
Solubility Enhancement of Candesartan Cilexetil by Using Different
Hydrotropic Agents. European Journal of Pharmaceutical and Medical
Research, 2(1), 339-353.
The Ministry of Health, Labour and Welfare. (2011). Japanese Pharmacopeia
Sixteenh Eddition. The MHLW Ministerial Notification No. 65. Japan.
Zhong, L., Zhu, X., Lao, X., & Su, W. (2013). Dissolution Properties And Phsycal
Characterization of Telmisartan-Chitosan solid Dispersion prepared By
Mechanochemical Activation. AAPS PharmSciTech. 14(2), 541-550.
Lampiran 1. Data dan Hasil Penelitian
Persyaratan
No. Pemeriksaan (Japanese Pharmacopeia Pengamatan
Sixteenh Eddition, 2011)
1. Pemerian
2. Kelarutan
Persyaratan
No. Pemeriksaan (Handbook of Pengamatan
Pharmaceutical
Excipient, 2009)
1. Pemerian
Bentuk Serbuk Serbuk
Warna Putih atau putih Putih
kekuningan Bau lemah, khas
Bau Berbau lemah atau tidak Berbau
berbau, higroskopik lemah,higroskopik
2. Kelarutan
a. Dalam air Larut dalam 1 bagian air 1 g dalam 1 mL air
b. Dalam etanol Larut dalam 1,5 bagian 1 g dalam 1,5 mL
etanol etanol
Lampiran 1. (lanjutan)
%
Ukuran Partikel % Frekuensi
(µm) d n nd Frekuensi Kumulatif
0 – 10 5 0 0 0 0
10,1 – 20 15,05 5 75,25 0,5 0,5
20,1 – 30 25,05 79 1978,95 7,9 8,4
30,1 – 40 35,05 164 5748,2 16,4 24,8
40,1 – 50 45,05 185 8334,25 18,5 43,3
50,1–60 55,05 165 9083,25 16,5 59,8
60,1–70 65,05 99 6439,95 9,9 69,7
70,1–80 75,05 92 6904,6 9,2 78,9
80,1-90 85,05 72 6123,6 7,2 86,1
90,1-100 95,05 55 5227,75 5,5 91,6
100,1-110 105,5 34 3587 3,4 95
110,1-120 115,05 23 2646,15 2,3 97,3
120,1-130 125,05 15 1875,75 1,5 98,8
130,1-140 135,05 8 1080,4 0,8 99,6
140,1-150 145,05 2 290,1 0,2 99,8
150,1-160 155,05 2 310,1 0,2 100
Ʃ 1000 59705,3 100 100
Keterangan :
Tabel VII. Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel campuran fisik (1:1)
%
Ukuran Partikel % Frekuensi
(µm) d n Nd Frekuensi Kumulatif
0 – 10 5 18 90 1,8 1,8
10,1 – 20 15,05 234 3521,7 23,4 25,2
20,1 – 30 25,05 298 7464,9 29,8 55
30,1 – 40 35,05 99 3469,95 9,9 64,9
40,1 – 50 45,05 148 6667,4 14,8 79,7
50,1–60 55,05 31 1706,55 3,1 82,8
60,1–70 65,05 37 2406,85 3,7 86,5
70,1–80 75,05 89 6679,45 8,9 95,4
80,1-90 85,05 16 1360,8 1,6 97
90,1-100 95,05 10 950,5 1 98
100,1-110 105,05 11 1155,55 1,1 99,1
110,1-120 115,05 3 345,15 0,3 99,4
120,1-130 125,05 3 375,15 0,3 99,7
130,1-140 135,05 1 135,05 0,1 99,8
140,1-150 145,05 2 290,1 0,2 100
150,1-160 155,05 0 0 0 100
Ʃ 1000 36619,1 100 100
Keterangan :
Tabel VIII. Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel serbuk dispersi padat
formula 1 (1:1)
%
Ukuran Partikel % Frekuensi
(µm) d n Nd Frekuensi Kumulatif
0 – 10 5 23 115 2,3 2,3
10,1 – 20 15,05 237 3566,85 23,7 26
20,1 – 30 25,05 291 7289,55 29,1 55,1
30,1 – 40 35,05 278 9743,9 27,8 82,9
40,1 – 50 45,05 45 2027,25 4,5 87,4
50,1–60 55,05 32 1761,6 3,2 90,6
60,1–70 65,05 38 2471,9 3,8 94,4
70,1-80 75,05 12 900,6 1,2 95,6
80,1-90 85,05 29 2466,45 2,9 98,5
90,1-100 95,05 11 1045,55 1,1 99,6
100,1-110 105,5 2 211 0,2 99,8
110,1-120 115,05 1 115,05 0,1 99,9
120,1-130 125,05 1 125,05 0,1 100
130,1-140 135,05 0 0 0 100
140,1-150 0 0 0 0 100
150,1-160 155,05 0 0 0 100
Ʃ 1000 31839,75 100 100
Keterangan :
%
Ukuran Partikel % Frekuensi
(µm) d n Nd Frekuensi Kumulatif
0 – 10 5 120 600 12 12
10,1 – 20 15,05 190 2859,5 19 31
20,1 – 30 25,05 287 7189,35 28,7 59,7
30,1 – 40 35,05 258 9042,9 25,8 85,5
40,1 – 50 45,05 36 1621,8 3,6 89,1
50,1–60 55,05 18 990,9 1,8 90,9
60,1–70 65,05 50 3252,5 5 95,9
70,1–80 75,05 9 675,45 0,9 96,8
80,1-90 85,05 17 1445,85 1,7 98,5
90,1-100 95,05 9 855,45 0,9 99,4
100,1-110 105,5 2 211 0,2 99,6
110,1-120 115,05 3 345,15 0,3 99,9
120,1-130 125,05 1 125,05 0,1 100
130,1-140 135,05 0 0 0 100
140,1-150 145,05 0 0 0 100
150,1-160 155,05 0 0 0 100
Ʃ 1000 29214,9 100 100
Keterangan :
Ukuran % % Frekuensi
Partikel (µm) d n Nd Frekuensi Kumulatif
0 – 10 5 155 775 15,5 15,5
10,1 – 20 15,05 360 5418 36 51,5
20,1 – 30 25,05 220 5511 22 73,5
30,1 – 40 35,05 212 7430,6 21,2 94,7
40,1 – 50 45,05 45 2027,25 4,5 99,2
50,1–60 55,05 2 110,1 0,2 99,4
60,1–70 65,05 3 195,15 0,3 99,7
70,1–80 75,05 2 150,1 0,2 99,9
80,1-90 85,05 1 85,05 0,1 100
90,1-100 95,05 0 0 0 100
100,1-110 105,5 0 0 0 100
110,1-120 115,05 0 0 0 100
120,1-130 125,05 0 0 0 100
130,1-140 135,05 0 0 0 100
140,1-150 145,05 0 0 0 100
150,1-160 155,05 0 0 0 100
Ʃ 1000 21702,3 100 100
Keterangan :
40
35
30
% Frekuensi
25
ZA
20
15 CF
10
5 F1
0 F2
F3
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
F1 : Dispersi padat formula 1 (1:1)
F2 : Dispersi padat formula 2(1:3)
F3 : Dispersi padat formula 3 (1:5)
Lampiran 1. (lanjutan)
120
% Frekuensi kumulatif
100
80
ZA
60
CF
40
F1
20
F2
0
F3
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
F1 : Dispersi padat formula 1 (1:1)
F2 : Dispersi padat formula 2(1:3)
F3 : Dispersi padat formula 3 (1:5)
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XI. Data analisis difraksi sinar-X candesartan cilexetil, campuran fisik,
dispersi padat formula 1 (1:1), formula 2 (1:3), dan formula 3 (1:5)
dengan menggunakan program winploter.
Intensitas
Sudut 2θ ZA CF F1 F2 F3
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
F1 : Dispersi padat formula 1 (1:1)
F2 : Dispersi padat formula 2(1:3)
F3 : Dispersi padat formula 3 (1:5)
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XII. Data analisa spektrum inframerah candesartan cilexetil, PVP K-30
campuran fisik, dispersi padat formula 1 (1:1), formula 2 (1:3) dan
formula 3 (1:5).
Gugus Fungsi
Sampel
N-H O-H C=C C=O C-O C-H
ZA 3669,62 - - 1731,25 1245,91 2939,62
PVP K-30 - 3429,36 1649,76 - 1274,48 2940,13
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
F1 : Dispersi padat formula 1 (1:1)
F2 : Dispersi padat formula 2(1:3)
F3 : Dispersi padat formula 3 (1:5)
Lampiran 1. (lanjutan)
Gambar 37. Termogram DSC campuran fisik candesartan cilexetil – PVP K30
Lampiran 1. (lanjutan)
Data ZA CF F1 F2 F3
Termogram
Temperatur 152,77 dan 153,19 dan 142,13 dan 140,97 dan 145,47 dan
(ºC) 175,75 177,37 175,96 170,61 173,41
798,8 dan 800,0 dan 733,8 dan 726,0 dan 753,0 dan
Waktu (s) 936,8 945,2 936,8 904,0 920,6
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
Tabel XIV. Data serapan larutan standar candesartan cilexetil dalam metanol
pada panjang gelombang 254,40 nm
0.7
0.6
0.5
Absorban
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
konsentrasi (ppm)
y = –0,1778 + 0,0506x
r = 0,99994
R2 = 0,99994
Tabel XV. Hasil penetapan kadar serbuk zat aktif candesartan cilexetil, campuran
fisik dan serbuk dispersi padat formula 1, formula 2 dan formula 3
dalam metanol.
Kadar
Formula Serapan (mg) Penetapan Kadar (%) ± SD
0,434
ZA 0,435 50,4270 100,8540 ± 0,0951
0,435
0,430
CF 0,430 50,0426 100,0852 ± 0
0,430
0,429
Formula 1 0,429 49,9877 99,9755 ± 0,0951
0,430
0,430
Formula 2 0,430 50,0426 100,0852 ± 0
0,430
0,429
Formula 3 0,429 49,9603 99,9206 ± 0
0,429
Keterangan :
ZA : Zat aktif
CF : Campuran fisik
Gambar 44. Panjang gelombang candesartan cilexetil dalam medium dapar fosfat
pH 6,5 pada konsentrasi 10 ppm λmaks = 256,60 nm
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XVI. Data serapan larutan standar Candesartan Cilexetil dalam medium
dapar fosfat pH 6,5 pada panjang gelombang 256,60 nm
0.7
0.6
0.5
Absorban
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)
Gambar 45. Kurva kalibrasi Candesartan dalam medium dapar fosfat pH 6,5
y = –0,07560 + 0,0507x
r = 0,9999
R2 = 0,9999
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XVII. Data hasil profil disolusi serbuk zat aktif candesartan calexetil dalam
medium dapar fosfat pH 6,5
Tabel XVIII. Data hasil profil disolusi campuran fisik Candesartan Cilexetil
dalam medium dapar fosfat pH 6,5
Tabel XIX. Data hasil profil disolusi serbuk dispersi padat formula 1 candesartan
cilexetil dalam medium dapar fosfat pH 6,5
Waktu Formula 1
(Menit) Absorban % Terdisolusi Rata-rata Terdisolusi ± SD
0,436 56,7603
5 0,495 63,3062 58,9422 ± 3,7792
0,436 56,7603
0,437 57,1866
10 0,518 66,2096 60,1942 ± 5,2094
0,437 57,1866
0,576 72,6106
15 0,576 72,6607 70,4823 ± 3,7297
0,518 66,1756
0,582 73,3619
30 0,582 73,3622 72,7214 ± 1,1096
0,565 71,4401
0,584 73,5880
45 0,584 73,5880 73,5844 ± 0,0061
0,584 73,5773
0,607 76,1410
60 0,592 74,4768 75,0315 ± 0,9608
0,592 74,4768
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XX. Data hasil profil disolusi serbuk dispersi padat formula 2 candesartan
cilexetil dalam dapar fosfat pH 6,5
Formula 2
Waktu (Menit) Absorban % Terdisolusi Rata-rata Terdisolusi ± SD
0,561 70,6287
5 0,565 71,0725 70,9245 ± 0,2562
0,565 71,0725
0,570 72,0196
10 0,570 72,0220 72,5389± 0,8974
0,584 73,5753
0,584 73,5805
15 0,584 73,5805 74,1751 ± 1,0298
0,600 75,3643
0,592 74,4768
30 0,592 74,4768 75,2567 ± 1,3508
0,613 76,8166
0,613 76,8116
45 0,613 76,8116 76,8159 ± 0,0075
0,613 76,8246
0,626 78,2669
60 0,634 79,1545 78,5628 ± 0,5124
0,626 78,2670
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XXI. Data hasil profil disolusi serbuk dispersi padat formula 3 dalam
medium dapar fosfat pH 6,5
Waktu Formula 3
(Menit) Absorban % Terdisolusi Rata-rata Terdisolusi ± SD
0,600 74,9556
5 0,613 76,3979 75,9171 ± 0,8327
0,613 76,3979
0,607 76,1486
10 0,624 78,0427 77,4113± 1,0935
0,624 78,0427
0,634 79,1508
15 0,647 80,6036 80,1193± 0,8387
0,647 80,6036
0,704 86,9338
30 0,684 84,7229 86,4953 ± 1,5989
0,712 87,8294
0,732 90,0835
45 0,741 91,0697 90,7467 ± 0,5744
0,741 91,0870
0,764 93,6513
60 0,762 93,4349 93,5810 ± 0,1265
0,764 93,6569
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XXII. Data hasil persen terdisolusi serbuk zat aktif, campuran fisik,
serbuk dispersi padat formula 1, formula 2, dan formula 3 dalam
dapar fosfat pH 6,5
100
Kurva Disolusi
90
80
70
% Terdisolusi
60 ZA
50 CF
40 F1
30 F2
20
F3
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Gambar 46. Kurva profil disolusi zat aktif, campuran fisik, serbuk dispersi padat
formula 1, formula 2 dan formula 3 dalam medium dapar fosfat pH
6,5
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1 . (lanjutan)
Tabel XXIII. Efisiensi disolusi serbuk zat aktif, campuran fisik, serbuk dispersi
padat formula 1, formula 2 dan formula 3 dalam medium dapar
fosfat pH 6,5
Keterangan :
ZA = zat aktif
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XXIV. Kinetika pelepasan obat berdasarkan model kinetika orde 0 (Ct =
C0+Kt), waktu vs % terdisolusi
ZA
ORDE 0
CF
100
F1
80
F2
% terdisolusi
60 F3
40 Linear (ZA)
20 Linear (CF)
0 Linear (F1)
0 20 40 60 80
waktu (menit)
Gambar 47. Kurva % terdisolusi zat aktif, campuran fisik, serbuk dispersi padat
formula 1, formula 2, dan formula 3 dalam medium dapar fosfat pH
6,5
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XXV. Kinetika pelepasan obat berdasarkan model orde 1 (log ct/log co =
kt.t), waktu vs log % terdisolusi
ZA
2.5 Orde 1 CF
2 F1
log % terdisolusi
F2
1.5 F3
Linear (ZA)
1
Linear (CF)
0.5 Linear (F1)
0
0 10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
Gambar 48. Kurva persen terdisolusi zat aktif, campuran fisik, serbuk dispersi
padat formula 1, formula 2, dan formula 3 berdasarkan model
kinetika orde 1, waktu vs log % terdisolusi
Keterangan :
ZA = zat aktif
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1. (lanjutan)
Table XXVI. Kinetika pelepasan obat berdasarkan model kinetika Higuchi (Ct =
k.√t)√waktu vs % terdisolusi
ZA
Higuchi
CF
100
F1
80 F2
% terdisolusi
60 F3
40 Linear (ZA)
Linear (CF)
20
Linear (F1)
0
0 2 4 6 8 10
√waktu (menit)
Gambar 49. Kurva persen terdisolusi zat aktif, Campuran Fisik, serbuk dispersi
padat formula 1, formula 2, dan formula 3 beradasrkan model
kinetika higuchi, √t vs % terdisolusi
Keterangan :
ZA = zat aktif
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1. (lanjutan)
korsmeyer-peppas ZA
2.5 CF
2 F1
Log % terdisolusi
F2
1.5
F3
1 Linear (ZA)
Gambar 50. Kurva persen terdisolusi zat aktif, Campuran Fisik, dispersi padat
Formula 1 , Formula 2, dan Formula 3 berdasarkan model kinetika
Korsmeyer-Peppas, log waktu vs log % terdisolusi
Keterangan :
ZA = zat aktif
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 1. (lanjutan)
Keterangan :
ZA = zat aktif
CF = campuran fisik
F1 = formula 1
F2 = formula 2
F3 = formula 3
Lampiran 2. Contoh perhitungan
Absorban = 0,434
10 10
Faktor pengenceran = × 1,2 = 83,3333
1
𝑦 = 0,0506𝑥 − 0,1778
0,434 + 0,1778 𝜇𝑔
𝑥= = 12,089 ⁄𝑚𝑙
0,0506
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 ×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
mg sampel = 1000
𝜇𝑔
12,089 ×83,3333 ×50 𝑚𝑙
𝑚𝑙
= = 50,3506𝑚𝑔
1000
50,3506 𝑚𝑔
% kadar = × 100% = 100,7012 %
50 𝑚𝑔
a. Menit ke 5
Absorban = 0,561
0,561 − (−0,0756) 𝜇𝑔
𝑥= = 12,5562
0,0507 𝑚𝑙
10
Faktor pengenceran = =2
5
Faktor koreksi = -
𝜇𝑔
12,5562 ×900 𝑚𝑙 ×2
𝑚𝑙
Kadar terdisolusi = = 22,6011 𝑚𝑔
1000
22,6011 𝑚𝑔
% terdisolusi = × 100% = 70,6286 %
32 𝑚𝑔
Lampiran 2. (lanjutan)
b. Menit ke 10
Absorban = 0,570
0,570 − (−0,0756)
𝑥= = 12,7337 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0,0507
10
Faktor pengenceran = =2
5
5
Faktor Koreksi = (900) × 22,6011 𝑚𝑔 = 0,1255 𝑚𝑔
12,7337×900×2
Kadar terdisolusi = = 22,9207𝑚𝑔
1000
c. Menit ke 15
Absorban = 0,584
0.584−(−0,0756)
𝑥= = 13,0098 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0,0507
10
Faktor pengenceran = =2
5
5
Faktor koreksi = (900) × 23,0462 = 0,1280 𝑚𝑔
𝜇𝑔
13,0098 ×900×2
𝑚𝑙
Kadar terdisolusi = = 23,4177 𝑚𝑔
1000
23,5457𝑚𝑔
% terdisolusi = × 100% = 73,5805 %
32 𝑚𝑔
d. Menit ke 30
Absorban = 0,592
Lampiran 2. (lanjutan)
0,592 − (−0,0756)
𝑥= = 13,1676 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0,0507
10
Faktor pengenceran = =2
5
5
Faktor koreksi = (900) × 23,5457 = 0,1308 𝑚𝑔
𝜇𝑔
13,1676 ×900×2
𝑚𝑙
Kadar terdisolusi = = 23,7017 𝑚𝑔
1000
23,8325 𝑚𝑔
% terdisolusi = × 100% = 74,4768 %
32 𝑚𝑔
e. Menit ke 45
Absorban = 0,613
0,613 − (−0,0756)
𝑥= = 13,5818 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0,0507
10
Faktor pengenceran = =2
5
5
Faktor koreksi = (900) × 23,8325 = 0,1324𝑚𝑔
𝜇𝑔
13,5818 ×900×2
𝑚𝑙
Kadar terdisolusi = = 24,4473𝑚𝑔
1000
24,5797 𝑚𝑔
% terdisolusi = × 100% = 76,8116 %
32 𝑚𝑔
f. Menit ke 60
Absorban = 0,626
0,626 − (−0,0756)
𝑥= = 13,8382 𝜇𝑔/𝑚𝑙
0,0507
10
Faktor pengenceran = =2
5
Lampiran 2. (lanjutan)
5
Faktor koreksi = (900) × 24,5797 = 0,1365 𝑚𝑔
𝜇𝑔
13,8382 ×900×2
𝑚𝑙
Kadar terdisolusi = = 24,9088 𝑚𝑔
1000
25,0454𝑚𝑔
% terdisolusi = × 100% = 78,2669 %
32 𝑚𝑔
(0+70,6287)
Luas area bawah kurva 1 (0-5) = × (5 − 0) = 176,5717
2
(70,6287+72,0196)
Luas area bawah kurva 2 (5-10) = × (10 − 5) = 356,6207
2
(72,0196+73,5805)
Luas area bawah kurva 3 (10-15) = × (15 − 10) = 364,0002
2
(73,5805+74,4768)
Luas area bawah kurva 4 (15-30) = × (30 − 15) = 1110,4298
2
(74,4768+76,8116)
Luas area bawah kurva 5 (30-45) = × (45 − 30) = 1134,6630
2
(76,8116+78,2669)
Luas area bawah kurva 6 (45-60) = × (60 − 45) = 1163,0888
2
100
80
60
40 % terdisolusi
20
0
5 10 15 30 45 60
4305,3743
Efisiensi Disolusi (ED)= ×100% = 71,7562 %
60 x 100
Lampiran 3. Analisa Data Statistik
Lower Upper
Bound Bound
27,151
ZA 3 ,39629 ,22880 26,1669 28,1358 26,69 27,40
3
63,987
CF 3 1,72434 ,99555 59,7039 68,2709 62,30 65,75
4
67,630
F1 3 1,44356 ,83344 64,0445 71,2165 66,09 68,95
5
72,156
F2 3 ,57049 ,32937 70,7397 73,5740 71,76 72,81
8
82,138
F3 3 ,52921 ,30554 80,8241 83,4534 81,74 82,74
7
Tota 62,613
15 19,42465 5,01542 51,8559 73,3700 26,69 82,74
l 0
1,597 4 10 ,249
Lampiran 3. (lanjutan)
1 2 3 4 5
ZA 3 27,1513
CF 3 63,9874
F1 3 67,6305
F2 3 72,1568
F3 3 82,1387
Bahan Baku
karakterisasi
Analisa data
ii
Gambar 52. Skema kerja
uku
Lampiran 4. Foto dan Dokumentasi