Disusun oleh :
Putri Syahrianti
NPM : 211FF02057
2. Prinsip Percobaan
3. Pendahuluan
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting dilakukan untuk mengetahui
kualitas/ mutu simplisia yang digunakan. Parameter yang biasa ditentukan antara lain
penetapan kadar abu total, abu tidak larut asam, dan abu larut air, kadar sari larut air
dan sari larut etanol, penetapan kadar air dan susut pengeringan.
Simplisia yang digunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka harus memenuhi
syarat monografi yang telah ditentukan dalam buku-buku standar seperti Materia
Medika Indonesia (MMI), Farmakope Herbal Indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI),
dan lain-lain. Kegunaannya adalah untuk menjaga agar mutu yang diharapkan dapat
terpenuhi dengan baik.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen senyawa anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan. Kadar abu dapat menunjukkan total mineral dalam bahan.
Bahan bahan organik dalam bahan /simplisia akan terbakar tetapi senyawa anorganik
tidak, karena itulah disebut dengankadar abu.
4. Alat dan Bahan
Bahan Alat
- Krus silika
- Simplisia yang akan diuji
- Tanur (pemanas suhu tinggi)
- Kloroform
- Krus kaca masir
- Aquades
- Timbangan analitis
- Asam klorida encer
- Erlenmeyer
- Etanol
- Labu besumbat kaca
- Kertas saring bebas abu
- Cawan dangkal berdasar rata
5. Prosedur Kerja
a. Penetapan kadar abu total
1) Sebanyak dua sampai tiga gram sampel yang telah diserbuk ditimbang seksama
dan dimasukan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan
ditara, kemudian diratakan.
2) Kemudian dipijar perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang.
3) Jika arang tidak dapat hilang, maka ditambahkan air panas, disaring melalui
kertas saringbebas abu.
4) Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama.
5) Filtrat dimasukan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, dan
ditimbang.
6) Hitung kadar abu terhadap bahan yang dikeringkan di udara.
b. Penetapan kadar abu tidak larut asam
1) Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL
asam kloridaencer selama 5 menit.
2) Bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas
abu, dicucidengan air panas, dipijar hingga bobot tetap kemudian ditimbang.
3) Hitung kadar abu tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
c. Penetapan kadar abu larut air
1) Abu yang diperoleh pada penetapan abu total dididihkan dengan 25 mL air selama 5
menit,
2) Bagian yang tidak larut dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu,
lalu dicuciair panas dan dipijarkan hingga bobot tetap kemudian ditimbang
3) Hitung kadar abu larut air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
6. BAGAN KERJA
2-3 gram simplisia ditimbang seksama, masukkan kedalam krus dan ratakan
jika arang tidak dapat hilang → ditambahkan air panas → disaring melalui kertas
saring bebas abu
bagian yang tidak larut dikumpulkan → disaring melalui kertas saring bebas abu
hitung kadar abu tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
bagian yang tidak larut dikumpulkan → disaring melalui kertas saring bebas abu
hitung kadar abu larut air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
7. Hasil Percobaan
Perhitungan kadar abu total = (Bobot krus + abu) – (bobot krus kosong) x 100%
Bobot simplisia
=
Hasil Percobaan
Perhitungan kadar abu tidak larut asam = (Bobot krus + abu) – (bobot krus kosong) x 100%
Bobot simplisia
=
Hasil Percobaan
= [Bobot kadar abu total - (Bobot krus + abu) – (bobot krus kosong)] x 100%
Bobot simplisia
= 13,756 %
8. Pembahasan
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan
pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat, dan
garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan
jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau
mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.
Dalam praktikum kali ini, dilakukan penetapan Kadar Abu Total simplisa Daun Sirsak.
Penetapan Kadar Abu Total dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa Bahan-bahan
organik yang hilang dalam pembakaran dengan suhu tinggi. Residu yang tertinggal adalah
mineral dalam bentuk abu putih.
Penetapan kadar abu total dilakukan dengan pengabuan simplisia dalam krus di dalam
tanur pada suhu 600-800oC. Disini terjadi pemanasan bahan pada temperatur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga yang tertinggal hanya unsur
mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya simplisia. Selain itu
penetapan kadar abu juga dimaksudkan untuk mengontrol jumlah pencemar benda-benda
organik seperti tanah, pasir yang seringkali terikut dalam sediaan nabati.
Proses pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pembakaran berwarna putih
abu-abu. Setelah itu hasil pengabuan tadi didinginkan didalam deksikator agar ketika
melakukann penimbangan tidak merusak timbangan.
9. Kesimpulan
Melalui praktikum ini kami dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara
menetukan kadar abu suatu simplisia baik kadar abu total, kadar abu larut air maupun kadar
abu tidak larut asam. Dan berdasarkan praktikum kami, kadar abu total dari simplisia daun
jambu adalah sebanyak 41,8%, kadar abu tidak larut asam sebanyak 63,9% dan kadar abu larut
air sebanyak 13,756% .
Pustaka
Ditjen POM, DepKes RI (1986) : Cara Pembuatan Simplisia yang Baik, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 2-25.
Ditjen POM, DepKes RI (1989) : Materia Medika Indonesia, jil. V, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 194-197.
Ditjen POM, DepKes RI (2000) : Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 10-11.