Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ANALISA KUALITATIF ANTIHISTAMIN (CTM) “

OLEH :

NAMA : OSANA KONI MILLA ZANGGA NATA


NIM : PO530333219388
TINGKAT : 2C
MATA KULIAH : SP PRAKTIKUM KIMFAR KUALITATIF

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan cinta -
Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan walau sangat sederhana
keadaannya, namun di harapkan dapat memberi manfaat kepada kita semua serta hasil yang
di harapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan pada mata kuliah Sp Praktikum Kimfar Kualitatif . Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Di sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada
kesempatan ini mohon kiranya bagi para pembaca yang memberikan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun, sehingga makalah ini dengan judul “Analisa Kualitatif Antihistamin
(CTM) “ bisa mendekati kata sempurna di masa yang akan datang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca, dapat mengerti dan
memahaminya dengan baik, oleh karena itu saran dan pendapat serta petunjuk sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Kupang, september 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3Tujuan....................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................................
2.1 Struktur obat CTM..............................................................................................

2.2 Sifat fisika dan sifat kimia obat CTM...............................................................


2.3 Kegunaan obat CTM..........................................................................................
2.4 Reaksi pada CTM..............................................................................................
2.5 Cara menganalisis CTM....................................................................................
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................
a. Kesimpulan..........................................................................................................
b. Saran..................................................................................................................
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat
yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam
menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena histamin (Ansel,1989).
Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel yang biasanya ditempati oleh
histamin,dengan demikian akan menghilangkan kemampuan histamin untuk menimbulkan
reaksi alergi (Harkness, 1989). Untuk interaksi obatnya antihistamin akan menekan sistem
syaraf pusat. Obat ini menekan atau mengurangi sejumlah fungsi tubuh seperti koordinasi
dan kewaspadaan, depresi berlebihan dan hilangnya fungsi tubuh dapat terjadi jika
antihistamin di gunakan bersama dengan sistem syaraf pusat lainnya (Harkness, 1989).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana struktur dari obat CTM ?
2. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia obat CTM ?
3. Apakah kegunaan dari CTM ?
4. Bagaimana reaksi kimia pada CTM ?
5. Bagaimana menganalisis CTM ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui struktur dari obat CTM.
2. Untuk mengetahui difat fisika dan sifat kimia obat CTM.
3. Untuk mengetahui apa saja kegunaan CTM.
4. Untuk mengetahui reaksi pada CTM.
5. Untuk mengetahui bagamaina cara menganalisis CTM.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRUKTUR CTM

Gambar struktur Chlorpheniramine Maleate (CTM)

B. SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA CTM


1. Nama Bahan
Klorfrniramin maleat / Chlorpheniramine maleate

2. Deskripsi (3,4,5,6,7)
Berbentuk bubuk kristral putih, padat, pahit dan tidak berbau, rumus molekul
C16H19ClN2·C4H4O4; berat molekul 390,86 g/mol; pH dalam larutan: 4 - 5 (2%
aqueous solution); pKa 9,2; tekanan uap <0.0000001 kPa pada 25 °C; titik lebur 266
- 275 °F; titik beku 130 - 135 °C; larut dalam alkohol, kloroform dan air dingin;
sedikit larut dalam eter dan benzena.

3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan


1). Peringkat NFPA (National Fire Protection Association) Skala 0-4 (4,6)
Kesehatan 2 = tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 1 = dapat terbakar
Reaktivitas 0 = tidak reaktif

5
2). Klasifikasi EC (European Commision) Frasa Risiko dan Frasa Kemanan (5)
R25 : beracun jika tertelan.
S36/37/39 : kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan pelindung
mata/wajah yang cocok.
S45 : Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak sehat, jika
memungkinkan segera menghubungi dokter (perlihatkan label
kemasan).

3). Klasifikasi GHS (5)


Tanda : Berbahaya (danger)
Pernyataan Bahaya
H301 : beracun jika tertelan 11
Pernyataan Kehati-hatian
P301 + P310 : JIKA TERTELAN: segera hubungi sentra informasi
keracunan / dokter atau petugas kesehatan.

C. KEGUNAAN CTM
Indikasi Klorfeniramin maleat diindikasikan untuk gangguan alergi (antialergi)
pada kulit termasuk urtikaria, pruritus, gigitan serangga, beberapa alergi obat dan alergi
akibat kontak tanaman. Hal ini juga efektif dalam mengurangi gejala musiman, batuk
dan flu, migrain, mabuk (motion sickness), mual/muntah dan perennial rhinitis alergi
seperti bersin, gatal hidung dan konjungtivitis.

D. REAKSI

6
Dari 4- klorbenzilcyanid yang direaksikan dengan 2-klorpiridin dengan
kehadiran Natrium amida membentuk 4-klorofenil (2-piridil) asetonitril (16.1.10).
Alkilasi produk ini dengan 2-dimetilaminoetilklorida dalam Natrium amida
menghasilkan γ-(4-klorofenil)-γ-siano-N,N-dimetil-2-piridinpropanamin (16.1.11),
hidrolisis dan dekarboksilasi produk ini menghasilkan klorfeniramine.

E. ANALISIS CTM
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknis analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri
UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan dengan analisis kualitatif ( Mulja, 1995). Peralatan yang digunakan
dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Komponen dari suatu spektrofotometer, secara skema ditunjukkan dalam gambar
sebagai berikut (Pecsok, 1968;Underwood, 2002):

Sumber cahaya Monokromator Kuvet (Wadah Sampel)

Detektor

Pencatat

Skema diagram komponen utama dari spektrofotometer.

Prinsipnya menggunakan radiasi elektromagnetik (REM) yakni sinar yang


digunakan pada sinar Ultraviolet dan sinar visible dapat dianggap sebagai energi yang
merambat dalam bentuk gelombang. Adapun yang diukur pada spektrofotometri adalah
nilai absorban (A) yakni adanya absorbsi pada panjang gelombang maksimum yang
kemudian dihitung konsentarsinya. Metode ini disebut metode basah karena sampel

7
yang digunakan adalah larutan dimana harus diketahui batas konsentrasi terkecil
sampel yang diukur.

 Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis

Spekra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.

1. Aspek Kualitatif ;
Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak dapat digunakan
unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi, bila digabung dengan
cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan spektroskoppi
massa, maka dapat digunakan untuk maksud analisis kualitatif suatu senyawa tersebut.
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang
maksimal, intensitas, efek, pH, dan pelarut yang kesemuanya dapat dibandingkan
dengan data yang sudah dipublikasikan.
Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya :
a. Ada tidaknya perubahan Serapan (absorbansi) karena perubahan pH
b. Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol atau obat-obat yang berisi
ausokrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan pensiklidin.

2. Aspek Kuantitatif ;
Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan intensitas
sinar radiasi yang diteruskan diukur  besarnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya
sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang per detik.
Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi
yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan
tenaga. Jika sinar monokromatik dilewatkan melalui suatu lapisan larutan dengan
ketebalan db, maka penurunan intesitas sinar (dl) karena melewati lapisan larutan
tersebut berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I), konsentrasi spesies yang
menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db).  Secara matematis, pernyataan
ini dapat dituliskan :
-dI =  kIcdb
bila diintergralkan maka diperoleh persamaan ini :    I = I0 e-kbc

8
dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan diperoleh
persamaan :
I = I0 10-kbc
dimana : k/2,303 = a , maka persamaan di atas dapa diubah menjadi persamaan :
Log I0/I = abc      atau        A = abc    (Hukum Lambert-Beer)
dimana : A= Absorban
a= absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/I0 maka dapat diperoleh
A=log 1/T .
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi,
tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Tetapi tergantung
pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi.
Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran harga absorbansi pada
panjang gelombang maksimum atau dilakukan pengukuran % T pada panjang
gelombang minimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang tersebut
adalah perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimal, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimal. Di samping itu, pita serapan disekitar panjang gelombang maksimal datar
dan pengukuran ulang dengan kesalahan yang kecil dengan demikian akan memenuhi
hukum Lambert-Beer (Mulja, 1995).
Jika absorbansi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang,
suhu, kondisi pelarut yang sama, dan absorbansi masing-masing larutan diplotkan
terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati sesuai dengan persamaan
hukum Lambert-Beer yaitu A=a.b.c (Gandjar, 2007).
Pada Hukum Lambert-Beer, terdapat beberapa batasan, antara lain :
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang
sama.
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan.
4. Tidak terjadi peristiwa flouresensi atau fosforisensi.
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

9
Salah satu hal yang penting juga diingat adalah untuk menganalisis secara
spektrofotometri UV-Vis diperlukan panjang gelombang maksimal. Adapun beberapa
alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada
panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap
konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada
kondisi tersebut hukum Lambert-Berr akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang
gelombang maksimal.
Tablet menurut Farmakope Indonesia IV, adalah sediaan padat mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet CTM mempunyai zat aktif, yaitu
Klorfeniramin maleat.
Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
100,5% C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki
berat molekul 390,67. Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau,
larutan mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan
kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).
Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat
reseptor H1 (AH1) (Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin
aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan
struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen,
dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat
mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm),
sehingga dapat memberikan nilai serapan (Silverstein, 1986;Rohman, 2007).
Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya.Pada
suasana netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang
gelombang 261 nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan
serapan maksimum pada panjang gelombang 250-275 nm (Florey, 1983).

10
Analisis Kuantitatif Tablet CTM Dengan Spektrofotometri UV:
1. Pembuatan HCL 0,1 M 500 mL
Dimasukkan 250 ml akuades ke dalam labu takar 500 ml

Diambil dan dimasukkan 4,25 ml HCL 36 % b/b melalui dinding labu secara
perlahan

Digojog pelan hingga homogen

Ditambahkan akuadest hingga tanda

2. Pembuatan Larutan Induk CTM (1mg/1ml)


Ditimbang seksama 100 mg CTM BPFI

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
Ditambahkan HCL 0,1 N sedikit demi sedikit hingga larut

Ditambahkan HCl 0,1 N hingga tanda tera

3. Pembuatan Kurva Baku


Dibuat seri larutan baku dari larutan induk (Li) dengan ketentuan:

Volume (Li) HCL 0,1 N ad Konsentrasi Akhir (ppm)

100 10 ml 10

150 10 ml 15

250 10 ml 25

300 10 ml 30


Dilakukan scanning pada salah satu seri kadar CTM untuk menetapkan  maks

Diukur absorbansi pada tiap seri kadar CTM pada  maks

Dibuat persamaan kurva baku kadar VS absorbansi

4. Preparasi Sampel
Ditimbang dan di serbuk haluskan laebih kurang 10 tablet

Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 4mg klorfeniramin
maleat

11

Ditambahkan HCL sampai tanda

Diencerkan sebanyak 20 kali

Diukur serapannya pada  maks hasil scanning dengan blanko HCL 0,1 N

Ditentukan kadarnya dengan persamaan kurva baku yang diperoleh

Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa CTM adalah obat golongan Antihistamin yang memiliki
kegunaan/indikasi untuk gangguan alergi (antialergi) pada kulit termasuk urtikaria, pruritus,
gigitan serangga, beberapa alergi obat dan alergi akibat kontak tanaman. Adapun analisis
CTM menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.

B. SARAN
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat

lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta .
Florey, K, 1983, Analytical Profiles of Drug Substance, Volume 12, 4th Edition, London,
Academic Press, p. 552-555.
Gandjar, I. G. & Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 298-322, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Mulja, M., Surahman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya,
hlm. 26-41.
Pecsok, et al, 1968, Modern Methods of Chemical Analysis, 2th edition, Canada, p. 147-
161.
Silverstein, et al, 1986, Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, Edisi IV, Erlangga,
Jakarta, hlm. 305-309.
Siswandono & Bambang Soekardjo, 1995, Kimia Medisinal, Airlangga University Press,
Surabaya, hlm. 653.

14

Anda mungkin juga menyukai