Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I

PENETAPAN KADAR AIR SIMPLISIA DENGAN METODE GRAVIMETRI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah
FARMAKOGNOSI I

PENYUSUN :
Bella Resiana Widagda ( 19012014 )

DOSEN PENGAMPU :
Ferry Efendi,S.Si,Apt

S1 Reguler Khusus A
Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi
Bogor
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya
pada akhirnya bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Farmakognosi I tentang Penetapan
Kadar Air Simplisia dengan Metode Gravimetri tepat pada waktunya. Rasa terima kasih
juga saya ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang selalu memberikan dukungan serta
bimbingannya sehingga Laporan Praktikum Farmakognosi I tentang Penetapan Kadar Air
Simplisia dengan Metode Gravimetri ini dapat disusun dengan baik.
Semoga Laporan Praktikum Farmakognosi I tentang Penetapan Kadar Air
Simplisia dengan Metode Gravimetri yang telah saya susun ini turut memperkaya
khazanah ilmu farmasi serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya juga
menyadari bahwa Laporan Praktikum Farmakognosi I tentang Penetapan Kadar Air
Simplisia dengan Metode Gravimetri ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka
dari itu saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan Laporan Praktikum Farmakognosi I tentang Penetapan Kadar Air Simplisia
dengan Metode Gravimetri dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Bogor, 11 Febuari 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat dan Bahan ......................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja ................................................................................................ 3
2.3 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 6
3.1 Saran ........................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan. Kadar
air merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan karena erat
hubungannya dengan penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan.
Kandungan air dalam bahan pangan dapat mempengaruhi kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut. Semakin tinggi kadar air, maka bakteri, kapang dan khamir
semakin mudah untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan
pada bahan pangan yang akan mempercepat pembusukan. Oleh sebab itu penting
sekali kita mengetahui kadar air dalam bahan pangan(Sandjaja 2009).
Kadar air dalam bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan 2 metode,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi Metode
Gravimetri, Metode Destilasi, Metode Karl Fischer, Metode Termogravimetri.
Analisa kadar air metode tidak langsung yaitu dilakukan tanpa mengeluarkan air dari
bahan dan tidak merusak bahan pangan tersebut. Metode yang banyak diterapkan
yaitu metode listik-elektronika, penyerapan gelombang mikro, penyerapan sonik dan
ultrasonik, dan metode spektroskopi. Dalam praktikum analisa kadar air dilakukan
dengan menggunakan metode gravimetri (pengeringan dengan Oven)
Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar
makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan
atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut
(Winarno, 1997). Prinsip dari metode ini yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalaan pemanasan dalam oven 100 – 1500C. Kemudian menimbang bahan
sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan
murah.

1
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Memenuhi tugas praktikum farmakognosi I
1.2.2 Mahasiswa mampu menentukan kadar air simplisia nabati pada daun sirsak (
Annona muricata. L) dengan menggunakan metode gravimetri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat dan Bahan


• Serbuk simplisia daun biji jambu
• Cawan porselen
• Oven listrik
• Timbangan
• Desikator

2.2 Cara Kerja


• Timbang cawan porselen.
• Sebanyak 10 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam cawan porselen, lalu
ditimbang.
• Keringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 30 menit-1jam
• Simpan pada desikator hingga mencapai suhu ruang
• Timbang kembali
• Hitung % kadar air sampel

2.3 Hasil dan Pembahasan


Sampel Bobot sebelum Bobot sesudah
dipanaskan dipanaskan
Serbuk daun sirsak 10 gram 9,58 gram

Perhitungan susut pengeringan


𝑊1 − 𝑊2
𝑋 100%
𝑊1
10𝑔𝑟𝑎𝑚 − 9,58𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 100% = 4,2%
10𝑔𝑟𝑎𝑚

3
Penetapan kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan batasan
maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang tinggi dapat
menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat merusak senyawa yang
terkandung di dalam simplisia (Depkes RI, 2000:15). Persyaratan kadar air simplisia
menurut parameter standar yang berlaku adalah tidak lebih dari 10%. Hasil
pengujian kadar air untuk simplisia daun sirsak sebesar 4,2% menunjukkan bahwa
simplisia tersebut telah memenuhi syarat standar kadar air.Dalam praktikum ini
dilakukan dengan metode gravimetri. Metode ini digunakan untuk semua bahan
pangan kecuali produk yang mengandung komponen senyawa “volatil” atau bahan
yang mudah menguap pada pemanasan 1000C. Prinsip metode ini menigeringkan
sampel dalam oven 100-1050C sampai bobot konstan dan selisih bobot awal dan
akhir dihitung sebagai kadar air.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak
mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersis
dalam simplisia pada kadar lebih 10% dapat menjadi media pertumbuhan mikroba.
Selain itu, dengan adanya air, akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan
zat aktif sehingga mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Simplisia yang dikeringkan dengan oven, lalu simplisia tersebut dimasukkan
kedalam desikator yang fungsinya untuk mendinginkan. Simplisia yang digunakan
yaitu daun sirsak.
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting dilakukan untuk mengetahui
kualitas/mutu simplisia yang digunakan. Parameter yang biasa ditentukan antara lain
penetapan kadar abu total, abu tidak larut asam, dan abu larut air, kadar sari laut air
dan sari larut etanol, penetapan kadar air dan susut pengeringan.Simplisia yang
digunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka harus memenuhi syarat monografi
yang telah ditentukan dalam buku-buku standar seperti Materia Medika Indonesia
(MMI), Farmakope Herbal Indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI), dan lain-
lain. Kegunaannya adalah untuk menjaga agar mutu yang diharapkan dapat
terpenuhi dengan baik. Untuk simplisia yang baru dikenalpun perlu ditetapkan
karakteristik nya.

4
Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, simplisia
merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah
simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang
dimaksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluarkan selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. (Depkes RI,1989). Penetapan persayatan
simplisia menurut (WHO,1998) meliputi cara pengambilan sampel, penetapan
bahan organik asing, pemeriksaan makrokopik dan mikroskopik, pemeriksaan bahan
yang dapat terekstraksi, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak
larut asam, penetapan kadar abu yang larut air, dan penetapan kadar air.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
• Kadar susut pengeringan daun jambu biji yang diuji sebesar 4,2 %
• Kadar susut pengeringan memenuhi persyaratan sehingga layak digunakan
sebagai obat bahan alam

3.2 Saran
Semoga praktikum selanjutnya dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat
memudahkan dalam memahami lebih jelas dan melakukan analisa.

6
DAFTAR PUSTAKA

• Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan,
Jakarta
• Modul Farmakognosi I STTIF Bogor

Anda mungkin juga menyukai