Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

Oleh

Nama : Fayyaadh Bahrul ‘Ilmi


NIM : 23010120140157
Kelompok :5
Asisten : Andhika Febriyanto

DEPARTEMEN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I

MATERI DAN METODE

Praktikum Fisiologi Ternak acara 1 dengan materi Anatomi dan Fisiologi

Ternak yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 25 Maret 2021 pukul 09.20 –

12.10 WIB melalui daring.

1.1. Materi

Materi yang digunakan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan

adalah pisau bedah atau cutter digunakan sebagai alat penyembelihan dan alat

potong untuk membedah objek, baki bedah digunakan sebagai wadah untuk

meletakkan objek yang diamati, gunting digunakan sebagai alat potong

membedah objek, push pin untuk mempertahankan kondisi objek agar stabil,

sarung tangan latex dan masker digunakan sebagai syarat untuk melakukan

pembedahan dan agar tetap menjaga objek tidak terkontaminasi untuk melindungi

pernapasan agar tidak mengontaminasi objek, serta alat tulis yang digunakan

untuk mencatat hasil dan data pengujian yang dilakukan. Bahan yang digunakan

adalah hewan ruminansia (sapi), hewan pseudoruminansia (marmut), dan hewan

non ruminansia (ayam) yang digunakan sebagai objek yang akan diamati saluran

pencernaan, pernapasan, dan reproduksinya.


1.2. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum adalah menyiapkan beberapa

objek yang akan diamati yaitu marmut, ayam, dan organ pencernaan, pernapasan,

dan reproduksi sapi. Untuk objek marmut dan ayam dilakukan penyembelihan

terlebih dahulu hingga terpotongnya vena jugularis, esofagus, dan trakea. Bedah

tubuh marmut dan ayam menggunakan pisau atau cutter dan gunting, lalu

memisahkan organ-organ pencernaan, pernapasan dan reproduksinya. Organ-

organ yang telah dipisahkan diletakkan pada baki bedah dan menancapkan push

pin pada beberapa bagian objek yang diamati agar tidak berubah posisi. Organ-

organ yang akan diamati ditata sedemikian rupa agar pengamatan yang dilakukan

berjalan dengan lancar. Yang terakhir yaitu melakukan pengamatan pada objek

yang akan diamati.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Ruminansia

3
4

Gambar 1 : Anatomi Hewan Ruminansia (Sapi)

Keterangan :
1. Saluran pencernaan sapi
2. Saluran pernapasan sapi
3. Saluran reproduksi sapi jantan
4. Saluran reproduksi sapi betina

2.1.1. Saluran Pencernaan

Hewan ruminansia memiliki ciri khas tersendiri pada saluran

pencernaannya, yaitu memiliki lambung yang terdiri dari beberapa kompartemen

yang mampu mencerna pakan berserat melalui bantuan mikroba. Hewan yang

tergolong ruminansia antara lain sapi, kerbau, kambing, dan domba. Saluran

pencernaan ruminansia terdiri atas organ-organ yang memiliki peranan dan fungsi

masing-masing yang berbeda. Organ-organ pada saluran pencernaan ruminansia

antara lain mulut, esopagus, retikulum, rumen, omasum, abomasum, usus halus,

dan usus besar (Partama, 2013).

2.1.2.1. Mulut

Pengertian pencernaan makanan dimulai dengan penempatan makanan di

dalam mulut, di mana terdapat pemamahan atau pelumatan dengan pengunyahan


(Partama, 2013). Mulut ruminansia berfungsi untuk mengunyah pakan yang kasar

dengan cepat menjadi partikel-partikel yang kecil. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Sadeli (2013) bahwa mulut ruminansia berfungsi mencerna pakan

secara cepat yang sebelumnya pakan masih berbentuk kasar menjadi partikel-

partikel kecil dengan dibasahi oleh kelenjar saliva dan dibantu oleh gigi yang

mengunyah pakan serta lidah yang membantu mengaduk pakan di dalam mulut.

Pada rongga mulut ruminansia, terdapat tiga alat pencernaan antara lain gigi,

lidah, dan saliva.

Gigi berfungsi untuk memecah atau memotong bahan pakan secara

mekanis menjadi lebih kecil agar dapat ditelan dengan mudah. Lidah membantu

dalam mengambil makanan dan memindah-mindahkan makanan dalam rongga

mulut untuk dicampur dengan saliva dan atau untuk dikunyah yang kemudian

ditelan. Saliva merupakan kelenjar air liur yang berfungsi untuk mencerna

makanan secara enzimatis pada mulut. Pati dan glikogen mengalami proses

pencernaan secara enzimatis oleh enzim ptialin dari saliva dan menghasilkan

maltosa (Partama, 2013).

2.1.2.2. Esofagus

Esofagus merupakan organ pencernaan yang menghubungkan faring

dengan retikulum. Faring terletak pada ujung esofagus dan memiliki klep untuk

mencegah pakan masuk ke trakea. Bolus bahan makanan yang telah dibentuk

dalam rongga mulut disalurkan melalui esofagus yang disebabkan adanya gerakan

peristaltik dari otot esofagus serta adanya tekanan gaya gravitasi bumi (Partama,

2013). Gerak peristaltik pada esofagus dapat berjalan ke dua arah, yaitu arah
retikulum dan arah rongga mulut. Gerakan peristaltik primer terjadi apabila telah

dilakukannya proses penelanan bolus bahan makanan, sedangkan gerak peristaltik

sekunder terjadi apabila terdapat rangsangan bolus-bolus terhadapt otot esofagus

dalam perjalanan menuju retikulum-rumen (Partama, 2013).

2.1.2.3. Retikulum

Retikulum merupakan salah satu dari 4 lambung majemuk yang dimiliki

oleh ruminansia. Retikulum mempunyai bentuk permukaan yang licin, halus, dan

menyerupai sarang tawon serta berhubungan langsung dengan rumen. Retikulum

mempunyai bentuk seperti sarang tawon (Partama, 2013). Proses fermentasi yang

intensif dan dalam kapasitas besar terjadi di retikulum dengan bantuan mikroba

rumen. Mikroba yang terdapat dalam retikulum mampu mengeluarkan enzim

pendegradari pakan serat, yaitu kompleks enzimselulase dan enzim hemiselulase.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wiratama (2010) bahwa retikulum

membantu ruminansia dalam meregurgustasikan pakan yang berbentuk bolus dan

terjadi fermentasi sama seperti di dalam rumen.

2.1.2.4. Rumen

Rumen merupakan tempat untuk proses fermentasi makanan yang masuk

serta menyediakan energi dan protein mikroba untuk kebutuhan proses

metabolisme (Partama, 2013). Mikroba yang ada di dalam rumen membantu

ruminansia dalam mencerna bahan pakan berserat tinggi untuk menyediakan

energi. Rumen memiliki ciri-ciri yaitu beruang besar, bersifat muskuler

membentang dari diafragma sampai pelvis, dan memenuhi sebagian rongga perut.

Rumen juga disebut lambung handuk karena mempunyai tonjolan yang disebut
papillae pada dindingnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Usman (2013)

yang menyatakan bahwa rumen merupakan suatu wadah yang permukaannya

kasar terdapat papillae-papillae yang dapat menampung bahan pakan kemudian

terjadi fermentasi bahan pakan berserat kasar tinggi menghasilkan sumber energi

seperti susu, daging, wool dan lain-lain tetapi berkualitas rendah.

2.1.2.5. Omasum

Omasum merupakan lambung ketiga dari ruminansia yang berbentuk

seperti lembaran-lembaran buku, berlipat-lipat, memiliki permukaan yang

bertekstur kasar, dan dindingnya bersifat muskuler. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Wiratama (2010) bahwa salah satu bagian lambung yang bentuknya

menyerupai helai-helai buku adalah omasum. Omasum berfungsi untuk memecah

pakan berserat secara mekanis dan sangat efektif karena mengandung

mukopolisakarida asam dan netral serta memiliki kompleksitas pada fungsi

pencernaan fermentatif ruminansia. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat

Nurliani dkk (2014) bahwa pada omasum ruminansia terjadi pemecahan secara

mekanis pakan berserat yang sangat efektif sehingga menghasilkan sekskret yang

kompleks karena mengandung mukopolisakarida yang asam untuk proteksi pada

pemcernaan, melumasi, dan menentang patogen yang ada serta mengandung

mukosapolisakarida netrel yang membantu lambung untuk melingungi perlukaan

secara mekanis dan membantu lambung dalam pencernaan fermentatif.

2.1.2.6. Abomasum

Abomasum berfungsi hampir sama dengan lambung pada non ruminansia

karena pada organ inilah disekresikan cairan lambung oleh sel-sel abomasum.
Abomasum juga disebut dengan lambung sejati atau perut sejati. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan (Partama, 2013) bahwa mukosa abomasum terdiri atas

sel-sel kelenjar yang menghasilkan HCl dan pepsinogen seperti pada mamalia

lainnya.

2.1.2.7. Usus Halus

Usus halus merupakan organ pencernaan yang berperan dalam menyerap

nutrisi diantaranya asam amino, lemak, dan sejumlah glukosa. Usus halus terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Rianto dan Purbowati (2011) yang mengatakan bahwa usus

halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum (usus dua belas jari) yang berfungsi

untuk memecah komponen dari lambung menjadi komponen yang lebih kecil

sehingga dapat digunakan oleh tubuh, jejunum (usus kosong) yang berfungsi

untuk melakukan pencernaan dan penyerapan, dan ileum (usus penyerapan) yang

berfungsi untuk penyerapan garam, vitamin B, dan komponen yang tidak dapat

diserap oleh lambung.

2.1.2.8. Usus Besar

Usus besar terdiri atas beberapa bagian, yaitu sekum, colon, rektum. Usus

besar memiliki fungsi yaitu menyerap air dan mengumpulkan limbah sebelum

dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk feses (Mayulu, 2019). Palennari et al (2016)

menyatakan bahwa rektum merupakan bagian akhir dari usus besar. Rektum

berperan sebagai tempat penyimpanan feses sementara dan mendorong feses

keluar menuju anus dengan bantuan gerak peristatik.

2.1.2.9. Anus
Anus merupakan tempat keluarnya feses yaitu hasil-hasil metabolisme

yang berwujud padat maupun cair. Anus dapat dikatakan sebagai organ tempat

keluarnya bahan-bahan pakan yang tidak dicerna oleh usus besar dan akan

disekresikan menjadi feses.

2.1.2. Saluran pernapasan

Organ-organ pada saluran pernapasan ruminansia terdiri dari rongga

hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, paru-paru, dan alveolus.

2.1.2.1. Rongga hidung

Rongga hidung berfungsi untuk menyaring benda-benda asing dengan

adanya bulu-bulu dan lendir, serta mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu

tubuh. Struktur penyusun rongga hidung terdiri atas epitel toraka bertingkat, silia

rambut penyaring, sel goblet, dan kelenjar mukosa (Saminan, 2016).

2.1.2.2. Faring

Pada faring, terdapat katup yang mengatur jalur pernapasan dan

pencernaan agar pakan tidak masuk ke dalam paru-paru yang bernama glottis.

2.1.2.3. Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea.

Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya

dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah

masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring tersusun atas kartilago-

kartilago, diantaranya sebuah kartilago cricoid di sebelah caudal, sebuah

kartilagoo thyroid di lateral dan ventral, dua buah kartilago arytenoids di dorsal,
dan sebuah kartilago epiglottis di rostal. Epiglottis berposisi seperti bibir di atas

lubang laring dan menutup lubang laring saat menelan.

2.1.2.4. Trakea

Trakea berperan sebagai saluran masuknya udara menuju paru-paru.

Trakea tersusun atas cincin tulang rawan (kartilago) yang terletak di depan

kerongkongan dan berbentuk pipa. Bagian dalam trakea dilapisi oleh selaput

lendir yang terdiri dari sel-sel bersilia. Fungsi trakea tidak hanya sebagai tempat

keluarnya masuknya udara tetapi juga berfungsi sebagai proteksi terhadap alergi,

bakteri, dan bahan iritan lainnya (Rifanda, 2015).

2.1.2.5. Bronkus

Bronkus merupakan cabang-cabang aliran udara yang menuju ke paru

kanan dan kiri serta bekerja saling berkesinambungan. Bronkus memiliki fungsi

utama yaitu melembabkan udara yang akan masuk ke dalam paru-paru

(Rihiantoro, 2014). Bronkus dilapisi oleh sel epitel. Hal tesebut sesuai dengan

pendapat Dionisia (2016) bahwa sel epitel yang melapisi bronkus terdiri dari sel

bersilia, sel goblet, sel serous, dan sel clara.

2.1.2.6. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan dari bronkus yang berfungsi sebagai

saluran masuknya udara menuju ke alveolus yang ada pada paru-paru. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Saminan (2013) bahwa bronkiolus merupakan

percabangan dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari dan

menuju alveolus.

2.1.2.7. Paru-paru
Pada paru-paru, terjadi proses pertukaran udara antara oksigen dan

karbondioksida yang terjadi di alveolus. Alveolus merupakan kantung udara kecil

berongga yang merupakan ujung dari bronkiolus yang dikelilingi oleh jaringan

kapiler. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kirana (2012) yang menyatakan

bahwa di dalam dinding alveolus terdapat kapiler darah yang memungkinkan

terjadinya pertukaran gas.

2.1.3. Saluran reproduksi jantan

Sistem reproduksi sapi jantan terdiri atas beberapa organ-organ. Organ

reproduksi sapi jantan terbagi menjadi dua, yaitu organ reproduksi primer dan

organ reproduksi sekunder. Organ reproduksi primer jantan yaitu testis,

sedangkan organ reproduksi sekundernya terdiri atas epididimis, vas deferens,

uretra, kelenjar vesikularis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretralis atau kelenjar

cowper, dan penis (Astiti, 2020).

2.1.3.1. Testis

Testis berfungsi untuk memproduksi sel sperma dan mensekresi hormon

testosteron. Testis berbentuk oval, berjumlah dua buah, dan dibungkus oleh

skrotum. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Susilo (2017) bahwa testis

berbentuk oval yang terletak di dalam skrotum dan berjumlah sepasang yang

terletak di sebelah kanan dan kiri.

2.1.3.2. Epididimis

Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok yang berfungsi sebagai

penyimpanan semen sementara. Epididimis dibagi menjadi caput, corpus dan


cauda. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2017) yang menyatakan bahwa

epididimis yaitu saluran panjang berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum

yang keluar dari testis dan jumlahnya sepasang.

2.1.3.3. Vas deferens

Vas deferens berfungsi untuk mengejakulasi semen untuk keluar dari

epididimis. Struktur vas deferens yaitu otot-otot berbentuk pipa untuk mendorong

sperma pada saat ejakulasi dari epididimis menuju duktus ejakulatoris dalam

uretra prostatik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syam (2017) bahwa vas

deferens berbentuk pipa yang memiliki otot.

2.1.3.4. Kelenjar prostat

Kelenjar prostat menghasilkan cairan asam yang berfungsi untuk memberi

aroma khas pada semen. Kelenjar prostat pada sapi terdapat dua buah atau

sepasang yang berbentuk bulat.

2.1.3.5. Kelenjar cowper

Kelenjar cowper merupalan sepasang kelenjar dan berbentuk ovoid

(Phadmacanty et al, 2013). Kelenjar cowper atau kelenjar bulbouretra berfungsi

untuk membersihkan saluran keluarnya semen.

2.1.3.6. Vesikula seminalis

Phadmacanty et al (2013) menyatakan bahwa vesikula seminalis yaitu

sepasang kelenjar yang terbagi atas dorsal vesika urinaria. Vesikula seminalis

berperan dalam menghasilkan caian penyusun air mani.

2.1.3.7. Penis
Penis berperan sebagai organ kopulatoris, yaitu mensekresikan semen agar

masuk ke saluran reproduksi betina. Penis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu akar,

badan, dan kepala penis (Prakoso, 2017).

2.1.4. Saluran reproduksi betina

2.1.4.1. Ovarium

Ovarium berjumlah sepasang dan dibedakan menjadi dua yaitu bagian

medulla dan bagian korteks (Prakoso, 2017). Ovarium berfungsi untuk

menghasilkan ovum atau sel telur serta menghasilkan hormon estrogen dan

progesteron. Hal tersebut sesuai dengan Astiti (2020) yang menyatakan bahwa

ovarium merupakan kelenjar ganda, yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar

endokrin yang mampu menghasilkan sekreta berupa ovum (sekresi eksokrin) dan

menghasilkan hormon ovarium terutama estrogen dan progesteron (sekresi

endokrin).

2.1.4.2. Oviduk

Oviduk merupakan saluran sempit berliku-liku dengan tekstur keras yang

menghubungkan antara ovarium dan uterus. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Susilo (2017) bahwa oviduk merupakan saluran yang berjumlah

sepasang, lanjutan dari ovarium dan berakhir pada uterus. Oviduk berfungsi untuk

menangkap sel telur yang telah matang dan sebagai tempat terjadinya fertilisasi.

Oviduk terbagi menjadi tiga bagian, yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Yuriwati et al (2016) yang menyatakan bahwa


oviduk merupakan saluran reproduksi betina yang terdiri atas infundibulum,

ampula, serta isthmus.

2.1.4.3. Uterus

Uterus merupakan saluran muskuler memanjang yang menghubungkan

antara vagina dengan oviduk. Uterus terbagi menjadi 3 bagian, yaitu cornua uteri,

korpus uteri, dan serviks. Cornua uteri berfungsi sebagai tempat terjadinya

implantasi. Korpus uteri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan, perkembangan,

dan pemberian nutrisi bagi fetus atau janin. Serviks berfungsi dalam

menghasilkan lendir dan mencegah masuknya mikroorganisme. Hal tersebut

sesuai denga pendapat Ma’ruf (2017) bahwa pada serviks bergungsi untuk

mensekresikan lendir akibat aktivitas sel goblet.

2.1.4.4. Vagina

Vagina merupakan tabung muskuler yang lebar. Vagina berfungsi sebagai

tempat penerimaan dari deposisi semen, alat kopulatoris dari ruminansia betina,

dan saluran keluarnya fetus atau janin saat terjadi kelahiran.

2.1.4.5. Vulva

Vulva merupakan orificium externa dari vestibula dan merupakan muara

dari saluran genitalia feminine. Vulva berfungsi sebagai penentu atau

memperlihatkan bahwa ternak ruminansia sedang dalam keadaan birahi. Vulva

terletak dekat dengan bagina dan berada di bagian akhir organ reproduksi atau

bagian paling ujung atau luar dari alat reproduksi (Leondro, 2014). Vulva terdiri

atas beberapa bagian diantaranya yaitu labia major dan minor, klitoris, commisura

dorsalis, dan ventralis.


2.2. Anatomi dan Fisiologi Pseudoruminansia

2
Gambar 2 : Anatomi Hewan Pseudoruminansia (Marmut)

Keterangan :
1. Saluran pencernaan marmut
2. Saluran pernapasan marmut

2.2.1. Saluran pernapasan

Saluran pernapasan pada pseudoruminansia terdiri atas organ-organ yang

memiliki peran dan fungsi berbeda-beda. Organ-organ saluran pernapasan pada

pseudoruminansia antara lain rongga hidung, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,

paru-paru, dan alveolus.

2.2.1.1. Rongga hidung

Rongga hidung merupakan organ yang memiliki bulu-bulu halus yang

berperan dalam penyaringan udara yang masuk. Struktur penyusun rongga hidung

terdiri atas epitel toraka bertingkat, silia berambut penyaring, sel goblet, dan

kelenjar mukosa (Saminan, 2016).


2.2.1.2. Laring

Laring tersusun atas tulang rawan berongga yang terletak di dasar faring.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irfandi dan Rahman (2015) bahwa laring

mempunyai struktur seperti membran dan tulang rawan. Laring merupakan

saluran udara yang terletak setelah epiglottis. Laring berfungsi dalam melindungi

saluran pernapasan dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan. Pada

laring, terdapat pita suara dan epiglottis.

2.2.1.3. Trakea

Trakea merupakan organ yang berbentuk sepeti pipa yang terletak

memanjang pada bagian leher dan rongga dada yang tersusun dari cincin tulang

rawan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wijayanto dan Sumirat (2014)

bahwa trakea memiliki saluran berongga dengan dinding yang terbentuk dari

tulang rawan yang membentuk cincin.

2.2.1.4. Bronkus

Bronkus merupakan saluran pernapasan setelah trakea yang berfungsi

senagai jalan masuknya udara dari hidung yang kemudia disalurkan ke paru-paru.

Bronkus memiliki fungsi utama yaitu melembabkan udara yang akan masuk ke

dalam paru-paru (Rihiantoro, 2014).

2.2.1.5. Bronkiolus

Bronkiolus merupakan percabangan dari bronkus yang berfungsi sebagai

saluran masuknya udara menuju ke alveolus yang ada pada paru-paru. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Saminan (2013) bahwa bronkiolus merupakan


percabangan dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari dan

menuju alveolus.

2.2.1.6. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ paling penting dalam sistem pernapasan.

Paru-paru terdiri atas 4 lobus paru-paru kanan dan 2 lobus paru-paru kiri. Paru-

paru tersusun atas sel epitel. Paru-paru berfungsi dalam menukarkan gas oksigen

dengan karbondioksida.

2.2.1.7. Alveolus

Alveolus merupakan kantung udara kecil berongga yang merupakan ujung

dari bronkiolus yang dikelilingi oleh jaringan kapiler. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Kirana (2012) yang menyatakan bahwa di dalam dinding alveolus

terdapat kapiler darah yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Alveolus

berperan dalam menukarkan gas oksigen dengan karbondioksida di dalam paru-

paru.

2.2.2. Saluran pencernaan

Saluran pencernaan pseudoruminansia terdiri atas mulut, esofagus,

lambung, usus halus, usus besar, dan anus.

2.2.2.1. Mulut

Mulut memiliki fungsi utama yaitu menghancurkan makanan sehingga

ukurannya menjadi cukup kecil untuk ditelan ke dalam perut. Di dalam mulut,

terdapat gigi, lidah dan kelenjar saliva. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohimah

(2012) bahwa hewan pseudoruminansia merupakan hewan monogastrik pemakan


hijauan dan memiliki mulut dengan dua pasang gigi seri yang berada di rahang

atas, memiliki kelenjar ludah, dan lidah yang mendorong makanan ketika ditelan.

2.2.2.2. Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan mulut dan lambung.

Esofagus membentang dari faring ke lambung yang melewati rongga dada dan

menembus diafragma. Esofagus memiliki fungsi sebagai saluran yang

menyalurkan makanan dari mulut menuju organ pencernaan selanjutnya, dan pada

seofagus terjadi proses deglutisi (Amalia, 2017).

2.2.2.3. Lambung

Lambung pada hewan pseudoruminansia hanya memiliki lambung tunggal

dan sederhana, tidak seperti lambung pada hewan ruminansia. Lambung berfungsi

sebagai tempat untuk penyimpanan makanan hingga makanan dapat dicerna di

dalam duodenum serta dinding lambung melakukan kontraksi untuk mencerna

makanan seara mekanik (Hidayah, 2017).

2.2.2.4. Usus Halus

Usus halus berfungsi dalam absorpsi dan pencernaan makanan (Priyatna,

2011). Usus halus terbagi menjadi 3 bagian, yatu duodenum, jejunum, dan ileum.

Sekum memiliki fungsi untuk mencerna serat kasar secara fermentatif.

2.2.2.5. Usus besar

Usus besar merupakan tempat terjadinya penyerapan air pada feses dan

juga sebagai tempat penyimpanannya. Usus besar berbentuk tabung lebar dan

lurus yang langsung bermuara ke rektum.

2.2.2.6. Anus
Anus merupakan tempat keluarnya feses yaitu hasil-hasil metabolisme

yang berwujud padat maupun cair. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masyita

(2019) bahwa feses akhirnya dibuang melalui anus. Anus dapat dikatakan sebagai

organ tempat keluarnya bahan-bahan pakan yang tidak dicerna oleh usus besar

dan akan disekresikan menjadi feses.

2.3. Anatomi dan Fisiologi Unggas

2
3

Gambar 3 : Anatomi Hewan Unggas (Ayam)


Keterangan :
1. Saluran pernapasan ayam
2. Saluran pencernaan ayam
3. Saluran reproduksi ayam jantan
4. Saluran reproduksi ayam betina
dst
2.3.1. Saluran pernapasan

Saluran pernapasan pada unggas berfungsi sebagai tempat pertukaran

antara oksigen masuk ke dalam tubuh dan karbondioksida yang dikeluarkan dari

tubuh unggas, serta berfungsi untuk mengatur suhu tubuh (Febriani, 2015). Sistem

pernapasan pada unggas terdiri dari rongga hidung atau nasal cavities, laring,

trakea, syrinx, bronkus, bronkiolus, dan alveolus (Meidiwarsito, 2015).

2.3.1.1. Rongga hidung

Sanna (2016) menyatakan bahwa hidung berfungsi sebagai penyaring

udara yang masuk. Setelah melewati hidung, udara ke pangkal tenggorokan

melalui faring. Faring terletak di mulut tenggorokan dan berfungsi sebagai

persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan serta rongga hidung ke

tenggorokan.

2.3.1.2. Glottis

Glottis merupakan organ yang berfungsi sebagai katup pekerja buka dan

tutup untuk mencegah makanan tertelan, cairan, dan benda asing lainnya masuk

ke paru-paru (Meidiwarsito, 2015). Glottis terletak tepat di belakang pangkal lidah

dan terhubung ke arah caudal, ke dalam laring. Glottis berhubungan dengan

rongga mulut melalui celah yang disebut rima glottis.


2.3.1.3. Laring

Laring merupakan pintu masuk menuju trakea. Laring disokong oleh

cartilago crioidea dan cartilago arytenoidea yang berjumlah sepasang

(Meidiwarsito, 2015).

2.3.1.4. Trakea

Trakea merupakan sebuah tabung udara yang menghubungkan laring ke

seluruh sistem pernapasan pada unggas (Meidiwarsito, 2015). Trakea memiliki

bentuk seperti pipa berongga yang terdiri dari tulang rawan. Trakea berperan

dalam menyalurkan udara ke bronkus yang nantinya akan diteruskan ke paru-paru.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Palennari dkk (2016) bahwa setelah melalui

trakea, udara akan masuk ke paru-paru menuju cabang tenggorokan atau yang

biasa disebut dengan bronkus dan diteruskan menuju bronkiolus. Fungsi trakea

tidak hanya sebagai tempat keluarnya masuknya udara tetapi juga berfungsi

sebagai proteksi terhadap alergi, bakteri, dan bahan iritan lainnya (Rifanda, 2015).

Pada ujung trakea terdapat sirink atau kaudal laring sebagai penghasil suara.

2.3.1.5. Bronkus

Bronkus merupakan percabangan dari trakea ke arah kanan dan kiri

(bronkus dexter dan bronkus sinister) dengan tempat percabangan yang disebut

bifurcatio trachea (Meidiwarsito, 2015). Bronkus merupakan cabang dari

tenggorokan yang dilapisi oleh silia. Bronkus berfungsi untuk memastikan

kualitas udara dan bakteri pembawa penyakit yang masuk. Bronkus membentuk

cabang yang disebut bronkiolus. Bronkiolus berfungsi untuk mengontrol

kebutuhan udara yang masuk dan keluar.


2.3.1.6. Paru-paru

Paru-paru berada pada ujung bronkiolus yang berjumlah sepasang dan

melekat pada bagian dorsal thorax (Meidiwarsito, 2015). Paru-paru dibungkus

oleh selaput yang bernama pleura. Paru-paru berfungsi untuk mencukupi oksigen

yang diperlukan oleh tubuh, untuk pembakaran dan pembentukan tenaga, serta

mengeluarkan sisa pembakaran berupa karbondioksida dan uap air (Meidiwarsito,

2015). Paru-paru pada unggas memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga

memerlukan pendukung yang berupa kantung udara dan rongga tulang. Pada

paru-paru, terdapat alveolus yang merupakan kantung udara kecil berongga yang

dikelilingi jaringan kapiler. Alveolus berfungsi sebagai empat pertukaran gas

oksigen dan karbindioksida.

2.3.1.7. Kantung udara

Kantung udara merupakan organ yang sangat spesifik pada unggas yang

berfungsi mengalirkan udara ke seluruh sistem pada tubuh (Nasution et al, 2013).

Kantung udara terhubung ke paru-paru dan berperan sebagai pendorong jalannya

sistem respirasi (pertukaran udara di paru-paru). Pada umumnya, unggas memiliki

sembilan kantung udara yang terdiri atas sacci cervicales yang berjumlah

sepasang, terdiri dari bagian dexter dan sinister.

2.3.2. Saluran pencernaan

Sistem pencernaan pada unggas terdiri beberapa organ-organ yang

memiliki peran dan fungsi masing-masing. Organ-organ pencernaan pada unggas


antara lain paruh, mulut, esofagus, crop atau tembolok, proventikulus, ventrikulus

atau gizzard, usus halus,

2.3.2.1. Paruh

Paruh memiliki bentuk yang lancip dan keras. Fungsi utama paruh paad

ayam yaitu sebagai pengambil makanan dengan cara mematuk makanan dengan

ujung paruh yang kemudian menelan makanan tersebut ke dalam mulut (Amalia,

2017).

2.3.2.2. Esofagus

Esofagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang

merupalan jalan makanan dair mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan

faring pada bagian kranial dan proventikulus bagian kaudal (Widyantono, 2013).

2.3.2.3. Crop

Crop atau tembolok merupakan bagian dari esofagus yang membesar dan

berfungsi sebagai tempat menyimpan dan membasahi pakan, tempat bekerjanya

amilase, serta tempat fermentasi pakan bagi beberapa spesies unggas tertentu.

2.3.2.4. Proventikulus

Proventikulus merupakan tempat yang menghasilkan HCl dan pepsein.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Winarti (2019) bahwa terjadi sekresi

enzim-enzim pencernaan di dalamnya seperti enzim pepsin yang mengurai protein

pakan dan HCl yang menghasilkan asam lambung. Proventikulus yang berbentuk
kecil tidak dapat menyimpang lama makanan yang masuk, serta proventikulus

menghasilkan enzim pepsin, lipase, dan amilase sehingga membantu dalam proses

pencernaan (Rahmanto, 2013).

2.3.2.5. Ventrikulus

Ventrikulus atau gizzard merupakan dinding muskuler yang sangat tebal

dan sebagai tempat pemecahan pakan secara fisik dengan kontraksi setiap 20-30

detik. Pada ventrikulus, terdapat grid (batuan atau partikel kecil yang keras) yang

berperan dalam menggiling pakan yang melaluinya. HCl dan pepsin dari

proventikulus masih dapat bekerja pada organ ini walaupun ventrikulus tidak

menghasilkan enzim. Kondisi ventrikulus atau gizzard yang asam menyebabkan

mikroorganisme yang merugikann menurun dan bakteri asam laktat meningkat.

Bakteri asam laktat berperan membantu proses pencernaan bersama grid.

2.3.2.6. Usus halus

Struktur usus halus terdapat vili-vili pada permukaannya, di dalamya

mengandung pembuluh darah, terdapat sel limfa serta sel goblet sehingga

membantu dalam menyerap sari-sari makanan (Wresdiyanti et al, 2013). jejunum

dan ileum dibatasi dengan Meckel’s diventiculum yang merupakan tonjolan

daging. Pada ileum terjadi penyerapan nutrien yang belum diserap. Pakan yang

belum dicerna akan dibawa ke sekum. Sekum berfungsi untuk pencernaan secara

fermentatif dengan memanfaatkan mikroorganisme yang menghasilkan enzim

untuk mencerna pakan.

2.3.2.7. Usus besar


Usus besar adalah saluran pencernaan yang merupakan lanjutan dari usus

halus dan memiliki bentuk seperti hurup U terbalik (Husni, 2017). Dalam usus

besar, sisa pakan diubah menjadi feses dan terjadinya absorpsi air yang berperan

dalam menjaga keseimbangan air pada tubuh ternak.

2.3.2.8. Kloaka

Terdapat tiga pertemuan saluran pada kloaka, yaitu saluran urin, saluran

feses atau ekskreta, dan saluran reproduksi. Kloaka berfungsi untuk

mengeskresikan feses. Kloaka memiliki otot spinter yang selalu tertutup rapat dan

hanya terbuka apabila saat terjadinya pembuangan kotoran dan kapalatis.

2.3.3. Saluran reproduksi jantan

Organ-organ reproduksi ayam jantan terdiri atas testis, epididimis, vas

deferens, kloaka, dan vent.

2.3.3.1. Testis

Testis merupakan tempat spermatozoa diproduksi (Saputra et al, 2017).

Testis terletak pada rongga perut dan berjumlah sepasang. Dalam dua testis,

masing-masing mempunya epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat

kopulatoris.

2.3.3.2. Epididimis

Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal

testis. Hal tersebut dapat diperkuat keberadaaanya karena pada setiap bagian testis

memiliki satu epididimis yang menempel pada dinding bagian luar testis.

Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sel spermatozoa.


2.3.3.3. Vas deferens

Vas deferens merupakan saluran yang melekat di sepanjang medio ventral

permukaan ginjal yang mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan

spermatozoa sebelum diejakulasikan (Ririgiyensi, 2014). Vas deferens terletak

pada bagian sebelah korsal testis dan merupakan saluran jalannya sperma ke organ

okulasi yang berjumlah sepasang. Dinding vas deferens mengandung otot-otot

licin yang berperan penting dalam mekanisme pengangkutan semen pada saat

ejakulasi.

2.3.3.4. Kloaka

Kloaka merupakan ruangan yang dibentuk oleh tiga sistema yaitu sistema

pencernaan, perkemihan, dan reproduksi (Juariah dan Yanti, 2016). Kloaka

memiliki otot spinter yang selalu tertutup rapat dan hanya terbuka pada saat

terjadinya pembuangan kotoran dan kapalatis.

2.3.4. Saluran reproduksi betina

Saluran reproduksi ayam betina terdiri dari beberapa organ diantaranya

ovarium atau indung telur dan oviduk atau saluran telur, uterus atau kelenjar

kerabang, vagina, kloaka, dan vent.

2.3.4.1. Ovarium

Ovarium merupakan tempat sintesis hormon steroid hormon seksual,

gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur. Ovarium pada

unggas terdiri atas folikel dan sintesis yolk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Salang et al (2015) bahwa ovarium berfungsi sebagai tempat sintesis hormon,

perkembangan, dan pemasakan folikel.

2.3.4.2. Oviduk

Oviduk merupakan organ tempat menerima kuning telur masak, sekresi

putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas, oviduk terdiri atas

infundibulum, magnum, dan isthmus. Infundibulum mempunyai panjang 9 cm dan

sangat tipis serta mensekresi sumber protein yang mengelilingi membran vitelina

(Nuryadi, 2014). Magnum merupakan tempat terjadinya sekresi albumen yang

merupakan oviduk terpanjang, merentang mulai dari infundibulum sampai

keistmus (Fadilah et al, 2013). Isthmus mempunyai panjang 10 cm yang

berfungsi membentuk membrane shell pada telur yang sedang berkembang

dengan ditandai adanya dinding yang lebih tipis, lebih tipis, dan lipatan-lipatan

huminalis tida sepadat pada magnum (Fadilah, 2013).

2.3.4.3. Uterus

Uterus memiliki fungsi utama diantaranya yaitu sebagai organ yang

merawat atau memelihara embrio serta berfungsi untuk mempertahankan embrio

(Arif, 2015).

2.3.4.4. Vagina

Vagina terbentuk atas otot-otot yang membantu dan mendorong telur

untuk keluar dari tubuh ayam. Pada vagina, lapisan kutikula telur terbentuk
sebelum oviposisi atau peletakkan telur yang berbentuk sempurna. Letak vagina

berdekatan dengan kloaka.

2.3.4.5. Kloaka

Kloaka merupakan organ tempat keluarnya sel telur. Kloaka juga

berfungsi sebagai tempat keluarnya eksreta pada ayam. Kloaka terletak yang

berada di dekat vagina atau bagian akhir dari oviduk dan terletak paling akhir

pada sistem reproduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuryadi (2014) bahwa

kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduk tempat dikeluarkannya telur.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa

sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi pada hewan ruminansia,

pseudoruminansia, dan non ruminansia tersusun atas organ-organ yang berbeda

dan setiap organ memiliki peranan dan fungsi yang berbeda-beda pula. Dengan
begitu, masing-masih hewan memiliki ciri-ciri pada anatomi dan fisiologi yang

berbeda tergantung jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F. 2017. Pengaruh Penggunaan Tepung Azolla microphylla Fermentasi


dalam Pakan terhadap Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Ayam
Kampung Persilangan. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas
Diponegoro. Semarang. (Skripsi).
Arif, M. 2015. Respon Estrus Induk Sapi Bali yang Disinkronisasi Menggunakan
Prostaglandin (PGF2α) dan Human Chorionic Gonadotrophin (Hcg).
Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Pekanbaru. (Skripsi).
Astiti, N. M. A. G. R. 2020. Praktikum Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada
Sapi. Penerbit Buku Yayasan Gandhi Puri, i-56.
Dionisia, Widya. 2016. Fisiologi dan Dungsi Mukofilia Bronkus. 9 (2) : 64-73.
Fadilah, Roni, Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur.
Agro Media Pustaka, Jakarta Selatan.
Febriani, A. F. 2015. Gambaran Patologi Trakea pada Ayam Petelur yang
Terserang Coryza Setelah Pemberian Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum linn). Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin, Makassar.
(Skripsi).

Hidayah, B. 2017. Penanganan Gastritis Menggunakan Kombinasi Terapi


Akupuntur pada Titik Zusanli, Neiguan, Meiting dengan Herbal Kunyit
(Curcuma domestica). Fakultas Vokasi. Universitas Airlangga.
Surabaya. (Skripsi).
Husni. 2017. Penggunaan Alat Peraga Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan
Pada Manusia Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa
Di Mtsn Aceh Besar. Fakultas Tarbiyan dan Ilmu Keguruan. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam. Aceh. (Skripsi).
Kirana, R. 2012. Pengaruh Pemberian The Hijau (Cammelia sinensis) Terhadap
Kerusakan Struktur Histologis Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap
Rokok. Fakultas Kedokteran Surakarta. (Skripsi).
Ma’ruf, M. J., E. Kurnianti dan Sutiyono. 2017. Performa Birahi Sapi PO paad
berbagau BCS yang disinkronisasi denga Medroxy Progesteron Acetat di
Satker Sumberejo Kendal. J. Ilmu Peternakan. 27 (2) : 35-43.
Masyitha, D., N. Nasaruddin, F. A. Gani, dan U. Balais. 2019. Studi Histologis
Usus Besar Sapi Aceh (Histological Study of Large Intestine of Aceh
Cattle). J. Ilmiah Mahasiswa Veteriner. 3 (2) : 62-70.
Mayulu, H. 2019. HKI-Buku Teknologi Pakan Ruminansia. PT Rajagrafindo
Persada. Jakarta.
Meidiwarsito, A. E. A. 2015. Studi Morfologi Anatomi Struktur Syrinx Ayam
Ketawa Usia 1 Bulan Sampai 4 Bulan. Fakultas Kedokteran. Universitas
Hasanuddin. Makassar. (Skripsi).
Nasution, I., Hamny, dan K. Rizal. 2013. Anatomi Komparatif Kantong Udara
pada Ayam Kampung (Gallus domesticus) dan Burung Merpati
(Columba domestica). Jurnal S. Pertanian. 3 (1) : 277-282.
Nurliani, A., T. B. Pitojo., D. L. Kusindarta. 2014. Residu gula glikokonjugat
pada lambung depan kerbau (Buballus bubalis) Kalimantan Selatan. J.
Veteriner. 15 (2) : 166-172.
Nuryadi. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. UB Press, Malang.
Palennari, M., H. Lodang, Faisal dan A.Muis. 2016. Biologi Dasar. Edisi Pertama.
Alauddin University Press. Makassar.
Partama, I. B. G. 2013. Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia. Udayana
University Press. Bali,
Prakoso, B. 2017. Analisis Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Sistem
Reproduksi pada Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 di Jenjang SD,
SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
(Skripsi).
Rahmanto. 2012. Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam
Kampung dan Ayam Broiler. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta. (Skripsi).
Rifanda, R. 2015. Pengaruh paparan karbon monoksida terhadap daya konduksi
trakea. J.Majority. 4 (8) : 153-159.
Rihiantoro. 2014. Pengaruh Pemberian Bronkodilator Inhalasi Terhadap Fungsi
Paru-Paru. 10 (1) : 1907-0357.
Rirgiyensi, C., Y. Sistina, dan Farida N. R. 2014. Ukuran Organ Sistem
Reproduksi Itik Jantan yang Disuplementasi Probiotik MEP+ Berbagai
Dosis Selama 30 Hari. Scripta Biologica. 1 (3) : 179-184.
Sadeli, A. 2013. Pengaruh Coating Minyak Sawit pada Urea Terhadap Kecernaan
Bahan Kering, Bahan Organik, Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid
Detergent Fiber (ADF) dalam Ransum Domba Lokal Jantan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Skripsi).
Salang, F., L. Wahyudi, E. de Queljoe., D. Y. Katili. 2015. Kapasitas Ovarium
Ayam Petelur Aktif. Jurnal MIPA. 4 (1) : 99-102.
Saminan. 2016. Efek perilaku merokok terhadap saluran pernapasan. 10 (3) : 191-
194.
Sanna, A. T. 2010. Perbandingan kadar eosinophil dan netrofil mukosa hidung
pada pasien pasca trakeostomi di Makassar. J.Health Promoton. 2 (3) :
215-218.
Susilo, Edi. 2017. Penentuan Jenis Kelamin Khuntha dnegan Pendekatan Medis
dan Maqasid Shari’Ah. Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel, Surabaya.
(Disertasi).
Syam, N. 2017. Pengaruh Pemberian Moringa oleifera Multinutrient Block
terhadap Libido dan Lingkar Skrotum Sapi Persilangam. Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar. (Skripsi).
Usman, Y. 2013. Pemberian pakan serat sisa tanaman pertanian (jerami kacang
tanah, jerami jagung, pucuk tebu) terhadap evolusi pH, N-NH3 dan VFA
di dalam rumen sapi. J. Agripet. Banda Aceh. 13 (02) : 53-58.

Wiratama, M. A. 2010. Pengaruh penggunaan fermented mother liquor dalam


urea molases blok terhadap kecernaan nutrien ransum sapi peranakan
frisien holstein dara. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Skripsi).

Winarti, W., Mahfudz M., Sunarti S., dan Setyaningrum S. 2019. Bobot
Proventikulus, Gizzard, Sekum, Rektum seta Panjang Sekum dan
Rektum Ayam Broiler Akibat Penambahan Simbiotik dari Inulin Ekstrak
Umbu Gembili dan Lactobacillus plantarum dalam Pakan. Surya
Agritama : Jurnal Ilmu Pertanian dam Peternakan. 8 (2) : 301-314.

Yuriwati, F. N., S. M. Mardiati, dan S. Tana. 2016. Perbandingan Struktur


Histlogi Magnum pada Itik Magelang, Itik Tegal, dan Itik Pengging. J.
Anatomi dan Fisiologi. 24 (1) 76-85.

Anda mungkin juga menyukai