NPM : E1C013107
Prodi : Peternakan
- Riska Kurnia
- Vera Aprianti
Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Yosi Fenita, MP
Prof Dr.Ir.Urip Santoso M.sc
Dr. Irma Badarina, S.Pt, MP
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
II. Abstrak
Praktikum ini bertujuan agar kita bias mengetahui bagaimana kinerja dari nutrisi ternak
sekaligus kita bias merasakan melakukan penelitian sendiri. Praktikum ini juga sangat
bermanfaat pada saat skripsi apalagi jika kita mengambil judul tentang nutrisi ternak.
Praktikum ini dilaksanakan di Labolatorium Nutrisi Ternak Dasar dengan melakukan satu
persatu percobaan kelompok sampai dengan selesai. Dengan masing-masing kelompok diberikan
sampel yang berbeda, yaitu lumpur sawit,konsentrat,dedak. Dan yang dipraktikumkan adalah
penetapan kadar air, kadar abu, penetapan kadar lemak kasar, dan penetapan kadar protein kasar.
Kegiatan ini memerlukan waktu yang tidak singkat, lebih kurang 1 minggu kami
menjalankannya dengan beberapa metode yang nantinya akan menjadi acuan untuk pemberian
pakan pada ternak.
III.Pendahuluan
Pelaksanaan praktikum yang dimulai pada hari senin tanggal 22 – 26 september 2014 di
Labolatorium Jurusan peternakan UNIVERSITAS BENGKULU bertujuan untuk menganalisis
suatu bahan atau sampel dengan menggunakan metode kimia untuk menilai kualitas atau nutrisi
suatu bahan pakan. Juga untuk mengenal jenis-jenis bahan pakan beserta ciri-ciri fisiknya seperti
warna, bentuk bau, rasa dan zat nutrisi yang terkandung didalamnya. Bahan pakan adalah sesuatu
yang bisa dimakan, dicerna seluruh atau sebagian tubuh dan tidak menggangu kesehatan ternak
yang memakannya. Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi
oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi.
Air adalah pelarut polar yang dapat melarutkan sebagian besar biomolekul, yang
umumnya merupakan senyawa bermuatan atau polar. Air menyusun hingga 70% atau lebih berat
dari kebanyakan organisme. Air adalah senyawa yang paling berlimpah pada sistem kehidupan.
Air murni pada tekanan 1 atm akan membeku atau meleleh pada suhu 0°C, dan mendidih atau
mengembun pada suhu 100°C. Diantara pelarut-pelarut lainnya, air memiliki titik leleh, titik
didih dan panas penguapan yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen yang
menyebabkan kohesi internal yang kuat pada air cair. Ikatan hidrogen ini mudah terurai dan
terbentuk kembali, sehingga panas yang diserap air tidak langsung digunakan untuk melepas
molekul air menjadi gas, melainkan digunakan untuk memecahkan ikatan hidrogen antar
molekul air, dan begitu pecah, ikatan ini dapat segera terbentuk kembali, Ikatan ini tidak akan
terbentuk kembali saat suhu air telah mencapai titik didih, dan molekul air bergerak terlalu cepat
(Anonim. 2010)
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena
itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda.
Standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%.
Produk olahan hasil diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang tidak diolah menjadi
surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut SNI 01-2693-1992.
Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak
merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena,
hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena
lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut.Dalam mengetahui kadar lemak yang
terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak
lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan
terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas,
pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut
anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak
dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua metode untuk
mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering
pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam
lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous.
Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal
dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang
cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak
sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi kering
yaitu metode Soxhlet.
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan
atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase serat dapat
dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu proses.Sedangkan serat
makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Serat makanan adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses
pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.
IV. Metode Praktikum
Penetapan Kadar Air
Alat-alat
- Cawan
- Oven
- Timbangan Analitik Listrik
- Desikator
- Tang Penjepit
- Spatula
Cara Kerja
1. Cawan yang bersih dikeringkan di oven pada suhu 105C selama 1 jam dengan tutup
lepas
2. Kemudian dinginkan dalam desikator selama 1 jam
3. Sesudah dingin, timbang dalam keadaan tertutup (x gram)
4. Menimbang bahan sampel sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan dikeringkan
didalam oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam
5. Keluarkan, dan dinginkan didalam desikator selama satu jam dengan tutup dilepas.
Setelah dingin, ditutup kembali dan ditimbang. Penimbangan diulangi sebanyak 3 kali
setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram)
Cara Kerja
1. Timbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian tambahkan sampel sebanyak 2
gram (b gram) dan kemudian bungkus dengan baik sehingga tidak berceceran (seperti
membungkus obat puyer)
2. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 105C selama 6 jam
3. Stelah dioven, kemudian ditimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram),
kemudian dimasukkan ke soklet
4. Labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dipasang dan diletakkan diatas
penangas air. Kemudian dimasukkan petroleum benzene (pelarut lemak) melalui lubang
pendingin sampai petroleum benzene seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu
penampung. Kemudian diisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
5. Alirkan air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan pemanasan labu
penampung (penangas/waterbath)
6. Diekstraksi selama 16 jam (namun hanya 14 jam) sampai petroleum benzene ang ada
dalam air menjadi jernih/tidak berwarna
7. Setelah ekstraksi dihentikan, keluarkan sampel dan letakkan diatas gelas arloji, kemudian
anginkan sampai kering
8. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 105C selama 6 jam
9. Setelah dioven kemudian timbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram)
Kelompok 4
Penyelesaian :
(Y Z )
Rumus : x100 %
(Y X )
(23,7380 23,3533)
= x100 % 0,3847
(23,7380 21,7422 ) = x100 %
1,9958
=19,275479%
Kadar Air Ulangan II (cawan 35)
(Y Z )
Rumus : x100 %
(Y X )
Kadar Air Ulangan III (cawan 7)
0,3869 0,3893
= x100 % x100 %
1,9958 =
1,5971
= 19,3857% = 24,06236 %
(Y Z )
Rumus : x100 %
(Y X )
(22,3351 21,9997 )
= x100 %
(22,3351 20,7380 )
0,3354
= x100 %
1,5971
=21,000564%
Pembahasan :
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Lumpur Sawit. Diambil untuk cawan
pertama (35) sebanyak 1,9958 gr dan cawan kedua (7) sebanyak 1,5971. Dari jumlah untuk
sampel pertama dan kedua tidak sampai 2 gr. Kami melakukan 3 kali percobaan. Untuk sampel
dicawan 35 pada ulangan 1 dan 2 nilainya turun tetapi pada ulangan ke 3 berat sampel nilainya
naik sebanyak 0,0006 gr. Begitu juga yang terjadi dengan sampel pada cawan 7. Pada ulangan ke
3 nilainya naik sebanyak 0,0007 gr. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam waktu praktikum
kami terlalu lama membuka desikator, sehingga udara dan oksigen masuk kedalam desikator dan
diserap oleh sampel sehingga hasil yang didapat berbeda-beda.
(Z X )
Rumus : x100 %
(Y X )
(21,8175 21,3855 )
= x100 %
23,3861 21,3855 )
0,432
= x100 % =21,593522%
2,0006
(22,0396 21,6191)
= x100 %
(23,6122 21,6191)
0,4205
= x100 %
1,9931
= 21,097787 %
Pembahasan :
(Z X )
kadar Abu : x100 %
(Y X )
X adalah berat cawan kosong dan kering. Y adalah berat cawan ditambahkan dengan
berat sampel, dan Y adalah berat cawan ditambah dengan abu sehingga bila hasil yang dapat
dimasukkan ke dalam rumus maka akan didapatkan hasil kadar abu yang telah di abukan.
Penimbangan dilakukan terhadap sampel dalam keadaan dingin, untuk itu maka cawan yang
berisi abu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105C kemudian dimasukkan ke dalam desikator
sampai dingin. Abunya dapat ditimbang hingga hasil penimbangannya konstan, dan kadar
abunya untuk cawan atau sampel nomor 22 adalah 16,18% sedangkan untuk cawan nomor
5,36%.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini masih sama yaitu lumpur sawit. Pada sampel 1
sebanyak 2,0006 gr. Dan sampel kedua sebanyak 1.9931 pada percobaan kadar abu tidak terjadi
kesalahan perhitungan karena selain membutuhkan waktu lama 1 malam juga tidak adanya
pengulangan perhitungan. Hasil akhir dalam percobaan ini adalah sampel pertama yaitu 21,60%
dan sampel kedua 21,10%.
(c d )
Rumus : (EE) : x100 %
(b a )
(2,2484 2,2545 )
= x100 %
(2,6730 0,6990 )
0,0061
= x100 %
1,979
= -0,30902 %
(2,2381 2,2216 )
(EE) : x100 %
(2,6623 0,6692 )
0,0165
: x100 % = 0,82786%
1,9931
Pembahasan :
(c d )
(EE) : x100 %
(b a )
Pelarut benzene merupakan pelarut yang benar-benar bebas air, hal tersebut supaya
bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak. Sampel ditimbang 2
gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di
atas sample ditutup dengan kapas. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih atau pecahan
keramik. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas atau untuk melihat mendidih atau
tidaknya. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soklet. Soklet disambungkan
dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soklet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai
dipanaskan.
Dari data diatas terdapat satu hasil akhir yang minus yaitu pada sampel pertama. Ini
berarti percobaan telah gagal. Itu mungkin karena berat sampel yang kurang atau karena waktu
yang digunakan seharusnya 16 jam tetapi kami hanya sampai 14 jam. Jadi ekstraksi lemak tidak
sempurna.
Penyelesaian :
(Y Z )
Rumus SK (cawan 9) = x100 %
x
(27,9520 27,8217
= x100 %
2
0,1303
= x100 %
2
= 6,515
(23,8395 23,3897 )
= x100 %
2
= 22,49%
Pembahasan :
Untuk menentukan serat kasar pada pakan maka dapat menggunakan perhitungan setelah
mendapatkan hasil percobaan dengan menggunakan rumus:
Kadar SK= X 100%
X adalah berat sampel awal,Y adalah berat penyaring di tambah dengan residu, dan z
adalah berat penyaring ditambah dengan abu. Dari hasil tersebut dapat di masukkan ke
dalam rumus sehingga di peroleh perhitungan serat kasar pada sampel yang di gunakan.
Pada praktikum ini di dapat data hasil per`hitungan untuk sampel kode 9 adalah 6,515%
dan pada sampel kode 21 adalah 22,49%. Untuk selisih perhitungan terjadi perselisihan
diakibatkan karena perbedaan jumlah pada timbangan kedua sampel tersebut.
VII.Kesimpulan
Dari semua percobaan diatas, tidak ada satu percobaan pun yang kami dapatkan hasilnya konstan
(tetap)
Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat melengkapi fasilitas di laboratorium sehingga dengan adanya
kelengkapan dari alat agar praktikum yang di laksanakan tidak terhambat karena ada salah satu
dari alat yang seharusnya di lakukan percobaan tetapi tidak di lakukan karena kerusakan pada
alat yang di gunakan.
VII. Daftar Pustaka
Fauzi M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Jember: FTP UNEJ
http://bpij.gorontaloprov.go.id/component/content/article/89-buah-jagung/305-kompoisi-
kandunga-gizi-jagung
http://worldofandika.blogspot.com/2010/06/gravimetri-penetapan-kadar-air-dan.html
http://www.scribd.com/doc/14098051/Laporan-praktikum-Penentuan-Kadar-Air
Sudarmadji Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Suwanto. 1983. Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan: S. Keteren. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN
(Pompa Vacum)