OLEH
KUPANG
2020
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang serbaguna dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini disebut tree of life atau pohon
kehidupan, karena hampir dari seluruh bagian pohon, akar, batang, daun, dan buahnya
dapat dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari. Produksi buah kelapa Indonesia rata-
rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75
juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian
et al. 2003). Buah kelapa merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki kadar
nutrisi yang tinggi. Air kelapa mengandung bermacam-macam vitamin dan mineral dan
gula sehingga dapat dikategorikan sebagai minuman ringan yang bergizi.air. Selain
sebagai minuman segar juga mengandung bermacam-macam mineral, vitamin dan gula
serta asam amino esensial sehingga dapat dikategorikan sebagai minuman ringan bergizi
tinggi dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Buah kelapa muda selain bernilai
ekonomi tinggi, daging buahnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik, antara lain
mengandung asam lemak dan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh.
Klasifikasi tumbuhan kelapa (Suhardiman 1999) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales (Arecales)
Tujuan
Bab II
URAIAN
Pengujian yang dilakukan pada buah kelapa muda, pertama adalah uji kadar air
yang terkandung. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan jumlah air bebas yang
dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno 2004).
Metode kadar air yang dilakukan adalah metode thermogravimetri atau metode
pengeringan. Prinsip metode ini adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan
jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air sudah diuapkan. Secara umum proses thermogravimetri dilakukan dengan perlakuan
yang mencakup penimbangan, pengovenan, pendinginan hingga diperoleh berat konstan
(Sudarmadji 2003). Sebelum cawan ditimbang dan diberi sample, terlebih dahulu harus
dilakukan pengovenan. Pengovenan yang dilakukan untuk pengovenan pertama dan
seterusnya menggunakan suhu yang sama, yaitu pada suhu 1050C. Pada pengovenan
pertama saat belum diisi sample, memiliki tujuan untuk menghilangkan air yang ada pada
cawan sehingga benar-benar kering, dan kondisi botol timbang menjadi konstan. Proses
pengovenan dilakukan selalu setelah proses penimbangan dan terus dilakukan sampai
dicapai berat konstan. Pengujian kadar air dilakukan hingga sampel yang telah
dikeringkan dalam oven mempunyai berat konstan. Kadar air merupakan pemegang
peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri
dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya
merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah diketahui
bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut (Tabrani
1997).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan
air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Bahan-bahan organik dalam
proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut sebagai kadar abu (Apriyanto et al. 1989). Penentuan kadar abu dilakukan dengan
metode tanur. Prinsip kerja tanur adalah dengan menggunakan tanur (500˚C – 600 ˚C)
selama ± 3 jam. Pada metode ini, air dan bahan volatile lain diuapkan kemudian zat- zat
organik dibakar hingga menghasilkan CO2, H2O dan N2.
CARA KERJA
1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 –
105° C.
2. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang
beratnya.
3. Tambahkan ke dalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel 5
gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat sampel/bahan dapat
diketahui dengan tepat.
4. Masukan cawan + sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 100 –
105°C sehingga seluruh air menguap.
5. Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi
pekerjaan ini dari tahap no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi.
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 x 100%
Berat awal bahan
CARA KERJA
1. Keringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100
– 105°C.
2. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang.
3. Masukkan sejumlah sampel kering oven 5 gram ke dalam cawan,
4. Panaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen l sampai tidak
berasap lagi.
5. Masukkan kedalam tanur listrik dengan temperatur 600 – 7000 C,
biarkan beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul.
Lama pembakaran sekitar 3 – 6 jam.
6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan
teliti.
7. Hitung kadar abunya
= (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 x 100%
berat awal bahan
1. Siapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas saring bebas
lemak).
2. Buatlah selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang.
3. Masukkan sampel sekitar 2 – 5 gram dalam selongsong kemudian timbang.
4. Tutup dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya.
5. Selongsong penyaring berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet.
6. Masukan pelarut lemak (Kloroform) sebnayak 100 – 200 ml ke dalam labu
didihnya. Lakukan ekktarksi (Nyalakan pemanas hot plate dan alirkan air pada
bagian kondensornya).
7. Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Ambil selongsong yang berisi
sampel yang telah diekstraksi dan keringkan didalam oven selama 1 jam pada
suhu 1050 C. kemudian masukan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian
timbang.
8. Kloroform yang terdapat dalam labu didih, dildestilasi sehinga tertampung di
penampung sokhlet. Kloroform yang tertampung disimpan untuk digunakan
kembali.
CARA KERJA
Destruksi
Destilasi
1. Siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan lupa batu
didih, vaselin dan tali pengaman
2. Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan
aquades senbanyak lebih kurang 50 ml.
3. Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5 % sebanyak 15 ml untuk
menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak 2 tetes.
4. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40 – 60 ml NaOH 40 %
melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutam tersebut
masuk ke labu didih.
5. Nyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalam pendingin tegak.
6. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh
asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak
2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer
sebanyak 15 ml).
Tritrasi
1. Erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lupa membilas bagian yang
terendam dalam air sulingan)
2. Kemudian tritrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya , Titik titrasi
dicapai dengan ditandai dengan perubahan warna hijau ke abu-abu. sampai catat
jumlah larutan HCl yang terpakai .
1. Kesimpulan
Daftar pustaka
Allorerung, D., dan A. Lay. 1998. Kemungkinan pengembangan pengolahan buah kelapa
secara terpadu skala pedesaan. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV. Bandar
Lampung 21 – 23 April 1998 Pp.327 – 340.
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L, Sedarnawati, Budiyanto. 1989. Analisis
Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.
Djatmiko, B. 1983. Studi Tentang Serat Daging Buah Kelapa dan Beberapa Varietas
Kelapa dan Tentang Stabilitas Emulsi Santan. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan Edisi pertama. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia Press.