Anda di halaman 1dari 22

A.

Mekanisme sistem pencernaan makanan pada Invertebrata dan vertebrata


Sebagian besar hewan memakan organisme lain mati atau hidup, utuh atau secara
sepotong – potong. (yang merupakan pengecualian adalah hewan parasitik tertentu, seperti
cacing pita, yang menyerap molekul organik melalui permukaan tubunya). Secara umum,
hewan digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori berdasarkan makanannya.
Herbivora, termasuk gorila, sapi, kelinci, dan banyak keong. Memakan organisme autotrof (
tumbuhan, alga atau ganggang ). Karnivora , seperti hiu, burung elang, laba – laba, dan ular,
memakan hewan lain. Omnivora secara reguler mengkonsumsi hewan dan juga tumbuhan
atau alga. Hewan omnivora meliputi kecoa, burung gagak, rakun, dan manusia, yang
berkembang sebagai pemburu, pemakan bangkai dan pengumpul makanan.
B. Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan adalah penelanan, pencernaan,
penyerapan, dan pembuangan.
 Penelanan ( ingestion) , tindakan memakan, adalah tahapan pertama pengolahan
makanan.
 Pencernaan , (digestion) , tahapan kedua , adalah proses perombakan makanan menjadi
molekul – molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh.
 Dua tahapan terakhir pengolahan makanan terjadi setelah makanan itu ditelan. Pada
tahapan ketiga penyerapan (absorption) , sel – sel hewan akan mengambil ( menyerap )
molekul kecil seperti asam amisno dan gula sederhana dari kompartemen pencernaan.
Akhirnya, pembuangan (eliminasi) terjadi, ketika bahan yang tidak tercerna keluar dari
saluran pencernaan..
Pencernaan terjadi dalam kompartemen khusus yaitu intraseluler dan ekstraseluler.
Pencernaan intraseluler, di mulai dari vakuola makanan, organel seluler di mana enzim
hidrolitik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendriri, adalah kompartemen
yang paling sederhana. Protista heterofilik mencerna makanannya dalam vakuola makanan,
umumnya setelah menelan makanan melalui fagositosis atau pinositosis. Vakuola makanan
menyatu dengan lisosom, yang merupakan organel yang mengadung enzim hidrolitik.
Keadaan ini memungkinkan makanan bercampur dengan enzim, sehingga pencernaan terjadi
secara aman di dalam suatu kompartemen yang terbungkus oleh membran. Sedangkan
pencernaan ekstraseluler yaitu, perombakan makanan di luar sel. Pencernaaan ekstraseluler
terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan, melalui saluran – saluran , dengan
bagian luar tubuh hewan. Banyak hewan dengan bangun tubuh yang relatif sederhana
memiliki kantung pencernaan dengan pembukaan tunggal. Kantung ini yang disebut rongga
gastrovaskuler, yang berfungsi dalam pencernaan dan distribusi nutrien ke seluruh tubuh (
yang merupakan alasan mengapa ada kata vaskuler dalam istilah tersebut ).
3.1.1. Proses pencernaan pada hewan invertebrata
1) Pencernaan intraseluler pada paramecium
Paramecium, melakukan pencernaan intraseluler. Paramecium memiliki
struktur pengambilan makanan khusus yang disebut lekukan mulut, yang bermuara
di “mulut” sel (sitikrom). Silla yang melapisi lekukan mulut itu akan menarik air
dan partikel makanan yang tersuspensi, yang sebagian besar adalah bakteri, menuju
ke mulut di mana makanan itu dibungkus ke dalam vakuola makanan yang
berfungsi sebagai kompartemen pencernaan miniatur. Aliran sitoplasmik akan
membawa vakuola makanan mengelilingi sel, sementara enzim – enzim hidrolitik
disekresikan ke dalam vakuola tersebut. Sementara molekul dalam makanan itu
dicerna, nutrien ( gula, asam amino dan molekul kecil lainnya) diangkut melewati
membran vakuola tersebut ke dalam sitoplasma. Kemudian, vakuola itu akan
menyatu dengan lubang anus, yaitu suatu daerah khusus pada membran plasma di
mana bahan – bahan yang tidak tercerna dapat dikeluarkan.
2) Pencernaan Ekstraseluler Cnidaria
Cnidaria ( Hydra ) , epidermis bagian luar hidra hewan cnidaria memiliki
fungsi perlindungan dan sensoris , sementara gastrodermis bagian dalam
dikhususkan untuk pencernaan. Pencernaa dimulai dalam rongga gastrovaskuler
dan diselesaikan secara intraseluler setelah partikel makanan kecil ditelan oleh sel
– sel gastridermal.
1. Pencernaan pada cacing tanah
Cacing tanah ,saluran pencernaan cacing tanah meliputi sebuah faring
berotot yang menyedot makanan masuk melalui mulut. Makanan lewat
melalui esofagus, lalu disimpan dan dilembutkan dalam tembolok.
Rempela berotot, yang mengandung sedikit butiran pasir dan kerikil,
menggerus makanan itu. Pencernaan dan penyerapan terjadi dalam usus
halus, yang memiliki lipatan dorsal , disebut tifosol, yang meningkatkan
luas permukaan untuk penyerapan nutrien.
2. Pencernaan pada belalang
Belalang , memiliki beberapa ruangan pencernaan yang
dikelompokan ke dalam tiga daerah utama : perut depan, dengan esofagus
dan tembolok ; perut tengah; dan perut belakang. Makanan dilembutkan
dan disimpan dalam tembolok , tetapi sebagian besar pencernaan trejadi
di dalam perut belakang. Sekum lambung , kantung yang emanjang dari
perut tengah, berfungsi untuk menyerap makanan.
C. Sistem Pencernaan Makanan pada Hewan Vertebrata
a. Sistem pencernaan ikan

Sistem pencernaan pada ikan tentu saja berbeda dengan hewan darat lainnya,
mengingat habitatnya berbeda. Ikan merupakan hewan vertebrata yang hidup di air, baik
air laut maupun air tawar. Secara umum alat-alat pencernaan ikan meliputi, rongga mulut,
pangkal tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus, anus. Ikan juga
mempunyai kelenjar pencernaan yaitu hati.

Secara umum, mekanisme pencernaan makanan pada ikan, sebagai berikut :


Makanan pertama kali masuk ke dalam rongga mulut. Gigi ikan dijumpai pada rahang atas
sedangkan pada rahang bawah terdapat lidah. Ikan juga mempunyai kelenjar ludah.
Setelah melewati mulut makanan bergerak melewati pangkal tenggorokan dan
kerongkongan menuju lambung. Lambung ikan berukuran agak besar untuk menampung
makanan. Selanjutnya makanan bergerak menuju usus dan terjadi proses penyarapan sari
sari makanan. Sisa sari sari makanan kemudian dikeluarkan melalui anus.

 Pencernaan

 Penyederhanaan makanan mekanisme fisik dan kimiawi

 Mudah diserap dan

 Diedarkan melalui peredaran darah

1. Beberapa alat pencernaan

a. Mulut

1. Posisi bervariasi tergantung kebiasaan makan ikan

2. Ukuran bukaan mulut berhub dengan ukuran pakan


Berfungsi untuk memasukkan makanan

b. Rongga Mulut

1.Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir, taste receptor/taste bud ada
ikan yang memiliki gigi/organ keras untuk penghancur makanan.

2.Terdapat lidah (penebalan tulang arc-hyoden di dasar mulut), diselimuti lapisan sel
mucus dan organ pengecap.

3.Pada langit-langit bagian belakang terdapat organ palatin yang berfungsi untuk
mengatur kelebihan dan pemompaan air.

2. Saluran Pencernaan

 Pharynx
1. Bagian kanan – kiri segmen faring terdapat insang (tapis insang)

2. Tempat terjadinya penyaringan makanan (filter feeder)

3. Gigi faring berfungsi untuk menyobek dan menggerus bahan tumuhan dan
gastropoda

4. Kadang masih ditemukan organ pengecap

 Pylorus

1. Segmen yang terletak antara lambung dan usus depan

2. Penebalan lapisan otot melingkar yang menyebabkan penyempitan saluran

3. Berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme) dari lambung ke


segmen usus

 Usus

1. Segmen terpanjang pada saluran pencernaan

2. Terdapat muara dari kantung empedu (ductus choledochus) dan dari pankreas

3. Pada lapisan mucosa dalam usus terdapat tonjolan-tonjolan (villi)

4. Bentuk sel yang umum ditemukan pada epitelium usus adalah enterosit dan
mukosit.

5. Sel enterosit berperan dalam penyerapan makanan

6. Sel mukosit, berbentuk seperti goblet (piala) yang mengandung mucigen sebagai
hasil sintesis sel, akan berubah menjadi lendir bila sudah dilepaskan dan bereaksi
dengan air

 Rektum

1. Saluran pencernaan yang paling ujung, secara histologi usus dan rektum
dipisahkan oleh katup rektum

2. Berfungsi dalam penyerapan air dan ion


3. Pada larva berfungsi untuk penyerapan protein

 Kloaka
 Ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital
2. Teleostei tidak mempunyai kloaka, elasmobranchii mempunyai kloaka

 Anus

1. Ujung dari saluran pencernaan

2. Padaikan teleostei terletak di depan urogenital

Didalam mulut ikan terdapat lidah pendek yang tidak dapat bergerak. Ikan
mempunyai gigi pada rahang atas dan bawah, serta tidak mempunyai kelenjar ludah tetapi
mempunyai lendir. Ikan mempunyai hati, kantong empedu, dan saluran empedu yang
bermuara ke dalam usus. Pankreas ikan bersatu dengan hati, sehingga disebut
hepatopankreas. Secara umum alat- alat pencernaan ikan meliputi, rongga mulut, pangkal
tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus, anus. Ikan juga
mempunyai kelenjar pencernaan yaitu hati. Mekanisme pencernaan makanan pada ikan,
sebagai berikut :

Makanan pertama kali masuk ke dalam rongga mulut. Gigi ikan dijumpai pada
rahang atas sedangkan pada rahang bawah terdapat lidah. Ikan juga mempunyai kelenjar
ludah. Setelah melewati mulut makanan bergerak melewati pangkal tenggorokan dan
kerongkongan menuju lambung.

Lambung ikan berukuran agak besar untuk menampung makanan. Selanjutnya


makanan bergerak menuju usus dan terjadi proses penyarapan sari sari makanan. Sisa sari
sari makanan kemudian dikeluarkan melalui anus.

Seperti yang telah disebutkan di atas ikan mempunyai kelenjar pencernaan. Seperti
halnya pada manusia kelenjar pencernaan pada ikan tidak berperan mencerna makanan
tetapi memproduksi enzim yang membant proses pencernaan makanan pada ikan.

 Kelenjar pencernaan ikan :

1. Hati

Hati ikan terletak pada bagian depan rongga dada dan dikelilingi oleh usus.
Hati ikan berwarna merah kecoklatan-coklatan.

2. Kantong empedu
Kantong empedu ikan terletak pada bagian depan hati dan berguna untuk
menyimpan cairan empedu. Kantong empedu ikan berwarna kehijau-hijauan dan
mempunyai saluran yang menghubungkan kantong empedu dengan usus. Cairan
empedu pada ikan berguna untuk mencerna lemak. Ikan tidak mempunyai pankreas.

Sistem pengeluaran
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan berwarna
kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas saluran ginjal (kemih) menyatu
dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Saluran urogenital terletak
dibelakang anus, sedangkan pada beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena ikan hidup
di air, ikan harus selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya.
Pada ikan yang bernafas dengan insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis,
dan karbon dioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernafas dengan paru- paru, karbon
dioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin dikeluarkan melalui kloaka. Mekanisme ekskresi
pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar
mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan urin
dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan mengekskresikan ammonia
melalui urin yang jumlahnya sedikit.
a. Sistem pencernaan Amfibi

Mulut amfibi terdapat gigi, lidah (menangkap mangsa), dan kelenjar ludah. Kloaka
merupakan muara dari saluran pencernaan, saluran ekskresi, dan saluran alat kelamin. Alat
pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian
dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa
hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu
banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx,
oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam
vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus
meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang
mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan
intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu
ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang
menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke
dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar
dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari
beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica
felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian
melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari
pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam
intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.

Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa
amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai
lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak
dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif
panjang, menggulung yang membuka kloaka. Secara berturut-turut saluran pencernaan pada
katak meliputi:

i. Rongga mulut : terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa.

ii. Esofagus : berupa saluran pendek.

iii. Ventrikulus : berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esophagus dan saluran keluar menuju
anus.

iv. Intestinum (usus) : dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal.

v. Usus Halus : duodenum, jejunum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
vi. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan

vii. Kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi
dan urin. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna
merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati
berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna
kehijauan dan pancreas bewarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas
jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.

b. Sistem pencernaan pada reptil

Pada mulut reptil terdapat gigi, lidah untuk menangkap mangsa dan kelenjar ludah untuk
mempermudah penelanan mangsa. Bentuk lambung sesuai dengan bentuk dan ukuran tubu.
Usus sebagai tempat penyerapan dan pengeluaran berupa kloaka. Pada umumnya reptil tidak
mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa. Pada rongga
mulut terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Pada
reptilian pemakan insekta memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya dan
kura-kura lidahnya relative kecil dan tidak dapat dijulurkan.

i. Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang


menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi
proses pencernaan.

ii. Lambung (ventrikulus) merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan


makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakangesophagus. Disini
makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagianfundus pylorus makanan dicerna
secara mekanik dan kimia.

iii. Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam usus
halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan ke
kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.
iv. Kantong empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pancreas pada reptile terletak
diantara lambung dan duodenum. Pancreas berbentuk pipih dan berwarna kekuning-
kuningan.

c. Sistem pencernaan burung

Pada mulut burung berupa paruh sebagai adaptasi dari bentuk makanannya. Makananya
dari paruh ditelan dan disimpan dalam tembolok. Dari tembolok makanan masuk lambung
kemudian lambung mengeluarkan getah lambung. Setelah dari lambung makanan masuk ke
dalam empedal makanan dihancurkan/di cerna.

Pada prinsipnya sistem pencernaan burung dibagi menjadi 3 macam yaitu :


1. Sistem Pencernaan Secara Mekanis

Secara Mekanis dirongga mulut bahan pakan didorong secara mekanis oleh lidah menuju
kerongkongan (oesophagus) disini bahan pakan tersebut menuju tembolok, selanjutnya
didorong menuju empedal dan didalam empedal (ampela) bahan makanan mengalami
proses pengecilan partikel secara mekanis agar luas permukaan serapannya menjadi lebih
luas atau lebar dan enzim pencernaan dapat melakukan penetrasi lebih dalam.

2. Sistem Pencernaan Secara Enzimatis

Kelenjar yang banyak didalam tubuh burung mempu mencerna pakan secara
enzimatis, di dalam rongga mulut bahan makanan dicerna oleh amilase ptyalin untuk
mengubah pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Di dalam lambung, pakan yang dalam
proses pencernaan (ingesta) diasamkan oleh keberadaan asam khlorida (HCI) atau asam lambung.
Asam ini sangat penting untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin yang sangat dibutuhkan
untuk mencerna protein menjadi pepton (senyawa protein yang lebih sederhana) sehingga dapat
diserap oleh usus halus.

Kemudian ingesta didorong menuju usus halus yang terdiri dari 3 bagian yaitu
duodenum, jejunum dan illeum. Pada dinding doudenum ini terdapat pangkreas yang
menghasilkan beberapa enzim seperti amilase dan lipase. Amilase untuk mencerna pati
menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Lipase penting untuk mencerna lemak menjadi
asam lemak yang akan diserap oleh usus halus. Kemudian mengalami absorbsi nutrien
dalam usus halus , ingesta selanjutnya didorong menuju usus besar dan disini sedikit
mengalami absorbsi nutrien.

3. Sistem Pencernaan Secara Biologis

Secara biologis sistem pencernaan ini dilakukan oleh mikroba sehingga proses
pencernaan ini kemudian disebut pencernaan secara mikro-biologis. Proses pencernaan
secara mikro-biologis terjadi ketika ingesta tertahan didalam usus besar, seperti sekum dan
usus besar. Pada Unggas khususnya ayam, guna meningkatkan efektifitas pencernaan
secara biologis ini maka pada saat sekarang dikembangkan berbagai macam produk
probiotik maupun prebiotik (pakan mikroba) yang tujuannya untuk memperbanyak jumlah
mikroorganisme yang menguntungkan didalam saluran pencernaan. Mikroba ini sekaligus
mendesak keberadaan mikroba patogen yang dapat merugikan derajat kesehatan unggas.
Namun tampaknya pada burung hal ini belum terlalu berkembang.

Burung menghadapi tantangan khusus ketika datang untuk mendapatkan nutrisi dari
makanan. Mereka tidak memiliki gigi, sehingga sistem pencernaan mereka harus mampu
memproses un-dikunyah makanan. Burung telah berkembang berbagai jenis paruh yang
mencerminkan beragam luas dalam diet mereka, mulai dari biji dan serangga untuk buah-
buahan dan kacang-kacangan. Karena kebanyakan burung terbang, tingkat metabolisme
mereka yang tinggi untuk secara efisien memproses makanan sambil menjaga berat badan
yang rendah. Perut burung memiliki dua kamar: proventriculus, di mana cairan lambung
diproduksi untuk mencerna makanan sebelum memasuki perut, dan rempela itu, di mana
makanan disimpan, direndam, dan mekanis tanah. Bahan tercerna membentuk pelet
makanan yang kadang-kadang dimuntahkan. Sebagian besar pencernaan kimia dan
penyerapan terjadi di usus, sedangkan limbah yang dikeluarkan melalui kloaka.

d. Sistem pencernaan ruminansia (hewan memamah biak)

Hewan memamah biak merupaka hewan herbivora murni, artinya hewan yang
makanannya berupa rerumputuan atau tumbuhan hijau. Sistem pencernaannya mempunyai
struktur khusus yang berbeda dengan karnivora dan omnivora. Berikut penjelasan struktur
khusus pada ruminansia.

i. Gigi seri, mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanannya yang berupa rumput
atau tumbuhan hijau.

ii. Gigi geraham terbentuk lebar dan datar yang digunakan untuk mengunyah

iii. Rahangnya yang bergerak menyamping sehingga makanan tergiling dan tegilas secara
mekanik.

iv. Usus sangat panjang yang didalamnya hidup koloni bakteri yang bersimbiosis mutualisme
membantu menghancurkan dinding sel tumbuhan. Koloni bakteri menghasilkan selulase
untuk menghancurkan dinding sel tumbuhan yang mengandung selulosa. Bakteri ini akan
mati pada pH rendah, namun dapat dicerna sebagai sumber protein (asam amino esensial).
v. Struktur lambungnya yang komplek dengan empat ruangan.

1. Rumen (perut besar), tempat menyimpan sementara makanan. Di dalam rumen terjadi
fermentasi selulosa oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Selain itu, rumen juga sebagai tempat pencernaan protein dan polisakarida.

2. Retikulum (perut jala), tempat pembentukan bolus.

3. Omasum (perut kitab), tempat menghaluskan makanan

4. Abomasum (perut masam), tempat pencernaan secara kimiawi.

Untuk membantu mencerna sejumlah besar bahan tanaman, perut ruminansia adalah
organ multi-bilik. Empat kompartemen lambung disebut rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum. Ruang ini mengandung banyak mikroba yang memecah selulosa dan fermentasi
makanan tertelan. The abomasum, yang “benar” perut, adalah setara dengan ruang perut
monogastrik. Di sinilah cairan lambung yang disekresikan. Ruang lambung empat
kompartemen menyediakan ruang yang lebih besar dan dukungan mikroba yang diperlukan
untuk mencerna bahan tanaman di ruminansia. Proses fermentasi menghasilkan sejumlah
besar gas di dalam ruang perut, yang harus dihilangkan. Seperti pada hewan lain, usus kecil
memainkan peran penting dalam penyerapan nutrisi, sedangkan usus besar membantu
dalam penghapusan limbah.

C. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Dalam proses ini, zat yang diserap
masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam zat cair
atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh suatu benda
(warna absorpsi), penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias kembar (absorpsi
selektif) dan penyerapan energy oleh electron di dalam satuan atom (spectrum absorpsi).
1. Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat – zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang
panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas
permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan – lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan
jonjot – jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing – masing
mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah – celah antar vili
terdapat kripta – kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah – getah usus ke dalam
saluran usus halus.
2. Sistem absorpsi
Vili secara terus – menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot
yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di
dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh – pembuluh darah
dan pembuluh – pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe,
yang merupakan sistem transportasi zat – zat gizi.
Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk
yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan
dikeluarkan dari tubuh.

3. Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif,
fasilitatif, aktif, dan fagositotis.
Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi.
Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari
saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan
energi.
D. Pengaturan pencernaan dan absorpsi
Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga diperoleh
bentuk – bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah untuk selanjutnya diangkat
oleh darah atau limfe ke sel – sel tubuh. Perubahan – perubahan menjadi bentuk sederhana ini
dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.
Sistem pencernaan sendiri tidak dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat – zat gizi dari
makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang terkandung di
dalam setiap bahan pangan tentu diperlukan proses penyerapan. Penyerapan sendiri terjadi di
usus halus, saat makanan yang dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan tersebut.
Tujuan dasar dari pencernaan dan absorpsi sendiri adalah untuk mengantarkan zat gizi
esensial ke sel untuk kelangsungan hidup. Agar dapat memecah zat – zat gizi esensial
tersebut, tubuh mengolah makanan melalui proses kimia dan mekanik dalam saluran cerna.
Keberhasilan pencernaan dan absorpsi bergantung pada koordinasi fungsi otot dan saraf
dinding saluran cerna, urgan saluran cerna, dan organ tambahan dalam pencernaan.

Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur
saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit – unit
sangat halus dan pengantaran produknya ke seluruh tubuh.

1. Hormon – hormon saluran cerna dan sistem saraf


Ada dua sistem yang mengatur sistem pencernaan dan penyerapan, yaitu sistem hormon dan
sistem saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan
memberi pesan yang disampaikan hormon dan sistem saraf dari satu bagian cerna ke bagian
lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik.
2. Pengaturan pH lambung
Pemeliharan pH lambung antara 1,5 – 1,7 dilakukn oleh hormon gastrin yang dikeluarkan
oleh sel – sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel – sel
pada dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel – sel kelenjar
lambung lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida
menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung
tidak menjadi terlalu asam.
Pengaturan lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi
terhadap kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan
cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada saat lambung mengosongkan diri,
reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat dan kontraksi
lambung diperlambat.
3. Pengaturan pembukaan sfingter pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut : bila
sfingter pilorus relaksasi, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus.
Keasaman yang ditimbulkan berakibat pada penutupan sfingter dengan rapat. Masuknya
bikarbonat dari pankreas yang menjadikan medium di sekitar sfingter menjadi basa, membuat
otot sfingter kembali relaksasi.
Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini banyak dipengaruhi
oleh faktor – faktor gaya hidup, seperti tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan emosional.
Tidur dan istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan
– jaringan, serta pengeluaran sisa – sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna.
Aktivitas fisik berpengaruh pada kekencangan otot saluaran cerna, sedangkan keadaan mental
berpengaruh pada aktivitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan
absorpsi. Pada saat makan, dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk mrmbantu
proses pencernaan supaya tetap mampu menghsilkan hormon – hormon secara maksimal dan
proses mencerna berjalan dengan lancar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pencernaan dan absorpsi adalah jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, beragam, dan berkecukupan.
Dengan pengaturan pola hidup yang baik, resiko terkena gangguan sistem pencernaan akan
semakin rendah.
Mekanisme Defekasi
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal, setiap
harinya, kolon menerima sekitar 500 mL kimus dari usus halus melalui katup ileosekal
dengan waktu yang dibutuhkan 8-15 jam. Oleh karena sebagian besar pencernaan dan
penyerapan berlangsung di usus halus, maka kolon hanya menerima residu makanan yang
tidak dapat dicerna seperti selulosa. Selulosa dan bahan lain yang tak dapat dicerna akan
keluar sebagai feses.
Gerakan kontraksi pada kolon disebut kontraksi haustra yang lama interval antara dua
kontraksi adalah 30 menit, sedangkan usus halus berkontraksi 9-12 kali dalam semenit.
Kontraksi haustra berupa gerakan maju-mundur yang menyebabkan isi kolon terpajan ke
mukosa absorptif yang melibatkan pleksus intrinsik. Kontraksi lambat ini pula yang
menyebabkan bakteri dapat tumbuh subur di usus besar.
Peningkatan nyata motilitas berupa kontraksi simultan usus besar terjadi tiga sampai empat
kali sehari. Kontraksi ini disebut gerakan massa yang mampu mendorong feses sejauh
sepetiga sampai tiga perempat dari panjang kolon hingga mencapai bagian distal usus besar,
tempat penyimpanan feses. Refleks gastrokolon, yang diperantarai oleh gastrin dari lambung
ke kolon dan oleh saraf otonom ekstrinsik, terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan
akan memicu refleks defekasi. Oleh karena itu, sebagian besar orang akan merasakan
keinginan untuk buang air besar setelah makan pagi. Hal ini karena refleks tersebut
mendorong isi kolon untuk masuk ke rectum sehingga tersedia tempat di dalam usus untuk
makanan yang baru dikonsumsi. Selanjutnya, isi usus halus akan didorong ke usus besar
melalui refleks gastroileum.
Gerakan massa mendorong isi kolon ke dalam rektum sehingga rektum meregang.
Peregangan ini menimbulkan refleks defekasi yang disebabkan oleh aktivasi refleks intrinsik.
Refleks intrinsik, lebih tepatnya pleksus mienterikus, menimbulkan gerakan peristaltik
sepanjang kolon desendens, sigmoid, dan rectum yang memaksa feses memasuki anus dan
membuat sfingter anus berelaksasi. Namun, defekasi dapat dicegah jika sfingter anus
eksternus yang berupa otot rangka tetap berkontraksi yang dikontrol secara sadar. Dinding
rektum yang semula meregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air
besar mereda hingga akhirnya datang gerakan massa berikutnya.
Gerakan peristaltis yang dipicu oleh refleks intrinsik bersifat lemah. Oleh karena itu, terdapat
refleks parasimpatik untuk memperkuatnya. Sinyal dari rektum dilanjutkan terlebih dahulu ke
korda spinalis lalu dikirim balik ke kolon, sigmoid, dan rektum melalui nervus pelvis
sehingga gerakan peristaltis bersifat lebih kuat. Sinyal defekasi yang memasuki korda spinalis
menimbulkan efek lain seperti tarikan nafas yang dalam, penutupan glotis, dan kontraksi
abdomen yang mendorong feses keluar.
Pengubahan Sisa Makanan Menjadi Feses(1),(2)
Di dalam usus besar, tidak terjadi proses pencernaan karena ketiadaan enzim pencernaan dan
penyerapan yang terjadi lebih rendah daripada usus halus akibat luas permukaan yang lebih
sempit. Dalam keadaan normal, kolon menyerap sebagian garam (NaCl) dan H2O. Natrium
adalah zat yang paling aktif diserap, Cl- secara pasif menuruni gradient listrik, dan H2O
berpindah melalui osmosis. Melalui penyerapan keduanya maka terbentuk feses yang padat.
Sekitar 500 ml bahan masuk ke kolon, 350 ml diserap dan 150 g feses dikeluarkan. Feses ini
terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat seperti selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah
kecil garam. Dengan demikian, produk sisa utama yang dieksresikan melalui feses adalah
bilirubin, serta makanan yang pada dasarnya tidak dapat diserap oleh tubuh.

Anda mungkin juga menyukai