Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN III
PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA DAN PEMERIKSAAN
MIKROSKOPIK

Disusun oleh :
Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069)
2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071)
3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073)
4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075)
Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2
Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno
Tanggal Praktikum : 23 November 2015
Dosen Pembimbing : Nur Amalia, M.Sc.,Apt.

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA DAN PEMERIKSAAN
MIKROSKOPIK
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu mengidentifikasi simplisia berdasarkan fragmen pengenal
dengan menggunakan mikroskop.
2. Mampu mengetahui ciri-ciri khas suatu simplisia.

II. PENDAHULUAN
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu,
sampai derajat kehalusan tertentu (Anonim, 1995). Untuk mengetahui
kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis
kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis
kuantitatif (Anonim, 2007).
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang
derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia ayang dapat
diuji berupata sayatan melintang, radial, paradermal, membujur, ataupun
serbuk. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal spesifik masing-masing simplisia (Wiryodagdo,2007)
Sel yang mempunyai bentuk dan fungsi sama, akan membentuk
jaringan tumbuhan. Jaringan dewasa pada tumbuhan berdasarkan fungsinya
dibedakan menjadi :
a. Jaringan epidermis
Epidermis merupakan lapisan sel terluar dari daun, bagian
bunga, buah dan biji, serta dari batang dan akar sebelum menjalani
penebalan sekunder. Menurut fungsi dan bentuk sel-sel epidermis
tidaklah sama. Selain dari sel epidermis yang umum juga dijumpai
banyak macam rambut, sel pengawal stomata, serta sel spesifik
lainnya. Akan tetapi dari segi topografi dan sampai tingkat tertentu
secara ontogeni epidermis merupakan jaringan yang seragam.
Epidermis biasanya terdapat diseluruh kehidupan organ-organ
tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder. Lamanya
epidermis didalam organ tumbuhan dengan pertumbuhan sekunder

1
tidak sama. Sel epidermis bentuk umum mempunyai bentuk,
ukuran serta susunan yang beragam, tetapi selalu tersusun rapat
membentuk lapisan yang kompak tanpa ruang interselular (Agoes,
2007).

Derivat Epidermis :

 Stomata
Stomata berasal dari kata Yunani : stoma yang mempunyai
arti lubang atauporus. Esau mengartikan sebagai sel-sel penutup
dan porus yang ada di antaranya. Jadi stomata adalah porus atau
lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang masing-masing
dibatasi oleh dua buah guard cell atau sel-sel penutup. Guard cell
adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan bentuk
dan fungsi, juga dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada
diantaranya. Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian
tumbuhan yang berwarna hijau, jadi terutama sekali pada daun-
daun. Pada tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air
terdapat pula alat-alat yang strukturnya mirip dengan stomata,
padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata (Agoes,2007).
Sel yang mengelilingi  stomata dapat berbentuk sama atau
berbeda dengan sel epidermis lainnya, sel yang berbeda bentuk itu
dinamakan sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam perubahan
osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur
lebar celah. Stomata terdapat pada semua bagian tumbuahan
diatas tanah, paling banyak ditemukan pada daun. Pada daun,
stomata ditemukan dikedua permukaan daun atau pada satu muka
saja, biasanya pada permukaan bawah. Sel penutup biasanya
mengadakan kloroplas sehingga bisa berlangsung fotosintesis. Sel
penutup umumnya berbentuk ginjal, tetapi pada tumbuhan
monokotil ada yang berbentuk halter. Dimungkinkan ada
hubungan antara bagian dalam tubuh tumbuhan dengan dunia luar
lingkungan, hal ini sangat berguna bagi proses fotosintesis,

2
respirasi, dan transpirasi. Stomata berasal dari sel protoderm yang
terdapat pada meristem apikal (Fahn, 2005).

Pada dikotil dapat dibagi menjadi empat jenis stomata


berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel
penutup yaitu (Hidayat, 2007) :

1. Jenis anomositik, yaitu sel penutup dikelilingi oleh


sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari
sel epidermis lainnya. Jenis ini umumnya terdapat
pada Ranunculacae.
2. Jenis anisositik, yaitu sel penutup dikelilingi tiga buah sel
tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat
pada Crucifirae.
3. Jenis parasitik, yaitu setiap sel penutup diiringi sebuah sel
tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu
sejajar sumbu sel penutup celah. Jenis ini umumnya
terdapat pada Rubiaciae.
4. Jenis diasitik, yaitu setiap stomata dikelililngi dua sel
tetangga. Jenis ini umum terdapat pada Acanthaciae.

Selain itu juga terdapat tiga kategori sel penutup, yaitu


(Hidayat, 2007) :

1. Mesogen, sel penutup dan sel yang ada di dekatnya yang


dapat berkembang atau tidak berkembang menjadi sel
tetangga. Memiliki asal yang sama.

2. Perigen, sel yang di dekat stomata yang tidak memiliki asal


yang sama dengan sel penutup.

3. Mesoperigen, sedikitnya satu sel tetangga yang memiliki


hubungan langsung dengan stomata, sementara sel yang lain
tidak.

3
Fungsi stomata pada daun adalah sebagai tempat pertukaran gas
antara oksigen dan karbondioksida, pengatur penguapan (Fahn,
2005).

 Trikoma

Trikoma dalam arti sebenarnya adalah rambut-rambut


yang tumbuh (berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-
sel epidermis yang bentuk, susunan serta fungsinya memang
bervariasi. Trikoma terdapat pada hampir semua organ tumbuh-
tumbuhan (pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama organ-
organ tumbuhan itu masih hidup. Disamping itu terdapat juga
trikoma yang hidupnya hanya sebentar. Trikoma ini biasanya
tumbuh lebih dahulu menjelang atau dalam hubungan dengan
pertumbuhan organ tumbuhannya. Ditinjau dari susunannya dapat
dibedakan menjadi dua, trikoma yang uniseluler dan multiseluler.
Sedangkan menurut bentuknya trikoma juga dibagi menjadi dua,
trikoma sebagai rambut dan trikoma sebagai sisik (Agoes,2007).

Beberapa sel epidermis daun atau cabang membentuk


tonjolan dalam bantuk rambut atau trikoma. Trikoma dapat
tersebar dalam bentuk tunggal, tetapi adakalanya bergerombol.
Trikoma dapat terdiri dari sel tunggal atau beberapa sel
bergabung dengan berbagai bentuknya. Mulai dari bentuk
sederhana sebagai tonjolan sampai membentuk bangunan
komplek yang bercabang-cabang atau berbentuk bintang. Sel-sel
penyusun trikoma dapat berupa sel hidup atau sel mati (Fahn,
2005).

Penggunaan trikoma dalam taksonomi sangat dikenal.


Beberapa famili dapat dengan mudah diidentifikasi dengan
adanya tipe atau tipe istimewa berbentuk rambut. Pada kasus yang
lain rambut itu penting untuk klasifikasi genus dan spesies dan
dalam analisis hibrid antar spesies. Secara garis besar trikoma

4
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu trikoma tanpa
kelenjar dan trikoma berkelenjar (Fahn, 2005).

Trikoma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :


trikoma yang tidak menghasilkan sekret dapat berbentuk rambut
bersel satu atau sel banyak, rambut sisik yang memipih dan bersel
banyak, rambut bercabang dan bersel banyak, dan rambut akar.
Sedangkan trikoma yang menghasilkan sekret dapat bersel satu
atau bersel banyak dan berupa sisik, trikoma yang menghasilkan
sekret yang kental atau koleter, rambut gatal, dan trikoma yang
menghasilkan nektar (Hidayat, 2007).

 Sel Silika, Lentisel, Litosit, dan Sel Gabus

Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut


dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun. Sel-sel silika yang
berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika yang
berupa massa silika yang isotropik dan di tengah-tengahnya
buasanya berupa granula-granula renik. Pada pandangan
permukaan, benda-banda silika itu mungkin berbentuk bulatan,
elips, halter, atau berbeentuk pelana. Dilaporkan adanya silikon
dijumpai hanya dalam jumlah kecil dalam sel silika muda,
akumulasinya semakin cepat dalam sel yang mengalami proses
menua (Fahn,2005).Dinding sel gabus disisipi oleh suberin dan
banyak diantaranya mengandung bahan-bahan organuk padat.

Litosit merupakan derivat epidermis yang mempunyai


bentuk khusus. Terdapat pada daun tumbuhan Moraceae dan
Cucurbitacirae. Dindingnya mengalami penebalan ke arah lumen
sel, epidermis yang mengalami penebalan dari luar ke dalam.
Penebalan ini berbentuk rumah lebah mengandung selulosa dan
kalsium karbonat yang disebut sistolit (Purnomo,2005).

5
Pada sebagian besar tumbuhan dalam jaringan periderm,
terdaapat area terbatas yang sel-selnya tersusun tidak rapat,
bersuberin atau tidak. Derah ini dinamakan lentisel. Lentisel
menonjol di atas periderm di sekitarnya, karena ukuran yang lebih
besar dan susunan sel-selnya yang tidak rapat, dan biasanya
jumlahnya lebih banyak di daerah-daerah ini. Karena
kesinambungan ini ruang-ruang antar sel dari lentisel serta dari
jaringan sebelah dalam dari organ aksial, diduga bahwa fungsi
lentisel berhubungan dengan pertukaran gas, sama dengan
stomata pada organ yang hanya ditutupi oleh epidermis (Fahn,
2005).

b. Jaringan Dasar

Merupakan jaringan yang berfungsi untuk memperkuat


kedudukan jaringan yang lain. Disebut jaringan dasar karena
terbentuk dari meristem dasar yang terdapat hampir di semua
tumbuhan dan mengisi jaringan tumbuhan baik pada akar, batang,
daun, biji maupun buah (Waluyo, 2006).
Ciri-ciri dari jaringan parenkim yaitu :
 sel umumnya berukuran besar dan berdinding tipis
 sel hidup dan mengandung klorofil
 banyak mengandung rongga antar sel
 banyak mengandung vakuola
 letak selnya tidak rapat
(Waluyo, 2006)
Macam-macam jaringan parenkim :
 Klorenkim : parenkim untuk fotosintesis, karena selnya 
mengandung klorofil. Misal : parenkim palisade (jaringan
pagar) dan parenkim spon (bunga karang).
 Aerenkim : parenkim untuk menyimpan udara sehingga dapat
digunakan untuk mengapung.

6
 Parenkim air : parenkim untuk menyimpan air

 Parenkim penimbun : parenkim untuk menyimpan cadangan


bahan makanan.
(Waluyo, 2006)
c. Jaringan penguat
Merupakan jaringan yang berfungsi untuk menunjang agar
tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Jaringan penunjang
dibedakan menjadi  :
 kolenkim : adalah jaringan penunjang pada tumbuhan
muda dan belum berkayu yang dinding sel di bagian sudut-
sudutnya mengalami penebalan dan tersusun atas sel-sel
yang hidup.  Contoh : pada batang bayam
 sklerenkim : adalah laringan penguat yang dinding selnya
melami penebalan dari zat kayu (lignin) sehingga bersifat
lebih kuat.
Ada 2 macam sklerenkim :
 sklereida (sel batu) : pada tempurung kelapa dan
tempurung kenari
 serabut sklerenkim (serat/ fiber) : pada serat rami.
(Soesilo, 2005)
d. Jaringan Pengangkut
Merupakan jaringan yang berguna untuk transportasi hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh   bagian tumbuhan serta
mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun.
Jaringan pengangkut terdiri dari :
 xylem (pembuluh kayu) : sel penyusunnya berupa trakeid,
trakea dan parenkim xylem.  Terdapat pada bagian
kayu. Fungsinya mengangkut air dan unsur hara dari akar
ke daun

7
 floem (pembuluh tapis) : terdiri dari sel hidup, berdinding
selulosa dan dindingnya melintang.  Terdapat pada bagian
kulit kayu. Pada samping ploem terdapat  sel pengiring.
(Soesilo, 2005)
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 2009). Amilum merupakan suatu senyawa organik yang
tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-
daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis.
Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen
untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman
menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum
dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya
amilopektin.
 Amilosa                : Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan
dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai
terbuka.
 Amilopektin         : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-
glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang,
sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri
atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan
80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama
mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif
(Gunawan, 2004).Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur
glukosa adalah C6H11O6dan rumus bangun dari α- D- glukosa. Amilum dapat
dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air

8
ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amilum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase,
amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa (Poedjiadi,A. 2009).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari
berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan
padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang
Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang
meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi
larut) (Fahn, 2005).Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di
bidang farmasi adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang
(Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot
utilissima) (Gunawan, 2004).
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari
Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum
tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal,
membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum
dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing
mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi
tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat
diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria
(Gunawan, 2004).Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri
farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya
alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan
sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau
sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah
(Anwar, 2004).
Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan
sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan
tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar,

9
pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam
pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).Fungsi amilum dalam dunia farmasi 
digunakan sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang
berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007)

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, gelas
objek, gelas penutup, pipet tetes, lampu spiritus, kertas saring, blender,
penumbuk, penggiling, alas kertas, toples, dan alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah amilum serbuk yang berasal dari biji jagung, biji
gandum, umbi kentang, umbi singkong,(daun, bunga, buah, kulit buah,
batang, akar, rimpang, dan herba), larutan kloralhidrat, dan akuades.

IV. CARA KERJA


 Pembuatan Serbuk Simplisia

Simplsia
- Diserbuk menggunakan penumbuk.
- Diayak sampai derajat kehalusan yang dikehendaki.
- Disimpan dalam toples / botol berwarna coklat diberi label.
Serbuk Simplisia

 Pengamatan Mikroskopik
a. Pengamatan Amilum
Serbuk Amilum
- Diambil dan diletakkan pada gelas objek
- Ditetesi akuades secukupnya, ditutup dengan gelas
penutup
- Diamati dibawah mikroskop
- Digambar hasil yang diperoleh
Hasil

10
b. Pengamatan Serbuk Simplisia

Serbuk Simplisia
- Diletakkan diatas kaca objek, ditetesi kloralhidrat
70%P, dipanaskan diatas lampu spiritus, dijaga
jangan sampai mendidih
- Ditutup dengan gelas penutup
- Diamati dibawah mikroskop setelah dingin
- Diamati warna dan fragmen pengenal
- Digambar dan dibandingkan dengan MMI atau FHI

Hasil

V. DATA PENGAMATAN
Amilum
No Nama amilum Perbesaran Literatur Foto

1. Amilum Amantae 10 kali

40 kali

11
2. Amilum Manihot 10 kali

40 kali

3. Amilum Maydis 10 kali

40 kali

4. Amilum Oryzae 10 kali

40 kali

Simplisia

12
No
Nama Simplisia Perbesaran Literatur Foto
.

1. Apium gravieolens 10 kali

40 kali

2. Turnera ulmifolia L 10 kali

40 kali

3. Zingiber officinale 10 kali

40 kali
4. Curcuma domestica 10 kali

13
40 kali

5. Citrus L. 10 kali

40 kali

6. Orthosiphon aristatus 10 kali

40 kali

7. Amaranthus tricolor 10 kali

40 kali

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Simplisia :

1. Apium gravieolens
2. Turnera ulmifolia L
3. Zingiber officinale
4. Curcuma domestica
5. Citrus L.
6. Orthosiphon aristatus
7. Amaranthus tricolor

Amilum :
1. Amilum Manihot (FI IV)

14
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
utillissimaPohl ( familia Euphorbiaceae ).
Pemerian : serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan : paktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Mikroskopik : butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai 35µm,
hilus di tengahberupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela tidak
jelas,konsentris, butirmajemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir tunggal
tidak sama bentuknya.
Bahan organik asing : tidak lebih dari sespora sel.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rata
2. Amilum amantae (FI IV)
3. Amylum maydis (FI IV)
Pati jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L ( familia Poaceae
). Pemerian,kelarutan,bahan organik asing,wadah penyimpanan : memenuhi
syarat seperti yang tertera pada Pati Singkong.
Mikroskopik : butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm sampai 23µmatau
butir bulat dengan diameter 25µm sampai 32µm. Hilus ditengah berupa
rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5,tidak ada lamela. Amati
di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam,
memotong pada hilus.
4. Amylum oryzae (FI IV)
Pati beras adalah pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (Familia
Poaceae).Pemerian,kelarutan,bahan organik asing,wadah penyimpanan :
memenuhi syaratseperti yang tertera pada Pati Singkong.
Mikroskopik : bitur versegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal atau
majemukbentuk bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus ditengah,
tidakterlihat jelas,tidak ada lamela konsentris. Amati di bawah cahaya terpol-
arisasi, tampakbentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
5. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rata

Hasil Vs Literatur

15
Amylum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian.
Amylum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.
Amilosa: Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka. Amilopektin:Terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan
sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih 1000 unit glukosa(Waluyo, 2006).
Amylum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian
yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif. Amylum
dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air
ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang
bekerja terhadap amylum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase,
amylum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β – maltosa(Poedjiadji, 2009).
Identifikasi amilum secara mikroskopis dan secara kimiawi. Sampel yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah Amylum manihot, Amylum maydis,
Amylum oryzae, dan Amylum Amante.
Pati jagung (Amilum Maydis) adalah pati yang diperoleh dari biji Zea
mays L ( familia Poaceae). Berdasarkan literatur, pati jagung berupa butir bersegi
banyak, bersudut, atau butir bulat, kemudian terdapat butir pati dan hilus yang
berupa rongga atau celah dan terdapat lamela. Bentuk dan ukuran granula pati
jagung dipengaruhi oleh sifat biokimia dari khloroplas atau amyloplasnya. Sifat
birefringence adalah sifat granula pati yang dapat merefleksi cahaya terpolarisasi
sehingga di bawah mikroskop polarisasi membentuk bidang berwarna biru dan
kuning. Warna biru dan kuning pada permukaan granula pati disebabkan oleh
adanya perbedaan indeks refraktif yang dipengaruhi oleh struktur molekuler
amilosa dalam pati. Bentuk heliks dari amilosa dapat menyerap sebagian cahaya

16
yang melewati granula pati. Bentuk granula merupakan ciri khas dari masing-
masing pati(Gunawan, 2004).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, didapat gambar
penampang amilum manihot pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuknya yang berupa pati jagung tersebut tidak punya
lamella (tidak terlihat), Bentuknya berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau
butir bulat,kemudian terdapat butir pati dan hilus yang berupa rongga atau celah.
Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan literatur.
Amylum manihot (pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar
manihot utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus
dan putih, secara mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi
banyak butir kecil dengan diameter 5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris
tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang
tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3
butir tunggal yang tidak sama bentuknya (Gunawan, 2004).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, didapat gambar
penampang amilum manihot pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuknya yang berupa butir tunggal,butir agak bulat atau
bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga hilus yang berupa garis silang
dan titik, ada juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk sedikit.
Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan amilum manihot berupa
butir tunggal, hilus berupada titik, dan lamella tidak jelas.
Amylum oryzae (pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza
sativa L. (familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
mikroskopik yaitu berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal
atau majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah
tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Jika diamati dibawah cahaya
terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus
(Anwar,2004).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, didapat gambar
penampang amilum oryzae pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuknya butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk

17
bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak
terdapat lamella. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur.
Amylum marantae (pati garut) adalah amylum yang diperoleh dari
tanaman Maranta arundinacea yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
mikroskopik yaitu berupa butir lingkaran ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal atau
majemuk bentuk bulat telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah tidak
terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris (Anwar,2004).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, didapat gambar
penampang amilum marantae pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuknya butir lingkaran, tunggal atau majemuk bentuk
bulat telur, terdapat butir telur dan hilus yang tidak terlihat jelas, dan tidak
terdapat lamella. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur.
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu,
sampai derajat kehalusan tertentu (Anonim, 1995). Untuk mengetahui kebenaran
dan mutu simplisia, maka dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan
kualitatif. Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif (Anonim,
2007).
Identifikasi simplisia secara mikroskopik dan senyawa kimiawi. Pada
praktikum ini menggunakan sampel apium graveolens, turnera ulimfolia L,
zingiber officinale, curcuma domestica, citrus L, Orthosiphon aristatus, dan
Amaranthus tricolor.
Seledri(apium graveolens) telah dikeringkan dan dibuat serbuk secara
mikroskopik memiliki fragmen pengenal antara lain stomata, kristal kalsium
oksalat, fragmen xilem dengan floem dan dengan penebalan cincin (Anonim,
2008).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop didapatkan gambar
penampang apium graveolens pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuk fragmen kristal kalsium oksalat, berkas pembuluh
dan stomata. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur.

18
Jahe(zingiber officinale) yang telah di keringkan dan dibuat serbuk secara
mikroskopik memiliki fragmen pengenal antara lain butir amilum yang banyak,
pembuluh kayu, berkas pengangkut, periderm, serabut dan jaringan gabus
tangensial (Anonym, 2008)
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, didapatkan gambar
penampang zingiber officinale pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuk fragmen amilum yang bertumpuk-tumpuk banyak
tersebar, terlihat banyak memiliki berkas pengangkut, periderm dan jaringan
gabus. Dapat disimpulkan pada pengamatan ini sesuai dengan literatur.
Kunyit (Curcuma domestica) yang telah dikeringkan dan dibuat serbuk
secara mikroskopik memiliki fragmen pengenal antara lain jaringan gabus; sel
parenkim berisi bahan berwarna kuning, berkas pengangkut, rambut penutup,
butir amilum dan sel parenkim berisi amilum (Anonym,2008)
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop, curcuma domestica
didapatkan gambar penampang pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuk fragmen butiran amilum berwarna kuning, banyak
berkas pengangkut dan sel parenkim berisi amilum serta kambium. Dapat
disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan literature.
Daun kumis kucing(Orthosiphon aristatus) yang telah di keringkan dan
dibuat serbuk secara mikroskopik memiliki fragmen pengenal antara lain
epidermis dengan rambut penutup, epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut
penutup, epidermis bawah dengan stomata dan berkas pengangkut penebalan
spiral (Anonym,2008).
Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop Orthosiphon aristatus
didapatkan gambar penampang pada perbesaran 10 kali dan 40 kali. Dari gambar
tersebut dapat terlihat bentuk fragmen stomata, berkas pengangkut epidermis dan
rambut penutup. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan sudah sesuai dengan
literatur.

VII. KESIMPULAN

19
Simplisia dapat dikenali berdasarkan fragmen nya yaitu jaringan
epidermis, jaringan parenkim, endodermis, silinder pusat, jari-jari empulur, tipe
sel, stomata, hilus, lamela, ukuran, dan bentuk.
Ciri mikroskopik yang telah diamati antara lain pada seledri terdapat
kristal kalsium oksalat dan stomata, dalam kunyit terdapat banyak butiran amilum
berwarna kuning, dalam jahe terdapat banyak butiran amilum dan pembuluh kayu
serta periderm dalam kumis kucing terdapat epidemis dengan rambut penutup,
stomata dan berkas pengangkut dengan rambut penutup.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia jilid V, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Jilid VI, DepKes RI, Jakarta.
Anonim, 2007, Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, 113-115, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Agoes, Goeswin, 2007,Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.
Anwar, E. et al.2004, Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien
dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Fahn, A, 2005, Anatomi Tumbuhan edisi ketiga, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Gembog, 2001, Morfologi Tumbuhan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Hidayat, Estiti B, 2007, Anatomi Tumbuhan Berbiji, ITB, Bandung.
Purnomo,Sudjino, 2005, Biologi, Sunda Kelapa Pustaka, Jakarta.
Poedjiadi, 2009, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Soesilo,dkk, 2005, Materi Pokok Biologi, Karunika Jakarta UniversitasTerbuka,
Jakarta.
Syamsuni, H. A, 2007. Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Waluyo, Joko, 2006, Biologi Dasar, JemberPress, Universitas Jember.

20
Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam, EGC,
Jakarta.

LAMPIRAN
Tugas Pendahuluan
1. Serbuk simplisia dibuat sampai derajat kehalusan tertentu, hal ini dapat
mempengaruhi mutu ekstrak. Mengapa demikian?
- Karena semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif
efisien namun makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi
peralatan untuk tahapan filtrasi. Selain itu, selama penggunaan peralatan
penyerbukn dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras maka
akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada kandungan senyawa.
Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.

2. Penanganan serbuk simplisia sebelum diamati secara mikroskopik


tergantung pada tujuan pengamatan. Sebutkan 2 contoh penanganannya !
-1. Mikroskopik I
Menggunakan medium air/ gliserin untuk mendeteksi hablur lepas, butir
pati, butir tepung sari, serabut dan sel batu, rambut penutup, dan rambut
kelenjar lepas serta beberapa jaringan khas lain.
2. Mikroskop II
Serbuk terlebih dahulu dipanaskan dengan larutan kloralhidrat. Butir
patinya nanti akan larut dan klorofil menjadi jernih sehingga akan tampak
jelas sel epidermis, mesofil, erenkim, rongga minyak, seludang hablur,
sistolit, dsb.

21

Anda mungkin juga menyukai