Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan


Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan
kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh
tubuh melalui sistem peredaran darah (Fujaya, 2004). Sistem pencernaan hewan adalah suatu
rongga tubuh atau saluran yang menguraikan makanan secara mekanis dan kimia menjadi
partikel kecil, kemudian menjadi molekul yang dapat diabsorbsi ke lingkungan internal
Sistem pencernaan juga membuang residu yang tidak diabsorbsi (Starr, dkk, 2013)
Sistem pencernaan dibagi menjadi dua yaitu sistem pencernaan tidak sempurna dan
sempurna. Dikatakan tidak sempurna karena, makanan memasuki kantong menyerupai usus
melalui bukaan di permukaan tubuh, contohnya pada cacing pipih. Sistem pencernaan
sempurna, sebagian besar dimiliki oleh kelompok vertebrata, dimana suatu usus tubular
dengan bukaan di kedua ujungnya. Sepanjang saluran tersebut merupakan bagian yang
khusus berperan dalam mengolah makanan, mengabsorpsi nutrient. Bagian tubular terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, usus kecil, usus besar dan anus (Starr, dkk, 2013).
Sistem pencernaan sempurna menjalankan lima fungsi yaitu: (Starr, dkk, 2013)
1. Pengolahan mekanis dan motilitas yaitu pergerakan, mencampur, dan mendorong materi
makanan secara terarah
2. Sekresi, yaitu pelepasan zat, terutama enzim pencernaan ke lumen (ruang dalam saluran)
3. Pencernaan, yaitu penguraian makanan menjadi partikel, kemudian menjadi molekul
nutrien yang cukup kecil untuk diabsorbsi
4. Absorpsi, yaitu pengambilan nutrient dan air yang sudah dicerna melalui dinding usus
menuju cairan ekstraseluler
5. Eliminase, yaitu pembuangan residu padat tidak tercerna atau tidak diabsorpsi
Berdasarkan alat pencernaan atau tipe lambung yang dimiliki oleh hewan, dibagi
dalam dua kelompok yaitu: (Soeharsono, 2010).
1. Hewan Monogastrik, yaitu hewan-hewan yang memiliki lambung sederhana atau lambung
tunggal seringkali disebut hewan nonruminansia.
2. Hewan Poligastrik, yaitu hewan-hewan yang mempunyai lambung lebih dari satu, yakni
mempunyai empat bagian lambung rumen, reticulum, omasum dan abomasum, disebut
juga hewan rumainansia.
2.2 Saluran Cerna
Sistem pencernaan dibentuk oleh saluran cerna dan organ pencernaan tambahan.
Sistem pencernaan terdiri dari traktus digestivus plus organ pencernaan tambahan, mencakup
kelenjar liur, pankreas eksokrin, dan sistem empedu yang terdiri dari hati dan kandung
empedu. Traktus digestivus merupakan suatu tabung dengan panjang sekitar 4,5 m (15 kaki)
dalam keadaan berkontraksi normal. Saluran cerna berjalan di bagian tengah tubuh,
mencakup organ-organ berikut: mulut, faring (tenggorokan), esofagus, lambung, usus halus
(duodenum, jejunum dan ileum), usus besar (sekum, apendiks, kolon dan rektum), dan anus.
Dinding saluran cerna memiliki empat lapisan yaitu terdiri dari mukosa, sub mukosa,
muskularis eksterna, dan serosa (Sherwood, 2014):
1. Mukosa
Mukosa melapisi permukaan luminal saluran cerna. Bagian ini dibagi menjadi tiga
lapisan yaitu lapisan pertama komponen primer atau membran mukosa, yaitu lapisan epitel
sebelah dalam yang berfungsi sebagai permukaan protektif. Membran mukosa mengandung
sel kelenjar eksokrin untuk sekresi getah pencernaan, dan sel kelenjar endokrin untuk sekresi
hormon pencernaan ke dalam darah, dan sel epitel yang khusus untuk menyerap nutrien
yang telah tercerna. Kemudian, lapisan kedua yaitu lamina propia. Lamina propia adalah
lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel berada. Lapisan ketiga yaitu Muskularis
mukosa, dimana merupakan lapisan mukosa yang terletak di samping sub mukosa
(Sherwood, 2014)
2. Submukosa
Submukosa merupakan lapisan tebal jaringan ikat yang menentukan daya regang
dan elastisitas saluran cerna. Bagian ini mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe
yang lebih besar. Di dalam sub mukosa juga terdapat anyaman saraf yang dikenal sebagai
pleksus submukosa (Sherwood, 2014).
3. Muskularis eksterna
Muskularis eksterna adalah selubung utama otot polos saluran cerna, mengelilingi
submukosa. Di sebagian besar saluran cerna, muskuluris eksterna terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar (Sherwood, 2014).
4. Serosa
Jaringan ikat yang paling luar yang menutupi saluran cerna adalah serosa, yang
mengeluarkan cairan encer licin (cairan serosa). Hampir di seluruh panjang saluran cerna,
serosa selalu bersambungan dengan mesentrium (Sherwood, 2014).

Gambar 2.2 Lapisan-lapisan dinding saluran cerna.

2.3 Saluran Cerna pada Ikan


Pada umumnya saluran pencernaan ikan berturut-turut dimulai dari segmen mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rectum dan anus (Fujaya, 2004).
2.3.1 Segmen mulut
Struktur anatomi mulut, berkaitan dengan cara mendapatkan makanan, ada mulut
yang dapat disembulkan kedepan seperti pada ikan belanak, tambakan dan lain-lain. Adapula
yang tidak dapat disembulkan. Disekitar bibir pada ikan-ikan tertentu terdapat sungut, seperti
lele, ikan mas dan lain-lain (Fujaya, 2004).
2.3.2 Rongga Mulut
Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut
diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang berperan mempermudah jalannya makanan ke
segmen berikutnya, dan juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi
makanan. Pada rongga mulut ikan juga terdapat gigi yang berfungsi untuk mengambil,
mencengkram, merobek, memotong, atau menghancurkan makanan (Fujaya, 2004)
Pada sebagian ikan, ada juga yang terdapat lidah yaitu suatu penebalan dari bagian
depan tulang archyoiden yang terdapat di dasar mulut. Lidah ini diseliputi oleh sel epithelium
yang kaya akan sel mukus dan organ pengecap. Pada langit-langit bagian belakang terdapat
organ palatin, yang merupakan penebalan dari lapisan mukosa. Pada organ palatin, terdapat
lapisan otot dan serat kolagen berfungi untuk proses penelaan makanan dan membantu
membuang kelebihan air pada makanan yang dimakan (Fujaya, 2004)
2.3.3 Faring
Lapisan permukaan pada faring hampir sama dengan rongga mulut, dan masih
ditemukan organ pengecap. Jika material yang masuk bukan makanan akan dibuang melalui
celah insang (Fujaya, 2004)
2.3.4 Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir
untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan
garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan
menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus
belakang dan rektum (Fujaya, 2004).
2.3.5 Lambung
Lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidak berlambung,
fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantung
yang membesar (lambung palsu). Pada ikan tidak bergigi/sedikit bergigi, misalnya pada ikan-
ikan herbivora biasa terdapat gizard (lambung khusus) yang berfungsi untuk menggerus
makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung
mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung diri dinding lambung dari
kerja asam klorida. Berbeda dengan mamalia, ikan pencernaan secara kimiawi dimulai dari
lambung, bukan dibagian rongga mulut karena ikan tidak memiliki kelenjar air liur (Fujaya,
2004).
2.3.6 Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini
mencolok karena ukurannya yang mengecil atau menyempit, dengan menyempitnya saluran
pencernaan pada segmen ini berarti bahwa segmen pilorus berfungsi sebagai pengatur
pengeluaran makanan dari lambung ke segmen usus (Fujaya, 2004).
2.3.7 Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dair saluran pencernaa. Pada bagian depan
usus terdapat dua saluran yang masuk ke dalamnya yaitu saluran yang berasal dari kantung
empedu (ductus choledocus) dan yang berasal dari pankreas (Fujaya, 2004).
2.3.8 Rectum
Rectum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Segmen rectum
berfungsi dalam penyerapan air dan ion. Pada larva ikan, selain fungsi tersebut rectu jua
berfungsi untuk penyerapan protein (Fujaya, 2004).
2.3.9 Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus
terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang
tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada
(Fujaya, 2004).

Gambar 2.3 Saluran penceraan pada ikan

2.4 Saluran Cerna pada Unggas


Sistem pencernaan unggas berbeda dengan sistem pencernaan ternak mamalia atau
ternak ruminansia, karena pada unggas tidak memiliki gigi untuk melumat makanan. Unggas
menimbun makanan yang dimakan di dalam tembolok (Zainuddin, 2014).

2.4.1 Rongga Mulut


Rongga mulut pada unggas tidak memiliki gigi, bibir, dan pipi serta geraham ditutup
oleh paruh. Di dalam rongga mulut terdapat lidah yang memiliki bentuk seperti ujung panah
dan runcing bagian depannya. Bentuk ujung panah bagian belakang lidah yang merupakan
penonjolan berguna untuk mendorong makanan ke arah lubang esofagus (Soeharsono, 2010).
2.4.2 Esofagus
Esofagus merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan
jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok. Dinding pada esofagus dilapisi oleh
selaput lender yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok. Fungsi dari
esofagus sendiri adalah untuk menyalurkan makanan ke tembolok (Soeharsono, 2010)..
2.4.3 Crop (Tembolok)
Crop atau tembolok mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang
merupakan perbesaran dari esofagus. Pada bagian dindinnya terdapat banyak kelenjar mukosa
yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi
menyimpan dan menerima makanan untuk sementara. Lamanya makanan dalam crop atau
tembolok tersebut bergantung pada sifat makanannya. Makan hewani disimpan sekitar 8 jam
sedangkan makanan nabati disimpan mencapai 16-18 jam (Soeharsono, 2010).
2.4.4 Lambung
Lambung unggas terdiri atas dua bagian yakni bagian yang berkelenjar (pars
glandularis) atau disebut proventriculus dan bagian yang berotot (pars muscularis) atau
disebut gizzard (Soeharsono, 2010).
1. Lambung Kelenjar (Proventiculus)
Proventiculus merupakan perbesaran terakhir dari esofagus, tempat terjadinya
pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, epsin dan getah
lambung yang berguna mencerna protein (Soeharsono, 2010).
2. Lambung Otot (Gizzard)
Lambung ini terpisah dari proventiculus oleh saluran pendek yang merupakan
proventiculus oleh saluran pendek yang merupakan proventiculus berkontruksi. Fungsi
gizzard adalah untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit dan batu-batu
kecil yang berada di dalam gizzard yang ditelan oleh unggas. Partikel batuan ini berfungsi
untuk memperkecil partikel makanan dengan adanya otot dalam gizzard sehingga dapat
masuk ke saluran intestine (Soeharsono, 2010).
2.4.5 Usus Halus
Seperti pada mamalia, usus pada unggas terdiri dari usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum, tetapi karena relative pendek, biasanya
bagian duodenum seolah-olah langsung masuk ke bagian ileum dan kemudian usus besar.
Hubungan relative antara usus halus dengan tubuh pada unggas lebih pendek dari manusia.
Namun, terdapat variasi panjang, hal ini karena dipengaruhi oleh kebiasaan makan (eating
habits). Usus halus akan lebih panjang pada unggas pemakan hijauan dan butiran, sedangkan
pada ungga pemakan daging lebih pendek (Soeharsono, 2010).
Pada bagian duodenum disekresikan enzim amylase, lipase dan tripsin, yang dapat
mencerna protein dan karbohidrat. Pada bagian jejunum, makanan mengalami pencernaan
kimiawi oleh enzim yang dihasilkan oleh dinding usus. Enzim yang dihasilkan yaitu enzim
eneterokinase, erepsin, maltase, disakrase, peptidase, sukrase dan lipase. Pada bagian ileum
atau disebut usus penyerapan,sepanjang lumen usus halus terdapat banyak lipatan atau
lekukan yang disebut vili. Vili berfungsi memperluas permukaan usus halus sebagai proses
penyerapan zat makanan akan lebih sempurna (Soeharsono, 2010).
2.4.6 Sekum
Sekum terletak di antara usus halus dan usus besar pada ujungnya buntu. Usus buntu
mempunayi panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja (Soeharsono, 2010).
2.4.7 Usus Besar
Usus besar berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter usus
halus dan berakhir di kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rectum yang pendek dan
bersambung dengan kloaka. Pada usus besar terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan
kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (Soeharsono,
2010).
2.4.8 Kloaka
Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan pada unggas. Kloaka
merupakan lubang pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan muara saluran reproduksi.
Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan melalui kloaka bersama
tinja dengan bentuk seperti pasta putih (Soeharsono, 2010).
Pada kloaka terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai saluran
kencing dan kelamin, coprodeum sebagai muara saluran makanan dan proctodeum sebagai
lubang keluar dan bagian luar yang berhubungan udara luar disebut vent (Soeharsono, 2010).
Gambar 2.4 Saluran Cerna pada Unggas
2.5 Saluran Cerna pada Ruminansia
Ternak ruminansia sering disebut hewan memamah biak, karena karakteristik hewan
ini mengunyah kembali makanannya. Istilah untuk mengunyah kembali makanan ialah
ruminasi, sehingga hewan tersebut disebut ruminansia. Proses ruminasi yaitu suatu proses
pencernaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan ke dalam rongga mulut dan masuk ke
dalam rumen, setelah menjadi bolus-bolus dimuntahkan kembali (regugitasi), dikunyah
kembali (remastikasi), penelanan kembali (redeglutasi) dan dilanjutkan proses fermentasi di
rumen ke saluran berikutnya ( Prawirokusumo, 1994).
Alat pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas organ utama yang secara langsung
melaksanakan pencernaan bahan makanan dan mengabsorpsinya. Organ utama ialah saluran
pencernaan terdiri atas mulut, faring, esofagus, susunan lambung terdiri atas rumen,
reticulum,omasum dan abomasum dan usus yang terdiri atas duodenum, ileum, jejunum,
colon, caecum, rectum, dan berakhir di anus (Soeharsono, 2010).
1. Mulut ( Cavum oris)
Didalam rongga mulut terdapat lidah dan gigi, yang sering digunakan untuk
menentukan umur dan kelenjar saliva (Soeharsono, 2010).
1) Lidah
Lidah terletak pada dasar mulut. Bagian akar lidah melekat pada tulang hyoid,
palatum molle, dan faring. Pada ruminansia, lidah agak kasar dan dapat membelit rumput
untuk dipotong dengan gigi (Soeharsono, 2010).
2) Gigi
Gigi yang terdapat dalam rongga mulut ruminansia, berbeda dengan mamalia lain
dalam hal berikut:
1. Gigi seri (insisivus), mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa
tumbuh-tumbuhan seperti rumput.
2. Gigi taring (caninus), tidak berkembang
Gigi Geraham Belakang (molare), berbentuk datar dan lebar (Soeharsono, 2010).
3) Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva merupakan cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus.
Fungsi kelenjar saliva adalah membantu penelaan makanan pada ruminansia (Soeharsono,
2010).
2. Esofagus
Esofagus atau kerongkongan adalah saluran organ penghubung antara rongga mulut
dan lambung. Di saluran ini, makanan tidak mengalami proses pencernaan. Mereka hanya
sekedar lewat sebelum kemudian digerus di dalam lambung. Esofagus pada hewan
ruminansia umumnya berukuran sangat pendek yaitu sekitar 5 cm, namun lebarnya mampu
membesar (berdilatasi) untuk menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya (Praseno.
2003).
3. Lambung
Sistem pencernaan pada ruminansia, agak lebih rumit daripada mamalia lain.
Lambung ruminanasia merupakan lambung yang kompleks terdiri fari 4 bagian yaitu paling
depan disebut rumen, reticulum, omasum dan abomasum yang berhubungan khusus. Rumen
berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba rumen, absorpsi, ammonia dan
menyimpan bahan makanan untuk difermentasi. Retikulum berfungsi sebagai penahan
partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu proses ruminasi,
mengatur arus ingesta ke omasum dan absrobsi hasil fermentasi. Omasum berfungsi
menggiling partikel makanan, fermentasi dan mengabsorpsi air. Abomasum merupakan
tempat pertama terjadinya pencernaan secara kimiawi(Darmono, 2005).
Untuk mengakomodasi perolehan selulosa dalam jumlah besar, ruminansia memiliki
lambung beruang empat yaitu rumen dan retikulum yang berukuran lebih kecil, sebenarnya
merupakan bagian perluasan esofagus. Dari kedua ruang itulah mamahan dimuntahkan
kembali ke mulut. Terdapat banyak sekali bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen dan
retikulum. Kedua organ tersebut bekerja seperti tangki fermentasi, dimana selulosa, juga
seluruh zat makanan utama, diproses secara perlahan. Cairan dan mamahan yang telah
terkunyah dengan baik bergerak menuju omasum, dan pada akhirnya mamahan tersebut akan
masuk ke dalam abomasum yang dianggap sebagai lambung sejati ruminansia
(Fried&George, 1999).

Gambar 2.5.2 Lambung pada ruminansia


4. Usus Halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum
merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan
dengan duodenum yaitu terdapat bintil putih, sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus
halus adalah ileum (Praseno, 2003).
5. Sekum
Sekum merupakan organ ini terdapat pada perbatasan usus halus dan usus besar.
Unsur pakan yang tidak dapat dicerna dalam perangkat digesti lainnya, biasanya akan
mengalami fermentasu dalam sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut
(Praseno, 2003).
6. Usus Besar
Usus besar terdiri dari sekum, kolon, dan rectum. Usus besar tidak menghasilkan
enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya tiap pencernaan yang
terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim dari usus halus dan enzim
yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yang banyak terdapat pada usus besar. Fungsi saluran
adalah sebagi tempat proses pembusukan sisa digesti , dan proses reabsorpsi air dan partikel
terlarut didalamnya (Praseno, 2003).
Gambar 2.5 Saluran Cerna pada Ruminansia
DAFTAR PUSTAKA

Arbianto, P. 1994. Biokimia Konsep-Konsep dasar. Jakarta. Proyek penelitian tenaga akademik
Baret, J.M., Peter,M., Kumaran,A.K., Milington, M.F. 1986. Bilogy. Jakarta. Erlangga.
Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan: Damaring
Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga
Darmono. 2005. Tatalaksana Usaha Sapi Kareman. Yogyakarta: Kanisius
Fried, George dan George J. Hademenos, 2006. Schaum's Outlines Biologi Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Fried, George dan George J. Hademenos. 1999. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Jakarta. Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional.
Lehninger, M. T.1982. Dasar-Dasar Biokimia jilid 1. Jakarta : Erlangga.
McDonald, P., et.al. 2002. Animal Nutrition 6th Edition. London and New York. Longman.
Najmiatul. 2011. Metabolisme Karbohidrat. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada
Praseno, K, Isroli dan B. Sudarmoyo. 2003. Fisiologi Ternak. Semarang: Proyek Semique
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Introduction tu Human
Physiology). Jakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak Fenomena dan Nomena Dasar dari Fungsi serta Interaksi
Organ pada Hewan. Bandung: Widya Padjadjaran
Starr, Cecie, dkk,. 2013. Biologi Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup Edisi 12 Buku 2.
Jakarta: Salemba Teknika
Zainuddin, dkk,. 2014. Struktur Histologi Tembolok (Ingluvies) pada Unggas. Jurnal Medika
Veterinaria. Vol. 8. No. 1
Zhernia. 2013. Metabolisme Protein. Yogyakarta. Kanisius
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan surah Al A’la ayat 2 diketahui bahwa Allah SWT. telah menciptakan segala
sesuatu secara sempurna dan telah diberi kelengkapannya sehingga tercipta dalam bentuk
yang sempurna, salah satunya pada sistem pencernaan pada hewan yang dilengkapi oleh
saluran-saluran cerna pada hewan. Pada saluran cerna pada ikan yang membedakan
dengan yang lain yaitu, pencernaan kimiawi pertama terjadi pada lambung, bukan di
mulut karena pada ikan tidak memiliki kelenjar liur. Pada saluran cerna unggas, yang
membedakan dengan yang lain yaitu pada rongga mulut tidak memiliki gigi, pipi, bibir
serta geraham yang ditutupi oleh paruh, dan terdapat tembolok atau crop yang berfungsi
sebagai menerima, menyimpan makanan sementara dan dilembekkan makanan tersebut
dengan kelenjar mukosa yang dihasilkan oleh dinding pada tembolok. Pada ruminansia,
lambung lebih komplek dari pada saluran cerna lainnya karena terdapat 4 bagian yaitu
rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
2. Kelenjar-kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin yang berfungsi mengubah
karbohidrat menjadi senyawa lebih sederhana tempat kerja ezim ini yaitu di mulut. Pada
kelenjar lambung menghasilkan enzim pepsin untuk mengubah protein menjadi asam
amino dan tempat kerjanya di dalam lambung. Pada pankreas dihasilkan enzim amylase,
berfungsi untuk memecah pati menjadi gula sederhana, enzim lipase berfungsi untuk
merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, tempat kerjanya di usus halus.
Selanjutnya, . Empedu merupakan cairan yang mengandung garam-garam kompleks,
pigmen, dan sejumlah steroid. Walaupun dihasilkan dalam hati, empedu disimpan dalam
kantung empedu.
3. Absorbsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran
pembuluh kapiler darah dan saluran limfe sebelah dalam permukaan vili. Sebuah vili
berisi lakteal, pembuluh darah, epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama dengan
jaringan limfoid, seluruhnya diliputi oleh membran dasar epitelium
4. Transport nutrient pada sistem sirkulasi meliputi penyerapan karbohidrat, penyerapan
lipid, penyerapan protein.
5. Metabolisme karbohidrat terjadi setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus,
sebagian besar monosakarida di bawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati,
monosakarida mengalami proses sintesis dan menghasilkan glikogen, serta oksidasi
menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian
tubuh yang memerlukannya. Proses metabolisme karbohidrat yaitu terdiri dari glikolisis-
dekarboksilasi oksidatif-siklus krebs-transfer electron
6. Metabolisme protein adalah deskripsi dari proses fisik dan kimia yang menyebabkan baik
pembentukan atau sintesis, asam amino menjadi protein dan pemecahan, atau
katabolisme, protein menjadi asam amino. Asam amino yang beredar melalui darah dan
masuk ke jaringan tubuh, dimana mereka disintesis kembali menjadi protein.
Keseimbangan antara sintesis protein dan katabolisme adalah penting untuk
mempertahankan fungsi sel yang normal

Anda mungkin juga menyukai