Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua organisme hidup memerlukan nutrisi yang berasal dari lingkungannya agar tetap
bertahan hidup. Selain untuk sumber energi, nutrisi digunakan sebagai bahan mentah
untuk sintesis komponen-komponen essensial (anabolisme) yang dibutuhkan sel dalam
melakukan fungsinya. Maka dari itu kita harus mengetahui bagaimana sistem pencernaan
pada tubuh makhluk hidup terutama pada vertebrata tetapi tidak hanya sistem
pencernaannya saja melainkan histologi pencernaannya juga harus diketahui dan
dipahami (Tambayong,1995).
Histologi berasal dari kata histon merupakan suatu cabang ilmu biologi yang
mempelajari mengenai kumpulan beberapa sel dan fungsi dari sel tersebut hingga
membentuk jaringan. Sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan
proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh baik secara fisika
maupun kimia. Histologi pencernaan adalah cabang dari ilmu histologi yang mempelajari
mengenai bagaimana kumpulan beberapa sel yang membentuk suatu jaringan pencernaan
hingga membentuk organ dengan kekhususan fungsinya masing-masing (Benson, 1999).
Histologi saluran pencernaan atau tractus digestivus merupakan bagian
pembelajaran dalam praktikum anatomi hewan. Sistem pencernaan yaitu sistem yang
terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran cerna yang dimulai dari mulut sampai
dubur (anus), dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan seperti kelenjar liur, hati, dan
pankreas yang letaknya di luar saluran pencernaan tetapi menghasilkan sekret melalui
sistem duktus masuk ke dalam saluran tersebut (Leeson, 1996).
Keseluruhan saluran cerna memliki ciri struktural umum tertentu. Saluran cerna
adalah tabung berongga, terdiri atas lumen dengan garis tengah bervariasi, yang dikelilingi
oleh dinding dengan empat lapisan utama, yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna,
dan serosa. Beberapa variasi dalam bentuk gigi, lambung dan usus besar adalah akibat dari
variasi makanan yang dikonsumsi. Lambung depan pada ruminansia, sekum serta kolon

1
kuda yang meluas mencerminkan variasi struktural yang menjamin pelaksanaan
pencernaan makanan berupa rumput kasar, sedangkan gigi karnivora yang runcing dan
kokoh adalah sebagai adaptasi terhadap makanan berupa daging, tulang yang perlu
dikoyak serta dikerkah (Dellmann, 1992). Sistem pencernaan makanan berhubungan
dengan penerimaan makanan sehingga zat makanan siap memasuki proses metabolisme
didalam sel tubuh. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-
zat sederhana dan diserap oleh usus halus kemudian digunakan oleh sel tubuh
(Benson,1999).
Fungsi dari setiap saluran pencernaan adalah untuk mendapatkan metabolit-
metabolit dari makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. Molekul-molekul yang besar diuraikan menjadi molekul-molekul
kecil yang mudah diserap oleh dinding saluran pencernaan. Air, vitamin, dan mineral juga
diserap. Lapisan dalam dari saluran pencernaan merupakan suatu batas pertahanan antara
isi lumen saluran pencernaan dengan lingkungan internal (internal milieu) tubuh
(Jungueira, 1997).
Maka dari itu sistem pencernaan merupakan salah satu sistem terpenting tubuh,
dimana tubuh kita dapat tumbuh dan berkembang juga dipengaruhi dari proses kerja
organ-organ sistem pencernaan. Selain itu, kurangnya pengetahuan praktikan tentang
struktur jaringan yang ada pada sistem pencernaan itu sendiri juga melatar belakangi
diadakannya praktikum tentang histologi pencernaan ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum histologi pencernaan ini adalah untuk mengetahui,
mempelejari dan memahami bentuk-bentuk, fungsi dan letak secara histologi organ
pencernaan terutama pada vertebrata.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Saluran cerna adalah tabung berongga, terdiri atas lumen dengan garis tengah bervariasi,
yang dikelilingi oleh dinding dengan empat lapisan utama yaitu tunika mukosa, tunika
submukosa, tunika muskularis eksterna, dan tunika serosa (adventisia). Keseluruhan
saluran cerna memiliki ciri struktur umum tertentu (Jungueira, 1997). Struktur alat
pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya
tingkat organisasi sel hewan. Tidak hanya tingkatan klasifikasi, jenis makanan yang di
makannya juga mempengaruhi sistem pencernaan. Pada hewan invertebrata alat
pencernaan umumnya masih sederhana. Hewan invertebrata melakukan proses
pencernaan secara fagositosis dan secara intrasel. Pada hewan-hewan vertebrata sudah
memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara eksternal (Gunarso,
1979).
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Secara struktural, saluran pencernaan terdiri dari empat lapisan yaitu, lapisan mikosa,
lapisan submukosa, lapisan otot, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri atas epitel pembatas,
lamina propia yang terdiri dari jaringan penyambung, jaringan yang kaya akan pembuluh
darah kapiler limfe dan sel-se otot polos kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan
jaringan limfoid dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan
penyambung jarang yang banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa
(juga dinamakan meissner), dan kelenjar-kelenjar atau jaringan limfoid. Lapisan otot
terdiri atas sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibagi menjadi dua sub lapisan
menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam dekat lumen yaitu umumnya tersusun
melingkar (sirkuler), pada sub lapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal), yang
kedua susunan saraf disebut pleksus otot, pembuluh darah, dan limfe. Serosa merupakan
lapisan tipis yang terdiri dari jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan
jaringan adiposa dan epitel gepeng selapis (mesotel) (Junquiera, 1980)

3
Menurut Tambayong (1995) Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa lapis tanduk yang dimana sel-sel permukaannya mempunyai inti dengan sedikit
granulatin di dalamnya. Didalam ronga mulut terdapat lidah yamg meruakan masa otot
rangka yang ditutupi membran mukosa yang strukturnya bervariasi menuut daerah yang
diamati. Membran mukosa dilekat dengan erat pada otot karena jaringan ikat dari lamina
propia menyusup ke dalam celah-celah di antara berkas-berkas otot. Pada permukaan
bawah lidah mukosanya licin. Permukaan dorsal tidak teratur, di anterior ditutupi banyak
papila yang berbentuk tonjolan kecil
Papila dibagi menjadi empat, yaitu papila filiformis yang berbentuk kerucut
memanjang, jumlahnya banyak dan tersebar diseluruh permukaan lidah. Papila
fungiformis, berbentuk seperti jamur karena memiliki tangkai sempit dan bagian atas yang
melebar dan permukaannya licin. Papila foliata, kurang berkembang pada manusia.
Terdiri atas dua atau lebih tabung (ridge) dan alur (furrow) paralel pada permukaan dorsal
lateral lidah. Papila sirkumvalata, yaitu papila yang sangat besar dan permukaannya datar
menonjol dari papila lain (Gunarso, 1979).
Faring merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernafasan.
Faring dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa kecuali pada daerah bagian-
bagian pernafasan yang tidak mengalami alurasi (Mahardana, 1979). Esophagus
merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung.
Esophagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa
terdapat sekelompok kelenjar-kelenjar esophagus yang menseksresikan mukua. Pada
bagian ujung distal esophagus, lapisan otot hanya terdiri dari sel-sel otot polos dan pada
bagian tengah campuran sel-sel otot lurik dan polos (Dellman, 1992).
Lambung merupakan oRgan endokrin dan eksokrin campuran yang mencerna
makanan dan mensekresikan hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang melebar
dengan fungsi utama menambahakan cairan asam pada makanan yang masuk, dan
mengubahnya melalui aktifitas otot menjadi masca kental (khimus), dan melanjutkan
proses pencernaan yang dimulai dalam rongga mulut dan menghasilkan enzim proteolik
pepsin. Pada pengamatan mikropis lambung dibagi menjadi empat bagian yaitu kardiak,
fundus, korpus, dan pilorus. Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang menekuk

4
dengan ke dalaman bervariasi ke dalam lamina propia, membentuk foeola gastrika (sumur
lambung/ gastric pit) (Tambayong, 1995).
Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang
lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan
sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum,
dan ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang
disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang
kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar
intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar- kelenjar intestinal mempunyai
epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus halus dibatasi
oleh beberapa jenis sel yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel paneth,
dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin. Lamina propria usus halus terdiri atas
jaringan penyambung jarang dan pembuluh darah dan limfe, serabut-serabut saraf, dan
sel-sel otot polos (Gasperz, 1991).
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan
mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah untuk absorpsi air,
pembentukan massa feses, pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan
demikian banyak sel goblet (Tambayong, 1995). Pankreas adalah campuran saluran
kelenjar endokrin dan eksokrin yang memproduksi enzim dan hormon pencernaan. Enzim
yang diproduksi di simpan dan di lepaskan oleh bagian sel eksokrin. Hormonnya disintesis
oleh sel jaringan endokrin yang di kenal sebagai pulau langerhans. Hati merupakan organ
kelenjar yang berwarna merah dan berfungsi sebagai menetralisir racun (Harjana, 2011).
Hati terbagi atas 4 lobus yaitu: lobus dexster, lobus sinister, lobus caudatus dan
lobus cuadratus. Setiap lobus terdiri dari banyak lobulus. Lobulus merupakan unsur
terkecil yang menyusun hati. Struktur lobulus berbentuk persegi enam. Secara
mikroskopik lobulus hepar dibagi-bagi menjadi: lobulus klasik, lobulus portal, asinus
hepar. Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid. Sinusoid memiliki sel
endotelial yang terdiri dari sel endotelium, sel kupffer, dan sel fat storing
(Purbomarnoto,1999).

5
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Struktur Hewan tentang Histologi Penernaan dilaksanakan pada Kamis, 25


Oktober 2018 di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi pencernaan ini antara lain
mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan
untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem pencernaan.

3.3 Cara Kerja

Disiapkan mikroskop dan preparat permanen yang akan diamati. Kemudian dilakukan
pengamatan pada masing-masing preparat tersebut dengan perbesaran 10x dan 40x.
Setelah selesai diamati hasil pengamatan difoto, kemudian digambarkan pada buku
gambar. Setelah praktikum alat dan bahan dirapikan kembali.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Histologi Saluran Pencernaan


4.1.1 Histologi Lingua

a b c

Gambar 1. Histologi lingua: (a) Papila sircum valata, b) Papila filiformi, c) Papila
fungiformis

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa lingua terdapat 3 papila
yaitu papilla filiformis, papilla fungiformis dan papilla sirkumvalata. pada papilla
filiformis banyak ditemukan papilla dengan bentuk seperti benang, pada papilla
fungiformis berbentuk seperti jamur yang menonjol dari ketiga papila dan betuknya besar
sedangkan pada papila fungiformis bentuk dari papilanya sangat besar yang
permukaannya pipih meluas di atas papilae lain disetiap rucing kosong dan disebut lumen.

7
Menurut Raharjo (1990) papilae Papilae filiformis mepunyai bentuk penonjolan langsing
dan konis, sangat banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak
mengandung puting kecap (reseptor), papila fungiformis menyerupai bentuk jamur karena
mereka mempunyai tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini,
mengandung puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur
terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya. papila sircumvalata
merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih meluas di atas papilae
lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah “V” pada bagian posterior lidah.

4.1.2 Histologi Esofagus

b
c

Gambar 2 histologi esofagus: (a) Mukosa, (b) Submukosa, (c) Kelenjar kardial

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada histologi esophagus
terdiri dari beberapa bagian yaitu mukosa, submukosa dan kelenjar kardial. Tunika
mukosa berbentuk lipatan-lipatan memanjang, pada submukosa terdiri dari ikat padat
yang mengandung kelenjar lendir.
Penampang melintang dari esofagus dimulai dari lumen arah ke luar dan terdapat
lapisan-lapisan yaitu, tunica mukosa, yang terdiri dari epitel berlapis banyak ipik
menanduk, lamina propria berupajaringan ikat kendur, muscularis mucosa terdiri dari sel-
sel otot poos yang tersusun memanjang. Tunika submukosa, terdiri dari ikat padat yang
mngandung kelenjar lendir. Tunica muscularis, terdiri dari jaringan otot lurik dan tersusun
melingkar tidak teratur dan sebelah luar tersusun memanjang. Tunica adventitia yang
terdiri dari jaringan ikat kenduryang befungsi menghubungkan esofagus dengan struktur-
struktur lain di sekelilingnya (Rochman, 2010).

8
4.1.3 Histologi Ventrikulus

c b a
d

Sumber: Atlas Histologi (Pylorus)


Gambar 3. Histologi ventrikulus: a) Mukosa b) Submukosa c) Kelenjar kardial d) Tunika
adventitia

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada histologi
ventrikulus terdapat beberapa bagian yaitu mukosa, submukosa, kelenjar kardial dan
tunika adventitia. Tunika mukosa terdiri dari epitel selapis silinder yang membentuk
pendalaman ke arah dalam yang disebut falveola gastrica, lamina propria berupa jaringan
ikat kendur tersebut terdapat kelenjar fundus berupa kelenjar tubular bercabang sederhana.
Tunica submukosa, terdiri dari jaringan ikat kendur yang di dalamnya terdapat mucous
gland, arteri kecil, vena dan meisners. Tunica adventitia terdiri dari jaringan ikat kendur
yang dilapisi mesotellium.
Selain menghasilkan enzim pencernaan, dinding lambung juga menghasilkan
hormon gastrin yang berfungsi untuk pengeluaran (sekresi) getah lambung. Di dalam
lambung terjadi gerakan mengaduk. Gerakan mengaduk dimulai dari kardiak sampai di
daerah pilorus. Gerak mengaduk terjadi terus menerus baik pada saat lambung berisi
makanan maupun pada saat lambung kosong. Jika lambung berisi makanan, gerak
mengaduk lebih giat dibanding saat lambung dalam keadaan kosong. Mungkin kita pernah
merasakan perut terasa sakit dan berbunyi karena perut kita sedang kosong. Hal itu
disebabkan gerak mengaduk saat lambung kosong. Makanan umumnya bertahan tiga
sampat empat jam di dalam lambung. Makanan berserat bahkan dapat bertahan lebih lama.

9
Dari lambung, makanan sedikit demi sedikit keluar menuju usus dua belas jari melalui
sfingter pylorus (Rochman, 2010).

4.1.4 Histologi Duodenum

Sumber: Atlas Histologi


Gambar 4. Histologi duodenum: (a) villi, (b) Submukosa

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada histologi
duodenum dapat dibagi menjadi villi dan submukosa. vili merupakan tonjolan-tonjolan
ke arah lumen berbentuk seperti daun pada duodenum terdiri atas sel-sel epitel silinder,
sel penyerapan dan sel goblet. Pada lapisan submukosa terdapat kelenjar Brunner yang
banyak terdapat pada bagian yang dekat dengan ventriculus.
Secara garis besar histologi usus harus tediri dari duodenum, jejenum, dan illeum.
Perbedaannya adalah antara lain bahwa semakin ke ujung mata kelenjar semakin sedikit
dan limfonodus makin banyak. Sama halnya dengan ogan lain secara histologi usus halus
mempunyai lapisan yang sama. Pada tunica mukosa bagian lamiana propria terdapat
kelenjar tubular usus (crypt of liberkuhn) yang dibangun oleh sel ganda, sel penath. Pada
lapisan submukosa terdapat kelenjar bruneri yang menghasilkan cairan seperti lendir dan
alkalis (Tambayong, 1995).

10
4.1.5 Histologi Kolon

d c b a

Sumber: Atlas Histologi


Gambar 5. Histologi colon: (a) submukosa, (b) muskularis, (c) serosa, (d)mukosa
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada kolon terdiri
atas beberapa bagian yaitu mukosa, submukosa, muskularis dan serosa. Submukosa
bersegmen dan membentuk lipatan-lipatan yang tak beraturan, Submukosa bersegmen dan
membentuk lipatan-lipatan yang tak beraturan
Gambaran histologis usus besar secara umum yaitu mengandung kripta
Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada tunika mukosa dibandingkan dengan
usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel
Goblet dibandingkan usus halus Lamina propria usus besar terdiri atas jaringan ikat
retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus, tunika muskularis mukosa pada
usus besar terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar.
Tunika mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah
luar tunika mukosa terdapat tunika muskularis eksterna dan tunika serosa. Tunika serosa
ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat subserosa (Raharjo, 1990).

11
4.1.6 Histologi Caecum

a b c

Sumber: Atlas Histologi


Gambar 6. Histologi caecum : (a) submukosa, (b) muskularis (c) lamina propria

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil yaitu pada histologi caecum terdiri atas
beberapa bagian yaitu submukosa, muskularis dan lamina propria. Sub mukosa terletak
sebelum mukosa yang ditandai dengan tidak adanya segmen, Lamina propia terdiri dari
lamina basalis, serabut kolagen halus, dalam jalinan ikat tidak teratur, dan selabut elastik
yang tersusun longitudinal dan pekat.
Usus buntu atau sekum (caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing (Lesson,
1991).
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, organ ini
ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya organ
ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini
diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) di mana berisi kelenjar
limfoid (Aloysius, 2009).

12
4.1.7 Histologi Pilorus

c b

Gambar 7. Histologi pilorus: (a) lamina propria (b) muscularis (c) submukosa

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada histologi pada
pylorus terdiri atas beberapa bagian yaitu lamina propria, muscularis dan submukosa.
Pada tunika muscularis terdapat epitel muscularnya yang memanjang.
Pilorus ialah lubang antara perut dan usus adalah daerah perut bahwa sambungkan
ke duodenum (permulaan usus halus) yang dibagi menjadi dua bagian yaitu, antrium yang
pyloric, yang sambungkan ke tubuh dari perut. Saluran yang pyloric yang sambungkan ke
duodenum. Sfingter pilorus, atau klep, adalah suatu cincin yang kuat otot licin pada akhir
saluran yang pyloric dan menyilahkan makanan lewat dari perut ke duodenum. Itu
menerima inervasi simpatik dari pusat saraf celiac (Lesson, 1991).
4.2 Kelenjar Pencernaan
4.2.1 Histologi Hepar

Sumber: Atlas Histologi


Gambar 8. Histologi hepar: (a) Central vein

13
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil dari histologi pada hepar
terdapat central vein. Central vein berupa sebuah lobus yang terletak pada bagian tengah
dari kumpulan sel.
Berdasarkan literatur, hepar merupakan organ terbesar dari tubuh. Hati terdiri dari
dua lobus yaitu sentral vern dan portal vern. Hepar tersusun atas lapisan submukosa yang
terdiri dari jarngan ikat. Hepar merupakan organ yang penting pada tubuh bagi tubuh
yaitu berfungsi untuk menetralisir racun (Harjana,2011).
Hepar dalam lobi-lobi Segitiga (trigonum) Kiernan merupakan bentukan segitiga
yang terdapat diantara tiga lobi yang padanya terdapat arteri interlobaris, vena interlobaris,
ductus biliverus. Ductus biliverus tersusun atas epithelium columnair simplex, membrana
basalis, tunica fibroelastica, pembuluh limfe, dan serabut saraf. Lobulus hati berbentuk
heksagonal, sel-sel parenkim hepar tersusun secara radier (menjari) dengan vena sentralis
terletak di tengah. Sel-sel ini berbentuk poligonal, sitoplasma granulair dengan tetes-tetes
glikogen. Pembuluh limfe dan serabut saraf, sinusoid diantara sel-sel parenkim, dibatasi
oleh sel-sel endothelium, macrophage dan sel kupfer vena centralis. Menghasilkan
empedu sebagai hasil ekskresi dan sekresi. Ekskresi karena mengandung pigmen empedu
yang selanjutnya dikeluarkan lewat feses dan urin. Sekresi karena mengandung garam
empedu untuk mengemulsifikasikan lemak makanan. Garam empedu disintesis dari
kolesterol dan asam amino. Berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan (surfaktan)
butir lemak makanan. Pigmen empedu yaitu bilirubin dan biliverdin berasal dari degradasi
hemoglobin. Bilirubin selanjutnya diubah menjadi urobilinogen yag dikeluarkan melalui
feses dan urin (Yatim, 1990).

14
4.2.2 Histologi Pankreas

a
b

Sumber: Atlas Histologi

Gambar 9. Histologi pada pankreas : (a) Intralobular ducts (b) Lengerhans

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa bagian-bagian dari
prankeas didapatkan hasil yaitu histologi dari prankeas terdiri dari intralobular duct dan
Langerhans. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Lesson et all (1995) yang menyatakan
bahwa pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Dalam keadaan segar
berwarna merah pucat atau putih dengan simpai tidak jelas dan juga dilapisis oleh jaringan
ikat jarang yang tipis dan membentuk septa kedalam yang membagi kelenjar dalam lobus
yang nyata. Pada bagian eksokrin pankreas dapat digolongkan sebagai kelenjar besar
berlobus, tubuloasinosa kompleks. Terdapat tiga bagian pada saluran keluar yng ketiga
selnya mirip yaitu sentroasinar duktuli interkalaris dan duktus intralobular serta
interlobular sampai duktus asesoris.
Sebagai kelenjar eksokrin alat ini dibian atas banyak lobuli. Tiap lobulus
mengandung acini majemuk. Di bawah mikroskop tampak pada sediaan alat ini, bahwa
pada beberapa tempat di antara acini ada kelompok sel yang tak teratur, itulah pulau
Lengerhans. Antara lobuli ditemukan tumpukan jaringan lemak dan serat jaringan ikat
yang menyalut alat ini. Sel acini menggetahkan cairan yang mengandung enzim protease,
nuklease, amilase dan lipase (Yatim, 1990).

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum histologi pencernan yang telah dilaksanakan, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa :
1. Pada lidah terdapat papila, yang terdiri dari empat papila yaitu papilia filiformis yang
berbentuk seperti rambut, papila fungiformis berbentuk jamur, paila foliata yang
berbentuk tabung, dan papila sirkumvalata yang merupakan penonjolan dari papila jenis
lain.
2. Pada esofagus tersusun atas lapisan dasar saluran pencernaan seperti mukosa, submukosa,
muskulris, dan adventitia. Pada mucosa epitel berlapis banyak bertanduk,tunika
muskularis terdiri dari jaringan otot lurik.
3. Pada lambung terdapat epitel selapis silinder pada tunika mukosa. Lambung terdiri dari
tiga daerah yaitu, fundus, kardia, dan pilorus.
4. Usus halus terdapat kelenjar brunerri yang menghasilkan lendir dan alkalis, dan kelejar
liberkuhn.
5. Usus besar pada penapang melintang dari ujung semakin pendek. Terdiri atas tunuca
mukosa selapis silnder dan dibangun oleh otot polos pada tunika muskularis.
6. Hati mempunyai sel-sel hati yang berinti bulat, dan berkelompok ke dalam lobulus. Selnya
berbentuk perygonial yang mempunyai enam atau lebih sisi dan tersususn seperti pita.
Lobulusnya di batasi oleh jaringan ikat.

5.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum histologi pencernaan ini yaitu seharusnya
praktikan mencari dan mempelajari dulu bagian seta bentuk dari lapisan pada histologi
sistem pencernaan supaya tidak menghasilkan gambar yang abstrak ketika menggambar.
Sebaiknya praktikan benar-benar melihat perbesaran pada preparat agar hasil yang didapat
sesuai dengan apa yang ada di literatur.

16
DAFTAR PUSTAKA

Benson,M.1999.Biologi. Jakarta:Erlangga.
Bevelander,G. 1988.Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Campbell, Reece, dan Mitchell. 2002. Biologi . Erlangga : Jakarta.
Dellmann, D.1992.Histologi Veteriner.Jakarta:Universitas Indonesia.
Gasperz, V.1991. Histologi Pencernaan. Jakarta:Rineka Putra.
Gunarso, Wisnu.1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga.
Harjana, Tri.2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Junguira, LC dan Jose Carneiro.1980. Basic Histologi. California : Lange Medical
Publications.
Mahardana.1979. Sistem Pencernaan.Surabaya:Intermassa.
Purbomartono,C.1999.Histologi Sistem Pencernaan. Bandung:Pustaka Setia.
Tambayong, J.1995. Histologi Dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yatim. Wildan. 1990. HISTOLOGI. Bandung : Tarsito.

17

Anda mungkin juga menyukai