Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PAKAN DAN NUTRISI RUMINANSIA


“SALURAN PENCERNAAN RUMINANSIA DAN PENGAMATAN PROTOZOA”

Oleh:
Nama : Nanda Intan Maharani
NIM : D1A020147
Kelompok : 3A
Asisten : Septia Nur Asih

LABORATORIUM ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak ruminansia adalah suatu ternak yang memiliki lambung lebih dari satu
(Poligastrik) dan proses pencernaannya mengalami ruminasi. Salah satu keunggulan
ternak ruminansia adalah mampu memanfaatkan nitrogen yang bukan berasal dari
protein untuk membentuk protein seperti ptotein non nitrogen. Saluran pencernaan
ternak ruminansia terdiri dari mulut, esophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum,
usus halus, usus besar dan anus.
Pencernaan adalah perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam alat
atau organ pencernaan. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan bahan pakan
menjadi butirbutir atau partikel kecil, atau penguraian molekul besar menjadi molekul
yang lebih kecil. Dalam proses ini, bahan akan akan mengalami perombakan, sehingga
sifat-sifat kimia bahan pakan mengalami perubahan. Dalam mencerna pakan, ternak
ruminansia dibantu oleh mikroba di dalam rumennya. Beberapa peneliti mendapatkan
bahwa aktivitas enzimatis mikroba rumen dapat dihilangkan melalui pemberian ransum
yang kaya kandungan karbohidrat dan protein yang mudah didegradasi oleh mikroba
rumen.
Rumen ternak ruminansia mengandung populasi mikroba yang cukup banyak
jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Konsentrasi protozoa
berkisar antara 105-106. Praktikum nutrisi dan pakan ruminansia ini untuk mengetahui
sistem pencernaan pada ternak ruminansia dan protozoa yang terdapat rumen.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui saluran pencernaan ruminansia.
2. Mengetahui bagian organ pencernaan ruminansia.
3. Mengetahui bagian organ aksesoris pencernaan ruminansia.
4. Mengetahui aktivitas protozoa ruminansia.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Pakan dan Nutrisi Ruminansia acara “Saluran Pencernaan ruminansia dan
Pengamatan Protozoa” dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak pada
Rabu, 7 September 2022 pukul 14.50 WIB.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pencernaan merupakan rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan
pada ternak ruminansia relatif lebih komplek dibandingkan dengan jenis ternak lainnya.
Organ pencernaan pada ruminansia yaitu mulut,oeshophagus, rumen, retikulum,
omasum, abomasum, usus halus, usus besar, dan anus (Muchlisin, 2017).
Organ aksesoris pada ruminansia terdiri dari tiga organ, yaitu hati, empedu dan
pankreas. Kelenjar aksesoris terdiri atas sedikitnya tiga pasang kelenjar ludah, pankreas,
hati dan kantong empedu. Hati berfungsi untuk menetralisir racun,metabolisme protein,
lemak, dan karbohidrat, menghasilkan cairan empedu, penyimpanan darah dan
memproduksi panas, dan penyimanan mineral dan vitamin larut lemak. Hati merupakan
organ yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan homeostatis.
Empedu memiliki fungsi sebagai regenerasi darah (Maker, 2016).
Protozoa merupakan salah satu jenis mikroba yang hidup di dalam rumen, bersel
satu dan bergerak aktif, serta tidak semua mengikuti arah digesta dengan populasi 10 5-
106. Faktor-faktor yang mempengaruhi populasi protozoa rumen yaitu dalam keadaan
kurang asupan nutrien dan kondisi pH rumen, rendahnya pH rumen dapat mengurangi
populasi protozoa. Ukuran protozoa 40 kali dari bakteri (Maharani, 2014).
III. MATERI DAN CARA KERJA

3.1 Materi
3.1.1 Alat
3.1.1.1 Saluran Pencernaan
1. Buku catatan
2. Alat tulis
3.1.1.2 Aktivitas Protozoa
1. Mikroskop dan kelengkaannya
2. Objek glass
3. Thermos
4. pH meter
3.1.2 Bahan
3.1.2.1 Saluran Pencernaan
1. Saluran pencernaan domba atau kambing
3.1.2.2 Aktivitas Protozoa
1. Cairan rumen
2. Pati atau tepung tapioka
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan ruminansia diamati dan digambar

Nama organ dan fungsi dari saluran pencernaan tersebut ditulis

pH masing-masing saluran pencernaan diukur


3.2.1 Aktivitas Protozoa

Mengambil cairan rumen pada sapi fistula dengan cara disaring menggunakan kain
panel (blacu) dan dimasukkan ke dalam thermos berisi air dengan suhu 39oC

Khusus untuk thermos, air panas dibuang dahulu sebelum diisi cairan rumen

50 ml cairan rumen dimasukkan ke dalam dua erlenmeyer dan salah satu diberi pati 5
gram

Kedua erlenmeyer diberi CO2 dan diinkubasi dalam waterbath pada suhu 39oC

Masing-masing erlenmeyr dihomogenkan, kemudian diambil 1 tetes cairan pada


setiap erlenmeyer dan dimasukkan ke dalam kaca objek.

Aktivitas protozoa pada kedua macam kaca objek diamati dan dicatat aktivitasnya
untuk setiap 30 menit

pH kedua erlenmeyer diukur pada waktu yang sama, kemudian dicatat


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Saluran Pencernaan
4.1.1.1 Organ Pencernaan

1. Mulut 7. Duodenum
2. Esofagus 8. Jejenum
3. Retikulum 9. Ileum
4. Rumen 10. Caecum
5. Omasum 11. Colon
6. Abomasum 12. Rectum
Bagian Perut Ruminansia

1. Rumen 2. Retikulum 3. Omasum 4. Abomasum


4.1.1.2 Organ Aksesori

1. Hati 2. Empedu 3. Pankreas


4.1.2 Aktivitas Protozoa

4.2 Pembahasan
4.2.1 Saluran Pencernaan
4.2.1.1 Organ Pencernaan
Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang
dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan,
penerimaan, dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya melalui tubuh
(saluran pencernan) mulai dari rongga mulut sampai ke kloaka. Sistem pencernaan
bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan makanan yang tidak terserap atau
tidak dapat diserap kembali.
Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih kecil. Pencernaan merupakan rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang
dialami bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan. Menurut Muchlisin
(2017) saluran pencernaan atau tractus digestivus adalah saluran yang dilalui oleh
makanan mulai saat masuk (mulut) sampai keluar berupa sisa-sisa yang dapat dicerna
atau diserap. Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih komplek
dibandingkan dengan jenis ternak lainnya. Organ pencernaan pada ternak ruminansia
terdiri dari mulut, esofagus, retikulum, rumen,omasum,abomasu, jejenul,ileum,caecum,
colon dan rectum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Chuzaemi (2012) bahwa
saluran pencernaan ruminansia sama dengan mamalia yaitu mulut, esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, dan rectum.
Mulut merupakan organ pertama yang dilalui oleh pakan, pada mulut terjadi
pencernaan secara mekanik dan enzimatis yang dibantu oleh saliva atau kelenjar air liur.
Saliva ini merupakan cairan tidak berwarna atau bening yang di produksi oleh kelenjar
saliva mayor dan minor dan dialirkan ke dalam rongga mulut. Kelenjar air liur ini terdiri
dari beberapa komponen yaitu nitrogen, sulfur, natrium, fosfat, bikarbonat, dan mucin.
Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing,, diantaranya yaitu
sebagai buffer, mencegah bloat dan suplai nutrien. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Isra (2018) bahwa bikarbonat merupakan buffer terpenting dalam saliva.
Fungsi dari saliva yaitu sebagai prahensi, mastikasi dan salivasi. Saliva yang terdapat
dalam mulut di hasilkan oleh kelenjar penghasil saliva yaitu parotid, mandibulciris,
sublingualis, bucalis, palatin, labialis, faringealis, dan molaris. Hal tersebut sependapat
dengan Pratama (2013) bahwa kelenjar saliva utama pada berbagai jenis ternak
umumnya adalah kelenjar parotid yang terletak di depan telinga, kelenjar mandibularis
(submaksilaris) terdapat pada rahang bawah, dan kelenjar sublingualis terdapat di bawah
lidah.
Esofagus ini merupakan organ pennghubung mulut dan rumen dimana didalam
esofagus ini terdapat gerakan untu mendorong makanan yang di sebut dengan gerakan
peristaltik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pratama (2013) bahwa orga esofagus
ini menghubungkan mulut dan rumen. Proses pencernaan yang terjadi di esofagus yaitu
deglutisi. Deglutisi merupakan proses penelanan makanan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Oetami at al., (2015) bahwa deglutisi merupakan penelanan bolus atau
makanan yang telah di mastikasi atau dikunyah sebelumnya,
Organ selanjutnya yaitu lambung. Lambung pada ternak ruminansia terdapat empat
bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pembatas dari rumen dan
retikulum disebut dengan rumenoreticulo. Menurut Kementerian Pertanian Indonesia,
rumen merupakan salah satu bagian lambung dari ternak ruminansia atau hean mamah
biak. Rumen ini terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan atas, lapisan tengah, dan lapisan
bawah. Lapisan atas pada rumen berisi gas, lapisan tengah rumen berisi pakan baru dan
lapisan bawah rumen berisi pakan lama dan konsentrat. Kapasitas pada rumen ini sendiri
sebesar 80%. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Usman (2013) bahwa rumen
memiliki volume sekitar 70-75%. pH dalam rumen sebesar 6,2-6,8 dengan suhu 39oC. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Cakra (2016) dijelaskan bahwa pH rumen berkisar
antara 6,0-7,0 dan suhu rumen berkisar antara 38-42oC. Proses pencernaan di dalam
rumen terjadi secara fermentatif oleh mikroba, dimana di dalam rumen sendiri terdapat
tiga macam mikroba rumen yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Menurut pernyataan Cakra
(2013) fungsi dari rumen yaitu tempat fermentasi oleh mikroba rumen, tempat absorbsi
VFA dan Amonia, dan sebagai tempat pencampuran.
Retikulum atau perut jala merupakan bagian dari perut ruminansia. Retikulum
berkapasitas 5% dengan pH 6,2-6,8. Proses ruminasi pada retikulum ada empat bagian
yaitu regurgritasi, remastikasi, reensalivasi dan redeglutasi. Menurut Cakra (2013) fungsi
dari retikulum yaitu sebagai tempat fermentasi, tempat berkumpulnya benda
asing,embantu proses ruminasi dan absorbsi hasil-hasil fermentasi. Organ setelah
retikulum ada omasum atau perut buku. Oamasum ini memiiki kapasitas 7-8% dengan pH
sebesar 5,2-6,8. Fungsi dari omasum yaitu untuk filtering VFA,pembentukan bolus dan
absorbsi VFA. Organ yang selanjutnya yaitu abomasum. Abomasum atau biasa disebut
dengan perut sejati memiliki kapasitas sebesar 7-8% dengan pH sebesar 2-2,5. Proses
pencernaan pada abomasum terjadi secara enzimatis dimana fungsi dari abomasum ini
yaitu sebagai tempat sekresi HCL untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, untuk
mengubah pprotein menjadi peptida, dan juga unuk mengatur arus digesta dari
abomasum menuju duodenum. Fungsi abomasum pada pdet yaitu untuk menghasilkan
renin dan proteinase untuk koagulasi (penggumpalan susu).
Usus halus terdiri dari beberapa bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
Duodenum berfungsi untuk mencerna nutrien dengan bantuan enzim yang disekresikan
oleh getah pankreas dari bentuk yang kompleks menjadi sederhana agas dapat di proses
dan diserapoleh tubuh. Fugsi dari jejenum dan ileum yaitu sebagai tempat pnyerapan
nutrien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratama (2013) bahwa Usus halus berfungsi
mengatur laju aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan peristaltik. Dengan
bantuan getah pankreas, getah usus, dan getah empedu, nutrien hasil akhir fermentasi
mikroba diubah menjadi monomer yang cocok diabsorpsi.
Usus besar pada ruminansia mengalami proses pecernaan secara fementatif. Unsus
besar pada ruminansia terdiri ats tiga bagain yaitu caecum, coclon, dan rectum. Caecum
berfungsi untuk fermentasi VFA dengan kapasitas kecil yang di bantu oleh mikroba. Colon
berfungsi untuk penyerapan VFA dan rectum berfungsi untuk tempat penampungan feses
sementara. Organ setelah usus besar yaitu ada anus. Anus ini merupakan organ terakhir
yang ada dalam saluran pencernaan pada ruminansia. Fungsi dari anus ini yaitu untu
mengeluarkan feses dari hasil metabolisme.
4.2.1.2 Organ Aksesori
Organ aksesoris pada ruminansia terdiri dari tiga organ, yaitu hati, empedu dan
pankreas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Maker (2016) bahwa kelenjar aksesoris
terdiri atas sedikitnya tiga pasang kelenjar ludah, pankreas, hati dan kantong empedu.
Hati berfungsi untuk menetralisir racun,metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat,
menghasilkan cairan empedu, penyimpanan darah dan memproduksi panas, dan
penyimanan mineral dan vitamin larut lemak. Menurut pernyataan Junaidi et al., (2018)
bahwa hati merupakan organ yang memiliki peranan penting dalam menjaga
keseimbangan homeostatis. Organ ini memiliki tanggung jawab dalam proses fisiologis
tubuh dan fungsi metabolisme seperti proses produksi asam empedu, pembentukan
energi, penyimpanan vitamin dan metabolisme karbohidrat, protein serta lipid.
Empedu merupakan organ aksesoris ruminansia yang ke dua. Empedu memiliki
fungsi sebagai regenerasi darah, mencerna lemak dan membantu pencernaan. Pankreas
memiliki dua fungsi besar yaitu mensekresikan enzim dan sekresi hormon. Enzim yang
disekresikan dalam pankreas yaitu enzim lipase, protease dan amilase. Enzim lipase ini
berfungsi untuk mengubah lipid menjadi asam lemak. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Ischak et al., (2017) bahwa enzim lipase ini merupakan enzim yang bekerja
pada pencernaan lemak. Enzim selanjutnya yaitu enzim protease, dimana enzim ini
berfungsi untuk mengubah protein menjadi asam amino. Munurut Ischak et al., (2017)
protease merupakan enzim yang katalisis hidrolisis ikatan peptida protein-protein
sasaran. Bagaimana suatu proses mengikat protein sasaran sehingga rantai utama
menjadi terbentang lurus pada daerah ikatan peptida yang mudah putus. Enzim
selanjutnya yaitu enzim amilase. Enzim amilase ini berfungsi untuk mengubah amilum
menjadi glukosa. Hal tersebut sesuai denganpernyataan Tazkiah et al., (2017) bahwa
amilase adalah enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida lainnya
menjadi monosakarida, bentuk gula yang dapat diserap tubuh.
Fungsi pankreas yang selanjutnya yaitu sekresi hormon, dimana hormon yang
disekresi yaitu insulin, glucagon dan somathostatin. Hormon insulin ini berfungsi untuk
menurunkan gula darah dan hormon glucagon berfungsi untuk menaikkan kadar gula
darah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hasanah (2013), bahwa peran insulin ini
sangat penting didalam tubuh ternak antara lain yaitu mengatur kadar gula darah agar
tetap dalam rentang nilai normal. Menurut pernyataan Triana et al., (2017) bahwa
hormon insulin dan glucagon yang di produksi oleh pankreas mempunyai peranan
penting dalam metabolisme glukosa. Menurut pernyataan Triana et al., (2017) insulin dan
glucagon ini mengatur metabolisme karbohidrat dalam jaringan dan mempertahankan
kadar glukosa darah tetap optimal. Dalam hal ini insulin berfungsi sebagai hormon
hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Pengeluaran insulin ini dirangsang oleh
hormon glucagon dan hormon0hormon saluran cerna. Glucagon ini sendiri mempunyai
pengaruh yang berkebalikan dari insulin.
4.2.2 Aktivitas Protozoa
Protozoa merupakan salah satu jenis mikroba yang hidup dalam rumen dengan
populasi 105-106. Protozoa ini dapat bergerak aktif sehingga kadang-kadang tidak
mengikuti aliran digesta. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yanuartono et al., (2019)
bahwa secara normal jumlah protozoa bersilia adalah 105 per ml pada pakan berserat
kasar tinggi, namun jumlah ini meningkat menjadi 106 per ml pada rumen yang telah
beradaptasi dengan sumber pakan yang banyak mengandung gula terlarut. Menurut
Maharani (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi populasi protozoa rumen yaitu dalam
keadaan kurang asupan nutrien dan kondisi pH rumen, rendahnya pH rumen dapat
mengurangi populasi protozoa. Protozoa dalam rumen ada dua macam yaitu flagelata
dan ciliata yang berukuran 40x dari bakteri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Yanuartono et al., (2019) bahwa protozoa dalam rumen terdiri dari protozoa bersilia
danprotozoa berflagela. Menurut pernyataan Yanuartono et al., (2019) bahwa protozoa
dengan ukuran 40x lipat dari bakteri ini sebenarnya adalah predator bakteri dalam
rumen.
Protozoa memiliki beberapa keuntungan untuk rumen yaitu sebagai buffer, sebagai
sumber karbohidrat dalam rumen dan untuk meningkatkan kecernaan selulosa 25-30%.
Menurut Yanuarto et al., (2019) bahwa peran protozoa sampai saat ini sebenarnya belum
jelas, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan yang luas diantara spesies
ruminansia, sistem pakan dan kondisi lingkungan di seluruh dunia. Meskipun dia anggap
tidak banyak berperan, akan tetapi kemungkinan protozoa mempunyai andil dalam
proses fermentasi karena memiliki kemampuan mendegradasi komponen utama pakan.
Kerugian protooa itu sendiri yaitu melawan arus digesta sehingga smakin lambat,
protozoa akan memakan bakteri, dan bersimbiosis dengan bakteri metanogenik. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Yanuarto et al., (2019) bahwa salah satu dari kerugian
protozoa dalam rumen yaitu memakan bakteri yang ada di dalam rumen sehingga
mengakibatkan peningkatan daur ulang mikroba N dalam rumen dan penurunan suplai
asam amino ke usus sebesar 20-28%.
Rumen juga dapat mengkondisikan keadaannya untuk mengurangi protozoa, hal
tersebut dinamakan dengan proses defaunasi. Defaunasi merupaka proses mengurangi
jumlah protozoa tetapi tidak membunuh protozoa secara keseluruhan dengan
menggunakan pakan yang mengandung agen defaunasi. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Gabeyu dan Mekasha (2013) bahwa defaunasi ini merupakan istilah
penghilangan populasi protozoa dalam rumen tersebut yang ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas ruminansia yang diberi pakan kualitas rendah dengan
meningkatkan jumlah protein mikroba yang mengalir ke dalam abomasum dan usus
halus. Agen defaunasi ini contohnya yaitu zat saponin yang terdapat pada daun
mengkudu, lerak, san bunga sepatu. Kelebihan dan kekurangan dari defaunasi yaitu untuk
mengurangi produksi gas metan,meningkatkan pertumbuhan bulu, dan menurunkan
kecernaan selulosa. Mekanisme untuk defaunasi ini sendiri yaitu zat saponin akan
bereaksi dengan sterol yang menyebabkan membran sel pecah kemudian lisis sehingga
akhirnya mati.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pencernaan merupakan rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan.
2. Organ pencernaan pada ruminansia yaitu mulut,oeshophagus, rumen, retikulum,
omasum, abomasum, usus halus, usus besar, dan anus.
3. Organ aksesoris pada ruminansia terdiri dari hati, empedu, dan pankreas.
4. Protozoa merupakan salah satu jenis mikroba yang hidup di dalam rumen, bersel
satu dan bergerak aktif, serta tidak semua mengikuti arah digesta dengan populasi
105-106.
5.2 Saran
1. Untuk pengamatan protozoa bisa diberikan videonya
2. Untuk materi saluran pencernaan mungkin bisa diberikan preparatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cakra, I. G. L. O. 2016. Bahan Ajar Ruminologi. Udayana University, Denpasar, Bali.


Chuzaemi, S. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. Brawwijaya University Press, Malang.
Gabeyehu, A., dan Mekasha, Y. 2013. Defaunation : effects on feed intake, digestion,
rumen metabolism and weight gain. Journal Animal Science. 84(7):1896-1906.
Hasanah, U. 2013. Insulin Sebagai Pengatur Kadar Gula Darah. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera. 11(22):42-49.
Ischak, N. I. Yuszda, K. S. Deasy, N. B. 2017. Buku Ajar: Biokimia Dasar. Gorontalo
University Press, Gorontalo.
Isra, M. S. 2018. Gambaran Kadar Bikarbonat dan Fosfat dalam Saliva pada Residen di
Balai Rehabilitas BNN Baddoka Makasar. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makasar.
Junaidi, A. Zelika, M. R. 2018. Potensi Silymarin (Hepamax) sebagai Suplemen dan Terapi
Penunjang Pada Gangguan Liver. Jurnal Farmaka. 16(1): 119-126.
Maharani, N., J. Achmaadi, dan S. Mukodiningsih. 2014. Perkembangan Mikrobia Rumen
dari Hasil Uji Biologis Pelley Complete Calf Starter pada Pedet Friesian Holstein Pra
Sapih. Jurnal Sains dan Matematika. 22(2):36-39.
Muchlisin, Z. A. 2017. Pengantar Iktiologi. Syiah Kuala University Press, Aceh.
Oetamia, N. Denie, H. Dan Dwi, C. B. 2015. Tingkah Laku Deglutisi, Regurgitasi, dan
Redeglutisi Serta Lama Riminasi Pada Domba Garut yang Dikandangkan. Jurnal
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Pratama, I. B. G. 2013. Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia. Udayana University Press,
Denpasar, Bali.
Repositori Publikasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Potensi dan
Pemanfaatan Rumen Sapi Sebagai Bioaktivator. Indonesia.
Tazkiah, N. P. Tina, D. R. Asep, S. 2017. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase Dari Biji
Nangka (Artocarpus heterophillus). Jurnal Kimia. 4(1):17-22.
Triana, L. dan Maulidiyah, S. 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial.
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 51-57.
Usman,Y. 2013. Pemberian Pakan Serat Sisa Tanaman Pertanian(JeramiKacang Tanah,
Jerami Jagung, Pucuk Tebu) terhadap Evolusi pH, N-NH3 dan VFA didalam Rumen
Sapi. Jurnal Agripet. 13(2):53-58.
Yanuartono, Alfarisa, N. Soedarmanto, I. Hary, P. 2019. Peran Protozoa Pada Pencernaan
Ruminansia Dan Dampak Terhadap Lingkungan. Journal of Tropical Animal
Production. 20(1):16-28.

Anda mungkin juga menyukai