Anda di halaman 1dari 19

UJI STABILITAS FORMULASI SUSPENSI JAHE (Zingiber officinale Rosc.

)
DENGAN SUSPENDING AGENT NA CMC

Disusun oleh:
Kelompok 6

Fathul Bari 11194761920142


Fathurrahman 11194761920143
Najla Priliantony Husna 11194761920162
Rotua Elisabeth Sinaga 11194761920175
Zein Hadi 11194761920182

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................5
B. Tujuan Penelitian............................................................................................6
C. Manfaat Penelitian..........................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................7
B. Metode..........................................................................................................12
C. Diagram Kajian Akademik............................................................................16
BAB III........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rancangan Formula.....................................................................................12


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori............................................................................14


Gambar 2.2 Diagram Kajian Akademik.....................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Tablet, kapsul, suspensi dan berbagai
larutan sediaan farmasi. Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki
keuntungan yaitu rasanya yang lebih enak juga dapat meningkatkan absorpsi
obat sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat Selain itu, ada
beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral untuk banyak pasien yaitu
bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat
yang sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk anakanak juga
mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kesulitan dalam formulasi
suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi yang artinya,
suspensi merupakan satu sistem yang tidak dapat bercampur.
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai
keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di
seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarangmenjadi kenyataan,
maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut
mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi
kembali dengan sedikit pengocokan saja.
Selain dengan obat, zat aktif suspensi juga bisa dengan tanaman atau
bahan-bahan alam. Salah satu contoh nya bisa dengan jahe, jahe (Zingiber
officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-
rempah dan bahan obat. Dalam penelitian ini digunakan Ekstrak Jahe yang
merupakan afrodisiak. Afrodisiak adalah zat yang mampu meningkatkan
gairah seksual, salah satunya adalah jahe yang sering digunakan sebagai
afrodisiak. Untuk zat-zat yang sukar untuk dibasahi, sebaiknya dibuat menjadi
suspensi, namun zat-zat yang bersifat hidrofobik biasanya memiliki afinitas
yang lebih kuat terhadap udara dari pada cairan, cairan sulit untuk
menghilangkan udara di sekitar zat padat sehingga partikel-partikel padat
cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan mengambang
diatas permukaan medium pendispersi. Akan tetapi, kesulitan ini dapat diatasi
dengan penambahan surfaktan. Polimer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah NaCMC, dimana NaCMC merupakan turunan dari selulosa dan sering
digunakan dalam industri pangan. Kegunaannya antara lain sebagai
suspending agent, stabilizing agent.

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk membedakan formulasi mana yang stabil untuk Ekstrak Jahe
2. Bisa sebagai acuan saat dilakukannya pengujian suspensi Ekstrak Jahe
dengan NaCMC

C. Manfaat Penelitian
1. Dapat memperbaiki formulasi yg kurang stabil pada Ekstrak Jahe
2. Mengetahui pengaruh perubahan kadar NaCMC terhadap Ekstrak Jahe
BAB II
ISI
A. Tinjauan Pustaka
1. Suspensi
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum
(Ansel, 2008). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Kementerian Kesehatan
RI, 2014). Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan
yaitu rasanya yang lebih enak juga dapat meningkatkan absorpsi obat
sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat Selain itu, ada
beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral untuk banyak pasien yaitu
bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat
yang sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk anakanak
juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak (Ansel, 2008).
Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh
medium suspensi, yang artinya, suspensi merupakan satu sistem yang tidak
dapat bercampur (Hussein, , Waqa , & Khalid, 2009).
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai
keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata
di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi
kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-
partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan
mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja (Martin,
Swarbrick, & Cammarata, 1973).
Untuk zat-zat yang sukar untuk dibasahi, sebaiknya dibuat menjadi
suspensi, namun zat-zat yang bersifat hidrofobik biasanya memiliki afinitas
yang lebih kuat terhadap udara dari pada cairan, cairan sulit untuk
menghilangkan udara di sekitar zat padat sehingga partikelpartikel padat
cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan
mengambang diatas permukaan medium pendispersi. Akan tetapi, kesulitan
ini dapat diatasi dengan penambahan surfaktan (Voight, 1994).
Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Alasan pembuatan
sediaan suspensi oral salah satunya adalah karena obat – obat tertentu
tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila
disuspensi. Selain itu, untuk banyak pasien cairan lebih banyak disukai
dari pada bentuk padat. Karena mudahnya menelan cairan dan
keluwesan dalam pemberian dosis aman dan mudah diberikan untuk
anak – anak.
b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan
pada kulit.
c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan
pembawa yang sesuai.
2. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu
tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan,
rempah - rempah, bahan minyak atsiri, bahkan akhir - akhir ini menjadi
fitofarmaka. Salah satu khasiat jahe yang paling sering dibicarakan adalah
untuk meningkatkan kekebalan tubuh atau penangkal masuk angin,
sehingga jahe sering dimasukkan dalam ramuan jamu atau obat-obatan
tradisional (Januwati, 1999).
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu famili
dangan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit, (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga), dan lain-lain. Adapun
klasifikasi jahe adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, jahe dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Jahe Merah Jahe merah (Zingiber Officinale var. rubrum) berdiameter
42-43 mm, tinggi 52-104 mm dan panjang 123-126 mm. Jahe merah
memiliki rimpang yang kecil berwarna kuning kemerahan dan lebih
kecil daripada jahe kecil serta serat yang kasar. Rasanya pun sangat
pedas dan memiliki aroma yang sangat tajam.
b. Jahe Putih Besar Jahe putih besar atau jahe gajah (Zingiber Offchinale
var. offichinarum) berdiameter 48-85 mm, tinggi 62-113 mm dan
panjang 158 – 327 mm. Jahe ini memiliki rimpang yang jauh lebih besar
dan gemuk namun rasa dan aromanya kurang tajam dibanding jahe
merah dan jahe putih kecil.
c. Jahe Putih Kecil Jahe putih kecil atau jahe emprit (Zingiber offichinale
var. amarum) memiliki ruas yang kecil, berdiameter 32,7 – 40 mm,
tinggi 63,8 – 111 mm, dan panjangnya 61 – 317 mm. Jahe ini berbentuk
pipih dan berwarna putih kuning. Seratnya lembut dan memiliki aroma
yang lebih tajam dari jahe putih besar. (Rostiana,2005).
3. Na- CMC (Carboxymethyl Cellulose Sodium)
Na-CMC telah digunakan secara luas di bidang farmasi sebagai
eksipien. Na-CMC banyak digunakan sebagai emulsifying agent, gelling
agent dan tablet binder. Water Holding Capacity (WHC) dan Oil Holding
Capacity (OHC) merupakan parameter penilaian kualitas yang lazim
digunakan untuk Na-CMC. Nilai WHC dan OHC akan berpengaruh pada
viskositas dari Na-CMC yang dihasilkan.
Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan turunan selulosa yang
paling banyak digunakan pada berbagai industri, seperti industri makanan,
farmasi, detergen, tekstil dan produk kosmetik sebagai pengental, penstabil
emulsi atau suspensi dan bahan pengikat (Wijayani dkk., 2005). Natrium
karboksimetil selulosa diperoleh dengan alkalisasi antara selulosa dengan
natrium hidroksida dalam pelarut isopropil alkohol yang dilanjutkan
dengan eterifikasi menggunakan sodium kloro asetat. Natrium
karboksimetil selulosa merupakan zat dengan warna putih atau sedikit
kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granul yang halus
atau bubuk yang bersifat higroskopik (Togrul, 2004). Menurut Traggono
dkk (1991), CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada
pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik
(reversible).
4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga
langkah dasar yaitu : Penambahan sejumlah massa pelarut untuk
dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui proses difusi, Zat terlarut
akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase ekstrak,
Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Wilson, et al., 2000).
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan
penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI 1995).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa
antimikroba dan antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya
diekstrak dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan
jenis senyawa yang masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh
jenis pelarut yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan
dan fase ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-
komponen isi sel yang telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya.
Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan
pelonggaran kerangka selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel
menjadi melebar yang menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk
kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai
dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang
ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di
dalam dan di luar sel (Voigt, 1995).
D. Metode
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk
peracikan sediaan antara lain neraca analitik, mortir, stamfer, gelas ukur,
beaker gelas, erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes , batang pengaduk, bejana
maserat, oven, botol, rotary evaforator, serta corong gelas. Sedangkan
untuk evaluasi alat yang digunakan adalah piknometer, senter, pH meter,
mikroskop dan Viskometer kapiler.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian diantara lain, simplisia jahe
(Zingiber officinale Rosc.), etanol 96%, CMC-Na, aquades, metil paraben,
propilen glikol, asam sitrat, sukrosa.
3. Formulasi

Tabel 2.0.1 Rancangan Formula


No Nama Bahan Kadar Fungsi Skala lab
1 Ekstrak jahe 11,2% Zat aktif 6,72
gram
2 CMC-Na 0.75% Pensuspensi 0.45
gram
3 Sukrosa 20 % Pemanis 12 gram
4 Metil 0.1% Pengawet 60 mg
paraben
5 Asam sitrat 0.1% Dapar 0.06
gram
6 Propilen 5% Co-solvent 3 ml
glikol
7 aquadestilata 100% Pembawa Ad 60 ml

4. Cara Kerja
a. Proses pembuatan ekstrak
Pembuatan ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) menggunakan
metode maserasi dengan penyari etanol 96% selama 5 hari kemudian
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan titik didih etanol
79°C dan selanjutnya diwaterbath hingga ekstrak menjadi pekat.
b. Pembuatan Na CMC
Sebanyak 0,75% Na.CMC ditimbang dilarutkan dengan 50 ml air
hangat sambil diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut
kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan aquadest dan
diaduk hingga homogen.
c. Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol jahe
Larutan suspensi yang dibuat pada penelitian ini terdiri atas
suspensi Carboxy Metil Cellulose (CMC) dan ekstrak etanol jahe
dengan konsentrasi 11.2 %.
Suspensi ekstrak jahe dibuat dengan menimbang ekstrak etanol
Jahe yang telah dibuat sebanyak 11.2 % kemudian disuspensikan
dengan NaCMC 0.75% ditambahkan sukrosa 20%, asam sitrat 0,1%,
propilen glikol 5%, metil paraben 0,1% kemudian di ad sampai 60 ml,
kemudian aduk hingga homogen.
5. Pengujian dan Evaluasi
a. Uji Organoleptis Uji organoleptis diamati dengan secara kualitatif
apakah sediaan elixir tersebut sudah sesuai dengan ketentuan sediaan
elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel
yang tidak larut (Utami, 2015).
b. Uji Kejernihan Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut,
apakah masih ada atau tidak partikel yang tertinggal maupun tidak
larut (Rizal, 2011).
c. Uji Densitas ( Bobot jenis) Dengan menggunakan piknometer dengan
tahap sebagai berikut langkah pertama timbang pikno bersih.
Kemudian letakkan kaca arloji dan isi dengan sediaan yang akan
diuji. Selanjutnya, masukkan pikno yang berisi sampel kedalam
beaker glass dengan 200 ml air es - > 20˚C. Segera ambil teteskan
cairan yang berada diluar kapiler dengan kertas saring menyedot sisi
ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan tudung cepat-cepat. Biarkan
pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno di laboratorium. Terakhir
imbang pikno dengan isinya.
Bobot jenis dihitung dengan rumus : b – a c – a
Keterangan: a = Berat pikno kosong
b = Berat sampel sebelum diuji
c = Berat sampel sesudah diuji
d. Viskositas
Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu air dari cairan
yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua
tanda tersebut. Jika h1 dan h2 masing-masing adalah viskositas dari
cairan yang tidak diketahui dan cairan standar, r1 dan r2 adalah
kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir
dalam detik.
Rumusnya adalah: 1h = ρ1 . t1
2h = ρ2 . t2
η1 = ρ1 . t1 . h2
ρ2 . t2
e. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter.
Berikut tahapanya pertama diambil sedikit sampel sediaan .Kemudian
pH meter ditara dulu dengan buffer standar pada pH 7, kemudian
ditara pada buffer pH 4 karena sediaan yang diharapkan pada rentan
pH 3.6-4.6. Terakhir diukur sampel sediaan dengan pH meter dan
diketahiui hasilnya.
f. Uji Distribusi
Ukuran Partikel Uji distribusi ukuran partikel menggunakan
metode dengan mikroskop dengan cara diambil sedikit sampel
sediaan kemudian diencerkan dengan aquades dan diamati dalam
mikroskop sebaran ukuran partikelnya.
g. Redispersi
Evaluasi suspensi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ini
dilakukan setelah pengukuran volume sedimentasi konstan.
Dilakukan secara manual dan hati hati, tabung reaksi diputar 180° dan
dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi ditentukan
berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan
kembali endapan partikel Jahe (Zingiber officinale Rosc.) agar
kembali tersuspensi. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah
terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%.
E. Diagram Kajian Akademik

Penyiapan dan
Pengadaan alat
dan bahan

Pengelolaan
simplisia

Pembuatan
ekstrak

Formulasi
sediaan ekstrak
jahe dengan
suspending agent
Na CMC

Pembuatan
sediaan uji
ekstrak jahe
(……mg/g)

Uji stabilitas
ekstrak jahe
dengan
suspending agent
Na CMC
Gambar 2.2 Diagram Kajian Akademik
BAB III
KESIMPULAN

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan mengujikan stabilitas fisik dari
formulasi suspensi jahe (zingiber officinale rosc.) dengan suspending agent na cmc.
Hal ini akan dibuktikan dari hasil data-data yang didapat nantinya akan terbukti dari
hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam Preparat:
Tinktur, Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam Encer, Spirtus, dan
Radiofarmasi,Edisi 4, Jakarta., UI Press, p. 607-608.
Ansel. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Universitas
Indonesia. Jakarta. Hlm. 490-492.
Badan POM RI. 2008. Direktorat Obat Asli Indonesia.
Fatmawati, Umi,. 2018. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen dengan
Suspending Agent Gom Arab dan CMC-Na. Sidoarjo : STIKES Rumah Sakit
Anwar Medika.
Jurenka, M.T. (2009). Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major
Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical
Research. Alternative Medicine Review. 14 : 141 – 153.
Kesuma TW. 2009. Uji efek antiinflamasi sediaan topikal ekstrak etanol dan etil
asetat rimpang kunyit (Curcuma domestica) terhadap mencit [skripsi].
Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan Iis Aisyiah, edisi III, jilid 2, 644-
645, 650-651, 686, 697-707, 713, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1973). Farmasi Fisik Jilid III. Jakarta:
UI Press.
Ningsih, Ulfa Istiani. Susilawati, Endang. 2017. Mutu Fisik Suspensi Oral Ekstrak
Ubi Jalar Ungu (Ipomae batatas L.) dengan Suspending Agent CMC-Na
(Carboxymethyl cellulose natrium) 0,5%, 0,75%, 1%. Malang : Akademi
Farmasi Putera Indonesia Malang
Supriatna, Cece. Minkhatul, Maula. 2019. Uji Efektivitas Suspensi Ekstrak Jahe
(Zingiber officinalae) terhadap Afrodisiaka Mencit Putih Jantan. Cirebon :
Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon.
Togrul, H and Arsal, N. 2004, Carboxymethyl celullose from sugar beet pulp
celullose as a hydrophilic polymer in coating of mandarin, Journal of Food
Engineering, 62(3), 271-279.
Tranggono,S., Haryadi, Suparmo.,A, Murbiati,S., Sudarmaji,K., Rahayu, S., Naruki
dan Astuti M., 1991. Bahan Tambahan Makanan (food Additive). PAU Pangan
dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Winarti. 2013. Formulasi Sediaan Semisolid (Formulasi salep, krim, gel, pasta dan
suppositoria [diktat]. Jember, Fakultas Farmasi. Universitas Jember.
Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2
- 12.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 155 dan 179, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai