Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIS SIMPLISIA

Anggota:
Boby Irawan 22010319140067
Yunanto Dwi Laksono 22010319130076
Christy 22010319130050
Michele 22010319130051
Sesilia Ivanna Hapsari 22010319130064

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIS SIMPLISIA
Boby Irawan, Yunanto Dwi Laksono, Christy, Michele, Sesilia Ivanna Hapsari
(Kelompok 1B)
Prodi Farmasi, Departemen Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang

RINGKASAN
Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Simplisia”
ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal berbagai macam bentuk atau
morfologi simplisia secara makroskopis dan mikroskopis. Alat yang dibutuhkan
pada percobaan ini berupa mikroskop, kaca objek, kaca penutup, pisau, dan alat tulis
sedangkan bahan yang digunakan adalah Piperis betle folium (daun sirih), Caricae
folium (daun pepaya), Curcuma rhizoma (rimpang temulawak), Zingiber rhizoma
(rimpang jahe), Anredera cordifolia folium (daun binahong), dan akuades. Hasil
pengamatan makroskopis pada daun sirih, daun pepaya, dan daun binahong
menunjukkan warna daun hijau mengkilap, dan bertekstur halus. Akan tetapi,
ketiganya memiliki perbedaan pada bentuk daunnya. Ketika diamati secara
mikroskopis, ketiga tanaman tersebut menunjukkan adanya epidermis atas,
epidermis bawah, dan beberapa jaringan. Pada rimpang temulawak dan rimpang
jahe yang diamati secara makroskopis, terlihat kulitnya berwarna coklat muda
kekuningan, dan dagingnya berwarna kuning jingga hingga kuning kecoklatan.
Secara mikroskopis, rimpang jahe dan rimpang temulawak menunjukkan adanya
lapisan epidermis, beberapa jaringan, sel minyak dan sel rambut. Setiap tanaman
memiliki morfologi makroskopis dan mikroskopis yang berbeda.
Kata Kunci: Piperis betle folium, Caricae folium, Curcuma rhizome, Zingiber
rhizoma, Anredera cordifolia folium, mikrosopik, makroskopis

PENDAHULUAN obat. Berdasarkan bahan dasarnya,


Simplisia adalah wujud asli simplisia terbagi menjadi 3 yaitu
bahan herbal yang telah dikeringkan simplisia nabati, simplisia hewani,
tanpa melalui pengolahan lebih lanjut dan simplisia mineral (Endarini,
kecuali dinyatakan lain. Ekstrak 2016).
simplisia mengandung senyawa kimia Simplisia dapat diidentifikasi
dengan aktivitas biologi untuk secara makroskopis dan mikroskopis.
pengobatan atau prekursor sintesis Identifikasi makroskopis meliputi
bentuk, ukuran, warna, karakteristik Microsoft Teams. Alat yang
permukaan, dan dilakukan dengan dibutuhkan pada percobaan ini berupa
mata telanjang atau bantuan kaca mikroskop, kaca objek, kaca penutup,
pembesar (WHO, 2011). Pengamatan pisau, dan alat tulis. Bahan yang
ini bertujuan untuk melihat ciri fisik digunakan adalah Piperis betle folium
dari bahan simplisia (Partiwisari et (daun sirih), Caricae folium (daun
al., 2014). Pada identifikasi pepaya), Curcuma rhizoma (rimpang
mikroskopis, dilakukan pemeriksaan temulawak), Zingiber rhizoma
pada irisan atau serbuk yang dilihat di (rimpang jahe), Anredera cordifolia
bawah mikroskop untuk mengetahui folium (daun binahong), dan akuades.
kandungan sel dan anatomi jaringan Praktikum ini dimulai dengan
(Djauhari, 2012). menuliskan klasifikasi dari tumbuhan
yang akan diamati, kemudian diamati
BAHAN DAN METODE secara makroskopis dan dicatat hasil
Praktikum “Pemeriksaan yang didapatkan, setelah itu dibuat
Makroskopik dan Mikroskopik preparat dari tiap tumbuhan dan
Simplisia” dilaksanakan pada hari diamati dibawah mikroskop. Objek
Sabtu, 6 Maret 2021 pukul 11.00- yang terlihat digambar dan diberi
13.00 WIB secara daring via keterangan.

HASIL PENGAMATAN
Deskripsi
No Gambar Tanaman Mikroskopis Tanaman Makroskopis Keterangan
Tanaman
Berwarna hijau A:
mengkilap, Epidermis
tunggal, bertepi atas
rata, bagian atas
bertekstur halus, B:
Epidermis
bagian bawah bawah
1 sedikit kasar,
Daun Sirih tulang daun C: Jaringan
(Rukmi, 2021) menyirip, ujung spons
(Dokumentasi
Pribadi, 2021) meruncing.
A:
Kulit berwarna Epidermis
coklat muda, atas
sedangkan
dalamnya B: Jaringan
parenkim
2 berwarna kuning
Rimpang jingga dan C: Jaringan
(Rukmi, 2021) memiliki cabang
Temulawak pengangkut
(Dokumentasi yang berukuran
Pribadi, 2021) lebih kecil. D: Sel
rambut
Daunnya memiliki A:
permukaan yang Epidermis
halus, tumbuh atas
menjalar, tunggal,
B: Jaringan
3 berbentuk seperti
parenkim
Daun Binahong jantung,
(Dokumentasi mengkilap, dan C: Jaringan
(Rukmi, 2021) tidak memiliki
Pribadi, 2021) pengangkut
rambut daun.
Daunnya menjari, A:
tepi bergerigi dan Epidermis
ujung meruncing, atas
tunggal, halus dan
mengkilap, dan B:
4 Epidermis
Daun Pepaya berwarna hijau tua bawah
(Rukmi, 2021) pada bagian atas
(Dokumentasi
Pribadi, 2021) dan hijau muda C: Jaringan
pada bagian spons
bawah.
Rimpang bulat
memanjang, A:
ujung bercabang Epidermis
pendek, berwarna
putih sedikit B: Sel
5
minyak
Rimpang Jahe
kuning, warna
(Dokumentasi daging kuning C:
Pribadi, 2021) (Rukmi, 2021) kecoklatan Hipodermis
PEMBAHASAN pembuatan irisan tipis dan pemberian
Simplisia merupakan bahan media air adalah untuk mempermudah
alam kering untuk obat yang belum praktikan dalam melihat struktur,
mengalami proses tertentu kecuali jaringan, dan kandungan tumbuhan di
dinyatakan lain. Praktikum yang bawah mikroskop. Langkah
berjudul “Pemeriksaan Makroskopis berikutnya yaitu mengamati preparat
dan Mikroskopis Simplisia” dibawah mikroskop dimulai dari
dilaksanakan saat pandemi COVID- perbesaran lemah hingga sedang, lalu
19, sehingga dilaksanakan secara digambar atau difoto hasil yang
daring melalui platform Microsoft teramati. Menurut Mulyani (2011),
Teams. Tujuan dari praktikum ini pemeriksaan mikroskopis dilakukan
adalah agar mahasiswa dapat terhadap bagian tanaman segar dan
mengenal berbagai macam bentuk simplisia untuk mengamati fragmen
atau morfologi simplisia secara tanaman seperti stomata, sel batu,
makroskopis dan mikroskopis. kristal kalsium oksalat, lapisan gabus,
Cara kerja yang dilakukan kelenjar minyak, kelenjar rambut, dan
adalah dituliskan klasifikasi berkas pengangkut.
tumbuhan yang akan diteliti dengan Menurut Bustanussalam
tujuan agar praktikan memahami (2015), daun sirih merupakan salah
klasifikasi dan taksonomi satu jenis tumbuhan untuk
tumbuhannya. Tumbuhan kemudian pengobatan. Tumbuhan ini termasuk
diamati secara makroskopis dan famili Piperaceae, tumbuh merambat
dicatat. Menurut Soegiharjo (2013), dan menjalar tinggi mencapai 5-15 m
pengamatan makroskopis tumbuhan tergantung pertumbuhan dan tempat
dilakukan dengan mata telanjang atau rambatnya. Hasil pengamatan
kaca pembesar. Pengamatan ini makroskopis daun sirih adalah daun
bertujuan untuk mencari kekhasan tunggal berwarna hijau mengkilap,
dari morfologi (bentuk, warna, dan bertepi rata, bagian atas bertekstur
bau) tanaman. Langkah selanjutnya halus, bagian bawah sedikit kasar,
adalah dibuat preparat dari bagian tulang daun menyirip, berbau khas,
tanaman tertentu dengan cara diiris dan ujung meruncing. Hal ini sesuai
tipis penampang melintang dan dengan literatur menurut
diletakkan hasil irisan pada kaca Koensoemardiyah (2010), daun sirih
objek yang telah diberi media air. berbentuk seperti jantung, berujung
Menurut Mulyani (2006), tujuan dari runcing, tumbuh berselang seling,
bertangkai, mengeluarkan bau sedap berwarna kuning tua, cokelat
(aromatis), panjang daunnya 6-17,5 kemerahan, sedangkan bagian dalam
cm dan lebar 3,5-10 cm. Pengamatan berwarna jingga cokelat. Pada
mikroskopis preparat daun sirih pengamatan mikroskopis, terlihat pati
menunjukkan adanya epidermis atas dan bulir berisi minyak atsiri. Hal ini
dan epidermis bawah, lapisan kutikula telah sesuai dengan literatur Kuntorini
tebal, trikoma, dan jaringan ikat. et al (2011) yang menyatakan bahwa
Menurut Septiyana (2013), pada sel parenkim ditemukan amilum
identifikasi mikroskopis daun sirih dan terdapat minyak atsiri serta
menunjukkan adanya epidermis atas kurkumin kuning di sel sekresi.
dan bawah yang terdiri dari satu lapis Rimpang temulawak memiliki
sel, bentuk persegi empat, kutikula epidermis dengan sel rambut dan
tebal licin, pada permukaan kedua berkas pengangkut kolateral yang
daun terdapat rambut penutup dan terletak pada korteks serta silinder
rambut kelenjar, sedangkan pusat. Menurut Prabandari (2019),
pengamatan simplisia daun sirih khasiat dari temulawak yaitu sebagai
menunjukkan adanya minyak atsiri, antibakteri, antibiotik, antikanker,
dimana menurut Septiyana (2013), anti kolesterol, antiinflamasi, anemia,
bagian hipodermis daun sirih menurunkan stress, obat jerawat, dan
mengandung sel minyak atsiri meningkatkan nafsu makan.
berwarna kekuningan. Menurut Daun binahong merupakan
Aiello (2012), daun sirih dapat bahan herbal yang dapat dijadikan
dimanfaatkan sebagai antisariawan, simplisia dari tanaman Anredera
antibatuk, astrigent, dan antiseptik. cordifolia yang dikeringkan dan
Temulawak dari suku mengandung metabolit flavonoid
Zingiberacea merupakan tanaman sebanyak 1,1% (DepKes RI, 2011).
yang sering dijadikan obat tradisional. Daun binahong secara makroskopis
Rimpang temulawak segar memiliki memiliki permukaan halus, tumbuh
ciri-ciri makroskopis yaitu kulit menjalar, tunggal, berbentuk seperti
berwarna coklat muda, sedangkan jantung, mengkilap, dan tidak
dalamnya berwarna kuning jingga dan memiliki rambut daun. Hal ini sesuai
memiliki cabang yang berukuran dengan literatur menurut BPOM
lebih kecil. Hal tersebut sudah sesuai (2013), daun binahong berwarna
dengan literatur menurut Syamsudin hijau, tunggal, berbentuk seperti
et al (2019), rimpang temulawak jantung, bertangkai pendek, tersusun
berseling dengan panjang 5 - 10 cm dan hijau muda pada bagian bawah,
dan lebar 3 - 7 cm. Pengamatan serta berukuran ± 15-17 cm. Hasil ini
mikroskopis preparat daun binahong telah sesuai dengan literatur
menunjukkan adanya epidermis atas Peristiowati dan Puspitasari (2018),
dan epidermis bawah, stomata pada daun pepaya berukuran besar,
epidermis bawah, dan berkas tunggal, memiliki bangun bulat
pengangkut dengan penebalan di (orbicularis), ujung daun meruncing,
tengah, sedangkan untuk mikroskopik dan daun bertulang menjari
simplisia terlihat adanya kristal (palmineruis). Preparat daun simplisia
oksalat dan berkas berkas pembuluh yang diamati secara mikroskopis
daun. Hal ini sesuai dengan literatur menunjukkan lapisan epidermis atas
DepKes RI (2011), bahwa daun dan bawah, tonjolan kecil di bagian
binahong secara mikroskopis atas, dan tonjolan bulat membesar di
menunjukkan adanya epidermis bagian bawah. Di dalam tonjolan
bawah dengan stomata, mesofil daun besar, terlihat jaringan bunga karang
dengan kristal kalsium oksalat bentuk berbentuk bulat tersusun rapi, bundel
roset, epidermis atas dan berkas vaskuler dan collenchyma, sedangkan
pengangkut dengan penebalan bentuk pengamatan mikroskopis simplisia
spiral. Menurut BPOM (2013), daun pepaya menunjukkan adanya
khasiat daun binahong digunakan kristal oksalat. Pengamatan
untuk diabetes melitus, mikroskopis ini telah sesuai dengan
hiperkolesterolemia, hiperurikemia, literatur Kanthal (2012), daun pepaya
kerusakan ginjal, sitotoksik, segar secara mikroskopis
analgesic, antiinflamasi, dan menunjukkan adanya xilem, jaringan
antimikroba. parenkim, jaringan spons,
Daun pepaya berasal dari collenchyma, dan bundel vaskuler,
tanaman pepaya (Carica papaya L.) kemudian menurut Zunjar (2011),
yang merupakan keluarga Caricaceae serbuk simplisia daun pepaya
(Yogiraj, Goyal dan Chauhan, 2015). mengandung banyak kristal kalsium
Pengamatan makroskopis daun oksalat, butiran pati dan jaringan
pepaya menunjukkan bentuk dan bunga karang. Menurut Yogiraj,
tulang daun menjari, tepi bergerigi Goyal dan Chauhan (2015), daun
dan ujung meruncing, tunggal, pepaya berkhasiat sebagai antikanker,
bertekstur halus dan mengkilap, antioksidan, antidiabetes,
berwarna hijau tua pada bagian atas
antiinflamasi, anthelmintika, jorong, dan kadang berbentuk ginjal.
antibakteri, dan antimalaria. Menurut Dewi (2014), rimpang jahe
Jahe (Zingiber officinale digunakan untuk melancarkan ASI,
Rosc.) merupakan salah satu rimpang mengobati batuk, membangkitkan
sejak zaman dahulu digunakan nafsu makan, mengobati mulas, perut
sebagai tanaman obat. Pengamatan kembung, gatal (sebagai obat luar),
makroskopik dari rimpang jahe segar sakit kepala, salesma, dan sebagai
adalah berbentuk bulat memanjang, obat luar luka bakar.
bagian ujung bercabang pendek,
berwarna putih sedikit kuning, warna KESIMPULAN
daging kuning kecoklatan. Jahe dalam Banyaknya jenis tanaman
bentuk rajangan berwarna coklat dapat dibedakan dari morfologi,
muda, bau khas, rasa pedas. Hal ini wujud, dan bentuknya. Perbedaan itu
sesuai dengan literatur dimana dapat diamati secara makroskopis dan
menurut (Kardinatha, 2015), bentuk mikroskopis. Pengamatan
rimpang bulat, bentuk rimpang lurus, makroskopis akan menunjukkan
warna kulit rimpang putih bentuk dan wujud yang terlihat kasat
kekuningan, permukaan rimpang mata, sedangkan pengamatan
sedang, warna daging rimpang kuning mikroskopis akan menunjukkan
dan kuning keabuan, jumlah anak bagian tumbuhan seperti jaringan,
rimpang 13-30, dan bobot total metabolit sekunder, dan lain-lain.
rimpang 204-305 gram. Hasil uji
mikroskopis rimpang jahe segar UCAPAN TERIMAKASIH
menunjukkan adanya parenkim Ucapan terima kasih kami
dengan sel sekresi, jaringan gabus, ucapkan kepada dosen mata kuliah
berkas pembuluh, periderm, Praktikum Farmakognosi dan
pembuluh kayu berserabut, dan butir Fitokimia, Ibu Dra. M.G. Isworo
pati. Sel sekresi yang dikeluarkan oleh Rukmi, M.Kes serta kepada seluruh
rimpang jahe merupakan minyak asisten praktikum Farmakognosi dan
atsiri (Setyawati, 2014), hasil Fitokimia yang telah membantu kami
pengamatan pengamatan mikroskopis dalam pelaksanaan praktikum
simplisia rimpang jahe menunjukkan “Pemeriksaan Makroskopik dan
pati berbentuk butir tunggal besar, Mikroskopik Simplisia”.
dilindungi oleh butiran kecil,
berbentuk serupa lensa bundar atau
DAFTAR PUSTAKA Kanthal, L. K. 2012. Evaluation of
Aiello, S. E. 2012. The Merck anthelmintic activity of carica
Veterinary Manual. USA: papaya latex using pheretima
Merck Sharp & Dohme Corp. posthuma. International
BPOM. 2013. Serial budidaya Journal of Life Science and
tanaman obat Binahong Pharma Research; 2:10-12.
Anredera cordifolia (Ten) Kardinatha, Emmy Harso. 2015.
Steenis. Jakarta: Direktorat Identifikasi Karakteristik
Obat Asli Indonesia, Badan Morfologis dan Hubungan
Pengawas Obat dan Makanan. Kekerabatan pada Tanaman
2013. Jahe (Zingiber officinale
Bustanussalam. 2015. Efektivitas Rosc.) di Desa Dolok Saribu
Antibakteri Ekstrak Daun Kabupaten Simalungun.
Sirih (Piper betle Linn) Jurnal Online
Terhadap Staphylococcus Agroekoteknologi Fakultas
aureus ATCC 2592. Jurnal Pertanian USU. ISSN No.
Fitofarmaka. 5(2): 58-64. 2337- 6597.
DepKes RI. 2011. Suplemen II Koensoemardiyah. 2010. Khasiat dan
Farmakope Herbal Indonesia Manfaat Daun Sirih. Jakarta:
Edisi I. Jakarta: Kemenkes RI. Sentra Informasi IPTEK.
Dewi, Dina. 2014. Efek Ekstrak Jahe Kuntorini, E. M., et al. 2011. Struktur
(Zingiber officinale Rosc.) Anatomi dan Kerapatan Sel
terhadap Penurunan Tanda Sekresi Serta Aktivitas
Inflamasi Eritema pada Tikus Antioksidan Ekstrak Etanol
Putih (Rattus novergicus) dari Rimpang Temulawak
Galur Wistar dengan Luka (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Bakar Derajat II. Jurnal Asal Kecamatan Pengaron
majalah kesehatan FKUB. Kabupaten Banjar Kalimantan
Volume 1, Nomor 4. Selatan. Bioscientiae. 8 (1) :
Djauhari. 2012. Daftar Obat Esensial 28-37.
Nasional. Jakarta: DepKes RI. Mulyani, Sri. 2006. Anatomi
Endarini, L. H. 2016. Farmakognosi Tumbuhan. Yogyakarta:
dan Fitokimia. Jakarta: Pusat Kanisius.
Pendidikan SDM Kesehatan. Nastiti, Gemi Khofi. 2018. Penetapan
Parameter Standar Spesifik
Ekstrak Etanol 96% Rimpang Setyawati, Tri. Lilis Sugiarto. 2014.
Jahe Merah (Zingiber Pengamatan mikroskopik
officinale var. Rubrum). dilakukan dengan pengamatan
Bandung: Politeknik fragmen pengenal dengan
Kesehatan Kementerian menggunakan mikroskop.
Kesehatan Jurusan Farmasi. Jurnal keperawatan dan
Partiwisari, N.P.E., Astuti, K.W., kesehatan masyarakat
Ariantari, N.P. 2014. STIKES Cendekia Utama
Identifikasi Simplisia Kulit Kudus. ISSN 2252 – 8865.
Batang Cempaka Kuning Soegihardjo, C.J. 2013.
(Michelia champaca L.) Farmakognosi. Klaten : Intan
secara Makroskopis dan Sejati.
Mikroskopis. Jurnal Farmasi Syamsudin, R. A. M. R., et al. 2018.
Udayana. 3 (2):36-39. Temulawak Plant (Curcuma
Peristiowati, Yuly dan Y. Puspitasari. xanthorrhiza Roxb) as a
2018. Potensi Daun Pepaya Traditional Medicine. Jurnal
dalam Menjaga Kesehatan Ilmiah Farmako Bahari. 10
Reproduksi Manusia. (1) : 51-65.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka. World Health Organization. 2011.
Prabandari, R. 2019. Isolasi dan Quality Control Methods for
Identifikasi Rimpang herbal materials. Swiss:
Temulawak (Curcuma WHO Press.
xanthorrhiza Roxb.) dan Yogiraj, V., Goyal, P. K. dan
Bunga Lavender (Lavandulla Chauhan, C. S. 2015. Carica
angustifolia Mill.). Viva papaya Linn: An Overview.
Medika. 12 (01): 29-39. International Journal of
Septiyana, Ria. 2013. Uji Aktivitas Herbal Medicine; 2:1-8.
Antijamur Ekstrak Etanolik Zunjar, V. 2011. Pharmacognostic
Daun Sirih (Piper Betle L.) physiochemical and
Terhadap Candida Albicans phytochemical studies Carica
Atcc 10231 Dan Candida papaya Linn leaves.
albicans Hasil Isolasi Pharmacog J; 3: 214-217
Penderita Keputihan. Jurnal
Farmasetis. 2 (2): 31-37.

Anda mungkin juga menyukai