Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM 4.

SUSUT PENGERINGAN
I. PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum ini, mhasiswa mampu melakukan
standardisasi mutu dengan penentuan susutpengeringan simplisia
B. DASAR TEORI
Suatu simplisia dikatakan bermutu jika memenuhi persyaratan
mutu yang tertera dalam monografi simplisia, antara lain susut
pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut
etanol, dan kandungan kimia simplisia. Persyaratan mutu ini berlaku
bagi simplisia yang digunakan dengan tujuan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan (Depkes RI, 2008).
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.
Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105oC, keringkan pada
suhu penetapan hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari
suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC dan 10oC
dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Susut pengeringan = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

(Depkes RI, 1977).


Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada suhu 1050C selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan dalam persen. Dalam hal khusus jika bahan
(simplisia) tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut
organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air,
yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmosfer/lingkungan
udara terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan
penyimpanan. Tujuannya adalah untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan (Depkes RI, 1977). Nilai atau rentang yang diperbolehkan
terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Anonim, 2013). Penurunan
kadar kurang dari 10% sudah dapat menghentikan enzimatik sel
sehingga dapat mencegah penurunan mutu. Hasil penetapan susut
pengeringan yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10% (Agoes,
2007).

II. BAHAN DAN ALAT


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah oven, neraca timbang, cawan
penguap, pinset/penjepit kayu,dan deksikator. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu simplisia yang dihasilkan dari P1 (pembuatan simplisia
nabati).
III. PROSEDUR

Cawan ditimbang dan dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit


hingga bobot konstan

Sebanyak ± 2g simplisia yang telah disiapkan dan ditimbang seksama


dimasukkan dalam wadah yang telah konstan.

Dipanaskan pada suhu 105ºC selama 60 menit

Pemanasan selanjutnya pada suhu 105ºC selama 30 menit hingga


bobot konstan

Dilakukan penetapan hingga diperoleh bobot konstan (perbedaan


antara dua peninmbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,5mg/g bobot
sampel).

Dimasukkan ke dalam desikator hingga suhu kamar kemudian


ditimbang

Hasil
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
A. Hasil Percobaan

No Keterangan Berat
(g)
1 Cawan 1,416

2 Simplisia 2

3 Cawan + Simplisia 3,437


sebelum pemanasan

4 Simplisia (serbuk) 3,164


setelah pemanasan +
cawan 60’

5 Setelah pemanasan 30’ 3,162

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


% Susut pengeringan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
3,437−3,164
% Susut pengeringan 1 = 𝑥100% = 7,9%
3,437
3,437−3,162
% Susut pengeringan 2 = 𝑥100% = 8 %
3,437

Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non


spesifik berupa susut pengeringan terhadap simplisia batang serai.
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap,
diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada kualitas simplisia.
Dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 105ºC selama 30
menit, yang bertujuan untuk menghilangkan bagian air dan senyawa-
senyawa lainnya yang mudah menguap (termasuk minyak atsiri) di
dalam simplisia sehingga dapat ditentukan kadar susut pengeringan
dari simplisia sampai semua air menguap. Dilakukan pada suhu 105ºC
agar mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal. Bobot pada
cawan akan semakin berkurang karena adanya pemanasan. Kemudian,
simplisia dipanaskan pada suhu 105ºC selama 60 menit. Pengeringan
ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak
mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama
(Depkes RI, 1989).
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10 %,
dapat menjadi media pertumbuhan mikroba dan juga menyebabkan
perubahan bentuk, densitas dan porositas bahan (Depkes RI, 1989).
Perubahan bentuk dan ukuran ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan
akhirnya juga berdampak pada berubahnya tekstur dan sifat transport
(transport properties) produk yang dihasilkan. Salah satu perubahan
fisik yang penting selama pengeringan adalah pengurangan volume
eksternal bahan. Kehilangan air dan pemanasan menyebabkan tekanan
terhadap struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan
pengecilan ukuran (Yadollahinia et al,2009). Selain itu, dengan adanya
air, akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif
sehingga mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Simplisia yang dikeringkan dengan oven, lalu simplisia yang sudah
dikeringkan kemudian dimasukan desikator yang fungsinya untuk
mendinginkan. Kemudian penimbangan simplisia dilakukan setelah zat
dikeringkan lagi selama 1 jam (Depkes RI, 1989). Kemudian simplisia
dipanaskan lagi dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit, hingga
berat konstan (Refnita, 2012).
Dari percobaan, hasil yang diperoleh dalam susut pengeringan
sudah sesuai dengan litteratur yaitu kurang dari 10% (Agoes, 2007).
Evaluasi :

1. Jelaskan penentuan kadar air pada simplisia?


Penurunan kadar air yang baik adalah sampai kurang dari 10% karena
sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel sehingga dapat
mencegah penurunan mutu.
2. Apa perbedaan kadar air dengan susut pengeringan?
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.
Sedangkan kadar air adalah kandungan air karena simplisia berada di
atmosfer/lingkungan udara terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban
lingkungan penyimpanan. Perbedaanya adalah susut pengeringan tidak hanya
kandungan air yang menguap aja bisa juga minyak.
3. Bandingkan susut pengeringan antar kelompok/golongan dan tuliskan hasil
analisa kalian!

Tabel Susut pengeringan golongan B-1


1 2 3 4 5 6 7 8
6,86% 6,53% 2,24% 10,53 7,22% 7,9% 8,71%

Susut pengeringan Golongan B-1 semuanya telah memenuhi syarat susut


pengeringan simplisia yang baik yaitu tidak lebih dari 10% kecuali kelompok
4 yaitu 10,53% hal ini disebabkan karena ada kontaminasi zat lain.
V. KESIMPULAN
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat
kecuali dinyatakan lain , suhu penetapan adalah 105oC. Berdasarkan hasil
percobaan, susut pengeringan simplisia batang serai yang didapat yaitu
pengeringan 1 = 7,9 % dan pengeringan 2 = 8 %.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB, Bandung.
Anonim, 2013, Botani Farmasi (Parameter Mutu Ekstrak), Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung Kelas Ekstensi, Bandung.
Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia Jilid III, Departemen
Kesehatan RI,Jakarta.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2008, FORMULARIUM HERBAL INDONESIA Edisi
Kesatu, Jakarta: Departemen. Kesehatan Republik Indonesia.
Refnita, G., Zamzibar Zuki dan Yulizar Yusuf, Pengaruh Penambahan Abu
Terbang (Fly Ash) Terhadap Tekanan Kuat Mortar Semen Tipe PCC
Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Sebagai Perendaman,
Jurnal Kimia Unand, Vol. 1, No. 1, Andalas.
Yadollahinia A, Jahangiri M., 2009. Shrinkage of potato slice during
drying. Journal of Food Engineering : 94(2009) page 52-58.

Anda mungkin juga menyukai