Anda di halaman 1dari 21

Argentometri

KELOMPOK 4

Disusun Oleh :
1. Afida Noor Mufaza
(165010059)
2. Herlina Andriani
(165010061)
3. Anis Nor Aini
(165010062)
Pengertian

Argentometri adalah metode untuk menetapakan kadar


halogenida dan senyawa lain yang dapat membentuk
endapan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.

Reaksi yang mendasari titrasi argentometric yaitu :


AgNO3 + Cl- → AgCl (s) + NO3-
Sebagai Indicator digunakan Kalium Kromat yang
menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag +
Pengertian

Metode argentometric yang lebih luas lagi digunakan adalah


metode titrasi kembali. Perak Nitrat (AgNO3) berlebih
ditambahkan ke sampel yang mengandung ion Klorida atau
Bromida. Sisa (AgNO3) Selanjutnya dititrasi kembali dengan
ammonium tiosianat menggunakan indicator Besi III
ammonium sulfat.
Pengertian

Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida deengan cara


titrasi kembali adalah sebagai berikut
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl (s) + NO3-
Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN (s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4 (SO4) 2 → Fe(SCN) 3 merah + 2(NH4) 2SO
Sebelum dilakukan titrasi kembali endapan AgCl harus
disaring dulu atu dilapisi dengan penambahan dietilftalat
untuk mencegah disosiasi AgCl oleh ion tiosianat
Dasar titrasi Argentometri

– Dasar titrasi Argentometri adalah reaksi pengendapan


dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya di endapkan
oleh larutan baku perak nitrat (AgNO3) dan indikator
kromat. Zat tersebut misalnya garam-garam halogenida (Cl,
Br, I), sianida, tiosianida dan fosfat. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna
tiga tipe titik akhir titrasi 
AgNO3 yaitu :

– Indikator
– Amperometri
– Indikator kimia
Faktor yang mempengaruhi 
pembentukan endapan

– Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan
meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
– Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut
organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu
zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan
campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang
berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
Faktor yang mempengaruhi 
pembentukan endapan

– Pengaruh ion sejenis


Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam
larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air
saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika
kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita
melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan
NH4OH sudah terdapat on sejenis yaitu OH- sehingga akan
mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini
biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode
gravimetri.
Faktor yang mempengaruhi 
pembentukan endapan

– Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam
lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena
penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya
endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH
disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.
– Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan
dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan
menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan
hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
Faktor yang mempengaruhi 
pembentukan endapan

– Pengaruh ion kompleks


Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin
meningkat kelarutannya dengan adanya pembentukan
kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai
contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan
NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks
Ag(NH3)2Cl
Ion pengganggu titrasi:

– Bromida, iodida, dan sianida yang menyebabkan ekivalen


dengan konsentrasi klorida.
– Ion sulfida, tiosulfat dan sulfit menggaggu.
– Ortofosfat yang lebih dari 25 mg/L mengganggu dengan
membentuk endapan perak fosfat.
– Besi yang lebih dari 10 mg/L mengaburkan titik akhir.
Ion Pengganggu

– Ion pengganggu tersebut salah satunya ion tiosulfat (S 2O3 -).


Awalan tio dalam tiosulfat berarti bahwa satu atom sulfur
telah ditambahkan untuk menggantikan satu atom oksigen.
Jadi, ion tiosulfat memiliki atom S dan 3 atom O (S 2O3).
Kebanyakan tiosulfat yang pernah dibuat larut dalam air.
Banyak dari larutan tiosulfat larut dalam natrium tiosulfat
berlebih, membentuk garam kompleks. Ion-ion tiosulfat
dapat membentuk kompleks dengan perak.
Metode titrasi argentometri

1. Metode Mohr
2. Metode Volhard
3. Metode K-Fajans
4. Metode Leibig
Metode Mohr

Metode mohr adalah menetapkan kadar klorida dan bromide


pada Suasana netral dengan larutan baku perak nitrat.
Indikator larutan kalium kromat
Prinsip metode Mohr :
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl
yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi
dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan sedikit Ag+ akan
bereaksi dengan CrO42- dari indikator K2CrO4 yang
ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu
bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag 2CrO4.
Reaksi metode Mohr

– Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl


berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metoda Mohr
dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6),
sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4, sehingga
larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan untuk
membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH 8),
sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat
atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai
penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
Kelebihan metode mohr

– Kerja lebih sederhana


– Titik akhir titrasi lebih mudah dilihat
Kerugian metode mohr yaitu :

1. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode


mohr tetapi iodide dan iosiana tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
2. Adanya ion ion seperti sulfida fosfat dan arsenat juga akan
mengendap.
3. Titik akhir kurang sensitive jika menggunakan larutan yang encer
4. Ion ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan
mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojokan yang
kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk
membebaskan ion yang terjebak tadi
Metode Volhard

– Metode volhard untuk menetapkan kadar perak (Ag) atau garamnya


dengan larutan standart NH4CNS atau KCNS
– Metode ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari
perak, larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari
ion klorida
– Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambah larutan standar berlebih.
– Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan KCNS, dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah
darah dari Fe(SCN)3
– Kelebihan
– Dapat menetapkan kadar semua halogenida maupun
Rhodonida seperti Cl, Br, I, dan CNS
– Kekurangan
– Suasana lingkungan titrasi harus bersifat asam, perubahan
warna menuju akhir titrasi dapat terganggu oleh endapan
AgCl
Metode K­Fajans

Metode K-Fajans untuk menetapkan kadar garam halogenida


dengan larutan standart perak nitrat (AgNO 3)
indicator eosin, suatu zat warna yang sifatnya asam dalam
larutan berwarna kuning hijau
Reaksi : NaCl + AgNO3 EOSIN
AgCl ↓ + NaNO3
Metode Leibig

Metode Leibig titik akhir titrasi tidak ditentukan inidator tetapi


ditunjukkan terjadinya kekeruhan
Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida
akan terbentuk endapan putih tetapi pada penggojokan akan larut
kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Reaksi Ag+ + 2CN- → Ag(CN)-

Anda mungkin juga menyukai