Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLID


JURUSAN FARMASI

JURNAL FORMULA TFSS

GRANULASI BASAH – ASAM MAFENAMAT

OLEH:

KELOMPOK : IV
KELAS : A
ASISTEN : JEYLANI PUTRA

Nilai Nilai
Nama Nim Tugas
dokumen diskusi
NOVITASARI G70121030 Preformulasi
ANISA JULIARSIH G70121015 Formulasi
NUR FADILAH G70121082 Formulasi
NURUL AISYAH G70121092 Evaluasi
CHEREALLY G70121049 Kemasan
DEARLY LONTAN

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
I. Rancangan Formula
Nama Produk : Maficid
Nama Pabrik : PT. Nocafanude
No. Registrasi : DKL2310112310A1
Kandungan zat aktif : Asam Mafenamat
Bobot tablet : 500 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 10 tablet

Formula
Setiap 1 tablet sediaan mengandung 250 mg Asam mafenamat
Jumlah
No Nama Bahan Fungsi
Dalam % Dalam g
1. Asam Mafenamat Zat Aktif 54,35% 0,25 g
2. Na. CMC Pengikat 5% 0,023 g
3. Laktosa Pengisi 30,65% 0,141 g
4. Pati Jagung Penghancur dalam 10% 0,046 g
5. Magnesium Stearat Lubrikan 1% 0,0046 g
6. Pati Jagung Penghancur luar 2% 0,092 g
7. Talk Glidan 5% 0,023 g
8. Aquadest Pelarut Na CMC 0.1% 0,46 ml

Bahan kemasan
Primer : Strips pack
Sekunder : Individual folding box
Label : Stiker
Leaflet : Kertas 70 gsm
Klaim etiket : 1 box @ 10 strips, tiap 1 tablet mengandung 250 mg Asam
mafenamat
II. Rancangan Bahan Produksi
Jumlah
No No. Item Nama Bahan Fungsi
Per pcs Per batch
Asam
1. A-00001 Zat aktif 0,25 g 2,5 g
mafenamat
2. B-00001 Na CMC Pengikat 0,023 g 0,23 g
3. B-00002 Laktosa Pengisi 0,141 g 1,41 g
Penghancur
4. B-00003 Pati Jagung 0,046 g 0,46 g
dalam
Magnesium
5. B-00004 Lubrikan 0,0046 0,046 g
stearat
Penghancur
6. B-00005 Pati jagung 0,0092g 0,092 g
luar
7. B-00006 Talk Glidan 0,023 g 0,23 g
Pelarut Na
8. B-00007 Aquadest 0,46ml 4,6 ml
CMC

III. Dasar Formulasi


a. Dasar pemilihan zat aktif
1. Asam mefenamat merupakan asam organik lemah. Secara khusus,
obat ini tersusun sebagai asam antranilat obat ini memiliki
keterkaitan dengan asam 3-hidroksiantranilat, suatu metabolit
triptofan alami. Obat ini telah diketahui sejak awal memiliki sifat
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Rev, E., 2013).
2. Beberapa sediaan analgesik tersedia di pasaran sebagai sediaan
topikal yang berbeda. Asam mefenamat dan NSAID yang efektif
selalu digunakan sebagai agen antiinflamasi dan analgesik. Secara
konvensional, obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan suspensi
(Khullar, R., et al, 2011).
3. Asam mefenamat adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang
digunakan untuk mengatasi nyeri, termasuk nyeri haid. Eksploitasi
pendekatan prodrug berpotensi mencapai pengurangan intoleransi
asam mefenamat Gl (gastrointestinal), meningkatkan
bioavailabilitasnya, menutupi sensasi tidak menyenangkan dan
memperpanjang durasi kerjanya. Asam mefenamat, NSAID yang
efektif selalu digunakan sebagai anti inflamasi dan agen analgesik
(Ala, A. J., et al, 2015).
4. Asam mefenamat, asam turunan asam antranilat dalam air adalah
0,04 mg/mL. Puncak aktif maksimum, adalah obat antiinflamasi
nonsteroid yang kadar plasmanya akan dicapai dalam 2 hingga 4
jam dan memiliki aktivitas analgesik dan antipiretik yang
digunakan dalam pengelolaan peradangan traumatis dan waktu
paruh eliminasi adalah 2 jam 1 (Srivastava, R. et al, 2019).
5. Asam mefenamat (MEF) merupakan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) yang ditandai dengan bioavailabilitas rendah dengan
toksisitas relatif tinggi Asam mefenamat merupakan turunan asam
antranilat yang termasuk dalam keluarga NSAID lama yang dikenal
dengan fenamate. Obat ini awalnya digambarkan sebagai agen anti-
inflamasi (Shabana, N., et al, 2014).

b. Dasar pemilihan metode


1. Granulasi basah adalah proses granulasi yang paling banyak
digunakan dalam industri farmasi. Ini melibatkan penambahan
larutan cair (dengan atau tanpa bahan pengikat) ke dalam bubuk,
untuk membentuk larutan basah massa atau membentuk butiran
dengan menambahkan bubuk bersama dengan perekat, bukan
dengan pemadatan (Naveen, 2011).
2. Granulasi basah dianggap sebagai salah satu proses paling penting
dalam pembuatan bentuk sediaan padat. Produksi bentuk sediaan
padat menggunakan butiran memiliki beberapa keuntungan seperti
meningkatkan sifat alir, meningkatkan kekompakan,
mengurangi segregasi (Keleb, E. I., 2004).
3. Granulasi basah pada pembuatan tablet dalam proses pembuatan
farmasi sangat umum karena banyak keuntungan pemrosesannya
seperti peningkatan aliran bubuk dan penurunan segregasi
(Ramachandran, 2014).
4. Granulasi basah adalah suatu cara untuk memperbesar ukuran yang
melibatkan setiap proses dimana partikel-partikel kecil
diaglomerasi menjadi struktur yang lebih besar dan relatif
permanen dengan bantuan bahan pengikat cair. Proses granulasi
basah umumnya harus mencapai sifat butiran yang diinginkan yang
dimaksudkan untuk tujuan tertentu Kekosongan butiran mengontrol
kekuatan, dan mengontrol perilaku disolusi kapsul dan tablet, serta
perilaku pemadatan dan kekerasan tablet (Walid, F. S., 2012).
5. Granulasi basah adalah metode granulasi yang paling banyak
digunakan dalam industri farmasi. Dengan demikian, gagasan
granulasi basah sebagai metode untuk menyiapkan secara langsung
kompleks obat-resin dan butirannya menjadi menarik (Beatrica, A.,
2008)

c. Dasar pemilihan kekuatan sediaan


1. Dosis oral asam mefenamat yang biasa adalah 250 sampai 500 mg
diberikan tiga kali sehari (GhaniS, A. et al 2018).
2. Produk obat MFA tersedia di pasaran dalam bentuk bubuk yang diisi
formulasi kapsul (250 mg) dan sebagai formulasi tablet (500 mg)
(Prasad, E., et al, 2022).
3. Dosis tunggal 250 mg asam mefenamat oral biasanya digunakan
sebelum prosedur ginekologi minor seperti histeroskop, fraksional
dan kuretase untuk pengendalian nyeri intraoperatif dan pascaoperasi
dan menghindari komplikasi (Dabpookhiew, P., et al, 2020).
4. Asam Mefenamat termasuk dalam kategori biopharmaceutical
classification system kelas IIa yang memiliki laju disolusi yang
terbatas sehingga dapat digunakan strategi reduksi ukuran partikel
untuk mengatasi permasalahan yang dimiliki (Parasad Elke, et al.
1999).
5. Asam Mefenamat yang dicirikan sebagai senyawa yang sukar larut
sehingga memiliki bioavailabilitas yang rendah, yang merupakan
kelemahan utama dalam pemberian obat oral (Alshehri, M, et al.
2015).

d. Dasar pembuatan zat aktif menjadi sediaan


1. Tablet masih menjadi bentuk dosis konvensional yang paling
populer saat ini karena kemudahan administrasi diri, kompak di
alam, mudah diproduksi dan dapat diberikan dalam dosis yang akurat
(Siddiqui, M.N et al, 2010).
2. Tablet menyediakan dosis obat yang akurat dan stabil dengan sifat
fisik dan kimia yang diperlukan untuk durasi dan intensitas tindakan
terapeutik yang diperlukan. Dari semua bentuk dosis, tablet ini
menyajikan obat dalam keadaan kompaksi tertinggi yang dapat
dipraktikkan. Hal ini memungkinkan penggunaan berat ringan,
wadah biaya rendah untuk kemasan, sementara persediaan obat
darurat dapat dengan mudah dibawa oleh pasien (Jain, S.K dan Soni
Vandana, 2012).
3. Oral adalah rute yang paling populer untuk efek sistemik karena
kemudahan menelan, rasa sakit, penghindaran, keserbagunaan dan
kepatuhan pasien yang paling penting. Kepatuhan pasien, dosis
presisi tinggi, dan efisiensi manufaktur menjadikan Tablet sebagai
bentuk pilihan dosis padat (Sandeep, N dan Gupta, 2013).
4. Tablet merupakan bentuk sediaan yang nyaman digunakan dalam hal
pengobatan sendiri, kemudahan pemberian, ketepatan dosis yang
lebih akurat, penghindaran rasa sakit, fleksibilitas dan relatif lebih
efisien dalam proses pembuatannya sehingga dapat meminimalkan
harga jual (Zaman, N., et al. 2020).
5. Tablet kunyah dibuat dengan metode granulasi basah dengan
berbagai variasi konsentrasi bahan pengikat PVP dan bahan pengisi
menggunakan manitol (Repining T, et al. 2019).
e. Dasar pemilihan zat tambahan
• Na CMC
1. Karboksimetil selulosa adalah pengikat alami pertama yang
mendapat perhatian dan banyak digunakan dalam produksi
industri (Hao-Wen, J., et al, 2011).
2. Turunan selulosa seperti hidroksipropilmetilselulosa (HPMC),
hidroksipropilselulosa (HPC), metilselulosa (MC), natrium
karboksimetilselulosa (Na- CMC) dan etilselulosa (EC) telah
banyak digunakan sebagai pengikat granulasi basah. Teori
granulasi basah dan khususnya pengaruh karakteristik pengikat
pada sifat fisik butiran kering telah ditinjau. Dalam keadaan
tertentu turunan selulosa adalah pengikat yang lebih baik
daripada pengikat lain seperti povidone (Jinjiang Li dan Xiaohui
Mei, 2006).
3. Natrium karboksimetilselulosa meningkatkan sifat tablet ini
dengan kapasitasnya yang nyata untuk menyerap air,
mengembang dan dengan demikian mengatasi efek pengikatan
dan perekatan dan pemblokiran pori-pori tablet oleh
metilselulosa (Lucy. S, et al. 1988).
4. Karboksimetil selulosa (CMC) adalah salah satu turunan selulosa
yang paling menjanjikan. Karena sifat permukaannya yang khas,
kekuatan mekanik, hidrofilisitas yang dapat diatur, sifat kental,
ketersediaan dan kelimpahan bahan baku, proses sintesis
berbiaya rendah, dan banyak aspek kontrasnya, karboksimetil
selulosa kini banyak digunakan. Di berbagai bidang aplikasi
lanjutan, misalnya, industri kertas makanan, tekstil, dan farmasi,
teknik biomedis, pengolahan air limbah, produksi energi, dan
penyimpanan, produksi dan penyimpanan energi, dan
sebagainya (Hasan, et al, 2021).
5. Dasar karboksimetil selulosa (CMC) telah menjadi daya tarik
yang besar karena sifat-sifat mulianya, seperti:
biokompatibilitas, biodegradabilitas, menyerupai jaringan, biaya
rendah dan tidak beracun. Ini digunakan secara luas dalam
berbagai aplikasi di bidang biomedis dan farmasi. Sifat
hidrofilik CMC, memungkinkan untuk bercampur dan berikatan
silang dengan bahan lain, seperti: polimer sintetik (Delma, D., et
al, 2018)

• Laktosa
1. laktosa adalah bahan pengisi yang umum digunakan dalam
tablet farmasi, tersedia dalam beberapa tingkatan komersial
yang diproduksi menggunakan proses produksi berbeda. Nilai-
nilai ini berbeda secara signifikan dalam sifat partikulat dan
bubuk yang mempengaruhi kemampuan manufaktur tablet
(Shubhajit, p. et al., 2019).
2. Karena biayanya yang rendah dan ketersediaannya yang besar
dari industri susu, stabilitas fisik dan kimia, kelarutan dalam
air, higroskopisitas rendah, dan rasa hambar, laktosa masih
merupakan salah satu pengencer tablet yang paling umum
digunakan (Djordje, M. et al., 2021).
3. Laktosa sebagai eksipien dalam industri farmasi. Sekitar 60%-
70% bentuk sediaan farmasi mengandung laktosa, dan
berdasarkan volume, laktosa merupakan salah satu eksipien
farmasi terbesar. Laktosa dapat mempunyai beberapa fungsi
dalam suatu bentuk sediaan: sebagai bahan pengisi untuk
memberikan massa pada tablet misalnya, sebagai bahan
pengikat untuk memberikan kekuatan pada bentuk sediaan agar
tetap menyatu, dan untuk memberikan aliran ke suatu
formulasi agar mampu berproduksi (Gerald, A. dan Bastian,
H., 2019).
4. Berbagai bentuk laktosa tersedia untuk kompresi langsung
tablet. Penggunaan laktosa semprot-kering, yang memiliki
karakteristik aliran dan kompresibilitas yang baik, dibatasi oleh
stabilitasnya bila disimpan dalam kondisi lembab (Bolhuis, et
al, 2008).
5. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan dalam formulasi Rancangan penelitian
menggunakan tablet. Laktosa menunjukkan stabilitas yang
baik dalam kombinasinya dengan hampir seluruh bahan obat
dan dari sisi ekonomi laktósa relatif murah namun laktosa
tidak digunakan dalam kempa langsung tanpa dimodifikasi
terlebih dahulu (Hayatus dan Ahmad, 2011).

• Pati Jagung (penghancur dalam)


1. Jagung (Zea merupakan tanaman yang mays) merupakan
tersebar dan dikenal di seluruh belahan dunia. Pati dengan
kandungan amilosa tinggi memiliki kemampuan menyerap air
dan mengembang lebih besar karena amilosa memiliki
kemampuan membentuk ikatan hidrogen sedangkan
kandungan berpengaruh amilopektin terhadap tinggi sifat
mengembang pada pati (Delvi Fitriani, et al. 2010).
2. Pati jagung sebagai bahan penghancur dapat ditambahkan
sebelum granulasi (intragranular), pada tahap lubrikasi
(ekstragranular) dan secara kombinasi intragranular-
ekstragranular. Penambahan secara ekstragranular bertujuan
untuk menghancurkan tablet menjadi granul, sedangkan
penambahan secara intragranular bertujuan agar dispersi
partikel menjadi lebih halus. Metode penambahan bahan
penghancur mempengaruhi waktu hancur dan kecepatan
pelepasan zat aktif. Pati jagung dapat memberikan laju
disintegrasi yang lebih cepat bila digunakan dengan metode
ekstragranulasi, pati jagung dapat memberikan laju disintegrasi
yang lebih cepat bila digunakan dengan metode kombinasi
intragranular- ekstragranular (Anton Jemmy, P. et al. 2017).
3. Pati jagung sebagai penghancur adalah zat tambahan yang
digunakan untuk memecah atau menghancurkan tablet setelah
pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil,
sehingga lebih mudah diabsorpsi (Utami Sintia, S. et al.2017).
4. Amilum sudah lama dikenal sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan tablet. Amilum merupakan bahan tambahan yang
bersifat inert dan dapat dicampur dengan hampir semua obat
tanpa menimbulkan terjadinya reaksi. Amilum sering
digunakan pada pembuatan tablet sebagai bahan tambahan,
seperti: pengisi, pengikat, penghancur dan pelincir tetapi
penggunaannya hanya terbatas untuk granulasi. Sifat alir dan
kompresibilitas amilum yang kurang baik menyebabkan
penurunan kekerasan tablet bila digunakan dengan kadar
amilum yang besar. Hal ini menyebabkan penggunaan amilum
sebagai bahan pengisi terbatas dan lebih banyak digunakan
sebagai bahan penghancur dengan kadar 5-20% (Abdul Rahim,
2020).
5. Pati atau amilum yang umum digunakan dalam industri
farmasi terbagi menjadi 2, yaitu amilum alami dan amilum
yang dimodifikasi, Amilum alami (native starch) merupakan
amilum yang dihasilkan dari umbi-umbian dan belum
mengalami perubahan sifat fisika dan kimia atau diolah secara
fisika-kimia (Anniesah, R., et al. 2020).

• Magnesium stearat
1. Magnesium stearat umumnya digunakan sebagai pelumas.
Magnesium stearat adalah garam magnesium dari stearat, yang
sering digunakan sebagai anti-adheren dan pelumas yang
mengurangi gesekan butiran (Khullar. R, et al, 2011).
2. Magnesium stearat adalah saring. senyawa hidrofobik yang
berfungsi untuk mencegah menempelnya foam yang terbentuk
pada Pembuatan Biodegradabl cetakan (Delma. D, et al, 2018).
3. Garam-garam stearat yang sering digunakan adalah
magnesium stearat, tetatpi magnesium stearat mempunyai sifat
hidrofobik sehingga akan menghambat pelepasan bahan
berkahsiat (Nanik.H, et al, 2015).
4. Magnesium stearat, pelumas batas garam logam, mungkin
merupakan pelumas yang paling umum digunakan untuk
pembuatan tablet farmasi; relatif murah, memberikan
pelumasan yang tinggi, memiliki titik leleh yang tinggi, dan
stabil secara kimia (Great, M. dan Lauren, B. 2013)
5. Magnesium stearat umumnya digunakan sebagai pelumas
dengan butiran dalam tablet, dan butiran dalam kapsul di
bidang farmasi. Selama pencampuran, itu akan membentuk
lapisan antara obat dan eksipien yang akan mencegah gesekan
dan ikatan. Magnesium stearat adalah garam magnesium
stearat, yang sering digunakan sebagai anti lengket dan
pelumas yang mengurangi gesekan butiran-butiran (Delma. D,
et al., 2018).

• Talkum
1. Talk banyak digunakan dalam formulasi dosis padat oral sebagai
pelumas dan pengencer. Talk juga digunakan sebagai pelumas
dalam formulasi tablet, dalam lapisan bubuk baru untuk pelet
lepas-panjang dan sebagai penyerap (HPE, 2009)
2. Talk menunjukkan fungsionalitas tinggi dari beberapa eksipien
karena telah digunakan sebagai pengisi, pelumas dan glidant
dalam formulasi farmasi (Jadhav, et al, 2013).
3. Tablet yang mengandung talk sebagai pelumas, menunjukkan
penurunan waktu hancur dengan peningkatan ukuran granul.
Ini merupakan kebutuhan optimal konsentrasi pelumas untuk
kompresi yang berbeda fraksi ukuran butiran (Rajani, et al,
2017).
4. Penggunaan talk sebagai bahan pelicin memiliki beberapa
keuntungan, seperti harganya murah dan mudah didapat, tidak
diabsorpsi secara sistemik sehingga tergolong tidak beracun;
dapat berfungsi sekaligus sebagai bahan pelineir, anti lekat dan
bahan pelicin, sehingga efeknya sebagai bahan pelicin dapat
optimal; serta talk dapat mencegah timbulnya noda gelap pada
tablet karena talk dapat terdistribusi lebih homogen schingga
tablet yang dihasilkan akan memiliki penampilan fisik yang
baik (Gurah Jeremi, et al., 2018).

• Pati Jagung (penghancur luar)


1. Pati merupakan salah satu eksipien farmasi yang paling banyak
digunakan. Sifat-sifat pati yang telah dipregelatinisasi relatif
ketat, namun batasannya cukup lebar untuk mempunyai
pengaruh besar terhadap pelepasan API dari bentuk sediaan.
Pati jagung pregelatinisasi umumnya digunakan sebagai
pengikat-disintegran dalam formulasi tablet pelepasan segera
(Zamostny, A. dan Petru,D., 2012).
2. Di antara banyak contoh yang tersedia dalam industri farmasi,
pati merupakan sumber utama eksipien dalam formulasi tablet.
Pati digunakan secara luas sebagai pengencer, penghancur,
pengikat dan penggerek dalam formulasi tablet (Yonni, E. et
al, 2012).
3. Pati memiliki sifat dan fungsi termal yang unik sehingga
memungkinkan penggunaannya secara luas dalam produk
makanan dan aplikasi industri (Wajira, S. dan David, S., 2016).
4. Pati merupakan cadangan makanan utama tanaman dan secara
komersial diperoleh dari biji-bijian dan umbi-umbian. Pati
merupakan campuran dua polisakarida (glukan) (Zamostny, A.
dan Petru, D., 2012).
5. Pati merupakan unsur makro dalam banyak makanan dan sifat
serta interaksinya dengan unsur lain, khususnya air dan lipid,
merupakan hal yang menarik bagi industri makanan dan nutrisi
manusia (Copeland, L. et al, 2016).
IV. Preformulasi dan Informasi bahan
4.1 Farmakologi dan Farmasetika Zat Aktif
1. Farmakologi Asam Mafenamat (Mims, 2023)
Indikasi : Sakit gigi, Sakit kepala, Menoragia, Nyeri
ringan sampai sedang, Osteoarthritis, Nyeri
dan peradangan yang berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal dan sendi,
Nyeri pasca operasi, Dismenorea primer,
Artritis reumatoid
Dosis : Dewasa: 500 mg tiga kali sehari. Anak: 14
tahun Sama seperti dosis dewasa. Lansia:
Mulailah dengan dosis yang lebih rendah
dan durasi sesingkat mungkin.
Mekanisme kerja : Asam mefenamat, turunan asam antranilat,
adalah NSAID. Ini secara reversibel
menghambat siklooksigenase-1 dan -2
(COX-1 dan -2), sehingga mengakibatkan
penurunan laju sintesis prostaglandin. Ini
menunjukkan sifat analgesik, anti-
inflamasi dan antipiretik.
Efek samping : Hiperkalemia, purpura, agranulositosis,
dispnea, tinnitus, diare, mual, muntah,
sakit perut, perut kembung, sembelit,
dispepsia, mulas, gastritis hepatitis,
penyakit kuning, hipertensi.
Interaksi obat : Dapat meningkatkan risiko perdarahan
dengan NSAID atau salisilat lain (misalnya
aspirin), antikoagulan (misalnya warfarin),
kortikosteroid, SSRI. Meningkatkan risiko
nefrotoksisitas siklosporin atau tacrolimus.
Golongan obat : Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)
2. Farmasetika Asam Mefenamat (FI VI, 2020 ; 186)
Nama resmi : MEFENAMIC ACID
Nama lain : Asam mefenamat
RM/BM : C15H15NO2 / 241,29
Rumus struktur :

(Pubchem, 2023)
Kegunaan : Antiinflamasi
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir
putih;melebur pada suhu lebih kurang 230° c
disertai peruraian
kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida ;agak
sukar larut dalam kloroform;sukar larut
dalam etanol dan dalam metanol; praktis
tidak larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus
cahaya
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Tidak ada Reaksi inkompatibilitas dengan
senyawa lain

4.2 Farmasetika bahan tambahan


1. Laktosa (FI VI, 2020 : 978)
Nama resmi : LACTOSUM
Nama lain : Laktosa/Saccharum Lactis
RM/BM : C12H22H2O/36,03
Rumus struktur :

(pubchem, 2023)
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidakberbau, rasa
agakmanis
kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larutdalam 1 bagian
air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)
P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Stabilitas : Stabil disimpan pada tempat tertutup, kering


dan dingin.
Inkompatibilitas : Laktosa dapat berubah warna menjadi coklat
jika bereaksi dengan senyawa yang
mengandung gugus amin primer (rekasi
maillard). OTT : asam amino, aminofilin,
amfetamin, lisinopril.

2. Na CMC (FI VI, 2020 ; 832 -833)


Nama resmi : CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
NATRIUCUM
Nama lain : Karboksimetilselulosa Natrium / Na CMC
RM/BM : C8H15NaO8/ 262.19
Rumus struktur :

(pubchem,2023)
Pemerian : Serbuk atau granul putih sampai krem;
higroskopik.
kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal; tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik lain
Penyimpanan : Ditempat tertutup rapat
Stabilitas : Na CMC adalah bahan yang stabil
meskipun higroskopik. Larutan stabil pada
pH 2-10, pengendapan terjadi padapH
dibawah 2. Viskositas larutan berkurang
dengan cepat jika pH diatas 10, stabilitas
maksimum pada pH 7-9
Inkompatibilitas : Na CMC tidak cocok dengan larutan asam
kuat dan dengan garam terlarut dari besi
dan beberapa logam lain, seperti
aluminium, merkuri, dan seng. Itu juga
tidak cocok dengan permen karet xanthan

3. Pati Jagung (FI VI, 2020 ; 1367)


Nama resmi : MAYZE STARCH
Nama lain : Pati Jagung, Amylum maydis
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk sangat halus; putih

kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan


dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Bahan stabil dan dapat di sterilisasikan
dengan pemanasan pada 100℃ tidak kurang
dari 1 jam
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa ammonium
kuartener

4. Magnesium stearate (FI VI, 2020 ; 1080)


Nama resmi : MAGNESIUM STEARAT
Nama lain : Magnesium stearat
RM/BM : Mg(C18H35O2)2 / 591,27 g/mol
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk halus, putih, licin, dan mudah
melekat pada kulit, bau lemah khas.
kelarutan : Hampir tidak larut disemua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Bahan stabil dan dapat distetilisasikan
dengan pemanasan pada 100 ̊C tidak kurang
dari 1 jam.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa ammonium
kuartener.

5. Talkum (FI VI, 2020 ; 1674)


Nama resmi : TALK
Nama lain : Talcum
RM/BM : -/-
Rumus struktur : -
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit
dan bebas dari butiran
kelarutan : Zat larut dalam asam Tidak lebih dari 2,0%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Bahan stabil dan dapat di sterilisasikan
dengan pemanasan pada 100℃ tidak kurang
sari 1 jam
Inkompatibilitas : -
V. Perhitungan
Perhitungan Dosis
Dosis lazim = 500 mg
Perhitungan dosis dewasa
n
x DM/DL
20
Dosis Lazim
a. Untuk usia 6 tahun
6
Untuk DL sekali = 20 x 500 mg = 150 mg

b. Untuk usia 7 tahun


7
Untuk DL sekali = x 500 mg = 175 mg
20

c. Untuk usia 8 tahun


8
Untuk DL sekali = x 500 mg = 200 mg
20

d. Untuk usia 9 tahun


9
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 225 mg

e. Untuk usia 10 tahun 10


10
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 250 m

f. Untuk usia 11 tahun


11
Untuk DL sekall = x 500 mg = 275 mg
20

g. Untuk usia 12 tahun.


12
Untuk Di sekali = 20x 500 mg = 300 mg

h. Untuk usia 13 tahun


13
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 325 mg

i. Untuk usia 14 tahun


14
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 350 mg

j. Untuk usia 15 tahun


15
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 375 mg

k. Untuk usia 16 tahun


16
Untuk DL sekali = x 500 mg = 400 mg
20
l. Untuk usia 17 tahun
17
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 425 mg

m. Untuk usia 18 tahun


18
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 450 mg

n. Untuk usia 19 tahun


19
Untuk DL sekali = 20x 500 mg = 475 mg

o. Untuk usia 20 tahun


20
Untuk DL sekall = 20x 500 mg = 500 mg

Aturan Pakai
150
a. Untuk usia 6 tahun 500 = 0,3 tab = 0,6 tab 250 mg

175
b. Untuk usia 7 tahun = 0,35 tab = 0,7 tab 250 mg
500

200
c. Untuk usia 8 tahun 500 = 0,4 tab = 0,8 tab 250 mg

225
d. Untuk usia 9 tahun 500 = 0,45 tab = 0,9 tab 250 mg

250
e. Untuk usia 10 tahun 500 = 0,5 tab = 1 tab 250 mg

275
f. Untuk usia 11 tahun 500 = 0,55 tab = 1,1 tab 250 mg

300
g. Untuk usia 12 tahun = 0,6 tab = 1,2 tab 250 mg
500

325
h. Untuk usia 13 tahun 500 = 0,65 tab = 1,3 tab 250 mg

350
i. Untuk usia 14 tahun 500 = 0,7 tab = 1,4 tab 250 mg
375
j. Untuk usia 15 tahun 500 = 0,75 tab = 1,5 tab 250 mg

400
k. Untuk usia 16 tahun 500 = 0,8 tab = 1,6 tab 250 mg

425
l. Untuk usia 17 tahun 500 = 0,85 tab = 1,7 tab 250 mg

450
m. Untuk usia 18 tahun 500 = 0,9 tab = 1,8 tab 250 mg

475
n. Untuk usia 19 tahun 500 = 0,95 tab = 1,9 tab 250 mg

500
o. Untuk usia 20 tahun 500 = 1 tab = 2 tab 250 mg

Perhitungan Bahan (per pcs dan per batch)


Fase dalam
Asam mafenamat 250 mg
Laktosa Qs
Na CMC 5%
Pati jagung (penghancur dalam) 10%

Fase Luar
Magnesium stearat 1%
Talk 5%
Pati jagung 2%

Zat aktif asam mafenamat 250 mg


Bobot tablet 500 mg (HPE) = dibuat dalam 10 tablet

Fase dalam (92%)


92
1 tablet = 𝑥 500 mg = 460 mg
100

10 tablet = 460 mg x 10 = 4.600 mg = 4,6 g


Fase dalam
250 x 100
1. Asam mafenamat 250 mg = = 54,35 %
460
5
2. Na CMC 5% = 100 x 460 = 23 mg = 0,023 g

Air corpus = 20 ml/g x 0,023 g = 0,46 ml


10
3. Pati Jagung (Penghancur dalam) 10% = 100 x 460 = 46 mg =0,046 g

4. Laktosa = 460 mg – ( 250 mg + 23 mg + 46 mg)


= 141 mg = 0,141 g

Pengeringan 2% = 460 mg – 2% = 450,8 mg


450,8
= x 10 tablet
460

= 9,8 tablet
Fase Luar (8%)
8
8%= x 460 = 36,8 mg
100
1
1. Magnesium stearat 1% = 100 x 460 = 4,6 mg = 0,0046 g
5
2. Talk 5% = 100 x 460 = 23 mg = 0,023 g
2
3. Pati jagung (Penghancur luar) 2% = 100 x 460 = 9,2 mg = 0,0092 g

• Perhitungan 1 Batch (10 tablet)


Fase dalam 92 %
• Asam mafenamat 250 mg x 10 = 2.500 mg = 2,5 g
• Na CMC 23 mg x 10 = 230 mg = 0,23 g
Air corpus = 0,23 g x 20 ml/g = 4,6 ml
• Pati jagung (penghancur dalam) 46 mg x 10 = 460 mg = 0,46 g
• Laktosa 141 mg x 10 = 1.410 mg = 1,41 g

Fase luar 8 %
• Magnesium stearat 4,6 mg x 10 = 46 mg = 0,046 g
• Talk 23 mg x 10 = 230 mg = 0,23 g
• Pati jagung (penghancur luar) 9,2 mg x 10 = 92 mg = 0,092 g
Misalkan massa granul yang diperoleh = 4.600 mg
Bobot granul teoritis = 2.500 mg + 230 mg + 460 mg + 1.410 mg
= 4.600 mg

Jumlah bobot yang diperoleh =


bobot granul (penimbangan)
• x jumlah tablet teoritis
bobot granul teoritis
4.600
• x 10 = 10 tablet
4.600

Jumlah massa kempa


Bobot yang di peroleh = jumlah tablet yang diperoleh
4.600+49+98+230
= 10

= 497,7 mg
VI. Skema kerja dan peralatan
6.1 Skema Kerja
1. Larutan pengikat
Fase dalam

Alat dan Bahan

Ditimbang

Na CMC 0,23 g

Ditambahkan

Aquadest panas

Ditaburkan Na CMC sedikit demi sedikit

Gerus

Mucilago
2. Pembuatan Tablet
Fase Dalam

Alat dan Bahan

Bahan tambahan

Asam Mefenamat,

Dicampurkan dengan Ditambahkan larutan


laktosa dan pati jagung pengikat mucilago Na
(penghancur dalam) CMC

Dicampurkan hingga
terbentuk massa
lembab

Diayak dengan ayakan no


mesh 8 hingga terbentuk Fase luar
granul

Dikeringkan (pemanasan
suhu 50℃)

Diayak dengan ayakan


mesh 14 untuk
mendapatkan ukuran
granul yang lebih kecil

Ditambahkan pati jagung


(penghancur luar)
Dimasukkan Mg.
Stearat dan talk

Dikempa di mesin
kempa tablet

10 tablet
6.2 Alat dan Bahan
Alat
1. Ayakan
2. Alat pencetak tablet
3. Wadah
4. Timbangan analitik/digital
5. Lumpang dan alu
6. Sudip
7. Cawan porselin
8. Sendok tanduk
9. Botol semprot

Bahan
1. Asam Mafenamat 250 mg
2. Na CMC 5%
3. Pati jagung 12 %
4. Magnesium Stearat 1%
5. Talkum 5%
6. Aquadest

VII. Rancangan dasar proses manufaktur


a. Penyiapan kemasan primer
1. Disiapkan kemasan yang telah didesain
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Pembuatan larutan pengikat


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang Na CMC 0,23 g
3. Dimasukkan air panas secukupnya ke dalam lumpang
4. Ditaburi Na CMC di atas air panas sedikit demi sedikit, lalu gerus
cepat hingga homogen.
c. Pencampuran
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan menggunakan neraca analitik
3. Digerus asam mefenamat hingga halus
4. Dicampurkan laktosa dan pati jagung (penghancur dalam)
5. Ditambahkan larutan pengikat
6. Dicampurkan hingga terbentuk masa lembab

d. Pengayakan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diayak menggunakan ayakan no. mesh 8 hingga terbentuk
pellet/granul
3. Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50 derajad celcius
selama 10 jam
4. Diayak menggunakan ayakan no. mesh 14 hingga mendapatkan
granul yang lebih kecil

e. Pengisian
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditambahkan sisa pati jagung dan magnesium stearat
3. Diaduk hingga homogen
4. Dimasukkan campuran ke dalam mesin kempa yang telah diatur
keakuratan pengempaan, kekerasan tidak kurang dari 2 kPa.
5. Dimasukkan tablet yang telah dikempa ke dalam kemasan primer
yang telah dibuat

f. Labeling
1. Ditutup kemasan primer yang telah diisi tablet asam mefenamat
2. Ditempel label yang telah didesain pada kemasan primer

g. Kemasan sekunder
1. Dimasukkan strip tablet
2. Dimasukkan leaflet ke dalam box yang telah didesain.
VIII. Kemasan
• Kemasan primer

• Kemasan sekunder
• Leaflet

September 2028
DAFTAR PUSTAKA

Alaa Abu-Jaish', G. M. (2015). Mefenamic Acid Prodrugs And Codrugs - Two


Decades Of Development. World Journal Of Pharmaceutical Research
Volume 4, Issue 6, 2408-2429.

BEATRICE ALBERTINI, 1. N.-R. (2008). Wet Granulation As Innovative And


Fast Method To Prepare Controlled Release Granules Based On An Ion-
Exchange Resin. Journal Of Pharmaceutical Sciences, Vol. 97, NO. 3.

Brions, G. M. (2013). The Effect of Lubricants on Powder Flowability for


Pharmaceutical Application. National Library of Medicine National Center
for Biotechnology Information.

Dabpookhiew, P., et al. (2020). Effects Of Mefenamic Acid In Pain Control


During Loop Electrical Excision Procedure: A Prospective Double-Blind
Randomized Control Trial. Asian Pac J Cancer Prev, 21 (12).

Delma D'cruz, et al. (2018). Magnesium Stearate Is An Incompatible Excipient


For Aspirinin Wet Granulation Producing Non-Linear Degradation. Journal
pharmaceutical Sciences. & Research Vol. 10(2), 240-242.

Djordje Medarević, J. D. (2021). Improving Tableting Performance of Lactose


Monthydrate by Fluid-Bed Melt Granulation Co-Processing.
pharmaceutics. Journal Of Pharmaceutical Sciences

E.I. Keleb, A. V. (2004). Twin Screw Granulation As A Simple And Efficient


Tool For Continuous Wet Granulation. International Journal of
Pharmaceutics 273 (2004) 183–194.

Elke Prasad, John Robertson, Gavin W. Halbert. (1999). Mefenamic acid solid
dispersions: Impact of formulation composition on processing parameters,
product properties and performance. Journal Of Pharmaceutical Sciences

G. K. Bolhuis, G. R. (2008). Evaluation of Anhydrous a-Lactose, A New


Excipient in Direct Compression. All Journals Drug Development and
Industrial Pharmacy List of Issues. Volume 11, Issue 8 Evaluation of
Anhydrous a-Lactose, A New.... Volume 11, 1985-Issue 8.

Gerald A. Hebbink, B. H. (2019). Chapter 5 - Application of lactose in the


pharmaceutical industry. Academic Press.

Ghani, S. A., et al. (2018). Granulation Of Mefenamic Acid And Poly-


Ethyleneglycol (PEG) Using Pressure Swing Granulation (PSG) Technique
In Fluidized Bed. Malaysian Journal Of Analytical Sciences. Vol 22. No 2.,
318 - 325.

Hao-wen Jiang, Y. Y.-m.-f.-f.-x. (2022). Cross-linked B-CD-CMC as an effective


aqueous binder for silicon-based anodes in rechargeable lithium-
ion batteries. Royal Society Of Chemistry.

Hayatus Sa'adah, A. F. (2011). Optimasi Formula Tablet Teofilin Menggunakan


Co-Processed Excipients Campuran Laktosa dan Avicel. Majalah Farmasi
Indonesia(22)4, 306-314, 2011.

HPE. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients. US: Pharmceutical Press.

Jaroslav Blazek, H. S. (2009). Form and functionality of starch. Food


Hydrocolloids Volume 23, Issue 6, August 2009, Pages 1527-1534.

Jiang, H. W., & et al. (2022). Cross-Linked B-CD-CMC As An Effective


Aqueous Binder Forsilicon-Based Anodes In Rechargeable Lithium-Ion
Batteries. RSC advances 12(10), 5997-6006.

Lu, Lun., et al. (2018). One-Step In Situ Growth Of Zns Nanoparticles On


Reduced Grapheneoxides And Their Improved Lithium Storage
Performance Using Sodium Carboxymethyl Cellulose Binder. RSC
Advances (8), 9125-9133.

Mohammad Boshir Ahmed, M. S. (2021). Recent Developments Of


Carboxymethyl Cellulose Polymers. Journal Of Pharmaceutical Sciences

Morin, G., & Lauren, B. (2013). The Effect Of Lubricants On Powder Flowability
For Pharmaceutical Application. AAPS PharmSciTech, Vol. 14, No. 3.

Nadya Nurul Zaman, lyan Sopyan. (2020). Metode Pembuatan dan Kerusakan
Fisik Sediaan Tablet. Majalah Farmasetika. 5(2)

Nanik Hendrawati, A. R. (2015). Pengaruh Penambahan Magnesium Stearat dan


Jenis Protein Pada Pembuatan Biodegradable Foam Dengan
Metode Baking Process. Jurnal Bahan Alam Terbarukan.

Naveen, R. A. (2011). Pharmaceutical Processing – A Review on Wet Granulation


Technology . IJPFR, April-June 2011; 1(1):65-83 .

P. Zámostný a, J. P. (2012). Effect of maize starch excipient properties on drug


release rate. Procedia Engineering 42 (2012) 482-488.

Prasad. E, et al. (2022). Mefenamic Acid Solid Dispersions: Impact Of


Formulation Composition On Processing Parameters, Product Properties
And Performance. Internasional Journal Of Pharmaceutics.

Rachit Khullar, D. K. (2012). Formulation and evaluation of mefenamic acid


emulgel for topical delivery. Saudi Pharmaceutical Journal (2012) 20, 63-
67.

Ramachandran, R. S. (2014). Closed-Loop Feedback Control of a Continuous


Pharmaceutical Tablet Manufacturing Process via Wet Granulation.
JPharm Innov (2014) 9:16–37.

Repining Tiyas Sawiji, Mimiek Murrukmihadi & Siti Aisyah.(2019). Formulasi


Tablet Kunyah Ekstrak Kelopak Bunga

ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan Variasi Konsentrasi Pvp Sebagai


Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisiknya. Jawa Tengah.

Sanjay Mishra, Lijia Wang, danMichael A. Repka. (2015) Tablet Disintegrasi


Oral Berpenutup Rasa Asam Mefenamat Dengan Peningkatan Kelarutan
Melalui Interaksi Molekuler Yang Dihasilkan Oleh Teknologi Ekstrusi
Lelehan Panas.
Shaabani, S. J. (2019). Carboxymethyl Cellulose-Based Oral Delivery Systems.
International Journal of Biological Macromolecules Volume 133, 15 July
2019, Pages 21-29.

Shabana N. SHAH, H. A. (2014). Optimization of Mefenamic Acid 250 mg


Tablets Using Response Surface Methodology. Latin American Journal of
Pharmacy.

Shabana, et al. (2014). Optimization Of Mefenamic Acid 250 Mg Tablets Using


Responsesurface Methodology. Latin American Journal of Pharmacy
(formerly Acta Farmacéutica Bonaerense).

Shubhajit Paul, P. T. (2019). Tableting Performance Of Various Mannitol And


Lactose Grades Assessed By Compaction Simulation And
Chemometrical Analysis. International Journal of Pharmaceutics. Volume
566, 20 July 2019, Pages 24-31.

Siamak Javanbakht, A. S. (2019). Carboxymethyl Cellulose-Based Oral


Delivery Systems. International Journal of Biological Macromolecules
Volume 133, 15 July 2019, Pages 21-29.

Srivastava Rajat. Mishra Manoj Kumar'. Patel Amit Kumar, S. A. (2019). An


Insight Of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug Mefenamic Acid. GSC
Biological and Pharmaceutical Sciences, 2019, 07(02), 052-059.

Sultan M. Alshehri, Jun-Bom Park, Bader B. Alsulays, Roshan V. Tiwari, Biad


Almutairy., Abdullah S. Alshetaili, Joseph Morott, Sejal Shah, Vijay
Kulkarni, Soumyajit Majumdar, ' Scott T. Martin, Walid F. Sakr, M. A.
(2012). Upgrading Wet Granulation Monitoring From Hand Squeeze Test
To Mixing Torque Rheometry. Saudi Pharmaceutical Journal (2012) 20, 9-
19.

Yonni Eshovo Apoji", A. A. (2012). Performance Evaluation of Maize Starch as a


Multifunctional Excipient in Metronidazole Tablet Formulation. Ars
Pharmaceutica.

Anda mungkin juga menyukai