Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR

ANALISIS PROKSIMAT PADA PENETAPAN AIR, ABU, EKSTRAK ETER,


DAN SERAT KASAR

NAMA : Melisna Febriani

NPM : E1C013107

Prodi : Peternakan

Tanggal : 22 – 26 September 2014

Hari/jam : Senin – Jumat/ 07.45 – 16.00 WIB

Co Ass :- Teguh rafian

- Riska Kurnia

- Vera Aprianti

Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Yosi Fenita, MP
Prof Dr.Ir.Urip Santoso M.sc
Dr. Irma Badarina, S.Pt, MP

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2014
II. Abstrak

Praktikum ini bertujuan agar kita bias mengetahui bagaimana kinerja dari nutrisi ternak
sekaligus kita bias merasakan melakukan penelitian sendiri. Praktikum ini juga sangat
bermanfaat pada saat skripsi apalagi jika kita mengambil judul tentang nutrisi ternak.

Praktikum ini dilaksanakan di Labolatorium Nutrisi Ternak Dasar dengan melakukan satu
persatu percobaan kelompok sampai dengan selesai. Dengan masing-masing kelompok diberikan
sampel yang berbeda, yaitu lumpur sawit,konsentrat,dedak. Dan yang dipraktikumkan adalah
penetapan kadar air, kadar abu, penetapan kadar lemak kasar, dan penetapan kadar protein kasar.

Kegiatan ini memerlukan waktu yang tidak singkat, lebih kurang 1 minggu kami
menjalankannya dengan beberapa metode yang nantinya akan menjadi acuan untuk pemberian
pakan pada ternak.
III.Pendahuluan

Pelaksanaan praktikum yang dimulai pada hari senin tanggal 22 – 26 september 2014 di
Labolatorium Jurusan peternakan UNIVERSITAS BENGKULU bertujuan untuk menganalisis
suatu bahan atau sampel dengan menggunakan metode kimia untuk menilai kualitas atau nutrisi
suatu bahan pakan. Juga untuk mengenal jenis-jenis bahan pakan beserta ciri-ciri fisiknya seperti
warna, bentuk bau, rasa dan zat nutrisi yang terkandung didalamnya. Bahan pakan adalah sesuatu
yang bisa dimakan, dicerna seluruh atau sebagian tubuh dan tidak menggangu kesehatan ternak
yang memakannya. Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi
oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi.

Air adalah pelarut polar yang dapat melarutkan sebagian besar biomolekul, yang
umumnya merupakan senyawa bermuatan atau polar. Air menyusun hingga 70% atau lebih berat
dari kebanyakan organisme. Air adalah senyawa yang paling berlimpah pada sistem kehidupan.
Air murni pada tekanan 1 atm akan membeku atau meleleh pada suhu 0°C, dan mendidih atau
mengembun pada suhu 100°C. Diantara pelarut-pelarut lainnya, air memiliki titik leleh, titik
didih dan panas penguapan yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen yang
menyebabkan kohesi internal yang kuat pada air cair. Ikatan hidrogen ini mudah terurai dan
terbentuk kembali, sehingga panas yang diserap air tidak langsung digunakan untuk melepas
molekul air menjadi gas, melainkan digunakan untuk memecahkan ikatan hidrogen antar
molekul air, dan begitu pecah, ikatan ini dapat segera terbentuk kembali, Ikatan ini tidak akan
terbentuk kembali saat suhu air telah mencapai titik didih, dan molekul air bergerak terlalu cepat
(Anonim. 2010)
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena
itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda.
Standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%.
Produk olahan hasil diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang tidak diolah menjadi
surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut SNI 01-2693-1992.
Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak
merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena,
hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena
lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut.Dalam mengetahui kadar lemak yang
terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak
lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan
terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas,
pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut
anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak
dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua metode untuk
mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering
pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam
lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous.
Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal
dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang
cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak
sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi kering
yaitu metode Soxhlet.
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar
dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan
atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase serat dapat
dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu proses.Sedangkan serat
makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Serat makanan adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses
pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.
IV. Metode Praktikum
 Penetapan Kadar Air
Alat-alat
- Cawan
- Oven
- Timbangan Analitik Listrik
- Desikator
- Tang Penjepit
- Spatula
Cara Kerja
1. Cawan yang bersih dikeringkan di oven pada suhu 105C selama 1 jam dengan tutup
lepas
2. Kemudian dinginkan dalam desikator selama 1 jam
3. Sesudah dingin, timbang dalam keadaan tertutup (x gram)
4. Menimbang bahan sampel sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan dikeringkan
didalam oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam
5. Keluarkan, dan dinginkan didalam desikator selama satu jam dengan tutup dilepas.
Setelah dingin, ditutup kembali dan ditimbang. Penimbangan diulangi sebanyak 3 kali
setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram)

 Penetapan Kadar Abu


Alat-alat
- Silica disk
- Tanur
- Timbangan analitik listrik
- Desikator
- Tang penjepit
- Spatula
Cara Kerja
1. Silica disk yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 105C selama 1 jam
2. Kemudian dinginkan didalam desikator selama 1 jam. Selanjutnya ditimbang (x gram)
3. Ke dalam silica disk ditimbang bahan sampel sebanyak 2 gram (Y gram) dan dimasukkan
ke dalam tanur. Nyalakan tanur sampai suhu 550C
4. Dinginkan tanur sampai suhunya turun ke 105C. lalu dimasukkan dalam desikator
selama 1 jam
5. Sesudah dingin kemudian ditimbang

 Penetapan Kadar Estrak Eter (Lemak Kasar)


Alat-alat
- Soklet sistim HT 2 Ekxtraction Unit Tecator dan selongsongnya
- Labu penampung
- Alat pendingin
- Penangas/waterbath
- Timbangan analitik
- Spatula
- Gelas arloji
- Kertas saring bebas lemak
- Oven
REAGENTIA :
N- Heksan/Petroleun Benzene pa atau dapat juga menggunakan pelarut lemak yang lain seperti
alcohol, petroleum ether, ethyl ether dan lain sebagainya.

Cara Kerja
1. Timbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian tambahkan sampel sebanyak 2
gram (b gram) dan kemudian bungkus dengan baik sehingga tidak berceceran (seperti
membungkus obat puyer)
2. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 105C selama 6 jam
3. Stelah dioven, kemudian ditimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram),
kemudian dimasukkan ke soklet
4. Labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dipasang dan diletakkan diatas
penangas air. Kemudian dimasukkan petroleum benzene (pelarut lemak) melalui lubang
pendingin sampai petroleum benzene seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu
penampung. Kemudian diisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
5. Alirkan air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan pemanasan labu
penampung (penangas/waterbath)
6. Diekstraksi selama 16 jam (namun hanya 14 jam) sampai petroleum benzene ang ada
dalam air menjadi jernih/tidak berwarna
7. Setelah ekstraksi dihentikan, keluarkan sampel dan letakkan diatas gelas arloji, kemudian
anginkan sampai kering
8. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 105C selama 6 jam
9. Setelah dioven kemudian timbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (d gram)

 Penetapan Kadar Serat Kasar


Alat-alat
- Beaker glass 600 ml
- Saringan dari linen
- Serat gelas (glass wool)
- Alat penyaring Buchner atau gooch crucible
- Desikator
- Tanur
- Pompa vacuum
- Tang penjepit
- Timbangan analitik listrik
- Gelas ukur 100 ml
- Corong gelas diameter 10 cm
REAGENTIA
- H2SO4 1,25%
- NaOH 1,25%
- Aquadest
- Aceton
- Etyl Alkohol 95%
Cara Kerja
1. Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam 2 beaker glass 600 ml ditambahkan
dengan 200 ml H2SO4 1,25% dan dipasang pada pemanas dan pendingin yaitu aquadest
yang diletakkan diatas kaca arloji kemudian digunakan untuk menutupi gelas beaker.
Didihkan selama 30 menit
2. Kemudian disaring dengan menggunakan saringan linen atau serat gelas dengan
menggunakan alat penyaring Buchner atau Gooch cruicible. Hasil saringan dimasukkan
kedalam beaker gelas
3. Beaker glass dicuci, hasil saringan beserta serat kasar dimasukkan dalam beaker glass
dan ditambah dengan 210 ml NaOH 1,25% dan didihkan selama 30 menit
4. Kemudian disaring dengan menggunakan Gooch cruicible yang sudah dilapisi glasswool.
Selanjutnya dicuci dengan beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15 ml etyl
alcohol 95%
5. Hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch cruicible dianginkan sampai kering
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105C selama satu malam.
Setelah itu didinginkan didalam desikator selama 1 jam. Setelah dingin ditimbang (Y
gram)
6. Kemudian diabukan didalam tanur dengan suhu 550C selama 2 jam
7. Turunkan suhu sampai 120C, kemudian didinginkan ke dalam desikator selama 1 jam,
setelah dingin kemudian timbang (Z gram)
V. Hasil dan Pembahasan

Kelompok 4

 Penetapan Kadar Air

Nama Sampel (KODE) Lumpur Sawit


Pengamatan/Ulangan Ke I II
(cawan 35) (cawan 7)
Berat cawan timbang kosong kering (Xg) 21,7422 20,7380
Berat cawan timbang + sampel (Yg) 23,7380 22,3351
- Ulangan I : 23,3533 - Ulangan I : 21,9997
Berat cawan timbang + sampel kering
- Ulangan II: 23,3505 - Ulangan II: 21,9501
(Zg)
- Ulangan III: 23,3511 - Ulangan III: 21,9508
Kadar Air (%) 19,3857% 24,06236%
Kelompok 1 12,3555% 10,7465%
Kelompok 2 10,595% 10,688%
Kelompok 3 9,1%
Kelompok 5 13,55% 12,51%
Kelompok 6 8,0118% 8,0618%

Penyelesaian :

Kadar Air Ulangan I (cawan 35)

(Y  Z )
Rumus : x100 %
(Y  X )

(23,7380  23,3533)
= x100 % 0,3847
(23,7380  21,7422 ) = x100 %
1,9958

=19,275479%
Kadar Air Ulangan II (cawan 35)

(23,7380  23,3505 ) Kadar Air Ulangan II (cawan 7)


= x100 %
(23,7380  21,7422 )
(22,3351  21,9501)
= x100 %
0,3875 (22,3351  20,7380 )
= x100 %
1,9958
0,3851
= x100 %
= 19,41577 % 1,5971

Kadar Air Ulangan III (cawan 35) = 24,11245%

(Y  Z )
Rumus : x100 %
(Y  X )
Kadar Air Ulangan III (cawan 7)

(23,7380  23,3511) (22,3351  21,9508 )


= x100 %
23,7380  21,7422 ) =
(22,3351  20,7380 )
x100 %

0,3869 0,3893
= x100 % x100 %
1,9958 =
1,5971

= 19,3857% = 24,06236 %

Kadar Air Ulangan I (cawan 7)

(Y  Z )
Rumus : x100 %
(Y  X )

(22,3351  21,9997 )
= x100 %
(22,3351  20,7380 )

0,3354
= x100 %
1,5971

=21,000564%
Pembahasan :

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Lumpur Sawit. Diambil untuk cawan
pertama (35) sebanyak 1,9958 gr dan cawan kedua (7) sebanyak 1,5971. Dari jumlah untuk
sampel pertama dan kedua tidak sampai 2 gr. Kami melakukan 3 kali percobaan. Untuk sampel
dicawan 35 pada ulangan 1 dan 2 nilainya turun tetapi pada ulangan ke 3 berat sampel nilainya
naik sebanyak 0,0006 gr. Begitu juga yang terjadi dengan sampel pada cawan 7. Pada ulangan ke
3 nilainya naik sebanyak 0,0007 gr. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam waktu praktikum
kami terlalu lama membuka desikator, sehingga udara dan oksigen masuk kedalam desikator dan
diserap oleh sampel sehingga hasil yang didapat berbeda-beda.

 Penetapan Kadar Abu

Nama Sampel (KODE) Lumpur Sawit


Pengamatan/Ulangan Ke I II
(cawan 50) (cawan 43)
Berat cawan timbang kosong kering (Xg) 21,3855 21,6191
Berat cawan timbang + sampel (Yg) 23,3861 23,6122

Berat cawan timbang + sampel abu (Zg) 21,8175 22,0396

Kadar Abu (%) 21,60% 21,10%


Kelompok 1 16,1873 5,368%
Kelompok 2 5,691% 4,769%
Kelompok 3 0,1019% 0,1034%
Kelompok 5 1,1441% 1,2735%
Kelompok 6 37,3382% 36,6954%
Penyelesaian :

Kadar Abu cawan 50

(Z  X )
Rumus : x100 %
(Y  X )

(21,8175  21,3855 )
= x100 %
23,3861  21,3855 )

0,432
= x100 % =21,593522%
2,0006

Kadar Abu cawan 43

(22,0396  21,6191)
= x100 %
(23,6122  21,6191)

0,4205
= x100 %
1,9931

= 21,097787 %

Pembahasan :

untuk menentukan kadar abu digunakan rumus :

(Z  X )
kadar Abu : x100 %
(Y  X )

X adalah berat cawan kosong dan kering. Y adalah berat cawan ditambahkan dengan
berat sampel, dan Y adalah berat cawan ditambah dengan abu sehingga bila hasil yang dapat
dimasukkan ke dalam rumus maka akan didapatkan hasil kadar abu yang telah di abukan.
Penimbangan dilakukan terhadap sampel dalam keadaan dingin, untuk itu maka cawan yang
berisi abu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105C kemudian dimasukkan ke dalam desikator
sampai dingin. Abunya dapat ditimbang hingga hasil penimbangannya konstan, dan kadar
abunya untuk cawan atau sampel nomor 22 adalah 16,18% sedangkan untuk cawan nomor
5,36%.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini masih sama yaitu lumpur sawit. Pada sampel 1
sebanyak 2,0006 gr. Dan sampel kedua sebanyak 1.9931 pada percobaan kadar abu tidak terjadi
kesalahan perhitungan karena selain membutuhkan waktu lama 1 malam juga tidak adanya
pengulangan perhitungan. Hasil akhir dalam percobaan ini adalah sampel pertama yaitu 21,60%
dan sampel kedua 21,10%.

 Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)

Nama Sampel (KODE) Lumpur Sawit


Pengamatan/Ulangan Ke I II
(IV.A) (IV.B)
Berat kertas saring (a gram) 0,6990 0,6692
Berat kertas saring + sampel (b gram) 2,6730 2,6623
Berat kertas saring + sampel dioven (c gram) 2,2484 2,2381
Berat kertas saring + sampel oven ekstraksi
2,2545 2,2216
(d gram )
Kadar Lemak (EE) (%) -15,02533% 0,82786%
Kelompok 1 4,5686% 4,91263%
Kelompok 2 3,922% 3,690%
Kelompok 3 6,38% 6,39%
Kelompok 5 3,3083% 3,0087%
Kelompok 6 2,8948% 6,1283%
Penyelesaian :

Kadar Lemak IV.A

(c  d )
Rumus : (EE) : x100 %
(b  a )

(2,2484  2,2545 )
= x100 %
(2,6730  0,6990 )

 0,0061
= x100 %
1,979

= -0,30902 %

Kadar Lemak IV.B

(2,2381  2,2216 )
(EE) : x100 %
(2,6623  0,6692 )

0,0165
: x100 % = 0,82786%
1,9931

Pembahasan :

Untuk menentukan kadar lemak digunakan rumus :

(c  d )
(EE) : x100 %
(b  a )

Pelarut benzene merupakan pelarut yang benar-benar bebas air, hal tersebut supaya
bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak. Sampel ditimbang 2
gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di
atas sample ditutup dengan kapas. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih atau pecahan
keramik. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas atau untuk melihat mendidih atau
tidaknya. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soklet. Soklet disambungkan
dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin
disambungkan dengan soklet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai
dipanaskan.

Dari data diatas terdapat satu hasil akhir yang minus yaitu pada sampel pertama. Ini
berarti percobaan telah gagal. Itu mungkin karena berat sampel yang kurang atau karena waktu
yang digunakan seharusnya 16 jam tetapi kami hanya sampai 14 jam. Jadi ekstraksi lemak tidak
sempurna.

 Penetapan Kadar Serat Kasar

Nama Sampel (KODE) Lumpur Sawit


Pengamatan/Ulangan Ke I II
(9) (21)
Berat sampel (X gram) 2 gr 2 gr
Berat penyaring + residu kering(Y gram) 27,9520 23,8395

Berat penyaring + abu (Z gram ) 27,8217 23,3897

Kadar Serat Kasar (SK) (%) 6,515% 22,49%


Kelompok 1 2,02% 13,36%
Kelompok 2 3,095% 2,4%
Kelompok 3 0,21675% 0,20775%
Kelompok 5 2,79% 2,66%
Kelompok 6 10,7022% 11,0915%

Penyelesaian :

(Y  Z )
Rumus SK (cawan 9) = x100 %
x

(27,9520  27,8217
= x100 %
2
0,1303
= x100 %
2

= 6,515

Kadar SK (cawan 21)

(23,8395  23,3897 )
= x100 %
2

= 22,49%

Pembahasan :

Untuk menentukan serat kasar pada pakan maka dapat menggunakan perhitungan setelah
mendapatkan hasil percobaan dengan menggunakan rumus:
Kadar SK= X 100%

X adalah berat sampel awal,Y adalah berat penyaring di tambah dengan residu, dan z
adalah berat penyaring ditambah dengan abu. Dari hasil tersebut dapat di masukkan ke
dalam rumus sehingga di peroleh perhitungan serat kasar pada sampel yang di gunakan.
Pada praktikum ini di dapat data hasil per`hitungan untuk sampel kode 9 adalah 6,515%
dan pada sampel kode 21 adalah 22,49%. Untuk selisih perhitungan terjadi perselisihan
diakibatkan karena perbedaan jumlah pada timbangan kedua sampel tersebut.
VII.Kesimpulan

Penetapan Kadar Air


Dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan ini kami belum sepenuhnya sukses,
karena pada sampel pertama ulangan ke III data yang seharusnya menurun malah
meningkat. Mungkin terjad karena kesalahan pada saat kami menimbang sampel diawal
atau saat sampel diangkat . dan kami terlalu lama membuka desikator sehingga air dan
oksigen diserap oleh desikator dan sampel kami. Sehingga data kami error. Hasil akhir
yang kami dapatkan adalah 19,3857% dan 24,06236%
Penetapan kadar abu
Percoban kedua pada penetapan kadar abu pada sampel 1 dan 2 adalah 23,3861 & 23,6122
setelah di percobaan di dalam tanur dengan suhu 550C dan setelah di lakukan perhitungan hasil
akhir yang didapat adalah 21,60% % dan untuk sampel dua adalah 21,10%.

Penetapan Kadar Lemak Kasar


Percobaan selanjutnya adalah kadar lemak kasar. Pada sampel pertama kami mengalami
kegagalan karena hasil yang kami dapatkan adalah – (minus) ini mungkin terjadi karena
kesalahan pada saat menimbang juga waktu yang digunakan seharusnya 16 jam, tetapi kami
hanya 14 jam. Hasil akhir yang didapatkan adalah -15,02533% dan 0,82786%

Penetapan kadar Serat Kasar


Pada percobaan yang terakhir penetapan kadar serat kasar dan hasil yang didapat adalah 6,515%
dan 22,49%.Dalam percobaan ini sampel di larutkan dengan H2SO4 dan NaOH

Dari semua percobaan diatas, tidak ada satu percobaan pun yang kami dapatkan hasilnya konstan
(tetap)

 Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat melengkapi fasilitas di laboratorium sehingga dengan adanya
kelengkapan dari alat agar praktikum yang di laksanakan tidak terhambat karena ada salah satu
dari alat yang seharusnya di lakukan percobaan tetapi tidak di lakukan karena kerusakan pada
alat yang di gunakan.
VII. Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Water Altitude Bioling Point Calculator.

Fauzi M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Jember: FTP UNEJ

http://bpij.gorontaloprov.go.id/component/content/article/89-buah-jagung/305-kompoisi-
kandunga-gizi-jagung

http://worldofandika.blogspot.com/2010/06/gravimetri-penetapan-kadar-air-dan.html

http://www.scribd.com/doc/14098051/Laporan-praktikum-Penentuan-Kadar-Air

Sudarmadji Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty

Suwanto. 1983. Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan: S. Keteren. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN

Sampel Lumpur Sawit

1. Percobaan Kadar Air ( sedang didinginkan dalam Desikator)


2. Percobaan Kadar Abu (sampel didalam Tanur) dengan suhu 550C

3. Percobaan Ekstrak Lemak Kasar (di sokhlet selama 16 jam)


4. Percobaan Kadar Serat Kasar

(sampel didihkan selama 30 menit)

(Pompa Vacum)

Anda mungkin juga menyukai