Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM I

ANALISIS KUANTITATIF PEMERIKSAAN SUSUT


PENGERINGAN

I. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan pengujian kualitas


simplisia dengan melakukan metode pemeriksaan susut
pengeringan.

II. DASAR TEORI

Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia


adalah dengan melakukan standarisasi simplisia.
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa
simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku
harus mempunyai persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu
total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air dan
kadar sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahan dilakukan
uji mikroskopik (Dewi, 2012).

Penetapan Kadar Air ( MMI )


Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan
obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan mikroba
dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap
kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan
penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas
kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan

1
dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari
suatu simplisia (Fauzi,2013).
Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk
mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia
tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga
jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan
bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman
bila mempunyai kadar air kurang dari 10%.
Penetapan Susut Pengeringan (MMI)
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang
menguap suatu zat kecuali dinyatakan lain , suhu penetapan
adalah 105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga
bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu
penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5 oC
dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2
jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang
ditentukan atau hingga bobot tetap (Fauzi,2013).
Dalam hal khusus jika bahan tidak mengandung
minyak menguap/ atsiri dan sisa pelarut organik menguap
identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada
di atmosfer/ lingkungan udara terbuka. Tujuannya adalah
untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan
kemurnian dan kontaminasi (Fauzi,2013).

III. ALAT & BAHAN


A. Alat

2
Oven Pinset
Cawan penguap/Cawan Penjepit
Porselin
Timbangan digital Batang Pengaduk
Desikator Kertas Sampul

B. Bahan

Simplisia Rimpang Sawang


Hijau
Codyline rhizome

3
IV. PROSEDUR

1 Dipanaskan cawan porselin didalam oven dengan suhu 105oC selama 60 menit

Dimasukan cawan porselin yang telah dipanaskan dari dalam oven kedalam
2 desikator selama 15 menit sampai cawan memiliki suhu kamar

Ditimbang cawan porselin dengan neraca digital dan dicatat hasil penimbangan
3

Dimasukan kembali cawan porselin kedalam oven selama 15 menit


4

Dimasukan kembali cawan porselin yang telah dipanaskan dari dalam oven kedalam
5 desikator selama 15 menit sampai cawan memiliki suhu kamar

Ditimbang kembali cawan porselin dengan neraca digital dan dicatat hasil
6 penimbangan

Dilakukan prosdur kerja ke 4, 5, & 6 hingga mendapatkan hasil timbangan cawan memliki
7 bobot tetap

Setelah bobot cawan tetap, ditimbnag serbuk simplisia sebanyak 3 gram


8 kemudian dimasukan kedalam cawan tersebut

Dimasukan cawan yang berisi simplisia kedalam oven dan dipanaskan pada suhu 105 oC
9 selama 30 menit

Dimasukan cawan berisi simplisia yang telah dipanaskan dari dalam oven
10 kedalam desikator selama 15 menit sampai cawan memiliki suhu kamar

Ditimbang kembali cawan porselin dengan neraca digital dan dicatat hasil penimbangan
11

Dilakukan prosdur kerja ke 9, 10, & 11 dengan waktu pemanasan 15 menit,


12 hingga mendapatkan hasil timbangan cawan berisi simplisia memliki bobot
tetap serta hitung susut pengeringan
V. INFORMASI SIMPLISIA

Nama Latin = Cordyline Fruticosa (L.) A.Chev


Nama Lokal = Sawang, Andong
Nama Simplisia = Cordyline rhizome
Tanaman Asal = Rabambang, Kab Gunung Mas,
Kalteng
Bagian Yang Digunakan = Rimpang/Rhizoma
Nomor Mesh Ayakan = ---

Sortasi Basah
Berat Awal = ---
Jenis Pencemar = ---

Pencucian
Berat Awal = ---
Berat Setelah Dicuci = ---
Masalah Yang Dihadapi = Membersihkan Tanah

Perajangan
Jenis Alat = Alat pengolah Kripik Tipis
Tebal = ---

Pengeringan
Jenis Pengeringan = Panas Matahari langsung
Bobot Basah = ---
Bobot Kering = ---
+
Lama Pengeringan = /- 5 hari
Penyimpanan = Didalam Toples bening Kedap
udara

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Percobaan Susut Pengeringan I

Berat Sampel Simplisia I 3,025 gram


Berat Cawan Kosong 45,344 gram
Berat cawan + Simplisia 48,369 gram
Berat Cawan + Simplisia Pemanasan I 48,255 gram
(30 menit)
Berat Cawan + Simplisia Pemanasan II 48,255 gram
(15 menit)

Perhitungan I

( Bobot simplisia sebelum pemanasan )(Bobot simplisia setelah pemanasan)


100
bobot simplisia sebelum pemanasan

(3,025 g2,911 g)
100 =3,768
3,025 g

Percobaan Susut Pengeringan II

Berat Sampel Simplisia II 3,016 gram


Berat Cawan Kosong 38,849 gram
Berat cawan + Simplisia 41,865 gram
Berat Cawan + Simplisia Pemanasan I 41,737 gram
(30 menit)
Berat Cawan + Simplisia Pemanasan II 41,737 gram
(15 menit)

Perhitungan II

( Bobot simplisia sebelum pemanasan )(Bobot simplisia setelah pemanasan)


100
bobot simplisia sebelum pemanasan

(3,016 g2,888 g)
100 =4,244
3,016 g
VII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran
parameter non spesifik berupa susut pengeringan terhadap
Simplisia Rimpang Sawang Hijau (Codyline rhizome).
Gravimetri merupakan salah satu metode untuk
menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah
diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Dengan
menggunakan metode gravimetri, metode gravimetri sangat
cocok digunakan untuk penetapan susut pengeringan dan
tidak membutuhkan pelarut. Dengan menghitung susut
pengeringan hingga tercapai bobot tetap, diamati pengaruh
cara dan lama pengeringan pada kualitas simplisia.
Dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 1050C
selama 30 menit serta 15 menit untuk pengeringan
selanjutnya jika belum mencapai bobot tetap. Dilakukan
pada suhu 1050C agar mendapatkan hasil pengeringan yang
maksimal. Bobot pada cawan akan semakin berkurang
karena adanya pemanasan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air
sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih tersisa dalam
simplisia pada kadar lebih dari 10 %, dapat menjadi media
pertumbuhan mikroba. Selain itu, dengan adanya air, akan
terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif
sehingga mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Simplisia yang dikeringkan dengan oven, lalu
Simplisia yang sudah dikeringkan kemudian dimasukan
deksikator yang fungsinya untuk mendinginkan. Simplisia
yang digunakan yaitu Simplisia Rimpang Sawang Hijau
(Codyline rhizome).
Simplisia yang di gunakan sebagai bahan jamu atau
fitofarmaka harus memenuhi syarat monografi yang telah
di tentukan dalam buku-buku standar seperti materia
medika indonesia (MMI), farmakope herbal indonesia (FHI),
Farmakope Indonesia (FI), dan lain-lain. Kegunaannya
adalah untuk menjaga agar mutu yang di harapkan dapat
terpenuhi dengan baik. Untuk simplisia yang baru di
kenalpun perlu di tetapkan karakteristik nya.

Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan


sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga, dan kecuali dinyatakan lain, simplisia merupakan
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan
atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Yang dimaksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. (Depkes
RI, 1989)

Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk


menentukan berat dari suatu unsur atau senyawa unsur
dengan cara memisahkan unsur tersebut dengan
persenyawaannya, kemudian ditimbang atau proses isolasi
dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Tujuan percobaan gravimetri adalah untuk memisahkan
analit dari pengganggu-pengganggunya, untuk mengetahui
kadar air pada sampel. Prinsip percobaan gravimetri yaitu
berdasarkan pengurangan berat sampel, sebelum
dipanaskan dan sesudah dipanaskan. Metode gravimetri
merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang
sangat tinggi. Namun metode ini harus dilakukan di
laboratorium sehingga penerapannya membutuhkan waktu
dan tenaga yang banyak untuk mendapatkan satu nilai
kadar air. Kebutuhan akan metode pengukuran tidak
langsung menjadi sangat mendesak sebab banyaknya
waktu dan tanaga yang dibutuhkan metode gravimetri
(Underwood,1980)

KLASIFIKASI TUMBUHAN

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (Biji berkeping 2)
Subkelas : Lilidae
Ordo : Lamiales
Famili : Agavaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline Fruticosa (L.) A.Chev
Nama simplisia : Cordyline rhizoma

percobaan ini dilakukan secara duplo yang tujuannya


untuk perbandingan bobot akhir simplisia. Hal itu karena
dalam penetapan susut pengeringan cawan penguap serta
simplisia harus berada pada bobot konstan yang
merupakan manifestasi dari keakuratan susut pengeringan
akhir yang didapat. Dimana bobot konstan ialah dalam 2
kali penimbangan berturut-turut, perbedaannya maksimal
0,5 mg, penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan
lagi selama 1 jam (Materia Medika Indonesia, 1989). Oleh
karena itu, sebelum simplisia dikeringkan, cawan penguap
terlebih dahulu dikeringkan selama satu jam didalam oven
dengan suhu 105o C yang bertujuan untuk mengurangi
kadar air yang terjerap di dalam cawan sehingga tidak
akan mengganggu pada saat perhitungan susut
pengeringan.

Pada dasarnya pengeringan cawan menggunakan


oven tersebut harus dilakukan berulang agar diperoleh
bobot tetap, namun karena kesalahan praktikan dalam
menjalankan prosedur, pengeringan cawan penguap hanya
dilakukan sekali. Hal ini dapat mempengaruhi hasil akhir
karena cawan porselin belum mencapai bobot tetap.
Setelah cawan sudah dikeringkan selama 1 jam maka
terlebih dahulu dimasukkan kedalam desikator selama 15
menit yang bertujuan untuk mendinginkan cawan hingga
uhu kamar dengan adanya silica gel pada bagian bawah
desikator.

Setelah cawan porselin dikeringkan, dimasukkan 3


gram simplisia Cordyline rhizome serbuk dan dilakukan
pengeringan/pemanasan selama 30 menit di dalam oven
pada suhu 105o C yang bertujuan untuk menghilangkan
kadar air dan senyawa-senyawa lainnya yang mudah
menguap (termasuk minyak atsiri) didalam simplisia
sehingga dapat ditentukan kadar susut pengeringan dari
simplisia Cordyline rhizome tersebut.

Setelah dilakukan pengeringan, cawan porselin berisi


simplisia tersebut didinginkan di dalam desikator selama
15 menit yang tujuannya untuk menurunkan suhu akibat
pemanasan pada suhu tinggi selama berada di oven.
Adapun di bagian dasar desikator tersebut terdapat silica
gel dimana silica gel ini berfungsi untuk menyerap molekul
air yang berasal dari uap panas dari cawan. Pendinginan ini
dilakukan karena penimbangan akhir bobot simplisia tidak
boleh dilakukan pada suhu tinggi (segala jenis bahan atau
alat tidak boleh ditimbang dalam keadaan panas).

Perlakuan tersebut diatas (pengeringan,


pendinginan, dan penimbangan) dilakukan dua kali yang
tujuannya untuk memperoleh bobot konstan simplisia
sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat. Perlu diingat
kembali, agar hasil penetapan susut pengeringan tepat dan
berjalan maksimal, baik sampel maupun cawan harus
berada dalam bobot konstan. Jadi, apabila setelah
dikeringkan dua kali belum diperoleh bobot konstan,
lakukan pengeringan kembali hingga diperoleh bobot
konstan. Dalam percobaan kali ini, pengeringan simplisia
hanya dilakukan dua kali karena bobot dari cawan porselin
yang berisi simplisia Cordyline rhizome telah mencapai
bobot tetap.

Berdasarkan penimbangan kedua cawan terhadap


simplisia yang telah dikeringkan, diperoleh bahwa
presentase susut pengeringan simplisia Cordyline rhizome
ialah 3,768 % pada percobaan I dan 4,644 % pada pada
percobaan II. Hal tersebut menunjukan bahwa simplisia
sesuia dengan literatur MMI bahwa susut pengeringan harus
< 10%.
VIII. KESIMPULAN

Kadar susut pengeringan Cordyline rhizome yang diuji


pada Percobaan I sebesar 3,768 % dan pada percobaan 2
sebesar 4,244 %
Kadar susut pengeringan sesuai dengan persyaratan MMI
sehingga layak untuk digunakan sebagai obat bahan
alam.
IX. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia jilid V. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.h.dvii

Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia


Kuantitatif. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai