1.1Latar Belakang
Siswa juga dapat menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan karena
adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa (Lie,
2010). Pembelajaran kooperatif membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran
dan bukannya menjadi masalah. Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah
satunya adalah Jigsaw.
Dari sisi etimologi Jigsawberasal dari bahasa Inggris yaitu gergaji ukir dan ada juga
yang menyebutnya dengan istilah Puzzle yang artinya sebuah teka-teki untuk menyusun
potongan gambar (Johnson, 1991). Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Jigsaw ini
mengambil pola sebuah gergaji yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas (1978), dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-
teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
sebagai metode pembelajaran kooperatif (Lie, 2010). Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Jigsaw ditandai dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Kunci metode
Jigsaw adalah interpedensi yakni tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk
dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat
penilaian (Slavin, 2008).
3.2 Perbedaan Metode Jigsaw I dan Metode Jigsaw II
Metode Jigsaw terbagi menjadi dua tipe, Jigsaw Tipe I yang sering disebut Jigsaw
Orisinil dan Jigsawtipe II yang dikembangkan oleh Slavin. Perbedaan yang mendasar antara
keduanya yaitu pada Jigsaw tipe I siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi
spesialisasinya sementara konsep- konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi teman
sekelompoknya (Slavin, 2008). Pada Jigsaw tipe II, setiap siswa memperoleh kesempatan
belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert/
ahli.
Keuntungan dari Jigsaw I membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan dengan
Jigsaw II karena bacaannya lebih sedikit, namun bagian yang tersulit dari Jigsaw I bahwa
tiap bagian harus ditulis lagi oleh siswa agar lebih mudah dipahami (Slavin, 2008). Kelebihan
Jigsaw II yakni semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep- konsep
yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami.
3. Laporan tim
Para ahli kembali ke kelompok awalnya masing- masing dan mengajarkan topiknya kepada
teman satu timnya. Guru menekankan kepada siswa bahwa mereka mempunyai tanggung
jawab terhadap teman satu tim untuk menjadi guru dan sekaligus pendengar yang baik.
4. Tes
Para siswa mengerjakan kuis, setelah itu tukar lembar jawaban siswa dengan
kelompok lain 5. Rekognisi Tim
Penghitungan nilai tim, tim akan mendapatkan penghargaan apabila mereka mencapai
criteria tertentu (Slavin, 2008). Adapun langkah penghitungannya yaitu
Catat tiap poin kemajuan semua anggota tim
Bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim
yang hadir (Slavin, 2008)
Tabel 3.1 Kriteria tim (Slavin, 2008)
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
15 Tim baik
16 Tim sangat baik
17 Tim Super
4.1 Kesimpulan
Jigsaw terdapat dua tipe, yaitu Jigsaw I atau orisinil yang diciptakan Aronson.et.all
(1978) dan Jigsaw II hasil pengembangan dari Slavin (1995). Perbedaan mendasar dari
keduanya adalah materi yang dibaca siswa untuk Jigsaw I siswa membaca sesuai dengan
materi tugasnya, sedangkan pada Jigsaw II siswa diberikan seluruh materinya sebelum
mengerjakan materi tugasnya
4.2 Saran
Tidak ada metode pembelajaran yang sempurna, begitu pula dengan Jigsaw. Oleh
karena itu lebih baik jika menggabungkan beberapa metode sehingga hasil pembelajaran bisa
lebih baik. Namun metode apapun yang digunakan sangat bergantung pada pembawaan
pedagogis guru dalam mengajar dan juga pemahaman guru terhadap materi yang
disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA