Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM XI

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN PADA SIMPLISIA

OLEH :

Ni Putu Satria Maharani (181010)

Ni Made Ayu Lestari (181011)

Ni Ketut Kristina Dewi (181012)

Ni Nyoman Dina Saniasih (181013)

Ni kadek Dwi Rosita devi (181014)

SI FARMASI 2018

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

TAHUN AJARAN 2019/2020


PERCOBAAN XI

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN PADA SIMPLISIA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan penetapan susut pengeringan simplisia
B. DASAR TEORI
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105 ºC selama 30 menit atau sampai berat konstan,yang dinyatakan sebagai
nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan
jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10%. Penetapan susut pengeringan
bertujuan untuk memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang
pada proses pengeringan. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap / atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air.
(Anonim,2000).
Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Kecuali
dinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat ditetapkan pada temperatur 105°C selama
30 menit atau sampai bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan
mendingin dalam keadaan tertutup di dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur
zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5°C dan
10°C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan
selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Anonim, 2000)
Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan batas maksimal
(rentang) besarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan .
Parameter kadar air merupakan banyaknya hidrat yang terkandung dalam bahan.
Tujuan penetapan kadar air adalah untuk memberikan batasan maksimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai maksimal atau rentang yang diperb
olehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Anonim, 2000)
Proses pengeringan terbagi menjadi tiga kategori :
a) Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan atmosfer.
Pengeringan ini memanfaatkan udara bebas di atmosfer.
b) Pengeringan hampa udara, keuntungan dalam pengeringan ini didasarkan
dengan kenyataan penguapan air terjadi lebih cepat dibawah tekanan rendah
dari pada di bawah tekanan tinggi.
c) Pengeringan beku, pengeringan beku adalah sebuah proses yang memberikan
kualitas bahan yang baik dari segi kestabilitan aroma,warna, dan kemampuan
rehidrasi. Pengeringan ini didasarkan proses sublimisasi yang berada di
temperatur 0 ºC dan tekanan 613 Pascal.

Adapun metode Pengeringan yaitu:

a) Pengeringan alami
Pengeringan alami terdiri dari:
a. Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya
dilakukan di tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari
100° Fahrenheit. Pengeringan dengan metode ini memerlukan
waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah
pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175ºF selama
10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran
lainnya.
b. Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan
cara menggantung bahan di tempat udara kering berhembus.
Misalnya di beranda atau di daun jendela. Bahan yang biasa
dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan.
b) Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan terdiri dari:
a. Menggunakan alat dehidrator
pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan
menggunakan alat dehidrator, makanan akan kering dengan jangka
waktu 6–10 jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis
bahan yang digunakan.

b. Menggunakan oven.
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat
digunakan sebagai dehidrator. Waktu yang diperlukan adalah
sekitar 5-12 jam. Lebih lama dari dehidrator biasa. Agar bahan
menjadi kering, temperatur oven harus di atas 140 ºF.

Perhitungan Rendemen dan LOD (Lost On Drying)

Rendemen (%) =

LOD (%) =

C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Alat Yang Diperlukan
 Botol timbang
 Timbangan elektrik
 Oven
 eksikator
2. Bahan Yang Diperlukan
 Amylum oryzae
 Buah beet
3. Cara Kerja Sistematis
a. Percobaan I :

Dikeringkan botol timbang bertutup pada temperatur


105°C selama 30 menit

Didinginkan dalam eksikator selama 15 menit

Ditimbang beratnya, dan catat


Ditimbang seksama 1 g serbuk Amylum Oryzae,
masukkan ke dalam botol timbang tersebut, dan ratakan

Dikeringkan dalam oven pada temperatur 105°C (Tutup


botol dibuka) selama 1 jam

Didinginkan dalam eksikator selama 15 menit

Ditimbang botol timbang beserta isinya, dan catat

Diulangi pengeringan hingga bobot tetap

Dihitung susut pengeringan serbuk Amylum Oryzae (tidak


lebih dari 15,0 %)
b. Percobaan II :

Diambil buah beet segar

Dicuci bersih buah beet tersebut


Diiris tipis buah beet (dirajang)

Dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 50°C atau


dibawah sinar matahari langsung

Ditimbang simplisia buah beet tersebut

4. Hasil Pengamatan

A. Percobaan I

Sebelum Pengeringan :

Massa botol bertutup = 62,60

Massa serbuk Amylum Oryzae = 20 g (A)

Massa botol timbang bertutup + Serbuk Amylum Oryzae = 82,60 g (B)

Setelah Pengeringan :

Massa botol timbang bertutup + Serbuk Amylum Oryzae = 81,88 g (C)

Susut Pengeringan Amylum Oryzae =

=
= 3,6 %

B. Data pengeringan simplisia basah

No Berat basah (g) Berat kering (g) Rendemen (%) b/b LOD (%)

1. 1000 g 151,46 g 15,146 % 84,854 %

Perhitungan Rendemen :

Rendemen (%) =

Rendemen (%) =

Contoh perhitungan Lost On Drying (LOD %) simplisia basah :

LOD (%) =

LOD (%) =

Berdasarkan data yang diperoleh berat simplisia kering sebanyak 151,46 g dari
berat basah sebesar 1000 g, dan diperoleh persentase berat kering terhadap berat basah
sebesar 15,146 % b/b.

D. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini mengenai penetapan susut pengeringan yang betujuan untuk
memahami cara penetapan susut pengeringan dan menetapkan besarnya susut
pengeringan pada simplisia. Simplisia yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah
beet. Salah satu cara dari standarisasi simplisia adalah dengan penetapan
susut pengeringan. Pengetapan susut pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan batasan maksimal mengenai besarnya senyawa yang hilang pada saat proses
pengeringan. Suatu simplisia tidak dapat dikatakan bermutu jika tidak memilii
persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia. Persyaratan mutu yang tertera
dalam monografi antara lain susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut
asam, kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan kandungan kimia simplisia
meliputi kadar minyak atsiri dan kadar kurkuminoid. Persyaratan mutu ini berlaku bagi
simplisia yang digunakan dengan tujuan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang hilang selama proses


pemanasan. Penentuan susut pengeringan ini tidak hanya menggambarkan air yang
hilang, tetapi juga senyawa menguap lainnya, seperti minyak esensial (minyak atsiri).
Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada suhu atau temperatur 105°C
selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen. Pada suhu
105°C ini, air akan menguap dan senyawa – senyawa yang memiliki titik didih yang
rendah dari air akan ikut menguap. Susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai persen
terhadap bobot awal. Metode yang digunakan yaitu dalam susut pengeringan yaitu
metode gravimetri, yang merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan
murni setelah melalui proses pemisahan. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi
kadar air sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Air yang masih tersisa dalam ekstrak pada kadar lebih dari 10% dapat
menjadi media pertumbuhan mikroba, selain itu dengan banyak air akan terjadi reaksi
enzimatis yang mengurangi zat aktif sehingga mengakibatkan penurunan mutu atau
perusakan ekstrak. Pada praktikum penetapan susut pengeringan terhadap kayu cendana
dan buat beet adalah hasil yang kami dapat pada kayu cendana susut pengeringannya
sebesar 3,6 % sedangkan. Buah beet setelah perajangan lalu kita keringkan di bahwah
sinar matahari selama 4 hari maka diperoleh persentasi berat kering terhadap berat basah
adalah 15,146 %.

G. KESIMPULAN

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur
105 ºC selama 30 menit atau sampai berat konstan,yang dinyatakan sebagai nilai persen
(%). Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan
lain adalah kurang dari 10%. Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan
batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan

E. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2000.Parameter standar umum tumbuhan obat. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta

Departemen kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herba . Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan makanan : Jakarta


Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Rivai Harrizul.1995. Asas Pemeriksa Kimia . Jakarta. Penerbit UI Press.

LAMPIRAN
Setelah pengeringan selama 4 hari (buah beet)

Setelah di blender

Anda mungkin juga menyukai